Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HIV (HUMAN IMMUNODEFFICIANCY VIRUS) / AIDS


(ACCUIRED IMMUNODEFFICIANCY SYNDROME)
DI SUSUN
O
L
E
H
NAMA : AYUATIKAH RAMADHANI
NPM : 184301007
KELAS : 4A

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-Nyalah
makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan saya dalam memilih judul ini adalah untuk
mengetahui segala sesuatau yang berhubungan dengan HIV / AIDS. Makalah ni saya buat
untuk memenuhi tugas dari mata kuliah IMUNOLOGI.

Semoga dapat memberikan manfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan serta
wawasan tentang HIV / AIDS. Sehingga kita semua dapat terhindar dari penyakit berbahaya
tersebut. Sekian makalah ini saya buat jika ada kesalahan kata atau materi yang kurang saya
minta maaf karena tidak ada yang sempurna didunia ini.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Pengertian HIV/AIDS................................................................................................................5
2.2 Sejarah Ditemukannya HIV/AIDS.............................................................................................6
2.3 Patofisiologi HIV/AIDS............................................................................................................7
2.4 Penyebab Terinfeksi HIV/AIDS................................................................................................8
2.5 Penularan HIV/AIDS.................................................................................................................10
2.6 Gejala – Gejala HIV/AIDS......................................................................................................10
2.7 Respon Imun Terhadap Tubuh Yang Terinfeksi HIV/AIDS....................................................11
2.8 Pencegahan HIV/AIDS............................................................................................................15
2.9 Terapi Farmakologi Dan Non Farmakologi.............................................................................16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................18
3.2 Saran........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada obatnya
dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga penyakit ini
merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang
maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari
segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi melalui media
cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang
mengidap penyakit AIDS. Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara
langsung karena gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental,
orang yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan batin
yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah suatu masalah
besar dari kehidupan kita semua.

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan dengan


“AIDS”  adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yaitu: H = Human (manusia),
I = Immuno deficiency (berkurangnya kekebalan), V = Virus. Maka dapat dikatakan HIV
adalah virus yang menyerang dan merusak sel kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh
kehilangan daya tahan dan mudah terserang berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit
kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS.
Maka, selama bertahun-tahun orang dapat terinfeksi HIV sebelum akhirnya mengidap AIDS.
Namun penyakit yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah sejenis radang
paru-paru yang langka, yang dikenal dengan nama pneumocystis carinii  pneumonia  (PCP),
dan sejenis kanker kulit yang langka yaitu kaposi’s sarcoma (KS). Biasanya penyakit ini baru
muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis mengidap AIDS. Seseorang yang
telah terinfeksi HIV belum tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan sama dengan orang yang
tidak terinfeksi HIV. Oleh karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa
mereka telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk lama
dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini sangat cepat tertular dari satu orang ke orang lain.
Masa inkubasi adalah periode atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh
(saat penularan) sampai timbulnya penyakit.

3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah HIV/AIDS itu ?
1.2.2 Bagaimana sejarah singkat ditemukannya HIV/AIDS ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS ?
1.2.4 Apa yang menyebabkan seseorang terinfeksi HIV/AIDS ?
1.2.5 Bagaimana cara penularan HIV/AIDS ?
1.2.6 Apa gejala-gejala orang yang menderita HIV/AIDS ?
1.2.7 Bagaimana respon imun terhadap tubuh yang terinfeksi HIV/AIDS ?
1.2.8 Bagaimana cara pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS ?
1.2.9 Apa terapi farmakologi dan non farmakologinya ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu HIV/AIDS
1.3.2 Untuk mengetahui sejarah ditemukannya HIV/AIDS
1.3.3 Untuk memahami patofisiologi dari HIV/AIDS
1.3.4 Untuk memahami apa penyebab seseorang terinfeksi
1.3.5 Untuk memahami cara penularannya
1.3.6 Untuk mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan
1.3.7 Untuk memahami respon imun terhadap tubuh yang telah terinfeksi
HIV/AIDS
1.3.8 Untuk memahami cara pencegahan agar tidak tertular HIV/AIDS
1.3.9 Untuk mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologinya

4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian HIV/AIDS


AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. AIDS
menggambarkan sebuah sindrom dengan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan
menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS sendiri disebabkan oleh virus yang sebut HIV
(Human Immunodeficiency Virus). Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai
infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
Sebelum lebih jauh mengupas penularan HIV, perlu dipahami dulu pengertian HIV sehingga
dapat lebih memahami serta membedakan dari AIDS. HIV merupakan retrovirus yang
menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia dan menghancurkan atau mengganggu
fungsinya. Terjangkiti virus HIV (biasanya disebut sebagai positif HIV) tidaklah sama
dengan mengidap AIDS. Banyak orang yang positif HIV tidak menderita sakit selama
bertahun-tahun. Infeksi virus inilah yang kemudian berakibat pada menurunnya system
kekebalan. Seiring dengan berkembangnya HIV dalam tubuh, virus tersebut secara perlahan
menggerogoti system kekebalan tubuh. AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau
kelemahan system kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir dan disebabkan oleh HIV
atau  HumanImmunodeficiency Virus.
AIDS bukan penyakit turunan, oleh sebab itu dapat menulari siapa saja.Virusnya
sendiri bernama HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor . Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. Penyakit ini
kadang disebut “infeksi oportunistik”, karena penyakit ini menyerang dengan cara
memanfaatkan kesempatan ketika kekebalan tubuh menurun sehingga kanker dan infeksi
oportunistik inilah yang dapat menyebabkan kematian.
Biasanya penyakit ini baru muncul dua sampai tiga tahun setelah penderita didiagnosis
mengidap AIDS. Orang yang mengidap KS mempunyai kesempatan hidup lebih lama
dibandingkan orang yang terkena infeksi oportunistik. Akan tetapi belum ada seorang pun
yang diketahui benar-benar sembuh dari AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi HIV belum
tentu terlihat sakit. Secara fisik dia akan sama dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
Apakah seseorang sudah tertular HIV atau tidak hanya bisa diketahui melalui tes darah. Oleh
karena itu 90% dari pengidap AIDS tidak menyadari bahwa mereka telah tertular virus AIDS,

5
yaitu HIV karena masa inkubasi penyakit ini termasuk lama dan itulah sebabnya mengapa
penyakit ini sangat cepat tertular dari satu orang ke orang lain. Masa inkubasi adalah periode
atau masa dari saat penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh (saat penularan) sampai
timbulnya penyakit.

2.2 Sejarah Ditemukannya HIV/AIDS


Virus HIV dikenal secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur Perancis   pada
tahun 1983 dan NIH yaitu sebuah institut kesehatan nasional di Amerika Serikat pada tahun
1984.Meskipun tim dari Institute Pasteur Perancis yang dipimpin oleh Dr. Luc Montagnie,
yang pertama kali mengumumkan penemuan ini di awal tahun 1983 namun penghargaan
untuk penemuan virus ini tetap diberikan kepada para peneliti baik yang berasal dari Perancis
maupun Amerika. Peneliti Perancis memberi nama virus ini LAV atau Lymphadenopathy
Associated Virus. Tim dari Amerika yang dipimpin Dr. Robert Gallo menyebut virus ini
HTLV-3 atau Human T-cell Lymphotropic Virustype-3.
Kemudian Komite Internasional untuk Taksonomi Virus memutuskan untuk
menetapkan nama Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai nama yang dikenal sampai
sekarang. Maka para peneliti tersebut juga sepakat untuk menggunakan istilah HIV. Sesuai
dengan namanya, virus ini “memakan” imunitas tubuh.
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control
and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih
diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada
lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1
lebih mematikan dan lebih mudah masuk ke dalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari
mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada
di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal
dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2
berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon,
dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak
dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging. Teori yang
lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa
epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari

6
penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio. Namun demikian, komunitas ilmiah
umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada.

2.3 Patofisiologi HIV/AIDS


Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T helper yang
mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 adalah pusat dan sel utama yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi imunologik. Menurun
atau menghilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena virus HIV menginfeksi sel yang
berperan membentuk antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel Limfosit T4. Setelah
virus HIV mengikatkan diri pada molekul CD4, virus masuk ke dalam target dan melepaskan
bungkusnya kemudian dengan enzim reverse transkriptase virus tersebut merubah bentuk
RNA (Ribonucleic Acid) agar dapat bergabung dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) sel
target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik virus. Infeksi
HIV dengan demikian menjadi irreversible dan berlangsung seumur hidup. Pada awal infeksi,
virus HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang diinfeksinya, tetapi terlebih
dahulu mengalami replikasi sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh
penderita tersebut dan lambat laun akan merusak limfosit T4 sampai pada jumlah tertentu.
Masa ini disebut dengan masa inkubasi. Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak
seseorang terpapar virus HIV sampai menunjukkan gejala AIDS. Pada masa inkubasi, virus
HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak 15
tertular virus HIV yang dikenal dengan masa “window period”. Setelah beberapa bulan
sampai beberapa tahun akan terlihat gejala klinis pada penderita sebagai dampak dari infeksi
HIV tersebut. Pada sebagian penderita memperlihatkan gejala tidak khas pada infeksi HIV
akut, 3-6 minggu setelah terinfeksi. Gejala yang terjadi adalah demam, nyeri menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk. Setelah infeksi akut,
dimulailah infeksi HIV asimptomatik (tanpa gejala). Masa tanpa gejala ini umumnya
berlangsung selama 8-10 tahun, tetapi ada sekelompok kecil penderita yang memliki
perjalanan penyakit amat cepat hanya sekitar 2 tahun dan ada juga yang sangat lambat (non-
progressor).
Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan
menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak. Kekebalan tubuh yang rusak akan
mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang, sehingga penderita akan
menampakkan gejala-gejala akibat infeksi oportunistik. Gambar patofisiologinya :

7
2.4 Penyebab Terinfeksi HIV/AIDS
Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Tidak semua
orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS menunjukkan gejala. Ada
beberapa faktor-faktor lain yang berperan di sini diantaranya penggunaan alkohol dan obat
bius, kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit yang
ditularkan lewat alat kelamin. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa HIV secara terus
menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan
kelompok-kelompok sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper. Normalnya sel T-
helper ini (juga disebut sel T4) memainkan suatu peranan penting pada pencegahan infeksi.
Ketika terjadi infeksi, sel-sel ini akan berkembang dengan cepat, memberi tanda pada bagian
system kekebalan tubuh yang lain bahwa telah terjadi infeksi. Hasilnya, tubuh memproduksi
antibody yang menyerang dan menghancurkan bakteri-bakteri dan virus-virus yang
berbahaya. Selain mengerahkan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi infeksi, sel T-
helper juga memberi tanda bagi sekelompok sel-sel darah putih lainnya yang disebut sel T-
suppressor atau T8, ketika tiba saatnya bagi sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan

8
serangannya. Biasanya kita memiliki lebih banyak sel-sel T-helper dalam darah daripada sel-
sel T-suppressor.

Dan ketika sistem kekebalan sedang bekerja dengan baik, perbandingannya kira-kira
2:1. Jika orang menderita penyakit AIDS, perbandingan ini kebalikannya, yaitu sel-sel T-
suppressor melebihi jumlah sel-sel T-helper. Akibatnya,penderita AIDS tidak hanya
mempunyai lebih sedikit sel-sel penolong yaitu sel T-helper untuk mencegah infeksi, tetapi
juga terdapat sel-sel penyerang yang menyerbu sel-sel penolong yang sedang bekerja. Selain
mengetahui bahwa virus HIV membunuh sel-sel T-helper, kita juga perlu tahu bahwa tidak
seperti virus-virus yang lain, virus HIV ini mengubah struktur sel yang diserangnya. Virus ini
menyerang dengan cara menggabungkan kode genetiknya dengan bahan genetik sel yang
menularinya. Hasilnya, sel yang ditulari berubah menjadi pabrik pengasil virus HIV yang
dilepaskan ke dalam aliran darah dan dapat menulari sel-sel T-helper yang lain. Proses ini
akan terjadi berulang-ulang. Virus yang bekerja seperti ini disebut retrovirus. Bila HIV telah
membunuh sel T-CD4+ (T-helper )  hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200
per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah
kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis,
kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS, yang diidentifikasi dengan
memeriksa jumlah sel T-CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi


AIDS ialah 9-10 tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2
bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi,
yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang memengaruhinya, diantaranya
ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari
orang yang terinfeksi. Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada
orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang
pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya
seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan
genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara
alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai
bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang
berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-

9
rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan
hidup.
HIV tidak hanya menyerang sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa virus ini juga merusak otak dan sistem saraf pusat. Otopsi yang dilakukan pada otak
pengidap AIDS yang telah meniggal mengungkapkan bahwa virus ini juga menyebabkan
hilangnya banyak sekali jaringan otak. Pada waktu yang bersamaan,peneliti lain telah
berusaha untuk mengisolasi HIV dengan cairan cerebrospinal dari orang yang tidak
menunjukkan gejala-gejala terjangkit AIDS. Penemuan ini benar-benar membuat risau.
Sementara para peneliti masih berpikir bahwa HIV hanya menyerang sistem kekebalan,
semua orang yang terinfeksi virus ini tetapi tidak menunjukkan gejala terjangkit AIDS atau
penyakit yang berhubungan dengan HIV dapat dianggap bisa terbebas dari kerusakan
jaringan otak. Saat ini hal yang cukup mengerikan adalah bahwa mereka yang telah terinfeksi
virus HIV pada akhirnya mungkin menderita kerusakan otak dan sistem saraf pusat.

2.5 Penularan HIV/AIDS


HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, yaitu:

 Penularan secara seksual: HIV dapat ditularkan melalui seks penetrative yang tidak
terlindungi.
 Penularan melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian
 Penularan dari ibu ke anak: HIV dapat ditularkan ke anak selama masa kehamilan,
pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya, terdapat 15-30% risiko
penularan dari ibu ke anak sebelum dan sesudah kelahiran.
 Penularan melalui transfusi darah: kemungkinan risiko terjangkit HIV
melalui transfusi darah dan produkproduk darah yang terkontaminasi ternyata lebih
tinggi (lebih dari 90%). Kendati demikian, penerapan standar keamanan darah
menjamin penyediaan darah dan produkproduk darah yang aman, memadai dan
berkualitas baik bagi semua pasien yang memerlukan transfusi.

2.6 Gejala – Gejala HIV/AIDS


Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala
yang tampak setelah terjadi infeksi. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar dengan
efek seperti demam (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada
limpa), yang dapat terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.

10
Kendati infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah
menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satusatunya cara untuk menentukan apakah
HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV. Gejala – gejala lainnya yaitu :

1. Sakit tenggorokan,
2. Demam,
3. Kelelahan,
4. Penurunan berat badan,
5. Myalgia,
6. Gangguan pernapasan,
7. Diare,
8. Mual muntah, dll

Berikut adalah gejala – gejala mayor dan minor, yaitu :

2.7 Respon Imun Terhadap Tubuh Yang Terinfeksi HIV/AIDS


Sesaat setelah infeksi virus HIV, viral load (kadar virus) individu yang terinfeksi akan
mengalami pertumbuhan secara ekponensial. Puncak dari kurva pertumbuhan
tersebut berkaitan dengan respon imun terhadap HIV.  Respon imun terhadap HIV
melibatkan antibody maupun sel T  mampu mengontrol jumlah virus HIV, tetapi tidak
mengeliminasinya.

11
Gambar 1. Anatomi Virus HIV

Sesaat setelah infeksi,  antigen p24 terdeteksi di dalam serum. Antigen yang


bersirkulasi tersebut tiba-tiba menghilang setelah si individu seroconvert, mengembangkan
respon antibodi terhadap envelope dan core antigen.  Sebagian besar respon antibodi humoral
tidak menargetkan envelope virus dan tidak memiliki efek netralisasi. Antibodi netralisasi
menargetkan epitop tertentu di dalam region loop gp120 dan  kompleks prefusi gp4120.
Sejumlah kecil antibodi baru muncul setelah tiga hingga enam bulan setelah infeksi dan
dalam titer yang rendah.

 Sel  T CD8+ (Sitotoksik)

Kelanjutan dari pengenalan antigen virus yang dipresentasikan oleh molekul MHC
kelas I, sel T CD8+ berubah menjadi sel CTL yang membunuh sel yang mempresentasikan
antigen virus. Kerja CTL dilakukan dengan cara induksi apoptosis dengan melepaskan
molekul sitotoksik perforin dan granzyme A/B atau dengan mengaktifkan jalur fast-ligand.
Respon CTL yang terdeteksi selama terjadiya infeksi kebanyakan hilang saat peyakit
mencapai fase akhir. Respon CTL menghambat replikasi virus dan berperan penting dalam
kontrol awal infeksi HIV dan mengendalikan setpoint virus.

  Sifat kualitatif respon sel T CD8+ oleh setiap individu ditentukan oleh tipe MHC yang
dimilikinya. Secara umum respon terfokus pada minggu pertama hingga sebulan setelah
infeksi, dan kemudian meluas selama fase asymptomatic, dan akhirnya menurun.   Pada
sejumlah individu mampu mengenali berbagai macam epitop. Epitop-epitop tersebut terdapat
pada sebagian besar protein yang diekspresikan oleh virus. Tidak semua CD8+ CTL memiliki
keefektifan yang sama. Pada individu terinfeksi HIV khususnya yang memiliki kadar virus

12
yang tinggi, CD8+ CTL  tidak didominasi oleh sel memori tetapi oleh sel  efektor
yang  memiliki kemampuan replikasi terbatas.

 Sel  T CD8+ (Non Sitotoksik)

CD8 anti viral factor (CAF) non sitotoksik adalah mekanisme lain dari Sel T CD8+
untuk mengendalikan replikasi virus pada sel CD4+ yang terinfeksi.  Hasilnya bukan berupa
matinya sel CD4+. Chemokin β MIP-1α,    MIP-1β dan RANTES yang ligand alaminya
adalah reseptor CCR5, membentuk komponen CAF. Komponen tersebut menghambat
masuknya virus, dengan mengganggu pengikatan gp120 ke HIV-coreceptor CCR5.  Terdapat
juga komponen lain dari CAF yang berperan setelah virus masuk, yaitu dengan cara
menghambat transkripsi virus. Aktifitas CAF tertinggi terjadi pada saat awal proses penyakit.

 Sel  T CD4+

Pada infeksi virus selain HIV, bersamaan dengan Sel T CD8+, pengenalan peptida
antigenik virus mengaktifkan  respon Sel T helper (Th) CD4+, mendorong ekspresi berbagai
macam sitokin termasuk IL-2, IFN-y dan tumor necrosis factor (TNF)-β) yang
mengkoordinasi respon multiseluler yang dimediasi sel  untuk menghadapi masuknya virus.
Pada kasus infeksi HIV Sel T CD4+ distimulasi dengan cara yang sama. Sel T CD4+ spesifik
terhadap HIV terdeteksi di awal munculnya penyakit. Virus HIV lebih mudah menginfeksi
sel yang teraktifasi karena sel teraktivasi mengekspresikan co-receptor CCR5 pada level
tinggi. HIV juga lebih mudah bereplikasi pada sel yang sedang memperbanyak diri.

Sel T CD4+  sering terinfeksi pada tahap awal penyakit dan kemudian sukar untuk
dideteksi. Antigen spesifik Sel T CD4+ terdeteksi pada level rendah pada tahap infeksi
berikutnya, kecuali pada subpopulasi  individu yang mampu mengendalikan infeksi secara
alami (long-term non-progressor). Sebagian besar Sel T CD4+ spesifik terhadap HIV mampu
memproduksi IFN-y tetapi  bukan IL-2.  Tanpa adanya bantuan CD4 membuat  respon sel T
CD8+ dan respon antibodi netralisasi melemah, terutama respon terhadap varian baru
virus.  Pada tahap berikutnya CD4 kehilangan kemampuan untuk merespon patogen lain,
sehingga bila terjadi infeksi oleh patogen lain tubuh tidak akan memberikan respon imun
yang memadai.

13
 Antibodi

Envelope HIV adalah target utama respon imun humoral, antibodi netralisasi
mentargetkan epitop protein envelope. Virus mengembangkan berbagai macam mekanisme
untuk menghindari efek antibodi netralisasi. Beberapa epitop netralisasi bersifat cryptic,
tersembunyi di dalam struktur protein molekul dan terekspos hanya sementara pada saat
perubahan konformasional glikoprotein selama masuknya virus ke dalam sel atau
persentuhan dengan antibodi netralisasi sekunder.  

Antibodi harus memiliki afinitas yang kuat dan cepat sehingga dapat berkompetisi
dengan ligand alaminya.Virus juga bisa melindungi epitop netralisasi utama dengan protein
glikan yang membentuk tameng yang memiliki habatan sterik terhadap interaksi anti-gp120.
Cara penghindaran lain adalah sifat glikoprotein yang mudah bermutasi yang membuat virus
terhindar dari antibodi netralisasi (translated by undil).

Gambar 2. Respon Imun terhadap HIV

Gambar 3. Tahapan respon imun terhadap HIV

14
2.8 Pencegahan HIV/AIDS
Bagi yang belum terinfeksi, sampai detik ini belum ada vaksin yang sanggup mencegah
atau mengobati HIV/AIDS. Namun bukanlah sesuatu yang mustahil untuk melakukan
pencegahan HIV terhadap diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
proses penularan merupakan kunci dari pencegahannya. Disini disarankan beberapa tindakan-
tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV AIDS
diantaranya :
 Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan
bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan pencegahan.
 Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang
orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu
mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting.
 Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS
adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang memiliki
status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU ( injection
drug user ).
 Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat, penggunaan
kondom saat berhubungan seks cukup efektif mencegah penularan HIV AIDS melalui
seks.
 Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National
Institutesof Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki
resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi.
 Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko
tinggi,sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali.
 Berpantang seks, menghindari perilaku seks bebas dan tetap setia pada pasangan/tidak
berganti-ganti pasangan, atau melakukan seks secara “aman”.
 Apabila kita akan menjalani transfusi darah, pastikan bahwa darah dan alat-alatnya
steril dan telah melalui tes HIV dan standar keamanan darah.
 Katakan TIDAK pada narkoba, apapun bentuknya.

15
2.9 Terapi Farmakologi Dan Non Farmakologi
2.9.1 Terapi Farmakologi

 Integrase Inhibitor
 NRTIs
 NNRTIs
 Protease Inhibitor
 Entry Inhibitor – Fusion Inhibitor
 Co – reseptor Inhibitor

16
2.9.2 Terapi Non Farmakologi

 Mengubah life style ( TAUBAT NASUHA )


 Menggunakan pengaman saat berhubungan
 Mengurangi kegiatan seksual yang tidak sehat
 Setia pada pasangan
 Menambah asupan nutrisi yang bergizi
 Olahraga teratur
 Perbanyak ibadah dan berdoa

17
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
HIV ( Human Immuno deficiency Virus ) adalah virus yang menyerang dan merusak sel
kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh kehilangan daya tahan dan mudah terserang
berbagai penyakit antara lain TBC, diare, sakit kulit, dll. Kumpulan gejala penyakit yang
menyerang tubuh kita itulah yang disebut AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome ).
AIDS bukan penyakit turunan, oleh sebab itu dapat menulari siapa saja. Virus HIV dikenal
secara terpisah oleh para peneliti di Institut Pasteur Perancis  pada tahun 1983 dan NIH yaitu
sebuah institut kesehatan nasional di Amerika Serikat pada tahun 1984. Sedangkan, AIDS
pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981. HIV secara terus menerus memperlemah
sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan menghancurkan kelompok-kelompok
sel-sel darah putih tertentu yaitu sel T-helper ( disebut juga T4 atau T-CD4+ ).
HIV hidup dicairan tubuh seperti darah, semen dan cairan dari orang yang terinfeksi
HIV. HIV tidak terdapat dalam urine, faeces, muntahan. HIV tidak dapat menembus kulit
utuh. Virus HIV tidak menular  melalui keringat, air liur , makanan, flu/influenza,
berpelukan, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Biasanya penderita AIDS memiliki gejala
infeksi sistemik seperti demam,berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan
kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV atau AIDS. Namun ada beberapa
pengobatan yang disarankan, seperti terapi antivirus, penanganan eksperimental dan saran,
serta pengobatan alternative. Bagi anda yang belum terjangkit virus mematikan ini sangat
diharapkan untuk melakukan pencegahan sedini mungkin, seperti memahami bahaya
HIV/AIDS dan ajarkan pada orang lain, jauhi seks bebas, gunakan jarum suntik yang steril,
lakukan tes HIV minimal 1x setahun, serta selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.

3.2 Saran
Agar kita semua terhindar dari AIDS, maka kita harus berhati-hati dalam bergaul. Jauhi
seks bebas dan berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, jangan sampai kita menikah

18
dengan pasangan yang mengidap HIV/AIDS, karena selain dapat menular kepada diri kita
sendiri juga dapat menular kepada janin dalam kandungan kita. Kita juga harus berhati-hati
dalam pemakaian jarum suntik secara bergantian dan tranfusi darah dengan darah yang sudah
terpapar HIV. Selain itu, jangan lupa berdoa dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan agar
selalu dilindungi dari hal-hal yang tidak kita inginkan.

DAFTAR PUSTAKA
 http://eprints.undip.ac.id/44074/3/3_BAB_II_.pdf

 https://kemlu.go.id/download/L1NoYXJlZCUyMERvY3VtZW50cy9UQUJMT0lEL3
RhYmxvaWQlMjBCcm9zdXIlMjBBSURTLnBkZg==

 http://duniashinichi.blogspot.com/2013/01/respon-imun-terhadap-infeksi-virus-
hiv.html

 http://anekamakalahkita.blogspot.com/2013/01/makalah-hiv-aids.html

 https://ayups87.wordpress.com/2012/06/16/makalah-pengaruh-hivaids-terhadap-
sistem-kekebalan-tubuh-manusia/

 https://prezi.com/uxudk0pulzwo/hivaids/

 http://husnhy.blogspot.com/2014/01/makalah-tentang-hivaids.html

19

Anda mungkin juga menyukai