Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH METODELOGI PENELITIAN

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA

DOSEN PENGAMPU: HERI BAHTIAR., S.KEP.,Ners.,MPH


DISUSUN OLEH KELOMPOK 1
ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18
ANNISA MUZRIAH 002STYC18
ANNISYA HIRDAYANTI 003STYC18
APRIANTI PURNAMASARI 004STYC18
ARFAH 005STYC18
DEDE WIDYA NINGSIH 007STYC18
DESAK HARTAMI MALIK 008STYC18
DIANA NOVITA 009STYC18
DITA ARDIANA 010STYC18
DWI DARMAYANTI 012STYC18
EFA FORIA PRASTI DINA H. 013STYC18
EKA MARDIANTI 014STYC18
ELENA SEPTINI MAHARANI 015STYC18
EMA MAULINA 016STYC18
FENI FERNIANSYAH 017STYC18
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang
ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada bapak dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA
DATA”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku dan jurnal yang
telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 23 April 2021

Kelompok 1
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1. Pengumpulan Data..........................................................................................3

2.1.1. Definisi Data 3


2.1.2. Jenis Data 3
2.1.3. Metode Pengamatan (Observasi) 4
2.1.4. Metode Wawancara (Interview) 14
2.1.5. Metode Kuesioner Sebagai Alat Ukur 23
2.2. Analisis Data 26
2.2.1. Pengertian Analisa Data26
2.2.2. Tujuan Analisa 26
2.2.3. Tahapan Analisis Data 27
2.2.4. Jenis Analisis Data 28
2.2.5. Uji Hipotesis 40
2.2.6. Menentukan Uji Statistik 42

BAB III PENUTUP 50

3.1 Kesimpulan 50

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian merupakan suatu proses meneliti suatu fenomena/peristiwa secara
sistematis yang ditujukan untuk menemukan dan/atau mengembangkan suatu
pengetahuan yang benar. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus
dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitian,
yakni suatu cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah tersebut harus didasari ciri-ciri keilmuan yaitu
rasional, empiris, dan sistematis.
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah
yang diteliti. Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya mengunjungi,
“melihat”, atau “menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian
khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan bahwa
observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan
gejala-gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”.
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (Responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari
responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai
pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat
terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata “ana” dan
“lysis“. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan.
Agar data bisa dianalisis maka data tersebut harus dipecah dahulu menjadi
bagian-bagian kecil (menurut element atau struktur), kemudian

1
menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang baru. Analisa
data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimanakah metode pengumpulan data ?
1.2.2. Bagaimanakah pengertian dan jenis data ?
1.2.3. Bagaimanakah metode observasi dan wawancara ?
1.2.4. Bagaimanakah metode kuesioner dan pengukuran ?
1.2.5. Apa itu analisa data ?
1.2.6. Bagaimana cara mengolah dan menganalisa data ?
1.2.7. Apa tujuan dari analisa data ?
1.2.8. Bagaimanakah tahapan analisa data?
1.2.9. Apa saja jenis – jenis analisis data ?
1.2.10. Apa itu uji hipotesis ?
1.2.11. Bagimana menentukan uji statistik ?
1.3 Tujuan
1.3.1. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana metode pengumpulan data
1.3.2. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana pengertian dan jenis data
1.3.3. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana metode observasi dan
wawancara
1.3.4. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana metode kuesioner dan
pengukuran
1.3.5. Agar mahasiswa dapat memahami apa itu analisa data
1.3.6. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara mengolah dan
menganalisa data
1.3.7. Agar mahasiswa dapat memahami apa tujuan dari analisa data
1.3.8. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana tahapan analisa data
1.3.9. Agar mahasiswa dapat memahami apa saja jenis-jenis analisis data
1.3.10. Agar mahasiswa dapat memahami apa itu uji hipotesis
1.3.11. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana menentukan uji statistik

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengumpulan Data
2.1.1. Definisi Data
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya
dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu
keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-
simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat
lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
2.1.2. Jenis Data
1. Data Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua
jenis yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus
grup discussion- FGD) dan penyebaran kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai
landasan dalam menentukan teknik serta langkahlangkah
pengumpulan data penelitian.

3
2. Data Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan bentuk dan sifatnya, data penelitian dapat dibedakan
dalam dua jenis yaitu data kualitatif (yang berbentuk kata-kata/kalimat)
dan data kuantitatif (yang berbentuk angka). Data kuantitatif dapat
dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkannya yaitu data diskrit dan
data kontinum. Berdasarkan sifatnya, data kuantitatif terdiri atas data
nominal, data ordinal, data interval dan data rasio.
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan
dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam
teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen,
diskusi terfokus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan
lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang
diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau
dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.
2.1.3. Metode Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari
luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila
rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya
pengamatan. Contoh: Sebuah mobil di depan kita akan menyebabkan
pengindraan pada kita. Apabila mobil itu menarik perhatian kita, maka akan
terjadi proses pengamatan. Pada pengindraan tidak disertai keaktifan jiwa,
sedangkan pada pengamatan disertai keaktifan jiwa.
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf

4
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah
yang diteliti. Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya mengunjungi,
“melihat”, atau “menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian
khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan bahwa
observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial
dan gejala-gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”.
1. Pengamatan dan Ingatan
Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan. Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini
diperlukan ingatan yang cepat, setia, teguh, dan luas. Ingatan yang cepat
artinya dalam singkat dapat memahami sesuatu hal tanpa menjumpai
kesukaran-kesukaran. Setia, artinya kesan-kesan yang telah diterimanya
akan disimpan sebaik-baiknya, tidak akan berubah. Teguh, artinya dapat
menyimpan kesan waktu lama, tidak mudah lupa. Luas, artinya dapat
menyimpan kesan yang banyak.
Tetapi pada umumya kita sulit untuk mempunyai sifat-sifat ingatan
tersebut diatas. Oleh sebab itu, untuk mengatasi kelemahan ini dan untuk
mengurangi timbulnya kesalahan-kesalahan,observasi dapat dibantu
dengan jalan :
a. Mengklasifikasi gejala-gejala yang relevan.
b. Observasi diarahkan pada gejala-gejala yang relevan.
c. Menggunakan frekuensi pengamatan yang lebih sering.
d. Melakukan pencatatn dengan segera.
e. Didukung pula oleh alat-alat mekanik/elektronik seperti alat
pemotret, film, tape recorder, dan lainnya.
2. Pertimbangan lain, diperlukannya alat-alat bantu ini mengingat bahwa di
dalam penelitian ilmiah, baik yang ada di laboratorium maupun di
lapangan, indra pengamatan yang paling penting adalah mata dan telinga.
Indra-indra tersebut kemampuannya terbatas, berbeda-beda secara
individual, dan tidak lepas dari kelemahan-kelemahan. Ditambah pula

5
dengan kompleksnya fenomena sosial berdimensi majemuk, yang
menyulitkan proses pengamatan. Hal ini semua apabila para pengamat
tidak dibantu dengan alat-alat tersebut di atas akan memperbesar
kesalahan yang akan dilakukan.
3. Sasaran Pengamatan
Apabila seorang peneliti terjun ke tengah-tengah masyarakat akan
dijumpai banyak sekali kenyataan atau gejala-gejala sosial yang dijadikan
sasaran pengamatan. Tetapi tidak semua yang dilihat dan diamati itu
diperlukan dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam menghadapi sasaran
pengamatan, peneliti akan menjumopai kesukaran dalam menentukan apa
yang harus diamati dan diperhatikan dengan seksama, dan apa yang
diabaikan.
Pembatasan tentang sasaran pengamatan ini, sebaiknya
dipertimbangankan terlebih dulu sebelum peneliti memulai mengadakan
pengamatan. Untuk membantu pembatasan sasaran penelitian ini, peneliti
dapat mempelajari teori-teori ataupun pengetahuan-pengetahuan tentang
substansi penelitian yang bersangkutan. Dari sini akan diperoleh gambaran
mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan dalam
mempelajari masalah sosial tertentu termasuk kesehatan. Misalnya, kita
akan mengamati status sosial ekonomi seseorang, di samping kita dapat
mengamati kekayaannya, kita juga dapat mengamati gejala-gejala lain
yang menunjukkan tinggi rendahnya status sosial orang tersebut, yang
semua ini dapat dipelajari dalam literasi atau pengalaman-pengalaman.
Di samping itu, untuk menentukan batas sasaran pengamatan diperlukan
kerangka teori atau konsep yang merupakan teori atau konsep-konsep dan
hipotesis, yang telah disusun dalam suatu rancangan penelitian. Kemudian
konsep ataupun hipotesis tersebut dijabarkan pada instrument yang lebih
konkret (misalnya formulir pengamatan).
4. Beberapa Jenis Pengamatan
a. Pengamatan Terlibat (Observasi Partisipatif)

6
Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-benar
mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
sasaran pengamat (observee). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif
berpartisipasi pada aktivitas dalam kontak sosial yang diselidiki. Jenis
teknik ini, biasanya digunakan di dalam penelitian yang bersifat
eksploratif atau dalam penelitian kualitatif. Mula-mula jenis
pengamatan ini dipakai dalam penelitian di bidang antropologi, tetapi
akhirnya diterapkan pula terhadap kesatuan-kesatuan sosial lainnya. Di
bidang kesehatan dapat digunakan biasanya untuk penelitian-
penelitian yagn terkait dengan perilaku kesehatan : pola makan, gaya
hidup, perilaku penggunaan jamban keluarga, dan sebagainya.
Suatu hal yang diperhatikan di dalam observasi partisipatif ini
adalah jangan sampai mereka (observee)tahu bahwa pengama yang
berada di tengah-tengah mereka sedang memperhatikan gerak-gerik
mereka. Oleh karena itu, pada pencatatan-pencatatan yang dibuat oleh
pengamat jangan sampai terlihat oleh sasaran pengamatan. Apabila
observee tahu bahwa mereka sedang diperhatikan (diamati), maka
akan terjadi kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1) Tingkah laku mereka dibuat-buat.
2) Kepercayaan mereka terhadap pengamat akan hilang, yang
akhirnya menutup diri dan selalu berprasangka.
3) Dapat mengganggu situasi dan relasi pribadi
4) Akibat dari ini semua kemungkinan akan diperoleh data atau
informasi yang bias

Agar observasi partsipatif ini berhasil, perlu diperhatikan hal-hal


sebagai berikut :

1) Dirumuskan gejala apa yang harus diobservasi


2) Diperhatikan cara pencatatan yang baik, sehingga tidak
menimbulkan kecurigaan

7
3) Memelihara hubungan baik dengan observe
4) Mengetahui batas intensitas partisipasi
5) Menjaga agar situasi dan iklim psikologis tetap wajar
6) Sebaiknya pendekatan pengamatan dilakukan melalui tokoh-
tokoh masyarakat setempat (key person)

Dalam hal intensitasnya, observasi partisipatif dapat digolongkan


menjadi dua, yaitu :

1) Observasi partisipatif partial (sebagian) yang hanya mengambil


bagian pada kegiatan-kegiatan tertentu saja, dimana tingkahlaku-
tingkahlaku yang akan diamati timbul
2) Observasi partisipasi penuh, dengan ikut sera pada semua kegiatan
sosial yang ada sudah barang tentu, kedua jenis partisipatif ini
dalam rangka pengamatan pengumpulan data mempunyai
kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan masing-masing.
b. Pengamatan Sistematis
Ciri utama jenis pengamatan ini yaitu mempunyai kerangka atau
struktur yang jelas, dimana di dalamnya berisikan faktor yang
diperlukan, dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori.
Dengan demikian maka metode observasi mempunyai scope yang
lebih sempit dan terbatas sehingga pengamatan lebih terarah. Pada
umumnya observasi sistematis ini didahului suatu observasi
pendahuluan, yakni denga observasi partisipatif guna mencari
penemuan dan perumusan masalah yang akan dijadikan sasaran
observasi.
Apabila dalam suatu observasi tidak diadakan sistematika secara
kategoris atau tidak mempunyai kerangka struktur, maka pengamatan
ini digolongkan dalam observasi nonsistematis. Hal ini yang perlu
diperhatikan oleh pengamat dalam pengamatan yang berstruktur ini
adalah agar bermacam-macam peralatan yang digunakan untuk

8
mengadakan pencatatan jangn sampai mengganggu hubungan antara
pengamat itu sendiri dengan observe (yang diamati)
c. Observasi Eksperimental
Dalam observasi ini observee dicoba atau dimasukkan ke dalam
suatu kondisi atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi itu diciptakan
sedemikian rupa sehingga gejala atau perilaku yang akan dicari atau
diamati akan timbul. Pengamatan dilakukan dengan amat teliti, karena
pada umumnya gejala-gejala sosial itu suli untuk ditimbulkan lagi
meskipun dalam situasi dan kondisi yang sama.
Dalam jenis observasi ini semua kondisi dan faktor-faktornya dapat
diatur dan dikendalikan, maka observasi eksperimental ini juga disebut
pengamatan terkendali. Keuntungan dari pengamatan terkendali ini
antara lain : orang tidak perlu menunggu terlalu lama timbulnya suatu
gejala atau tingkah laku yang diperukan. Sebab gejala atau tingkah
laku yang sulit timbul dalam keadan normal, dengan stimulus atau
kondisi tersebut gejala –gejala dapat muncul. Misalnya : yang sengaja
diciptakan itu, gejalanya gejalan frustasi, ketekunan, agresi, reaksi, dan
sebagainya.
Namun demikian, pengamatan jenis ini mempunyai kelemahan-
kelehmahan karena hasilnya sering “bias”. Hal ini disebabkan karena
orang-orang yang menjadi sasaran pengamatan seolah-olah dipaksa
untuk meninggalkan lingkungan mereka yang asli, dan memasuki
suatu tempat atau ruangan yang asing bagi mereka sehingga apa yang
dilakukan mereka di tempat atau situasi yang asing ini berbeda dengan
tingkah laku mereka di tempat asal mereka. Jadi, kemungkinan tingkah
laku mereka selama di dalam percobaan dibuat-buat.
Sedikit untuk mengurangi kelemahan ini kadang-kadang digunakan
“one way screen” yaitu suatu alat yang memungkinkan pengamat
melihat segala sesuatu yang terjadi atau yang diperbuat oleh observe di
belakang layar, seangkan orang yang diamati tidak melihat pengamat

9
(observe). Hal ini akan lebih menjamin observe dapat berbuat bebas
dan wajar. Sering juga observasi elperimental ini disebut observasi
terkontrol, karena dengan sengaja proses atau gejala-
gejalanyadiusahakan agar dapat dikendalikan dan dikontrol.
Pengamatan semacam ini banyak dilakukan dalam laboratorium ilmia,
klinik khusus, ruang-ruang penelitian dan sebagainya yang
mengadakan penyelidikan terhadap gejala kealaman dan fenomena
sosial yang sederhana, termasuk perilaku.
Tetapi pada kenyataan gejala sosial itu sangat komopleks, dimana
satu gejala sosial itu berada di tengah matrix sosial yang luas dan riil,
yang tidak terkontrol, karena kondisi dan situasinya tidak dikendalikan
olehnpengamat untuk kemudian dilakukan pengontrolan. Untuk
mempelajari fenomena sosial ini dapat menggunakan teknik observasi
partisipatif seperti telah diuraikan tadi.
5. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Pengamatan
Kelebihan :
a. Merupakan cara pengumpulan data yang murah, mudah dan langsung
dapat mengamati terhadap macam-macam gejala.
b. Tidak mengganggu, sekurang-kurangnya tidak terlalu mengganggu
pada sasaran pengamatan (observe)
c. Banyak gejala-gejala psychis penting yang tidak tau sukar diperoleh
dengan teknik angket ataupun interview, tetapi dengan metode
inimudah diperoleh
d. Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara serempak kepada
sasaran pengamatan yang lebih banyak.

Kekurangan :

a. Banyak peristiwa psychis tertentu yang tidak dapat diamati,


misalnyaharapan, keinginan, dan masalah-masalah yang sifatnya sangat
pribasi dan lain-lain.

10
b. Sering memerlukan waktu yang lama sehingga membosankan, karena
tingkah laku atau gejala yang dikehendaki tidak muncul-muncul.
c. Apabila sasaran pengamatan mengetahui bahwa mereka sedang
diamati, mereka akan dengan sengaja menimbulkan kesan-kesan yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan, atau berperilaku yang dibuat-
buat.
d. Sering subjektif dari observer tidak dapat dihindari.
6. Beberapa Alat Observasi
Seperti telah disinggung di depan bahwa pelaksanaan observasi agar
dengan cermat memperoleh data, diperlukan beberapa alat bantu
pendukung pengamatan ini. Alat-alat tersebut antara lain:
a. Check List
Adalah suatu daftar untuk men”cek”, yang berisi nama subjek
dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan.
Pengamat tinggal memberikan tanda chek (v) pada daftar tersebut
yang menunjukkan adanya gejala atau ciri dari sasaran pengamatan.
Checklist ini dapat bersifat individual dan juga dapat bersifat
kelompok. Kelemahan check list ini adalah hanya dapat menyajikan
data yang kasar saja, hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala.
Contoh chck list dapat dilihat dibawah ini.
Contoh: Check List Kelompok

Nama Faktor-faktor/Gejala

Disiplin Kecerdasa. Ketekun. Keterampil.


1. Ali v v v -
2. Badu v v v v
3. Cholik v v - -
4. Dadana v v v -

11
5. Dst.

Kelemahan check list adalah hanya dapat menyajikan data yang kasar,
sebab hanya mencatat ada atau tidaknya suatu gejala, kurang
memberikan informasi yang bersifat kualitatif.
b. Skala Penilaian (Rating Scale)
Skala ini berupa data yang berisikan ciri-ciri tingkah laku yang di
catat secara bertingkat. Rating scale ini dapat merupakan satu alat
pengumpulan data untuk mengelompokkan, menggolongkan, dan
menilai seseorang atau suatu gejala. Skala penilaian ini ada bermacam-
macam bentuk antara lain:
1) Bentuk kuantitas yang menggunakan skors atau rangking.
Contoh: penilaian terhadap gejala tertentu sebagai berikut:

Gejala Skors

1 2 3 4 5
Kerja sama x
Kerajinan x
Partisipasi x
Ketekunan x
Dsb.

Pengamat atau penilai tinggal memberikan skors sesuai


dengan pendapatnya, sesuai dengan gejala yang diamati sendiri,
dan menurut “judgment”sendiri (subjektif).
2) Rating Scale dalam bentuk deskripsi
Contoh: penilaian terhadap kerja sama:
Kerja sama: 1----------------2---------------3------------4--------------5
5 = Dapat/mau bekerja sama dengan orang lain.
4 = Kadang-kadang mau bekerja sama.

12
3 = Mau bekerja sama tetapi dengan orang-orang tertentu saja.
2 =Tidak mau bekerja sama secara baik dengan orang lain pada
bidang tertentu.
1 = Tidak mau bekerja sama dengan orang lain sama sekali.
Pengamat memberikan tanda check pada nilai (angka) sesuai
dengan pendapatnya sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan
tersebut.
3) Ratig Scale dalam bentuk grafis
Contoh: Bekerja mandiri (independentcy)
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
Selalu Biasanya Dlm hal Sewaktu- Bekerja
minta minta tertentu waktu baik bila
petunjuk petunjuk perlu perlu dibiarkan
petunjuk pengawas sendiri
Pengamat memberikan tanda check (v) pada skala gejala yang
telah tersusun. Kelemahan dari skala penilaian ini antara lain
sangat subjektif dan sangat kaku (rigid), sehingga kurang
memberikan kesempatan luas kepada observer.
c. Daftar Riwayat Kelakuan (Anecdotal Record)
Adalah catatan-catatan mengenai tingkah laku seseorang
(observe) yang luar biasa sifatnya atau yang khas. Catatan semacam
ini kecuali dibuat oleh pengamat, sering pula dibuat oleh guru,
pemimpin organisasi, pendeta, direktur perusahaan, dan sebagainya.
Pada prinsipnya anecdotal record ini harus dibuat secepat mungkin di
kala peristiwa itu terjadi atau sesudah terjadi, dengan catatan ucapan
atau tingkah laku tertentu dari anggota suatu masyarakat.
d. Alat-alat Mekanik (Electronics)
Alat-alat ini antara lain: alat perekam, alat fotografis, film, tape
recorder, kamera televisi, dan sebagainya. Alat-alat tersebut setiap saat

13
dapat diputar kembali untuk memungkinkan mengadakan analisis
secara teliti.
2.1.4. Metode Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi
secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (Responden), atau bercakap-
cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data
tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau
percakapan. Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi.
Gejala-gejala sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi
dapat digali dari wawancara.
Wawancara bukanlah sekadar memperoleh angka lisan saja, sebab dengan
wawancara peneliti akan dapat:
a. Memperoleh kesan langsung dari responden.
b. Meniai kebenaran yang dikatakan oleh responden.
c. Membaca air muka (mimik) dari responden.
d. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden.
e. Memaning jawaban bila jawaban macet.

Dalam pelaksanaan penelitian, wawancara kadang-kadang bukan


merupakan hal yang terpisah khusus, melainkan merupakan pelengkap atau
suplemen bagi metode-metode yang lain. Diharapkan dengan wawancara ini
diperoleh suatu data yang lebih valid. Dalam wawancara hendaknya antara
pewawancara (interviewer) dengan sasaran (interviewee)
a. Saling melihat, saling mendengar, dan saling mengerti.
b. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal).
c. Mengadakan persetujuan atau perencanaan pertemuan dengan tujuan
tertentu.
d. Menyadari adanya kepentingan yang berbeda, antara pencari informasi dan
pemberi informasi.

14
1. Beberapa Jenis Wawancara
Selain wawancara untuk penelitia yang dipergunakan untuk
mengumpulkan melengkapi data penelitian, juga ada wawancara jenis lain
yaitu wawancara diagnosis dan wawancara pengobatan yang masing-
masing tujuannya adalah untuk menentukan jenis gangguan atau penyakit
dan tujuan pengobatan atau penyembuhan bagi seseorang pasien atau
klien. Disamping itu wawancara juag sering digunakan untuk merekrut
pegawai atau karyawa.
a. Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive or Unguided Interview)
Sebenarnya semua wawancara itu terpimpin, yakni dipimpin oleh
keinginan untuk mengumpulkan informasi atau data, tetapi wawancara
tidak terpimpin di sini diartikan tidak ada pokok persoalan yang
menjadi focus dalam wawancara tersebut. Sehingga dalam wawancara
ini pertanyaan-pertanyaan ini yang dikemukakan itu tidak sitematis,
melompat-lompat dari suatu peristiwa atau topic ke pristiwa atau topic
yang lain tanpa berkaitan. Oleh karena itu, wawancara ini tidak
mempergunakan pedoman yang tegas. Maka tidak jarang wawancara
ini dapat menjurus kea rah “free talk” yang sulit disebut wawancara
lagi, karena situasinya sudah tidak dapat dikuasai atau dibimbing lagi
oleh interviewer. Dengan sendirinya wawancara tidaj terpimpin ini
banyak kelemahan antara lain :
1) Kurang efesien
2) Tidakada pengecekan secara sistematis sehingga realibilitasnya
kurang
3) Memboroskan tenaga, pikiran, biaya, waktu, dan sebagainya.
b. Wawancara Terpimpin (Structured Interview)
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman
berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya,
sehingga interview tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan

15
tersebut kepada interviewee. Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman
(kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup
variable-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan
dari wawancara terpimpin antara lain:
1) Pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan dengan
cermat dan teliti.
2) Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun kuantitatif.
3) Interviewr dapat dilakukan beberapa orang karena adanya
pertanyaan-pertanyaan yang uniform.

Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain”


Pelaksanaan wawancara kalu, interviewr selalu dibayangai pertanyaan-
pertanyaan yang sudah tersusun. disamping itu interviewr menjadi
terlalu formal, sehingga hubungannya dengan responden kurang
fleksibel.

c. Wawancara Bebas Terpimpin


Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak
terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsure
kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan
mengarah. Jadi wawancara jenis ini mempunyai cirri fleksibelitas
(keluwesan) tetapi arahnya yang jelas. Oleh karena itu sering
dipergunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan psikis
antropologis, misalnya latar belakang suatau keyakinan, motivasi dari
suatu perbuatan, harapan-harapan, dan unsure-unsur terpendam
lainnya yang bersifat sangat peribadi.
d. Free talk dan diskusi
Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang
sangat terbuka antara interviewer dan interviewe, maka di sini
sebenarnya kedua belah pihak masing-masing menduduki dwifungsi,
yakni masing-masing sebagai “information Hunter” dan

16
“informationsupplier”, dan dalam keadaan demikian ini kedua belah
pihak dengan hati terbuka bertukar pikiran dan perasaan komandan
subjektif mungkin mereka saling memberikan keterangan-keterangan.
Maka dalam situasi demikian ini berlangsung lah suatu “free talk”
adab berbicara bebas ke mana di sini interviewer sebenarnya bukan
hanya bertindak sebagai pencari data, tetapi juga sebagai suggester,
motivator, dan educator sekaligus
Oleh karena itu, metode omong-omong bebas ini sering dipakai
di dalam suatu “actionresearch”. Dalam penelitian semacam ini fungsi
peneliti bukan saja sebagai pencari data tetapi juga sebagai parsitipasi
yang aktif dalam proses situasi sosial atau kelompok sosial yang
tengah diteliti. Free talk ini sering juga dipakai dalam interaksi klinis
antara seorang dokter dengan pasiennya untuk masuk-masuk diagnosis
dan terapi autis guna mempercepat kesembuhan pasien. Kebaikan dari
metode omong-omong bebas ini adalah bahwa dengan adanya
partisipasi aktif dari peneliti pada anggota masyarakat maka pihak
informan akan merasa terangsang dan merasa mendapatkan manfaat
dalam memberikan informasi-informasi yang benar kepada peneliti
titik kelemahan metode ini adalah kurang relevan untuk peneliti dalam
rangka menguji hipotesis.
Disamping jenis jenis wawancara tersebut adalah wawancara
jenis lain yang dibedakan berdasarkan banyaknya interviewer yakni
wawancara pribadi dan wawancara kelompok. Dalam wawancara
pribadi interviewer menghadapi seorang interviewee, sedangkan pada
wawancara kelompok seorang interviewer menghadapi beberapa orang
sekaligus. Dalam wawancara ini para anggota kelompok dapat saling
menambah dan mengurangi informasi dan dapat saling mengontrol
terhadap jawaban rekannya.
2. TehnikWawancara

17
Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis besarnya tergantung
pada tiga hal yaitu hubungan baik antara interviewer dengan interviewee,
keterampilan sosial interviewer, serta pedoman dan cara pencatatan.
a. Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran ( interviewee)
Dalam suatu wawancara interview akan memberikan informasi
informasi atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik atau
benar, apabila tercipta suasana yang bebas dan tidak kaku titik suasana
seperti ini akan dapat terbentuk apabila ada hubungan yang baik saling
percaya mempercayai antara pewawancara dengan yang
diwawancarai. Suasana semacam ini disebut “rapport”. Jadi tugas
pertama dari pewawancara adalah menciptakan “rapport” ini. Untuk
menciptakan keadaan semacam ini dapat dicapai dengan:
1) Lebih dahulu mengadakan pembicaraan pendahuluan atau kau
“warmingup” untuk perkenalan dan sekaligus untuk menjelaskan
tujuan wawancara.
2) Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti titik
apabila mungkin gunakan bahasa sehari-hari responden atau
mungkin bahasa daerah.
3) Masalah dengan permasalahan yang sesuai dengan minat atau
keahlian responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu.
4) Menciptakan suasana yang bebas dan santai sehingga responden
tidak merasa tertekan atau terpaksa.
5) Hindarkan kesan-kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap
yang kurang menghargai (sinis).
6) Memberikan sugesti kepada interviewer pada keterangan atau
jawaban mereka sangat berharga kamu tetapi dijaga pola jangan
sampai mereka “overacting”
7) “Probing” (menstimulasi percakapan). Apabila jawaban itu masih
kurang lengkap, atau mungkin macet (tidak memperoleh jawaban
dari interview, orang salah sehingga jawaban muncul). Hal

18
semacam ini disebut probingprompting juga diperlukan untuk
mengarahkan atau menyaring jawaban-jawaban yang relevan.
8) Hendaknya bersikap hati-hati, jangan sampai menyentuh titik-titik
kritis (criticalpoints) dan interview, misalnya hal-hal yang sangat
sensitive dan rahasia.
9) Harus memegang teguh kode etik interviewer yang antara lain
tidak membicarakan dengan pihak siapapun tentang rahasia dari
interviewe.
b. Keterampilan sosial interviewer
Seorang pewawancara disamping mempunyai tugas untuk
menciptakan rapor dengan responden ia juga harus mempunyai
penampilan diri yang baik titik dengan kata lain ia harus mempunyai
keterampilan sosial. keterampilan sosial tersebut antara lain:
1) Bersikap ramah sopan, dan berpakaian rapi.
2) Menggunakan bahasa yang sopan kau meringkas, dan mudah
ditangkap.
3) Bersikap luwes, subur, dan bijaksana
4) Menggunakan nada suara yang menarik kamu tidak terlalu keras
lemah tetapi jangan terlalu lembut.
5) Bersikap responsif, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan
sesuatu yang terjadi pada diri interview. Misalnya bila interview
sedang menceritakan penderitaan atau kegembiraannya,
interviewer dapat ikut menghayati.
6) Memberikan sugesti yang halus tetapi tidak sampai
mempengaruhi jawaban responden.
7) Menunjukkan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak
menunjukkan sikap tertutup dan terpaksa.
8) Apabila interviewer menggunakan alat-alat mencatat (kuesioner,
misalnya), gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak
sampai terlihat oleh interviewe.

19
9) Waktu bicara tetaplah wajah interviewe, demikian pula waktu
mendengarkan jawaban-jawaban dari mereka.
10) Menyebut nama responden interviewer daripada hanya dengan
sebutan bapak, ibu,, atau saudara titik misalnya, berapa anak-anak
pak amin, lebih baik daripada berapa anak bapak”.
3. Pedoman Dan Cara Pencatatan Wawancara
Untuk pedoman dan pencatatan wawancara akan dibahas tersendiri di
dalam “ prinsip-prinsip penyusunan kuesioner”. Di sini hanya akan
dibahas tentang cara melakukan pencatatan dan wawancara. Secara garis
besarnya pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan lima
cara, yaitu pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan
alat recording, pencatatan dengan field rating, dan pencatatan dengan field
coding.
a. Pencatatan langsung
Maksudnya pewawancara dengan langsung mencatat jawaban-
jawaban dari interview, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian
interviewer harus selalu siap di tangan. Memang hal ini ada
kemungkinannya, bahwa interviwer belum lupa tentang jawaban-
jawaban atau data yang diperoleh. Tetapi kerugiannya, hubungan
antara pewawancara dengan responden menjadi kaku dan tidak bebas,
sehingga rapport dapat terganggu.
b. Pencatatan dari ingatan
Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah
wawancara selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak
memegang apa-apa, sehingga hubungan antara kedua belah pihak tidak
terganggu, dan rapport mudah tercapai. Tetapi cara ini mempunyai
beberapa kelemahan-kelemahan, antara lain:
1) Banyak data / jawaban yang hilang karena terlupakan.
2) Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang
oleh informan diceritakan secara menonjol dan dramatis.

20
3) Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak
lama akan mengandung banyak kesalahan.
4) Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.

Beberapa ahli mengatakan bahwa rata-rata 25% dari data yang


hanya didasarkan pada ingatan mengandung kesalahan (sosiolog
Payne). Penelitian lain (symond dan dietrich) memperhitungkan bahwa
rata-rata hayan 39% dari data wawancara yang dapat dicatat dengan
ingatan, kalau dilakukan segera pada hari wawancara itu juga. Tetapi
bila dilakukan 2 hari sesudahnya hanya 30%, dan hanya 23% bila
pencatatan dilakukan seminggu sesudah wawancara.

c. Pencatatan dengan Alat Recording


Pencatatan dengan alat recording ini sangat memudahkan
pewawancara, karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail.
Pada saat ini banyak alat-alat elektronik semacam ini yang berukuran
mini, yang mudah di bawa ke mana-mana dan tanpa memerlukan
persiapan yang berarti serta tidak terlalu mencolok.
Tetapi kelemahan pencatat dengan alat ini ialah, memerlukan
kerja dua kali. Sebab interviewer harus menyalin atau menulis lagi dari
alat recording tersebut. Di samping itu pencatatan semacam ini lebih
mahal.
d. Pencatatan dengan field rating (dengan angka)
Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interviewer
mempersiapkan lebih dulu formulir isian atau kuesioner mengenai data
yang akan dikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan jawaban
yang digolongkan ke dalam beberapa kategori. Tiap-tiap kategori
diberi nilai atau “kata nilai”. Misalnya kita ingin mengukur tanggapan
dan penilaian terhadap program keluarga Berencana, maka jawaban
yang kita sediakan:
1) Sangat setuju sekali atau dengan angka 5

21
2) Sangat setuju , dengan angka 4
3) Setuju, dengan angka 3
4) Tidak setuju, dengan angka 2
5) Sangat tidak setuju, dengan angka 1
6) Tidak ada tanggapan, dengan angka 0
e. Pencatatan Data Wawancara Dengan Kode (Field Coding)
Seperti pada field rating, jawaban responden tidak dinilai dengan
angka “kata angka”, tetapi hanya dengan tanda atau kode saja.
Biasanya kode tersebut berupa huruf atau tand-tanda lain yang
mengkiaskan jawaban-jawabannya. Misalnya dengan huruf A, B, C,
D, dan sebagainya. Atau dengan tanda positif (+) atau tanda negative
(-), untuk jawaban “Ya” atau “Tidak”.
4. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Wawancara
a. Kelebihannya
1) Metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya
buta huruf sekalipun, atau pada lapisan masyarakat yang mana
pun, karena alat utamanya adlah bahasa verbal. Dengan pengertian,
bahwa interviewer harus dapat menyesuaikan bahasa dan cara
dengan latar belakang responden.
2) Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode
wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data
yang diperoleh dengan cara observasi ataupun angket.
3) Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk
mengadakan observasi terhadap perilaku pribadi.
4) Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala
psikis, terutama yang berada di bawah sadar.
5) Dari pengalaman para peneliti, metode ini sangat cocok untuk
digunakan di dalam pengumpulan data-data social.
b. Kekurangan-kekurangannya

22
1) Kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran, dan
biaya.
2) Diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer.
3) Member kemungkinan interviewer dengan sengaja memutar
balikan jawaban. Bahkan memberikan kemungkinan interviewer
untuk memalsu jawaban yang dicatat di dalam catatan wawancara
(tidak jujur).
4) Apabila interviewer dan interviewee mempunyai perbedaan yang
sangat mencolok, sulit untuk mengadakan rapport sehingga data
yang diperoleh kurang akurat.
5) Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
sekitar, sehingga akan menghambat dan mempengaruhi jawaban
dan data yang diperoleh.
2.1.5. Metode Kuesioner Sebagai Alat Ukur
Pengumpulan data pada penelitian ada 3 cara yaitu salah satunya adalah
metode kuesioner. Kuesioner adalah tehnik pengumpulan data dengan cara
memberi pertanyan atau pertanyataan tertulis kepada responden untuk
menjawabnya. Kuesioner juga disebut dengan angket merupakan tehnik
pengumpulan data melalui melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang di ajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan
orang yang mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang di
perlukan oleh peneliti (mardalis, 2008: 66). Selain itu kuesioner juga cocok
digunakan bila jumlah respond cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas,
kuesioner dapat berupa pertanyaan secara langsung atau di kirim melalu pos,
atau internet.
Instrument yang di gunakan untuk memperoleh data mengenai
kepercayaan diri adalah angket atau kuesioner, ada beberpa alasan
pengumpulan data sering menggunakan kuesioner salah satunya yaitu dapat
memperoleh gambaran sesui degan apa yang terjadi melalui jawaban dari para
responden dan memiliki keuntungan dalam penggunaanya.

23
1. Keuntungan menggunakan kuesioner
Menurut (arikunto 2010,195) menjelaskan keuntungan dalam
menggunakan kuesioner yaitu :
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b. Dapat di bagikan secara serentak kepada bnayak responden
c. Dapat dijawab oleh responden bebas jujur dna tidka malu-malu
menjawab
d. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat di berikan
pertanyaan yang benar-benar sama.
2. Jenis-jenis kuesioner
a. Kuesioner terbuka
Adalah kuesioner yang daftar pertanyaan yang memberikan
ksempatan pada responden untuk menulukan pendapat mengenai
pertanyaan yang diberikan peneliti sehingga dalam jenis kuesioaner ini
proses mendapatkan datanya bisa dibilang memelukan keahlian dalam
memberikan pertanyaan yang mudah di pahami.
b. Kuesioner tertutup
Adalah daftar pertanyaan yang alternative jawabannya sudah
disediaan oleh peneliti. Cara ini sering dianggap efektif denan alasan
responden hanya memerlukan memberikan tanda centang dalam
kolom yang di sediakan
c. Kuesioner campuran
Adalah perpaduan antara jenis kuesioner terbuka dan tertutup.
Biasnya tehnik ini di pergunakan selain mengetahui topic yang
mendalam guna mendapatkan serangkaian data-data penelitian berupa
angka.
3. Kelebihan dan kelemahan kuesioner
a. Kelebihan
Memberikan waktu kepada respnden untuk
mempertimbangkan tanggapan mereka dengan hati tanpa gangguan ,

24
kuesioner dapat di berikan keapda banyak orang secara bersama ,
setiap responden menerima pertanyaan yang sama. Dengan pertanyaan
bentuk tertutup tanggapan distandarisasi , sehingga dapat membanu
penafsiran dari sejumlah besar responden. Dan dapat juga menangni
sejumlah masalah besar dan pertanyaan yang menjadi perhatian
dengan cara yang relative efisien, dengan kemungkinan tingkat respon
yang tinggi.
b. Kekurangan atau kelemahan
Sulit untuk mendapatkan tingkat repson yang baik. Seringkali
tidka ada motivasi yag kuat bago responden untuk merespon. Setelah
kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul selesai disusun,belum
berarti kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk
mengumpulkan data.kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur
penelitian perlu uji validitas dan rehabilitas .untuk ini maka kuesioner
tersebut harus dilakukan uji coba.”trial” dilapangan.responden yang
digunakan untuk uji coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden
dari tempat dimana penelitian tersebut harus dilaksanakan.
Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati
normal,maka srbaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit
20 orang.hasil-hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk
mengetahui sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang telah disusun tadi
memiliki “validitas”dan “reliabilitas”.suatu alat ukur harus mempunyai
kriteria,”validitas”dan reliabilitas”.

2.2. Analisis Data


2.2.1. Pengertian Analisa Data

25
Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata
“ana” dan “lysis“. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau
menghancurkan. Agar data bisa dianalisis maka data tersebut harus dipecah
dahulu menjadi bagian-bagian kecil (menurut element atau struktur),
kemudian menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang
baru. Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian. Hal
ini berdasarkan argumentasi bahwa dalam analisa inilah data yang diperoleh
peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah.
Maka dari itu, perlu kerja keras, daya kreatifitas dan kemampuan intelektual
yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan. Analisis data berasal dari
hasil pengumpulan data. Sebab data yang telah terkumpul, bila tidak dianalisis
hanya menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang
mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini berfungsi
untuk mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu.
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data.
Analisi data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran dan verivikasi data agar sebuah fenomena memiliki
nilai social, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah :
mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah
terakhir tidak dilakukan.
2.2.2. Tujuan Analisa
Tujuan analisa menurut Sofian Effendi dalam bukunya Metode Penelitian
Survai adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan diinterpretasi. Dalam penelitian strukturalistik, data yang berupa kualitatif
(kata-kata) dikuantifikasikan terlebih dahulu kemudian dianalisis secara
statistikan bertujuan untuk menjelaskan fenomena, menguji hipotesis kerja
dan mengangkat sebagai temuan berupa verifikasi terhadap teori lama dan

26
teori baru. Sedangkan dalam penelitian naturalistik data bisa berupa kata-kata
maupun angka. Data yang bersifat kuantitatif (angka) tidak perlu
dikualitatifkan terlebih dahulu dan tidak menguji hipotesis/teori, melainkan
untuk mendukung pemahaman yang dilakukan oleh data kualitatif dan
menghasilkan teori baru.
Dalam proses menganalisa data seringkali menggunakan statistika karena
memang salah satu fungsi statistika adalah menyederhanakan data. Proses
analisa data tidak hanya sampai disini. Analisa data belum dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Setelah data dianalisa dan diperoleh
informasi yang lebih sederhana, hasil analisa terus harus diinterpetasi untuk
mencari makna yang lebih luas dan impilkasi hasil-hasil analisa.
2.2.3. Tahapan Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera
digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data. Di dalam
buku-buku lain sering disebut pengolahan data, ada yang menyebut data
preparation, ada pula data analisis.
Secara garis besar, pekerjaan analisis meliputi 3 langkah, yaitu:
1. Persiapan.
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :
a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen
pengumpulan data.
c. Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrument termuat
sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain
bukan yang dikehendaki peneliti, padahal isian yang diharapkan
tersebut merupakan variabel pokok, maka item tersebut perlu didrop.
Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih atau
menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja
yang tinggal. Langkah persiapan bermaksud merapikan data agar bersih,
rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau menganalisis.

27
2. Tabulasi.
Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi
skor. Misalnya tes, angket berbentuk pilihan ganda, rating scale, dan
sebagainya. Memberikan kode-kode terhadap item-item yang perlu diberi
skor misalnya:
Jenis kelamin
a. Laki-laki diberi kode 1.
b. Perempuan diberi kode 0.
Tingkat pendidikan
a. SD diberi kode 1.
b. SMP diberi kode 2.
c. SMA diberi kode 3.
d. Perguruan tinggi diberi kode 4.
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Mengubah jenis data, disesuaikan dan dimodifikasi dengan teknik
analisis yang akan digunakan. Misalnya :
a. Data interval diubah menjadi data ordinal dengan membuat tingkatan.
b. Data ordinal atau data interval diubah menjadi data diskrit.
c. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dalam pengolahan data
jika akan menggunakan komputer.
2.2.4. Jenis Analisis Data
1. Analisis Data Kuantitatif
a. Tujuan Analisis Data Kuantitatif
Analisis data dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat
di balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya
menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti, serta menemukan
pola umum yang timbul dari data tersebut. Dalam analisis data
kuantitatif, apa yang dimaksud dengan mudah dimengerti dan pola
umum itu terwakili dalam bentuk simbol-simbol statistik, yang dikenal
dengan istilah notasi, variasi, dan koefisien. Seperti rata-rata ( u =

28
miu), jumlah (E = sigma), taraf signifikansi (a = alpha), koefisien
korelasi (p = rho), dan sebagainya
b. Metode Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Dalam menganalisa data penelitian strukturalistik (kuantitatif)
hendaknya konsisten dengan paradigma, teori dan metode yang
dipakai dalam penelitian. Ada perbedaan analisa data dalam penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, analisa data
yang dilakukan secara kronologis setelah data selesai dikumpulkan
semua dan biasanya diolah dan dianalisis dengan secara computerized
berdasarkan metode analisi data yang telah ditetapkan dalam desain
penelitian.
c. Proses Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik. Terdapat dua macam statistic yang digunakan untuk
menganalisis data dalam penelitian, yaitu statistic deskriptif dan
statistic inferensial. Statistic inferensial meliputi statistik parametris
dan non parametris.
1) Statistic deskriptif
Statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa
diambil smapelnya) jelas akan menggunakan statistic deskriptif
dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel,
maka analisisnya dapat menggunakan statistic despkriptif maupun
inferensial.

29
Statistic deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel dambil.
Mengenai data dengan statistik deskriptif peneliti perlu
memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. Jika peneliti
mempunyai data diskrit, penyajian data yang dapat dilakukan
adalah mencari frekuensi mutlak, frekuensi relatif (mencari
persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu: mode,
median dan mean (Arikunto, 2010).
Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan
mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui
alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil
pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-
angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap
maknanya oleh siapapun yang membutuhkan informasi tentang
keberadaan gejala tersebut.
Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu
data variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari
semula belum teratur dan mudah diinterpretasikan maksudnya oleh
orang yang membutuhkan informasi tentang keadaan variabel
tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan
informasi sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari
penelitian dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.
Analisi statistic deskriptif dapat dibedakan menjadi :
a) Analisis potret data (frekuansi dan presentasi), Potret data
adalah perhitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu variabel.
Nilai dapat disajikan sebagai jumlah absolute atau presentase
dari keseluruhan.
b) Analisis kecenderungan sentral data (nilai rata-rata,median,
dan modus)

30
1.1.1 Nilai rata-rata atau mean biasa diberi symbol X,
merupakan nilai rata-rata secraa aritmatika dari semua
nilai dari variabel yang diukur.
1.1.2 Median adalah nilai tengah dari sekumpulan nilai suatu
variabel yang telah diurutkan dari nilai terkecil kepada
nilai yang tetinggi.
1.1.3 Modus (modu) adalah nilai yang paling sering muncul
pada suatu distribusi nilai variabel.
c) Analisis variasi nilai (kisaran dan simpangan baku atau varian)
Analisis ini dilakukan untuk melihat sebaran nilai
dalam distribusi keseluruhan nilai suatu variabel dari nilai
tengahnya. Analisis ini untuk melihat seberapa besar nilai-nilai
suatu variabel berbeda dari nilainya. Pengukuran variasi nilai
biasanya dilakukan dengan melihat kisaran data (range) atau
simpangan baku (standar deviatioan).
2) Statistik Inferensial
Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan
suatu temuan yang dapat digeneralisasikan secara lebih luas ke
dalam wilayah populasi. Di sini seorang peneliti akan selalu
berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar
penelitiannya untuk diuji secara empirik dengan statistik
inferensial. Jenis statistik inferensial cukup banyak
ragamnya,Peneliti diberikan peluang sebebas-bebasnya untuk
memilih teknik mana yang paling sesuai (bukan yang paling
disukai) dengan sifat/jenis data yang dikumpulkan. Secara garis
besar jenis analisis ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk
jenis penelitian korelasional dan kedua untuk komparasi dan/ atau
eksperimen. teknik analisis dengan statistic inferensial adalah
teknik pengolahan data yang memungkinkan peneliti untuk
menerik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya pada

31
sejumlah sampel, terhadap suatu populasi yang lebih besar.
Kesimpulan yang diharapkan dapat dibuat biasanya dinayatakan
dalam suatu hipotesis. Oleh karena itu, analisis statistik inferensial
juga bisa disebut analisis uji hipotesis. Inferensi yang sering dibuat
oleh peneliti pendidikan dan ilmu social pada umunya
berhubungan dengan upaya untuk melihat perbedaan (beda nilai
tengah) dan korelasi, baik anatara dua variabel independent
maupun anatara beberapa variabel sekaligus. Selisih nilai tengah
ataupun nilai koefisien (correlation coeficient) yang dihasilkan
kemudian diuji secara statistic.
Statistic inferensial, sering juga disebut statistic induktif atau
statistic probabilitas, adalah teknik statistic yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan utuk populasi.
Statistic ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari
popualsi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi
itu dilakukan secara random. Statistik inferensial fungsinya lebih
luas lagi, sebab dilihat dari analisisnya, hasil yang diperoleh tidak
sekedar menggambarkan keadaan atau fenomena yang dijadikan
obyek penelitian, melainkan dapat pula digeneralisasikan secara
lebih luas kedalam wilayah populasi. Karena itu, penggunaan
statistik inferensial menuntut persyaratan yang ketat dalam
masalah sampling, sebab dari persyaratan yang ketat itulah bisa
diperoleh sampel yang representatif; sampel yang memiliki ciri-ciri
sebagaimana dimiliki populasinya. Dengan sampel yang
representatif maka hasil analisis inferensial dapat digeneralisasikan
ke dalam wilayah populasi.
Statistic inferensial meliputi statistic parametris dan non
parametris. Statistic parametris digunakan untuk menguji
parameter populasi melalui statistic, atau menguji ukuran populasi
melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi : rata-rata

32
dengan notasi μ (mu), simpangan baku σ (sigma) dan varians σ2.
Dalam statistic pengujian parameter melalui statistic (data sampel)
tersebut dinamakan uji hipotesis statistic. Oleh karena itu
penelitian yang berhipotesis statistic adalah penelitian yang
menggunakan sampel.
Statistic non parameter tidak menguji parameter populasi,
tetapi menguji distribusi. Penggunaan statistic parametris dan non
parameter tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan
dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhinya banyak
asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus
berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes
mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus
homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas.statistik
non parametris tidak menuntuk terpenuhinya banyak asumsi,
misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi
normal. Oleh karena itu statistic non parametris mempunyai
kekuatan yang lebih dari statistic non parametris, bila asumsi yang
melandasi dapat terpenuhi.
Dalam statistik parametris menggunakan analisis data yang berupa,
a) Data Interval
Data interval tergolong data kontinum yang mempunyai
tingkatan yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan data
ordinal karena mempunyai tingkatan yang lebih banyak lagi.
Data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu
dengan yang lainnya.
b) Data Rasio
Data rasio merupakan data yang tergolong ke dalam data
kontinum juga tetapi yang mempunyai ciri atau sifat tertentu.
Data ini memiliki sifat interval atau jarak yang sama seperti
halnya dalam skala interval. Namun demikian, skala rasio

33
masih memiliki ciri lain. Pertama harga rasio memiliki harga
nol mutlak, artinya titik nol benar-benar menunjukkan tidak
adanya suatu ciri atau sifat. Misalnya titik nol pada skala
sentimeter menunjukkan tidakadanya panjang atau tinggi
sesuatu. Kedua angka skala rasio memiliki kualitas bilangan
riel yang berlaku perhitungan matematis.
Sedangkan dalam statistik non parametris analisi data dibagi
menjadi:
a) Data Nominal
Data ini juga sering disebut data diskrit, kategorik, atau
dikhotomi. Disebut diskrit karena ini data ini memiliki sifat
terpisah antara satu sama lainnya, baik pemisahan itu terdiri
dari dua bagian atau lebih; dan di dalam pemisahan itu tidak
terdapat hubungan sama sekali. Masing-masing kategori
memiliki sifat tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan
kategori lainnya. Sebagai misal data hasil penelitian
dikategorikan kedalam kelompok “ya” dan “tidak” saja.
b) Data Ordinal
Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan atau
penjenjangan pada sesuatu keadaan. Berbeda dengan data
nominal yang menunjukkan adanya perbedaan secara
kategorik, data ordinal juga memiliki sifat adanya perbedaan di
antara obyek yang dijenjangkan. Namun dalam perbedaan
tersebut terdapat suatu kedudukan yang dinyatakan sebagai
suatu urutan bahwa yang satu lebih besar atau lebih tinggi
daripada yang lainnya.Kriteria urutan dari yang paling tinggi
ke yang yang paling rendah dinyatakan dalam bentuk posisi
relatif atau kedudukan suatu kelompok.
d. Jenis-jenis Analisis Data Kuantitatif
1) Analisis Univariat

34
Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu variabel. Analisis
ini dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan menggunakan
statistik deskriptif. Hasil penghitungan statistik tersebut nantinya
merupakan dasar dari penghitungan selanjutnya.
2) Analisis Bivariat
Jenis analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dua variabel.
Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variable
pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh (tidak bebas).
3) Analisis Multivariat
Sama dengan analisis bivariat, tetapi pada mutivariat yang
dianalisis variabelnya lebih dari dua. Tetap mempunyai dua
variabel pokok (bebas dan tidak bebas), variabel bebasnya memliki
sub-sub variable

2. Analisis Data Kualitatif


Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.
Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan
tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
Penelitian kuantitatif dan kualitatif mempunyai gaya analisa masing-
masing. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang analisis data penelitian
kualitatif. Dimana, gaya analisis dari penelitian ini jauh berbeda dengan
gaya analisa kuantitatif yang selalu menggunakan angka-angka untuk
menyimpulkan suatu penelitian. Analisis data kualitatif berkaitan dengan
data berupa kata atau kaliamat yang dihasilkan dari objek penelitian serta
berkaitan dengan kejadian yang melingkupi sebuah objek penelitian.

35
Analisis data kualitatif dilakukan secara induktif, yaitu penelitian
kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori tetapi dimulai dari fakta empiris.
Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan
menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Peneliti
dihadapkan kepada data yang diperoleh dari lapangan. Dari data tersebut,
peneliti harus menganalisis sehingga menemukan makna yang kemudian
makna itulah menjadi hasil penelitian.
a. Menurut Seiddel analisis data kualitatif prosesnya sebagai berikut:
1) proses mencatat yang menghasilakan catatan lapangan, dengan hal
itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
menyintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.
3) Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan.
4) Membuat temuan-temuan umum.
b. Tujuan
Adapun tujuan analisis data kualitatif adalah mencari makna
dibalik data yang melalui pengakuan subyek pelakukanya. Peneliti
dihadapkan kepada berbagai objek penelitian yang semuanya
mengahasilkan data yang membutuhkan analisis. Data yang didapat
dari obyek penelitian memiliki kaitan yang masih belum jelas. Oleh
karenanya, analisis diperlukan untuk mengungkap kaitan tersebut
secara jelas sehingga menjadi pemahaman umum.
c. Metode Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif tidak sama dengan analisis kuantitatif
yang metode dan prosedurnya sudah pasti dan jelas. Ketajaman
analisis data kualitatif tergantung kepada kebiasaan peneliti dalam
melakukan penelitian kuantitatif. Peneliti yang sudah terbiasa
menggunakan pendekatan ini, biasanya mengulas hasil penelitiannya
secara mendalam dan kongkret.

36
Meskipun analisis kualitatif ini tidak menggunakan teori secara
pasti sebagaimana kuantitaif, akan tetapi keabsahan dan kevalidan
temuannya juga diakui sejauh peneliti masih menggunakan
kaidahkaidah penelitian. Menurut Patton dalam Kristi Poerwandari,
yang harus selalu diingat peneliti adalah bagaimanapun analisis
dilakukan, peneliti wajib memonitor dan melaporkan proses dan
prosedurprosedur analisisnya sejujur dan selengkap mungkin.
Analisis kualitatif juga berbeda dengan kuantitatif yang cara
analisis dilakukan setelah data terkumpul semua, tetapi analisis
kualitatif dilakukan sepanjang penelitian dari awal hingga akhir. Hal
ini dilakukan karena, peneliti kualitatif mendapat data yang
membutuhkan analisis sejak awal penelitian. Bahkan hasil analisis
awal akan menentukan proses penelitian selanjutnya. Menurut
Moleong, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya. Setelah ditelaah,
langkah selanjutnya adalah reduksi data, penyusunan satuan,
kategorisasi dan yang terakhir adalah penafsiran data.
Proses analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Moleong
diatas sangat rumit dan terjadi tumpang tindih dalam
tahapantahapannya. Tahapan reduksi data sampai kepada tahapan
kategorisasi data menurut hemat penulis merupakan satu kesatuan
proses yang bisa dihimpun dalam reduksi data. Karena dalam proses
ini, sudah terangkum penyusunan satuan dan kategorisasi data. Oleh
karena itu, penulis lebih setuju kalau proses analisis data dilakukan
melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau display data dan
kesimpulan atau Verifikasi. Untuk lebih jelasnya, penulis akan
menjelaskan proses analisis tersebut sebagai berikut:
1) Reduksi Data

37
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data bisa
dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi
merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada
dalam data penelitian. Dengan kata lain proses reduksi data ini
dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan
penelitian untuk menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang
diperoleh dari hasil penggalian data.
Dengan demikian, tujuan dari reduksi data ini adalah untuk
menyederhanakan data yang diperoleh selama penggalian data di
lapangan. Data yang diperoleh dalam penggalian data sudah
barang tentu merupakan data yang sangat rumit dan juga sering
dijumpai data yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian
tetapi data tersebut bercampur baur dengan data yang ada
kaitannya dengan penelitian. Maka dengan kondisi data seperti,
maka peneliti perlu menyederhanakan data dan membuang data
yang tidak ada kaitannya dengan tema penelitian. Sehingga tujuan
penelitian tidak hanya untuk menyederhanakan data tetapi juga
untuk memastikan data yang diolah itu merupakan data yang
tercakup dalam scope penelitian.
2) Penyajian data
Menurut Miles dan Hubermen bahwa: Penyajian data
adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Langkah ini
dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal ini
dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses

38
penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga
memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.
Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran
keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan
dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang
diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan.
3) Kesimpulan atau verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses
analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan
dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa
dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan
dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan
konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut.
d. Macam-Macam Analisis Data Kualitatif
Secara umum metode analisis data meliputi reduksi, display
data dan kesimpulan atau verifikasi data. Akan tetapi karena data
kaulitatif sangat banyak sekali, maka model analisis data juga beragam
sesuai dengan objek penelitian. Secara umum, model analisis data
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: pertama, kelompok metode
analisis teks dan bahasa; kedua, kelompok metode analisis tema-tema
budaya; ketiga, kelompok analisis kinerja, perilaku seseorang dan
perilaku institusi. Adapun bagian-bagian dari tiga kelompok model
analisis data kualitatif diatas adalah sebagai berikut:
1) Kelompok metode analisis teks dan bahasa
a) Content analysis (analisis ini)
b) Framing analysis (analisis Bingkai)
c) Analisis semiotic

39
d) Analisis kontruksi sosial media massa
e) Hermeneutic
f) Analisis wacana dan penafsiran teks
g) Analisis wacana kritis
2) Kelompok analisis tema-tema budaya
a) Analisis structural
b) Domain analysis
c) Taxonomi analysis
d) Componential analysis
e) Discovering cultural theme analysis
f) Constant comparative analysis
g) Grounded analysis
h) Ethnology
3) Kelompok analisis kinerja dan pengalaman individual serta
perilaku institusi
a) Focus group discussion (FGD)
b) Studi kasus
c) Teknik biografi
d) Life’s history
e) Analisis SWOT
f) Penggunaan bahan documenter
g) Penggunaan bahan visual
2.2.5. Uji Hipotesis
1. Pengertian Hipotesis
Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia daring, hipotesis adalah
“sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat
(teori, proposisi, dan sebagainya) meskipun kebenarannya masih harus
dibuktikan.” Dalam statistika, hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai
karakteristik dari satu atau lebih populasi. Karena biasanya sangat sulit
atau bahkan tidak mungkin untuk menggali informasi mengenai

40
karakteristik populasi secara langsung, maka kita bisa menggunakan data
sampel dan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis adalah suatu prosedur
yang didasarkan pada bukti sampel dan peluang untuk menguji pernyataan
mengenai karakteristik dari satu atau lebih populasi.
2. Dasar-dasar uji hipotesis
Sudah biasa jika kita memiliki dugaan terhadap fenomena di sekitar
kita. Dugaan tersebut biasanya muncul dari pola yang telah kita amati atau
kejadian yang telah kita alami sendiri. Agar dugaan tersebut menjadi
kesimpulan yang kuat, kita harus bisa menyediakan buktibukti yang
masuk akal dan dikemas ke dalam kaidah-kaidah ilmiah. Statistika
inferensial bisa digunakan untuk tujuan ini. Dengan uji hipotesis, kita bisa
mengolah bukti-bukti yang kita miliki untuk menghasilkan kesimpulan
yang kuat.
Uji hipotesis didasarkan pada Aturan Kejadian Langka. Aturan ini
dijelaskan sebagai berikut. Aturan Kejadian Langka Jika, di bawah asumsi
yang diberikan, peluang kejadian tertentu sangat kecil, maka dapat
disimpukan bahwa asumsi tersebut tidak benar. Berdasarkan aturan
tersebut kita akan menguji dugaan kita dengan mengklasifikasikan apakah
bukti sampel kita merupakan kejadian yang mungkin terjadi karena
kebetulan ataukah kejadian yang sangat tidak mungkin terjadi karena
kebetulan.
3. Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif
Hipotesis nol, dinotasikan dengan H0, adalah hipotesis yang akan
diuji. Istilah nol di sini menyatakan tidak ada perubahan, tidak ada
pengaruh, atau tidak ada perbedaan. Hipotesis nol akan diasumsikan benar
sampai bukti sampel berkata sebaliknya.
Hipotesis alternatif, dinotasikan dengan H1, adalah hipotesis yang
berbeda dengan hipotesis nol. Hipotesis alternatif merupakan hipotesis
yang kita cari bukti untuk mendukungnya
a. Tanda dalam Hipotesis Nol.

41
Meskipun ada beberapa peneliti yang menggunakan simbol ≤ dan ≥
dalam hipotesis nol, di dalam buku ini hanya akan digunakan tanda
sama dengan =. Dengan kata lain, kita mengasumsikan karakteristik
dari populasi, yaitu proporsi, mean, variansi, atau simpangan baku
populasi tersebut, sama dengan suatu nilai tertentu. Hal ini
dimaksudkan agar kita bisa menggunakan distribusi tunggal dalam uji
hipotesis yang kita lakukan. Ketika kita akan melakukan uji hipotesis,
maka kita harus mengidentifikasi hipotesis nol dan hipotesis
alternatifnya. Kedua hipotesis tersebut bisa ditentukan melalui
langkah-langkah berikut.
b. Identifikasi klaim atau hipotesis yang akan diuji, dan nyatakan klaim
atau hipotesis tersebut ke dalam bentuk simbol matematis.
1) Nyatakan bentuk matematis yang harus benar ketika klaim awal
salah.
2) Dengan menggunakan dua bentuk matematis sebelumnya, H0 dan
H1 bisa diidentifikasi sebagai berikut:
a) H1 adalah bentuk matematis yang tidak memuat tanda sama
dengan. Dengan demikian, H1 memuat tanda-tanda , atau ≠.
b) H0 adalah bentuk matematis yang menyatakan bahwa
parameter populasi sama dengan nilai tertentu. Klaim awal bisa
menjadi salah satu dari H0 dan H1, tetapi mungkin juga tidak
menjadi salah satu dari kedua hipotesis tersebut.
2.2.6. Menentukan Uji Statistik
Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan
distribusi tertentu dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan
perhitungan untuk menduga parameter data sampel yang diambil secara
random dari sebuah populasi. Misalkan, akan diuji parameter populasi (P),
maka yang pertama-tama dihitung adalah statistik sampel (S).
1. Uji Statistik untuk Penelitian
a. Uji Prasyarat Analisis

42
Uji persyaratan analisis diperlukan untuk mengetahui apakah
analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak.
Beberapa teknik analisis data menuntut uji persyaratan analisis. Misal,
analisis varian mempersyaratkan bahwa data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok yang dibandingkan
homogen. Oleh karena itu analisis varian mempersyaratkan uji
normalitas dan homogenitas data. Bagian ini akan dibahas secara
singkat terkait uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas data adalah bentuk pengujian tentang
kenormalan distribusi data. Tujuan dari uji ini adalah untuk
mengetahui apakah data yang terambil merupakan data terdistribusi
normal atau bukan. Maksud dari terdistribusi normal adalah data akan
mengikuti bentuk distribusi normal di mana data memusat pada nilai
rata-rata dan median. Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk
mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang
sebarannya normal.
Uji ini perlu dilakukan karena semua perhitungan statistik
parametrik. Pada dasarnya uji homogenitas dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal
dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada perkuliahan ini
akan dikenalkan salah satu uji homogenitas yang sering digunakan
dalam penelitian yaitu uji levene.
1) Aplikasi SPSS untuk Uji Normalitas
Prosedur analis
a) Jalankan program SPSS 22, pilih Variable View di bagian
bawah.
b) Isikan di kolom Name “Motivasi” di baris pertama dengan
decimals bernilai 2, “PresTest” di baris ke dua dengan
decimals bernilai 2, dan PostTest di baris ke tiga dengan
decimals bernilai 2.

43
c) Pilih Data View dan masukan nilai motivasi belajar, pre test,
dan post test sebagai berikut.
d) Lakukan analisis dengan menggunakan menu Analyze → Non
Parametric Test → Legacy Dialogs → 1 Sample K-S. Masukan
semua variabel ke kotak Test Variable List.
e) Klik OK sehingga muncul hasil analisis sebagai berikut. One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
(1) Test distribution is Normal.
(2) Calculated from data.
(3) Lilliefors Significance Correction.
2) Pembacaan hasil analisis
Tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Testmenunjukkan hasil
analisis uji normalitas terhadap ketiga variabel tersebut. Hipotesis
Penelitian :
Ho : Sampel berdistribusi normal.
H1 : Sampel berdistribusi tidak normal.

Jika Asymp.Sig (2-tailed) ≥ ½ α,


Ketentuan maka Ho diterima.
Jika Asymp. Sig (2-tailed) < ½ α,
maka Ho ditolak.
Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh :

a) Motivasi dengan Asymp.Sig (2-tailed = 0,174) ≥ ½ α (0,05)


sehingga berdistribusi normal.
b) Pre Test dengan Asymp.Sig (2-tailed = 0,004) < ½ α (0,05)
sehingga berdistribusi tidak normal.
Post Test dengan Asymp.Sig (2-tailed = 0,000) < ½ α (0,05)
sehingga berdistribusi tidak normal.
3) Aplikasi SPSS untuk Analisis Homogenitas

44
Perhitungan uji homogenitas menggunakan software SPSS
adalah dengan Uji Levene statistics. Cara menafsirkan uji levene
ini adalah, jika nilai Levene statistic > 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa variasi data adalah homogen.
Berikut adalah Langkah-langkahnya:
a) Buka SPSS
b) Copy data tersebut ke dalam lembar kerja SPSS letakan dalam
satu kolom dan perlu diingat no urutnya 1-20 adalah kelas
eksperimen dan 21-40 kelas kontrol, kemudian pada kolom
kedua isi dengan “1” untuk kelas Eksperimen dan “2” untuk
kelas kontrol.
c) Buka Data View, pilih baris “kelas” dan isi kolom Value
dengan “1”, Label dengan “Eksperimen” kemudian klik Add,
kemudian lanjutkan isi kolom Value dengan “2”, Label dengan
“Kontrol” kemudian klik Add dan klik OK.
d) Lakukan pengujian homogenitas dengan uji Lavene Statistic
dengan cara memilih menu : analyze, compare means, one-way
anova.
e) Masukan “skor” ke kotak Dependen List dan “kelas” ke kotak
Factor.
f) Klik menu Option dan pilih Homogenity of variance test,
kemudian klik Continue.
g) Kemudian klik Ok sehingga muncul hasil: Test of
Homogeneity of Variances.

2. Statistik Parametrik
a. One Sample T Test dan Independent T Test
Salah satu bagian penting dalam ilmu statistik adalah persoalan
inferensi yaitu penarikan kesimpulan secara statistik. Dua hal pokok
yang menjadi pembicaraan dalam statistik inferensi adalah penaksiran

45
parameter populasi dan uji hipotesis. Teknik inferensi yang pertama
dikembangkan adalah mengenai pembuatan sejunlah besar asumsi sifat
populasi di mana sampel telah diambil. Teknik yang banyak
digunakan pada metode-metode pengujian hipotesis dan penaksiran
interval ini kemudian dikenal sebagai Statistik Parametrik, karena
harga-harga populasi merupakan parameter. Ditribusi populasi atau
distribusi variabel acak yang digunakan pada teknik inferensi ini
mempunyai bentuk matematik yang diketahui, akan tetapi memuat
beberapa parameter yang tidak diketahui.
One Sample T Test adalah uji komparatif untuk menilai perbedaan
antara nilai tertentu dengan rata-rata kelompok populasi. One sample t
test disebut juga dengan istilah student t test atau uji t satu sampel oleh
karena uji t di sini menggunakan satu sampel. Independent sample t
test adalah uji dengan dua sampel. Independen T Test adalah uji
komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean
atau rerata yang bermakna antara 2 kelompok bebas yang berskala
data interval/rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud di sini adalah
dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal
dari subjek yang berbeda. Misal Kelompok Kelas A dan Kelompok
kelas B, di mana responden dalam kelas A dan kelas B adalah 2
kelompok yang subjeknya berbeda.
b. One Sample T Test dengan SPSS Sebelum mengolah data dengan
menggunakan SPSS, masukan dulu data kedalam SPSS.
1) Klik Variabel View pada sebelah kiri bawah jendela SPSS.
2) Masukan data
3) Setelah itu masukan data isi botol diatas pad Data View yang ada
di kiri bawah.
4) Pilih Analyze untuk memulai t-test, pada sub menu pilih Compare
Means kemudian pilih One-Sample T-Test

46
5) Akan muncul jendela One Sample T-Test, pindahkan variabel
botol ke test variabel dengan memilih variabel botol kemudian klik
tanda panah ke kanan di jendela tersebut. Dan isikan test Value
dengan T hitung yang dijadikan perbandingan.
6) Klik Option pada jendela One Sample T-Test kemudian muncul
jendela berikutnya. Isikan derajat keyakinan sebesar 95% (α = 55).
7) Klik Continue kemudian Ok akan muncul jendela hasil yang
menampilkan text dan table.
c. Independent sample t test dengan SPSS
Berikut ini disajikan data IPK mahasiswa kelas A yang
(pembelajaran ceramah) dengan Kelas B (pembelajaran berbasis media
komputer) dengan pembelajaran inkuiri.

Prosedur Analis:

1) Jalankan program SPSS 22, pilih Variable View di bagian bawah.


2) Isikan di kolom Name “Kelas” di baris pertama dengan decimals
bernilai 0, dan “IPK” di baris ke dua dengan decimals bernilai 2
3) Pilih Data View di samping Variable View dan masukan data IPK
dengan indeks 1 untuk kelas A dan indeks 2 untuk kelas B serta
masukan semua nilainya.
4) Pilih menu Analyze → Compare Mean → Independent-Samples T
Test.
5) Masukan variabel Nilai ke Test Variable(s) dan Kelas ke Grouping
Variable.
6) Klik tombol Define Groups dan isikan 1 di Group 1 dan 2 di
Group 2 dan klik tombol continue.
7) Klik OK
8) Pembacaan hasil analisis dan kesimpulan.
a) Tabel Independent Samples Test menampilkan uji varian kedua
kelompok dan perbedaan. F test digunakan untuk menguji

47
asumsi dasar dari t test bahwa varian kedua kelompok sama.
Hipotesis Penelitian :
Ho : kedua kelompok memiliki varian yang sama (homogen).
H1 : kedua kelompok memiliki varian yang tidak sama (tidak
homogen).
3. Paired T Test dan Anova
Analisis paired-sample t-test merupakan prosedur yang digunakan
untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Analisis
ini digunakan untuk melakukan pengujian terhadap satu sampel yang
mendapatkan sata treatment yang kemudian akan dibandingkan rata-rata
dari sampel tersebut antara sebelum dan sesudah treatment.
Analisis varians (analysis of variance) atau ANOVA adalah suatu
metode analisis statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika
inferensi. Uji dalam anova menggunakan uji F karena dipakai untuk
pengujian lebih dari 2 sampel. Dalam praktik, analisis varians dapat
merupakan uji hipotesis (lebih sering dipakai) maupunpendugaan
(estimation, khususnya di bidang genetika terapan).
a. Paired T Test dengan SPSS
1) Jalankan program SPSS 22, pilih Variable View di bagian bawah.
2) Isikan di kolom Name “PreTest” di baris pertama dengan decimals
bernilai 2, dan “PostTest” di baris ke dua dengan decimals bernilai
2.
3) Pilih Data View dan masukan data pre test dan post test sebagai
berikut.
4) Pilih menu Analyze → Compare Mean → Paired-Samples T Test.
5) Masukan variabel PreTest dan PostTest ke kotak Paired Variables.
6) Klik OK sehingga muncul hasil sebagai berikut.
7) Pembacaan Hasil Analisis
a) Tabel Paired Samples Correlations menampilkan uji korelasi
nilai pre test dan post test. Hipotesis Penelitian:

48
Ho : Tidak ada hubungan antara pre test dan post test dengan
pembelajaran inkuiri.
H1 : Ada hubungan antara pre test dan post test dengan
pembelajaran inkuiri. Ketentuan penerimaan/penolakan
hipotesis sebagai berikut.
thitung < ttabel, maka Ho diterima
thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Atau
Jika Sig > α, maka Ho diterima.
Jika Sig < α, maka Ho ditolak.

49
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan, gambar,
suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang
bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian
ataupun suatu konsep.
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah
yang diteliti. Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya mengunjungi,
“melihat”, atau “menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian
khusus dan melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan bahwa
observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan
gejala-gejala psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”.
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (Responden), atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung
dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai
pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala sosial yang tidak dapat
terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata “ana” dan
“lysis“. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau
menghancurkan. Agar data bisa dianalisis maka data tersebut harus dipecah
dahulu menjadi bagian-bagian kecil (menurut element atau struktur), kemudian
menggabungkannya bersama untuk memperoleh pemahaman yang baru. Analisa
data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian

50
DAFTAR PUSTAKA

Supardi Sudibyono, Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan.


Jakarta; CV TRANS INFO MEDIA

Suryono, Anggraeni Mekar Dewi. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan


Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakrta; Nuha Medika

Notoatmodjo Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; Rineka


Cipta

Siyoto Sandu, Ali Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta; Literasi
Media Publishing

51

Anda mungkin juga menyukai