Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CAD


(CORONARY ARTERI DISEASE) DAN EKG DI RUANG 5B IPJT
RUMAH SAKIT dr. SAIFUL ANWAR MALANG

oleh
Zumrotul Farikhah, S.Kep
NIM 192311101043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan berikut disusun oleh:
Nama : Zumrotul Farikhah
NIM : 192311101043
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan CAD + EKG di Ruang 5B
IPJT Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang

telah diperiksan dan disahkan oleh pembimbing pada:

Hari, Tanggal :
Tempat :

Jember, Januari 2020

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Stase Pembimbing Klinik


Keperawatan Medikal Ruang 5B IPJT
FKep Universitas Jember RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Ns. Jon Hafan S., M.Kep., S.Kep.MB


NIP. 19840102 201504 1 002

2
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Anatomi dan Fisiologi

Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangan atau dengan


ukuran panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″ (9cm). Jantung berada
didalam torax, antara kedua paru-paru di belakang sternum serta lebih menghadap
ke kiri dibanding ke kanan (Pearce E, 2009). Jantung kita dibagi menjadi 2 bagian
ruang, yaitu atrium (serambi) dan ventrikel (bilik). Katup jatung terbagi menjadi 2
bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel yang
dinamakan katup atrioventrikuler dan katup yang menghubungkan sirkulasi
sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar (Irnizarifka, 2011).
Jantung juga terdiri dari tiga lapisan, lapisan pertama yaitu lapisan terluar
yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan kedua yaitu
lapisan tengah yang merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot
jantung yang disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel
disebut endokardium (Pearce E, 2009). Jantung di bungkus oleh sebuah lapisan
yang disebut lapisan perikardium, di mana lapisan perikardium ini di bagi menjadi
3 lapisan yaitu lapisan fibrosa, parietal, dan viseral. Lapisan perikardium yang
bersentuhan dengan lapisan luar dari otot jantung atau epikardium (Pearce E, 2009).

Gambar 2.1 Lapisan Jantung


Sumber https://bukusakudokter.org/2012/10/14/anatomi-fisiologi-jantung/
Lapisan otot jantung terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Epikardium,yaitu bagian luar otot jantung atau pericardium visceral.

3
2. Miokardium, yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung.
3. Endokardium, yaitu lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis
endotel sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin
untuk aliran darah, seperti halnya pada sel-sel endotel pada pembuluh darah
lainnya (Kasron, 2011).
Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling tebal
dan dinding di sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan, sebab
kekuatan kontraksi dari ventrikel kiri jauh lebih besar dari yang kanan. Dinding
atrium disusun atas otot yang lebih tipis. Kemudian bagian sebelah dalam dinding
ventrikel ditandai oleh berkas berkas otot yang tebal. Beberapa berbentuk puting
yaitu otot-otot papilaris. Pada tepi bawah otot-otot ini terkait benang-benang tendon
tipis, yaitu khardae tendinae. Benang-benang ini mempunyai kaitan kedua yaitu
pada tepi bawah katup atrio-ventrikuler. Kaitan ini menghindarkan kelopak katup
terdorong masuk ke dalam atrium, bila ventrikel berkontraksi. (Pearce E, 2009).

2. Definisi CAD
CAD (coronary artery disease) adalah salah satu penyakit jantung yang disebabkan
karena arterosklerosis. Definisi lain dari CAD adalah penyakit jantung yang
disebabkan karena adanya sumbatan pembuluh darah arteri oleh plak sehingga bisa
menyebabkan terhambatnya suplai oksigen dan nutrisi ke jantung. Plak yang
muncul di pembuluh darah ini berupa timbunan lemak, kolesterol atau kalsium
melalui proses secara bertahap. Biasanya diawali dengan kekakuan pembuluh
darah atau biasa disebut arterosklerosis, kemudian penyempitan pembuluh darah,
dan berangsur-angsur meningkat menjadi penyumbatan pembuluh darah.
Tingginya kadar kolesterol dalam darah biasanya disebabkan karena makanan,
kurangnya aktivitas fisik, dan stres berkepanjangan (Hermawati dan Dewi, 2014).

4
3. Epidemiologi
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 juga menyebutkan
bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia berdasarkan diagnosis
dokter adalah sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi penyakit jantung koroner
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (Kemenkes RI, 2013).
Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014)
menyebutkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Jawa Timur pada
tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter adalah sebesar 0,5% atau sekitar 144.279
penderita, sedangkan prevalensi penyakit jantung koroner di Jawa Timur
berdasarkan diagnosis dokter atau gejala adalah sebesar 1,3% atau sekitar 375.127
penderita dan merupakan jumlah penderita penyakit jantung koroner tertinggi
(Diastutik, 2016).

4. Etiologi
Faktor risiko penyakit CAD dibagi menjadi dua bagian (Hermawati dan Dewi,
2014) :

a. Faktor risiko yang dapat dihindari :


1. Stress
Stres yang berkelanjutan akan mengakibatkan terjadinya penyempitan

5
pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh tingginya produksi hormin
adrenalin dan at katekolamin di dalam tubuh.
2. Aktivitas fisik kurang
Aktivitas fisik yang kurang merupakan salah satu faktor risiko penyakit
jantung koroner. Pasalnya, aktivitas fisik yang kurang identik dengan
obesitas. Hal ini menyebabkan otot jantung tidak bisa bergerak dengan baik
sehingga risiko penyakit jantung koroner pun semakin meningkat
3. Merokok
Rokok mengandung nikotin yang apabila masuk ke dalam tubuh
mengakibatkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah yang lama kelamaan
berdampak pada pengerasan pembuluh darah.
4. Kolesterol tinggi
Tingginya kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh turut mengakibatkan
penyakit jantung koroner. Kandungan kolesterol jahat yang beredar dalam
darah lama-kelamaan akan menumpuk di dinding arteri sehingga
menimbulkan plak yang mengakibatkan dinding arteri menjadi kaku dan
pembuluh darah semakin menyempit.
5. Diabetes mellitus
Tingginya kadar gula dalam darah memicu terjadinya penyempitan pembuluh
darah yang merupakan penyebab dari penyakit jantung dan stroke.
6. Hipertensi
Hipertensi atau biasa dikenal dengan tekanan darah tinggi memegang peranan
besar pada terjadinya penyakit jantung koroner. Hipertensi memaksa jantung
bekerja lebih keras untuk mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh. Akibatnya,
otot jantung kiri membesar sehingga pemompaan darah di jantung menjadi
tidak efisien dan dapat menyebabkan kerusakan jantung.
7. Obesitas
Berdasarkan penelitian Framingham Heart Study diketahui bahwa obesitas
merupakan faktor risiko kuat terjadinya penyakit jantung koroner. Obesitas
atau kegemukan dapat memengaruhi kadar lipid plasma yang cenderung
memperberat proses arterosklerosis. Selain itu, obesitas juga menyebabkan

6
kerja jantung semakin berat.
8. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak dalam satu waktu
meningkatkan progresifitas penyakit kardiovaskuler. Alkohol secara
berlebihan dapat menyebabkan obesitas, peningkatan kadar trigliserida,
peningkatan tekanan darah stroke dan kanker. Alkohol dapat meningkatkan
progresifitas arterosklerosis. Hubungan antara perubahan intima media
thickness (IMT) dan plak aterosklerosis terlihat pada laki-laki yang minum
alkohol > 6 porsi tiap satu waktu. Selain itu, mengkonsumsi alkohol berlebih
juga meningkatkan risiko infark miokard yang fatal serta dapat menyebabkan
kematian (Wihastuti, dkk., 2016).

b. Faktor risiko yang tidak dapat dihindari :


1. Keturunan
Riwayat keluarga yang pernah mengalami sakit jantung turut memperbesar
potensi terkena penyakit jantung koroner
2. Usia
Risiko penyakit jantung meningkat siring dengan bertambahnya usia.
Umumnya risiko yang lebih besar terjadi ketika usia mencapai 40 tahun.
3. Jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, pria cenderung berpotensi lebih besar terkena
serangan jantung dibandingkan dengan wanita. Namun, risiko penyakit
jantung semakin meningkat pada wanita yang telah menopause atau berusia
di atas 65 tahun

5. Patofisiologi

Tubuh memproduksi kolesterol sesuai kebutuhan melalui hati. Bila terlalu


banyak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol, maka kadar
kolesterol dalam darah bisa berlebih (hiperkolesterolemia). Kelebihan kadar
kolesterol dalam darah akan disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh
darah arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma (Sumber utama plak

7
berasal dari LDL-kolesterol. Sedangkan HDL membawa kembali kelebihan
kolesterol ke dalam hati, sehingga mengurangi penumpukan kolesterol di
dalam dinding pembuluh darah). Ateroma berisi bahan lembut seperti keju,
mengandung sejumlah bahan lemak, terutama kolesterol, sel-sel otot polos, dan
sel-sel jaringan ikat (Baradero dkk, 2008).

Apabila makin lama plak yang terbentuk makin banyak, akan terjadi suatu
penebalan pada dinding pembuluh darah arteri sehingga terjadi penyempitan
pembuluh darah arteri. Kejadian ini disebut sebagai aterosklerosis (terdapatnya
aterom pada dinding arteri, berisis kolesterol dan zat lemak lainnya). Hal ini
menyebabkan terjadinya arteriosklerosis (penebalan pada dinding arteri dan
hilangnya kelenturan dinding arteri). Bila ateroma yang terbentuk semakin
tebal, dapat merobek lapisan dinding arteri dan terjadi bekuan darah (trombus)
yang dapat menyumbat aliran darah dalam arter tersebut. Hal ini yang dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah serta suplai zat-zat penting seperti
oksigen ke daerah atau organ tertentu seperti jantung. Bila mengenai arteri
koronaria yang berfungsi menyuplai darah ke otot jantung (miokardium),
makan suplai darah jadi berkurang dan menyebabkan kematian di daerah
tersebut (infark miokard). Konsekuensinya adalah terjadi serangan jantung dan
menyebabkan timbulnya gejala berupa nyeri dada yang hebat (dikenal sebagai
angina pektoris) (Baradero dkk, 2008).

6. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala penyakit Coronary Arteri Disease (CAD) atau
penyakit jantung koroner (Hermawati dan Dewi, 2014) :
a. Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris)
Rasa nyeri di dada merupakan salah satu gejala penyakit jantung. Rasa
nyeri ini timbul karena otot jantung tidak mendapatkan cukup suplai darah
sehingga kekurangan oksigen. Rasa nyeri di dada muncul dan menjalar di
beberapa bagian tubuh sepertii leher, bahu, dada, dan lengan. Intensitas
timbulnya rasa nyeri cukup bervariasi karena berhubungan dengan aktivitas
atau emosi. Rasa nyeri yang timbul biasanya stabil atau tidak stabil. Rasa
hyeri stabil adalah nyeri yang berlangsung selama 30 detik dan nyeri ini
berkurang bila penderita beristirahat, menenangkan diri atau

8
mengkonsumsi obat. Rasa nyeri yang tidak stabil biasanya tidak segera
menghilang meskipun penderita beristirahat. Nyeri ini juga disertai
keringat dingin, lemes bahkan pingsan.
Rasa nyeri yang diakibatkan karena penyakit jantung :
1. Nyeri di antara 2 belikat
2. Rasa nyeri di perut bagian atas, seringkali kondisi ini disangka sebagai
gangguan pencernaan.
3. Rasa nyeri di seluruh dada bagian atas, di daerah yang lebih luas bagian
tengah dada dan terpusat di bagian bawah tulang dada
4. Rasa nyeri di leher bagian tengah hingga bawah sampai di kedua sisi
leher
5. Rasa nyeru terjadi di rahang, leher dan dada
6. Rasa nyeri di dada bagian tengah, bahu dan lengan bagian dalam. Nyeri
di bahu dan lengan sebelah kiri umumnya jauh lebih sering
dibandingkan bagian kanan
7. Lengan kanan bagian dalam, mulai ketiak sampai bagian bawah siku,
lengan kiri bagian dalam sampai pergelangan, dan gangguan di bahu
b. Sesak napas (dyspnea)
Sesak nafas yang dialami pasien penyakit jantung biasanya disertai rasa
mudah lelah, napas dalam dan cepat, mereka sesak bila tidur hanya
menggunakan satu bantal, nafas terhenti saat tidur, batuk kering, bahkan
disertai darah yang berbuih. Sedangkan sesak nafas yang diakibatkan
gangguan paru-paru, penderita biasanya mengeluhkan sesak nafas saat
tidur dalam satu posisi. Namun, ketika posisi tidurnya diubah rasa sesak
nafas pun berkurang, bahkan menghilang.
c. Keanehan pada irama denyut jantung
Apabila irama denyut jantung tidak teratur dan aneh, perlu diwaspadai
karena dapat berdampak fatal. Ketidakteraturan denyut jantung
disebabkan oleh penebalan otot di katup jantung sehingga katup jantung
mengalami penyempitan dan berakibat pada kebocoran jantung
d. Pusing

9
Gejala lain dari penyakit jantung adalah timbulnya rasa pusing. Rasa
pusing ini muncul sebagai akibat menunrunnya kemampuan jantung
untuk memompa darah sehingga akiran darah dalm tubuh menjadi
terganggu
e. Rasa lelah berkepanjangan
Sering mengalami kelelahan yang luar biasa dan berkepanjangan padahal
tidak melakukan pekerjaan yang berat. Gejala ini muncul sebulan lebih
awal dari serangan jantung dan biasanya disertai dengan sulit tidur, sulit
brnapas, dan gangguan pencernaan. Apabila segera disadari, jangka waktu
satu bulan dapat dimanfaatkan untuk pencegahan sebelum serangan
jantung benar-benar terjadi.
f. Sakit perut, mual dan muntah
Kebanyakan penderita penyakit jantung mengalami sakit perut, mual,
muntah. Bahkan disertai gangguan selera makan. Hal ini trjadi akibat
adanya pembengkakan di perut. Biasanya gejala sakit perut, mual, dan
muntah disalahartikan sebagai masuk angin sehingga tindakan
pengobatan yang dilakukan tidak tepat sasaran.

7. Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostik untuk penyakit CAD adalah (Baradero dkk, 2008) :
a. Elektrokardiografi (istirahat dan setelah gerakan badan)
Elektrokardiogram (EKG/ECG - Electrocardiogram): Merekam aktivitas
listrik jantung Anda, di mana perubahan kesehatan yang disebabkan oleh
beberapa jenis penyakit jantung bisa terdeteksi. EKG dengan Olahraga
(pemeriksaan dengan olahraga): Jika gejala sering muncul saat
berolahraga, maka EKG akan direkam secara terus menerus selama pasien
berlari atau bersepeda, untuk mengidentifikasi tanda-tanda kekurangan
darah di jantung.
b. Studi skintigrafik
c. Ekokardiografi
Ekokardiogram (USG jantung): Menggunakan citra untuk mendeteksi

10
aktivitas semua bagian jantung dan menentukan fungsionalitas jantung.
Pencitraan non-intervensi seperti pencitraan resonansi magnetik (MRI -
Magnetic Resonance Imaging) atau pemindaian tomografi
terkomputerisasi (CT - Computerized Tomography).
d. Angiografi
Kateterisasi dan angiogram koroner: Untuk mengamati tingkat
penyempitan arteri koroner dengan bantuan anestesi lokal. Sebuah kateter
disisipkan melalui pangkal paha (atau lengan) dan diarahkan ke jantung
untuk keperluan penyuntikan zat pewarna. Dengan bantuan Sinar-X,
dilakukan pengamatan bagian dalam arteri koroner untuk
mengidentifikasi tingkat keparahan penyempitan arteri. Komplikasi bisa
mencakup reaksi alergi terhadap pewarna, perdarahan, serangan jantung,
dan kematian, dll.

8. Penatalaksanaan Farmakologis dan Nonfarmakologis


Hal yang harus dilakukan saat terkena serangan gejala penyakit jantung :

1. Segeralah beristirahat dan jangan banyak bergerak. Ini untuk mengurangi


gejala-gejala yang timbul semakin parah
2. Jika di rumah, anda tersedia obat aspirin 500 mg, segeralah diminum untuk
mengurangi rasa sakit
3. Segeralah pergi ke dokter atau rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut
Dasar-dasar penatalaksanaan:
1. Menghentikan, mengurangi, atau regresi proses aterosklerosis dengan
mengendalikan faktor resiko:
a) tidak merokok
b) olah raga sesuai kemampuan
c) diet agar berat badan ideal
d) mengendalikan hipertensi, diabetes, dan stres mental
2. Obat untuk mengatasi iskemia miokard
3. Mengobati akibat iskemia (aritmia, gagal jantung)
4. Revaskularisasi

11
a) Angioplasti koroner
b) Bedah pintas koroner (coronary bypass)
4. Penanggulangan infark miokard akut (penanganan khusus)

Penatalaksanaan medis menurut Baradero dkk (2008) :

a. Terapi laser
Terapi ini memanfaatkan kekuatan elektromagnetik dari sinar. Reaksi
termal tejadi apabila sinar laser diabsorbsi oleh jaringan yang terkait.
Reaksi termal ini dapat menimbulkan evaporasi jaringan, hemostatis dan
koagulasi
b. Pembedahan
Pembedahan dengan Coronary Artery Bypass Graft (CABG) tidak
menjamin hidup yang panjang atau mencegah serangan infark miokard.,
tetapi dapat mengurangi angina sehingga pasien mampu melakukan
kegiatan dan memulihkan kualitas hidupnya. Tujuan dari bypass adalah
memperbaiki supplai oksigen ke miokardium. Vena yang sering digunakan
untuk grafting adalah vena safena. Dokter juga sering menggunakan arteri
mamaria internal. Terapi untuk aterosklerosis lain adalah percutaneus
transluminal coronary angioplasty (PTCA). Prosedur ini dipakai untuk
pasien dengan penyakit CAD pembuluh tunggal. Pada prosedur ini, kateter
dimasukkan ke dalam arteria koronaria yang terganggu dengan bantuan
fluoroskopi (seperti melakukan kateterisasi jantung). Katter dimasukkan
sampai ke tempat penyumbatan arteri koronaria, kemudian terdapat ujung
kateter dikembungkan untuk menghancurkan plak-plak ateromatosa.

12
c. Obat-obatan
Obat-obatan yang sering digunakan untuk angina pectoris
Tipe Obat Efek
vasodilator Nitrogliserin, amyl, Vasodilatasi perifer
nitrate, isosorbide untuk mengurangi
(sorbitrate) resistensi perifer;
mengurangi teknan
darah diastolik,
mengurangi preload,
vasodilatasi koronaria
untuk memperbaiki
distribusi sumpli
darah ke miokardium
Agens penyekat beta- Propanolol (inderal) Mengurangi
adregenik Metoprolol (lopressor) kebutuhan oksigen
Nadolol (Corgard) miokardium dengan
Atenolol (Tenormin) mengurangi kecepatan
denyut jantung;
menurunkan tekanan

13
darah; mengurangi
kontraktilitas jantung
dan output kalsium
Penyekat slauran Verapamil (isoptin) Mencegah transportasi
kalsium Nifedin (Procardia) non kalsium ke dalam
Diltiazem (Cardizem) sel miokardium dan
menghambat kegiatan
inotropik dan
kronotropik,
mengurangi beban
jantung

14
B. KONSEP EKG
1. Pengertian
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal fisiologis yang dihasilkan oleh
aktivitas listrik jantung. Salah satu informasi penting yang dapat diambil dari
sinyal EKG adalah aktivitas kelistrikan jantuang yang membentuk gelombang
PQRST, Parameter ini biasanya digunakan untuk melihat keadaan jantung
normal dan tidak normal. Elektrokardiogram merupakan sinyal fisiologi yang
dihasilkan oleh aktivitas kelistrikan jantung. Sinyal ini direkam dengan
perangkat elektrokardiograf, merupakan perangkat keras yang berfungsi
mencatat aktifitas listrik dari sebuah jantung. Prinsip kerja elektrokardiograf
bekerja dengan mengukur perbedaan potensial listrik pada tubuh manusia.
Jantung memiliki parameter fisiologi dengan tegangan 0.1-5.0 (mV) dan
frekuensi maksimal pengamatan 300 Hz [3]. Dalam standar monitoring,
pengamatan bandwidth yang digunakan lebih kecil yaitu 0.03-15.92 Hz. Proses
terbentuknya gelombang EKG di permukaan dapat diilustrasikan sebagai
berikut (Permana dkk., 2015) :

15
Bioelektrik jantung dibangkitkan dari SA nodesecara spontan, yangterjadi kontrak
pada atrium menyebabkan depolarisasiatrium (terjadinya perpindahancepat
natrium, bersama dengan melambat kalsium (Ca++) menyebabkanbagian dalam
sel berubah dari negatif ke positif). Depoalrisasi ini menghasilkan kontraksi
atrium yang membentuk gelombang P. Selanjutnya, konduksi arus listrik ini
disalurkan melalui septum interventrikulare (AV node) kecepatan konduksi
menjadi sangat pelan agar atrium dapat menyelesaikan kontraksinya dulu sebelum
AV node. Terjadinya depolarisasi miokardium ini menghasilkan kontaksi
ventrikel, yang menyebabkan terbentuknya gelombang QRS komplek. Proses
pengukuran detak jantung ini terjadi dengan menjalarnya aruslistrik melalui sel
konduksi yang disebut berkas bagian atau serat purkinje selanjutnya mengalir ke
seluruh bagian jantung sehingga membentuk kompleks sinyal EKG di permukaan
tubuh. Setelah proses depolarisasi, selmiokard kembali seperti keadaan awal atau

16
dikenal dengan repolarisasi (sel memulihkan elektronegativitas agar dapat
dirangsang kembali) yang membentuk gelombang T. Pola denyutan jantung ini
akan terjadi secara kontinyu dan bergantung pada aktivitas listrik.

Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat
membentuk impuls secara otomatis dan berkontraksi ritmis. Pembentukan impuls
listrik terjadi dalam sistem penghantar jantung. Adapun jalur hantaran listrik
jantung normal terjadi dalam urutan berikut : nodus sinoatrial (SA) - nodus
atrioventrikular (AV) – berkas His – cabang berkas – serabut purkinje – otot
ventrikel [Atwood.1996]

Pembentukan dan hantaran impuls listrik ini menimbulkan arus listrik yang
lemah dan menyebar melalui tubuh. Kegiatan impuls listrik pada jantung
ini dapat direkam oleh elektrokardiograf dengan meletakkan elektroda-
elektroda ke berbagai permukaan tubuh (sadapan/leads). Rekaman grafik
potensial-potensial listrik yang ditimbulkan oleh jaringan jantung ini
disebut sebagaielektrokardiogram (EKG) [Khandpur.1997].

17
Pada Gambar 2 di atas, suatu pulsa jantung normal manusia memiliki nilai
magnitude sebesar 1.1 mV, hal ini dapat dilihat dengan menghitung jumla
kotak dari titik Q ke titik R, dimana jumlah kotak tersebut ada 11 kotak.
Masing-masing kotak sama dengan 0.1 mV, sehingga 11 kotak sama
dengan 1.1 mV.

18
19
Elevasi segmen ST pada infark miokard dapat dilihat apabila terjadi elevasi titik J
pada 2 sadapan terkait sebesar > 2 mm (0.2 mV) pada pria atau > 1.5 mm (0.15 mV)
pada wanita di sadapan V2–V3 dan/atau > 1 mm (0.1 mV) pada sadapan lain yang
terkait. LBBB yang baru timbul juga dapat mengindikasikan adanya infark
miokard, namun hal ini sulit diaplikasikan terutama apabila tidak ada EKG lama
sebagai pembanding. Temuan gelombang hiperakut T dapat dilihat pada awal
terjadinya infark miokard.[4]
Bila hal-hal di atas tidak terpenuhi, berikut beberapa fitur pada EKG yang perlu
dicurigai terjadinya infak miokard dengan elevasi segmen ST:
a. Gangguan gelombang T pada sadapan yang konkominan: T memanjang, terbalik
(inverted) atau tinggi
b. Gelombang Q

c. Depresi segmen ST pada sadapan yang resiprokal (aksis yang berlawanan)

d. Amplitudo gelombang ST atau T yang menyamai atau melebihi amplitude gelombang


QRS[2]

20
C. PATHWAY
Ateroskelosis atau Spasme Pembuluh Darah Coroner

Penyempitan pembuluh darah koroner

Iskemik pada arteri koroner

Hipoksia otot jantung

Metabolisme anaerob

Asam laktat meningkat

Asidosis Reseptor saraf nyeri terangsang

Fungsi ventrikel terganggu : Nyeri daerah dada

 Kontraksi miokardium berkurang


 Serabut-serabut memendek Merangsang Katekolamin NYERI AKUT

21
 Daya dan kecepatan kontaksi berkurang
 Gerakan dinding miokardium abnormal Vasokontriksi Perifer

Perubahan hemodynamic
TD & Nadi meningkat ringan)
Penurunan curah
Cardiak output menurun jantung

Tekanan jantung menningkat

Tekanan pada paru-paru


Intoleransi aktifitas

Ketidakefektifan Pola Ketidakefektifan


Perfusi Jaringan
Nafas
Perifer

22
D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (data fokus)
Data suyektif :
a. Lokasi nyeri (menyebar ke bagian mana)
b. Dada terasa berat, kencang, seperti diperas
c. Awitan dan lamanya nyeri
d. Faktor-faktor pencetus nyeri : kegiatan, panas, dingin, stress,
makanan (banyak berlemak)
e. Faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri : istirahat dll
Data obyektif :

Apabila nyeri angina sedang dialami pasien, fokus perawat adalah


tingkah laku pasien, seperti tampak cemas, ketakutan, dan memegang
dada. Disamping itu, perawat perlu melihat tanda-tanda vital dan
perubahan pada irama jantung

2. Diagnosa
1. Ketidakefektifan Pola Nafas yang berhubungan dengan nyeri dan
keletihan
2. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen cedera biologis
(penyumbatan arteri koroner)
3. Penurunan Curah Jantung yang berhubungan dengan perubahan preload
4. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan ketidaksembangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan
hipertensi

23
24
3. Perencanaan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, masalah (3140) Manajemen Jalan Nafas
pola napas ketidakefektifan pola nafas bisa teratasi dengan kriteriaDefinisi: Fasilitasi kepatenan jalan nafas
hasil : 1. Buka jalan nafas dengan teknik chin lift
0401. Status Sirkulasi atau jaw trust, sebagaimana mestinya.
Tujuan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
No Indikator Awal ventilasi. (semi fowler)
1 2 3 4 5 3. Auskultasi suara nafas, catat area yang
1 Tekanan darah sistol ventilasinya menurun atau tidak ada dan
dan diastol adanya suara tambahan.
4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian
2 Tekanan nadi nebulizer.
(3320) Terapi Oksigen
3 PaO2
Definisi: Pemberian oksigen dan pemantauan
4 Saturasi oksigen mengenai aktivitasnya.
1. Berikan Oksigen tambahan seperti yang
5 CRT diperintahkan.
Keterangan: 2. Monitor aliran oksigen
1. Deviasi berat dari kisaran normal/sangat berat Monitor adanya tanda-tanda keracunan
2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran oksigen
normal/berat
3. Deviasi sedang dari kisaran normal/cukup
4. Deviasi ringan dari kisaran normal/ringan

25
Tidak ada deviasi dari kisaran normal/tidak ada

2 Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam Manajemen nyeri(1400)
Nyeriakut dapat teratasi dengan kriteri hasil: 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif
Tingkat nyeri (2102) yang meliputi lokasi, karakteristik,
Tujuan onsert/durasi, frekuensi, kualitas,
No Indikator Awal intensitas atau beratnya dan faktor
1 2 3 4 5 pencetus.
1 Nyeri yang dilaporkan 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan terutama
2 Panjangnya periode pada merek yang tidak dapat
nyeri berkomunikasi secara efektif
3. Pastikan perawatan analgesik bagi
3 Menggosok area yang
pasien dilakukan dengan pemamtauan
terkena dampak
yang ketat
4 Ketegangan otot 4. Gali pengetahuan dan kepercayaan
pasien mengenai nyeri
5 Ekspresi nyeri wajah 5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
Keterangan: terhadap kualitas hidup pasien
1. Sangat Berat (misalnya: tidur, nafsu makan, performa
2. Berat kerja, perasaaan, pengertian, hubungan,
3. Cukup tanggung jawab peran)
4. Ringan
5. Tidak Ada
3 Penurunan Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam Penurunan 1. Evaluasi adanya nyeri dada
curah jantung curah jantung pada pasien dapat teratasi dengan kriteri (intensitas,lokasi, durasi)
hasil: 2. Catat adanya disritmia jantung

26
Tujuan 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan
No Indikator Awal cardiac output
1 2 3 4 5 4. Monitor status kardiovaskuler
1 Tanda tanda Vital 5. Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
2 Intoleransi aktivitas 6. Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
3 Edema paru, perifer,
7. Monitor balance cairan
dan asites
8. Monitor adanya perubahan tekanan darah
4 Penurunan kesadaran 9. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
4 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 (4310) Terapi Aktivitas
aktivitas jam, diharapkan aktivitas kembali normal dengan kriteri 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
hasil: berpartisipasi melalui aktivitas spesifik.
Toleransi terhadap aktivitas (0005) 2. Bantu klien tetap fokus pada kekuatan
Tujuan [yang dimilikinya] dibandingkan dengan
No Indikator Awal kelemahan yang dimilikinya].
1 2 3 4 5 3. Bantu dengn aktivits fisik secara teratur
1 SpO2 ketika v v sesuai dengan kebutuhan.
beraktivitas 4. Bantu klien untuk meningkatkan motivasi
diri dan penguatan.
2 Frekuensi nadi v v (0180 Manajemen Energi).

27
ketikaberaktivitas 1. Kaji status fisiologis asien yang
3 Frekuensi v v menyebabkan kelelahan sesuai dengan
pernapasan konteks usia dan perkembangan.
ketika 2. Anjurkan pasien mengungkapkan secara
beraktivitas verbal keterbatasan yang dialami.
4 Kemudahan bernafas v v 3. Pilih intervensi untuk mengurangi
ketika beraktivitas kelelahan baik secara famakologis
5 Kemudahan dalam v v maupun non farmakologis dengan tepat.
melakukan ADL 4. Kurangi ketidaknyamanan fisik yang
Keterangan: dialami pasien yang bisa mempengaruhi
1. Sangat terganggu fungsi kognitif, pemantauan diri, dan
2. Banyak terganggu pengaturan aktivtas pasien.
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
5. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 (4062) Perawatan sirkulasi: Insufiensi
perfusi jaringan jam, diharapkan ketidakefektifan perfusi jaringan Arteri
perifer perifer dapat teratasi dengan kriteri hasil: 1. Lakukan pemeriksaan fisik system
Perfusi jaringan: Perifer (0407) kardiovaskuler atau penilaian yang
Tujuan komprrehensif pada sirkulasi perifer,
No Indikator Awal misal memeriksa nadi perifer, edema,
1 2 3 4 5 warna dan suhu.
1 Pengisian kapiler jari v v 2. Evaluasi edema dan denyut nadi
3. Inspeksi kulit untuk adanya luka atau
2 Pengisian kapiler jari v v kerusakan jaringan.
kaki 4. Monitor tingkat ketidaknyamanan atau
3 Suhu kulit ujuang kaki v v adanya nyeri
dan tangan

28
4 Edema perifer v v 5. Lindungi ujung kaki dan tangan dari
cidera misalnya memakai kaos kaki.
5 Kekuatan denyut nadi v v 6. Instruksikan pada pasien mengenai
Keterangan: perawatan kaki yang tepat.
5. Deviasi berat dari kisaran normal/sangat berat 7. Pelihara hidrasi yang memadai untuk
6. Deviasi yang cukup besar dari kisaran menurunkan kekentalan darah.
normal/berat 8. Monitor jumlah cairan masuk dan keluar.
7. Deviasi sedang dari kisaran normal/cukup
8. Deviasi ringan dari kisaran normal/ringan
9. Tidak ada deviasi dari kisaran normal/tidak ada

29
E. DISCHARGE PLANNING
Gaya hidup yang sehat, yang bisa membantu menjaga kesehatan dan
elastisitas pembuluh darah serta memungkinkan aliran darah yang lancar,
merupakan faktor yang penting untuk menjaga kesehatan.
a. Gaya hidup yang sehat: Jangan merokok/berhenti merokok sekarang juga;
Lakukan olahraga sedang dalam tempo 30 menit setiap hari; Tetap tenang
dan hindari stres. Libatkan diri dalam kegiatan yang sehat untuk
mengurangi stres.
b. Kontrol kesehatan: Berat Badan: Berbagai penelitian medis telah
membuktikan bahwa obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner. Indeks massa tubuh. (IMT/BMI - Body Mass Index) merupakan
standar yang diakui secara internasional dan obyektif untuk mengukur
obesitas. Secara umum, kisaran normal IMT untuk orang Asia dewasa
adalah 18,5 – 22,9. Kita harus menjaga berat badan yang sehat dengan
cara menjaga pola makan dan olahraga secara teratur.
c. Kadar kolesterol: Tingkat kolesterol darah harus dikendalikan melalui
pola makan dan olahraga secara teratur. Orang dengan kadar kolesterol
yang tinggi harus berkonsultasi dengan dokter dan mungkin harus
mengonsumsi obat-obatan.
d. Tekanan darah dan kadar gula darah: Tekanan darah dan kadar gula darah
harus dipantau dan dijaga pada tingkatan yang wajar. Penderita hipertensi
atau diabetes harus mengikuti saran pengobatan dari dokter secara ketat.
e. Pola Makan yang seimbang: Rendah garam: Konsumsi garam secara
berlebihan akan meningkatkan tekanan darah. Makanan dengan
kandungan garam yang tinggi seperti makanan olahan dan makanan yang
diawetkan serta saus harus dihindari; Rendah gula: Hindari makanan dan
minuman dengan kadar gula yang tinggi. Kurangi konsumsi “makanan
nol kalori”, yaitu makanan yang memiliki nutrisi sangat sedikit bila
dibandingkan dengan kadar kalorinya. Gula rafinasi merupakan contoh
makanan nol kalori; Rendah lemak: Kurangi konsumsi makanan dengan

30
kandungan lemak yang tinggi; Mengonsumsi lebih banyak sayuran dan
makanan kaya serat bisa mencegah sembelit dan mengurangi penyerapan
lemak. Sayuran dan makanan kaya serat juga membantu mengendalikan
kolesterol dan kadar gula darah.
f. Pemeriksaan rutin untuk deteksi dini masalah kesehatan: tekanan darah
tinggi; lemak dan kolesterol darah; gula darah.

31
DAFTAR PUSTAKA
Wihastuti, Titin A., Andarini, Sri., dan Teuku Heriansyah. 2016. Patofisiologi dasar
keperawatan penyakit jantung koroner : inflamasi vaskuler. Malang : UB press.

Baradero, Mary., Dayrit, Mary W., dan Yakobus Siswadi. 2008. Klien gangguan
kardiovaskuler : seri asuhan keperawatan. Jakarta : EGC.

Bulechek, G. M., H. K. Butcher., J. M. Dochterman., & C. M. Wagner. Nursing


Interventions Classification (NIC) Edisi 6. (2013). Nursing Interventions
Classification ( Edisi Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Diastutik, Desy. 2016. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung Koroner Pada


Perokok Aktif Berdasarkan Karakteristik Merokok. [serial online]
https://media.neliti.com/media/publications/76076-ID-none.pdf.

Hermawati, Risa dan Dewi, Haris A. 2014. Berkat Herbal Penyakit Jantung
Koroner Kandas. Jakarta Selatan : F Media.

Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2017. Nanda Internasional Nursing


Diagnosis, Definition and Clasification 2018-2020. EGC. Jakarta.

Moorhead, S., M. Johnson, M. L. Maas, & E. Swanson. Nursing Outcomes


Classification (NOC) Edisi 5. (2013). Nursing Outcomes Classification
(Edisi Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Permana, Dian., Sanjaya, Mada., dan Hasniah Aliah. 2015. Desain dan
Implementasi Perancangan EKG berbasis Bloetooth. ALHAZEN Journal of
Physics. (2) 1. [serial online]
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/ahjop/article/download/309/323.

32

Anda mungkin juga menyukai