Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ODHA WASTING SYNDROME

KEPERAWATAN HIV-AIDS

DOSEN PENGAMPU: Hj. DEWI NUR SUKMA PURQOTI., NS., M.Kep.


DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

DEDE WIDYA NINGSIH 0

DITA ARDIANA 010STYC18

EKA MARDIANTI 0

HAIRUL AZMI 022STYC18

KHUSNUL CATIMAH 0

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi
besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman
kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti
saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada Ibu dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ODHA
WASTING SYNDROME”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa
sumber buku dan jurnal yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan
makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah


memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang kami miliki. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 6 Maret 2020

Kelompok 1
Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

2.1 Konsep Dasar Penyakit ODHA Wasting Syndrome

2.2.1 Pengertian ODHA Wasting Syndrome

2.2.2 Etiologi ODHA Wasting Syndrome

2.2.3 Manifestasi Klinis ODHA Wasting Syndrome

2.2.4 Patofisiologi ODHA Wasting Syndrome

2.2.5 Pathway ODHA Wasting Syndrome

2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik ODHA Wasting Syndrome

2.2.8 Penatalaksanaan ODHA Wasting Syndrome

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV). HIV menyerang sistem imun yaitu
limfosit T helper yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan
pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi.
Seseorang yang terinfeksi oleh virus HIV atau dalam kondisi AIDS
disebut dengan istilah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) (Depkes RI,
2006). Infeksi HIV memiliki perjalanan penyakit yang kronik dan
progresif dengan sedikit atau bisa tanpa gejala. Munculnya syndrom AIDS
erat hubungannya dengan penurunan zat kekebalan tubuh yang prosesnya
sekitar 5 sampai 10 tahun setelah seseorang terinfeksi oleh HIV
(Rampengan, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian ODHA Wasting Syndrome ?
1.2.2 Apa etiologi ODHA Wasting Syndrome ?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis ODHA Wasting Syndrome ?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi ODHA Wasting Syndrome ?
1.2.5 Bagaimana pemeriksaan diagnostik ODHA Wasting Syndrome ?
1.2.6 Bagaimana pelaksanaan ODHA Wasting Syndrome ?
1.2.7 Bagaimana Asuhan Keperawatan ODHA Wasting Syndrome ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah HIV-AIDS.
1.3.2 Untuk mengetahui Apa pengertian ODHA Wasting Syndrome.
1.3.3 Untuk mengetahui Apa etiologi ODHA AIDS Wasting Syndrome.
1.3.4 Untuk mengetahui Bagaimana manifestasi klinis ODHA Wasting
Syndrome.
1.3.5 Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi ODHA Wasting
Syndrome.
1.3.6 Untuk mengetahui Bagaimana pemeriksaan diagnostik ODHA
Wasting Syndrome.
1.3.7 Untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan ODHA Wasting
Syndrome.
1.3.8 Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan ODHA
Wasting Syndrome.
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Konsep Dasar Penyakit ODHA Wasting Syndrome
2.1.1 Pengertian ODHA Wasting Syndrome
Wasting Syndrome adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan penurunan berat badan lebih dari 10% sehingga pada
keadaan yang berat ODHA akan tampak kurus kering (Depkes RI,
2003).
Wasting merupakan bagian dari kekurangan gizi menurut
UNICEF, wasting adalah kurangnya berat badan terhadap tinggi
badan sehingga tubuh tidak proporsional (low weight for heght).
Wasting syndrome didefinisikan sebagai penurunan berat
badan setidaknya 10% beserta diare atau kelemahan dan demam
kronis untuk setidaknya 30 hari. (Nabakumar Singh. 2005 : 425)
Hiv (Human immunodeficiency virus). virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia. setelah beberapa tahun jumlah virus semakin banyak
sehingga sistem kekebalan tubuh tidak dapat mampu melawan
penyakit yang masuk.virus HIV menyerang sel CD4 dan
merubahnya menjadi tempat berkembang biak virus HIV baru
kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi titik sel
darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh titik
tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh
kita tidak memiliki pelindung titik dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia terkena pilek biasa.
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang disebakan ole
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan
gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh. Kerusakan progresif
pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan
HIV-AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit.
2.1.2 Etiologi
Wasting syndrome disebabkan oleh:
1. Infeksi HIV membuat tubuh membutuhkan lebih banyak nutrisi
asupan nutrisi
2. Terjadinya diare kronis. Penderita infeksi HIV biasanya
mengalami diare yang tak kunjung sembuh selama berhari-hari.
Diare kronis dapat mengurangi masa tubuh hingga 10%.
3. Dengan kondisi kesehatan yang buruk, maka nafsu makan pun
hilang. Ini juga merupakan salah satu dari sekian faktor
penyebab turunnya berat badan penderita infeksi HIV.
4. Bisul-bisul kecil di mulut, dan sakit tenggorokan,
pembengkakan kelenjar.
5. Obat-obatan yang digunakan mengurangi gejala dan
komplikasi infeksi HIV bisa menekan nafsu makan. Beberapa
malah menyebabkan efek samping seperti mual-mual, muntah,
dan perubahan fungsi indra pengecap.
2.1.3 Patofisiologi
Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV yang menyerang
sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi virus
harus masuk ke dalam sel darah putih yang disebut limfosit. Materi
genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di
dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya
menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru
partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor
protein yang disebut CD4 yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-
sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau
limfosit T penolong. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit
T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam
melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker.
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu
selama 3- 6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIV positif. Fase
ini disebut "periode jendela" (window period). Setelah itu penyakit
seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan,
Namun apabila di periksa titer antibodi terhadap HIV tetap positif
(Fase ini disebut fase laten) beberapa tahun kemudian baru timbul
gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom atau
kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi
AIDS membutuhkan waktu setidaknya sedikitnya 26 bulan, bahkan
ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif.
Orang yang terinfeksi HIV biasanya mengalami gejala yang
berpengaruh pada asupan nutrisi yang bisa mengakibatkan
terjadinya malnutrisi. Karena itu, odha mempunyai kebutuhan
nutrisi tersendiri dibandingkan orang sehat. Kebutuhan energi pada
odha dihitung berdasarkan ada atau tidak adanya gejala seperti
demam, penurunan berat badan dan wasting. Wasting adalah
terjadinya penurunan massa otot tubuh. Gangguan fungsi
metabolisme dan gangguan sistem imun dan penurunan berat
badan.
2.1.4 Manifestasi Klinis
1. Gejala Mayor
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis.
2. Gejala Minor
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
b. Dermatitis generalisata.
c. Koordinasi orofaringeal
d. kelemahan tubuh
e. berkeringat malam
f. hilang nafsu makan,
g. infeksi kulit generalisata,
h. herpes zoster, infeksi herpes simplek kronis.
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes laboratorium
2. Tes antibodi
3. Pelacakan human immunodeficiency virus HIV
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Diet
2. Olahraga
3. Obat
2.2 Asuhan Keperawatan ODHA dengan Wasting Syndrom
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir
2. Riwayat kesehatan
Tes HIV positif, riwayat perilaku berisiko tinggi, menggunakan
obat-obatan
3. Keadaan umum
Pucat, kelaparan
4. Gejala subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam
hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
5. Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup.
6. Status mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, halusinasi.
7. HEENT
Nyeri perorbital, sakit kepala, edema muka, mulut kering
8. Neurologis
Gangguan refleks pupil, vertigo, kejang, ketidakseimbangan.
9. Muskoloskletal
Lemah.
10. Kardiovaskuler
Takikardi, sianosis, hipotensi,.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosuppresi,
malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.
2. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan
infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunistik yang dapat
ditransmisikan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
pertukaran oksigen malnutrisi kelelahan.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan
metabolik dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5. Diare berhubungan dengan infeksi GI.
6. Tidak Efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas
tentang keadaan yang orang dicintai.
2.2.3 Intervensi keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria hasil
1. Resiko tinggi Pasien akan 1. Monitor tanda 1. Untuk
infeksi bebas infeksi infeksi paru pengobatan dini
berhubungan oportunistik dan 2. Gunakan 2. Mencegah
dengan komplikasinya tehnik aseptik pasien terpapar
imunosuppresi, dengan kriteria pada setiap oleh kuman
malnutrisi dan hasil : tindakan patogen yang
pola hidup yang 1. Tidak ada invasif. Cuci diperoleh di RS
beresiko tanda-tanda tangan 3. Mencegah
infeksi baru sebelum bertambahnya
2. Lab tidak ada memberikan infeksi.
infeksi tindakan 4. Meyakinkan
oportunis 3. Anjurkan klien diagnosa akurat
3. Tanda vital metoda dan pengobatan
dalam batas mencegah 5. Mempertahanka
normal terpapar n kadar darah
4. Tidak ada terhadap yang terapeutik
luka atau lingkungan
aksudat. yang patogen
4. Kumpulkan
spesimen
untuk tes lab
sesuai order
5. Atur
pemberian
aniinfeksi
sesuai order.
2. Resiko tinggi
Infeksi HIV 1. Anjurkan 1. Paien da
infeksi (kontak tidak pasien atau keluarga mau
pasien) ditransmisikan, orang penting dan
berhubungan tim kesehatan lainnya metode memerlukan
dengan infeksi memperhatikan mencegah informasikan ini
HIV, adanya universal transmisi HIV 2. Mencegah
infeksi precautions dan kuman transmisi infeksi
nonopportunisti dengan kriteria patogen HIV ke orang
k yang dapat hasil : lainnya. lain.
ditransmisikan.1. Kontak pasien 2. Gunakan darah
dan tim dan cairan
kesehatan tubuh
tidak terpapar precaution bila
HIV merawat
2. Tidak pasien. Gunaka
terinfeksi masker bila
patogen lain perlu
seperti TBC.
3. Intoleransi Pasien 1. Monitor 1. Respon
aktivitas berpartisipasi respon bervariasi dari
berhubungan dalam kegiatan, fisiologis hari ke hari
dengan dengan kriteria terhadap 2. Mengurangi
kelemahan, hasil : aktivitas kebutuhan
pertukaran 1. Bebas 2. Berikan energy
oksigen, dyspnea dan bantuan 3. Ekstra istirahat
malnutrisi, takikardi perawatan yang perlu jika
kelelahan selama pasien sendiri karena
aktivitas tidak mampu meningkatkan
3. Jadwalkan kebutuhan
perawatan metabolic
pasien sehingga
tidak
mengganggu
istirahat.
4. Perubahan Pasien 1. Monitor 1. Intake
nutrisi kurang mempunyai kemampua menurun
dari kebutuhan intake kalori dan mengunyah dihubungkan
tubuh protein yang dan menelan dengan nyeri
berhubungan adekuat untuk 2. Monitor BB, tenggorokan
dengan intake memenuhi intake dan dan mulut
yang kurang,
kebutuha output 2. Menentukan
meningkatnya metaboliknya 3. Atur antiemetic data dasar
kebutuhan dengan kriteri sesuai order 3. Mengurangi
metabolic, danhasil : 4. Rencanakan muntah
menurunnya 1. Mual dan diet dengan 4. Meyakinkan
absorbs zat gizi.muntah pasien dan bahwa
dikontrol orang penting makanan
2. Pasien makan lainnya. sesuai dengan
TKTP keinginan
3. Serum pasien
albumin dan
protein dalam
batas n
normal
4. Bb mendekati
seperti
sebelum sakit
5. Diare Pasien merasa 1. Kaji 1. Mendeteksi
berhubungan nyaman dan konsistensi dan adanya darah
dengan infeksi mengontrol frekuensi feses dalam feses
GI diare, komplikasi dan adanya 2. Hipermotiliti
minimal dengan darah. umumnya
kriteria hasil : 2. Auskultasi dengan diare
1. Perut lunak bunyi usus. 3. Mengurangi
2. Tidak tegang 3. Atur agen motilitas usu,
3. Feses lunak antimotilitas yang pelan,
dan warna dan psilium emperburuk
normal (Metamucil) perforasi pada
4. Kram perut sesuai order. intestinal
hilang 4. Berikan 4. Untuk
ointment A dan menghilangkan
D vaselin atau distensi
zinc oside.
6. Tidak efektif Keluarga atau 1. Kaji koping 1. Memulai suatu
koping keluarga orang penting keluarga hubungan
berhubungan lain terhadap sakit dalam bekerja
dengan cemas mempertahankan pasien dan secara
tentang keadaan support sistem perawatannya konstruktif
yang orang dan adaptasi 2. Biarkan dengan
dicintai. terhadap keluarga keluarga.
perubahan akan mengungkapka 2. Mereka tak
kebutuhannya n perasaan menyadari
dengan kriteria secara verbal bahwa mereka
hasil : 3. Ajarkan kepada berbicara
1. pasien dan keluarga secara bebas.
keluarga tentang 3. Menghilangkan
berinteraksi penyakit dan kecemasan
dengan cara transmisinya tentang
yang transmisi
konstruktif. melalui kontak
sederhana.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Acquired immune defficiency syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi Human Immmunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang muncul akibat penurunan
kekebalan tubuh.
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul
karena rusaknya sistem imunitas tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu
virus yang memperlemah imunitas pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
benar bisa disembuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Rohan, Hasdianah Hasan & Siyoto, Sandu. 2013. Buku Ajar KESEHATAN
REPRODUKSI. Yogyakarta : Nuha Medika
Lestari, Pujiana Endah. 2013. INFEKSI JAMUR CANDIDA PADA PENDERITA
HIV/AIDS. Stomatogantic (J. K. G Unej), 10(1), 35-38
Saktina, Putri Uli & Satriyasa, Bagus Komang. 2017. KARAKTERISTIK
PENDERITA AIDS DAN INFEKSI OPORTUNISTIK DI RUMAH SAKIT
UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JULI 2013 SAMPAI
JUNI 2014. E-JURNAL MEDIKA, 6(3), 1-6
Yuniarti, dkk. 2013. Pengaruh konseling gizi dan penambahan makanan
terhadap asupan zat gizi dan status gizi pasien HIV/AIDS. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 9(3), 133-138.

Anda mungkin juga menyukai