Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN ANSIETAS

Oleh:
Zumrotul Farikhah
NIM 192311101043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1. Pengertian Ansietas

Ansietes merupakan perasaan gelisah yang tidak jelas, akan


ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respons otonom; sumbernya sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu; perasaan takut terhadap
sesuatu karena mengantisipasi bahaya. Ansietes merupakan perubahan tanda
peringatan mengenai bahaya yang akan datang dan memampukan individu
melakukan tindakan dalam menghadapi ancaman (Townsend, 2010).
Ansietes menurut Stuart (1995) dalam Riyadi & Purwanto (2009) adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik.
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak
spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang
dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. (Yusuf dkk,
2015)

2. Tingkatan Ansietas
Tingkatan ansietes menurut stuart (2006) dalam Riyadi & Purwanto
(2009) ansietes dibagi menjadi 4 yaitu.
a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; ansietes pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
mengalami tidak perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu
yang lebih banyak jika diberi arahan.
c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan dari individu untuk fokus dan memusatkan pada sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat fokus dan memusatkan pada
suatu area lain.
d. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
merasa diteror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan yang berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, serta kehilangan pemikiran
rasional. Tingkat ansietes ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan
bahkan kematian.

3. Gejala Ansietas
Gejala ansietes menurut APA (1994) dalam Mary C. Townsend (2010) meliputi.
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkering
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak nafas atau tercekik
e. Nyeri atau ketidaknyamanan dada
f. Mual atau distress abdomen
g. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
h. Derealisasi (perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah dari
diri sendiri)
i. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
j. Takut mati
k. Parestesia (kebas atau kesemutan)
l. Bergantian kedinginan atau kepanasan
Gejala lain gangguan ansietes meliputi:
a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur (gangguan
ansietes umum).
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai
peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma (episode
kilas balik), kesulitan merasakan emosi (efek datar), insomnia, dan
iritabilitas atau marah yang meledak-ledak (gangguan stress
pascatrauma)
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan
kekerasan, kontaminasi, dan keraguan; berulangkali melakukan aktivitas
yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung, memeriksa,
menyentuh (gangguan obsesif-kompulsif).
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu (fobia
spesifik), situasi performa atau social (fobia social), atau berada dalam
satu situasi yang membuat individu terjebak (agorafobia).

4. Diagnosa Ansietas
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul akibat dari ansietas yaitu sebagai
berikut:
a. Ansietas b.d adanya stressor (setelah mengetahui anak pasien perlu
dilakukan operasi karena adanya benjolan di lehernya).
b. Insomnia b.d ansietas klien.
c. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d ansietas.
d. Nyeri kronis b.d gangguan neurotik.
5. Psikopatologi/ Psikodinamika (Pengkajian Stres Adaptasi Stuart)

FAKTOR PRESDISPOSISI

Biologi : Psikologis: Sosial budaya :


Riwayat gangguan Perasaan cemas Stressor lingkungan
neurotik Stress keluarga
Ketegangan motorik Perasaan kehilangan Diskriminasi ras
Trauma fisik/kepala stigma Intimidasi lingkungan
Penyakit kronis Konflik
FAKTOR PRESIPITASI

Biologi seperti Psikologi seperti keadaan Sosial kultur


kelelahan fisik, intrapersonal, distress seperti status
gangguan neurotic, dilema etik, gangguan kasta, status
operasi atau cedera. RESPON TERHADAP
komunikasi KOPING
interpersonal, ekonomi, status
peristiwa kematian. keluarga.

Fisiologis: Kognitif: Afektif: Simpatik dan


- berkeringat - Gelisah - Distress parasimpatik:
dingin - Ekspresi khawatir - Ketakutan - Palpitasi
- Wajah tegang - Sulit Konsentrasi - Bingung - Kesulitan
- Nyeri kepala - Gelisah - Tidak bernafas
- gangguan - Ekspresi khawatir percaya diri - Gangguan tidur
gastrointestinal - Waspada - Nyeri abdomen
- Tremor SUMBER KOPING

Personal Abillity: Social Support: Material Assets: Positive


beliefs:
- Latihan tarik - Dukungan keluarga - Status keuangan Mempertahank
nafas dalam dan lingkungan klien an keyakinan
- Kemampuan tidak memicu - klien yang berspiritual
mengontrol diri timbulnya stressor belum bekerja

MEKANISME
KOPING
Kontruksif: melakukan Destruktif: ketidakmampuan
tarik nafas dalam mengontrol diri

Adaptif Rentang Respon Maladaptif


Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

LANJUTAN MEKANISME KOPING: Maladaptif respon

Anxietas berat Ketakutan Gangguan pola tidur

ANSIETAS

Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998) dalam Yusuf dkk (2015) terdapat beberapa
teori yang dapat menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor biologis.
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA(gamma-aminobutyric
acid) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stresor.
2. Faktor psikologis
a. Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara dua elemen kepribadian—id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang
mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c. Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh
terhadap terjadinya ansietas.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Koping
Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan.
Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
yaitu sebagai berikut.
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi
realitas, dan bersifat maladaptif.

5. Penatalaksanaan Ansietas

a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah psikoterapi. Psikoterapi yang
terpilih adalah CBT. Sedangkan, penatalaksanaan lain dengan pemberian
obat golongan benzodiazepin, merupakan obat pilihan pertama untuk
gangguan kecemasan menyeluruh. Pasien diberikan terapi Golongan
SSRi fluoksetin 1x10 mg dan golongan benzodiazepin aprazolam 1x0,5
mg.
b. Penatalaksanaan Keperawatan

Diagosa Tujuan dan Kritera Intervensi


Keperawatan Hasil
NIC
NOC
Ansietes (00146) Kriteria Hasil (NOC) : Pengurangan kecemasan (5820)
Domain 9 Setelah dilakukan 1. Kaji untuk tanda verbal dan non
Perasaan tidak intervensi perawatan verbal kecemasan
nyaman atau Tingkat Kecemasan 2. Bantu klien mengidentifikasi
kekhawatiran (1211) situasi yang memicu kecemasan.
yang samar 1. Klien menunjukkan 3. Identifikasi pada saat terjadi
disertai respons dapat beristirahat perubahan tingkat kecemasan
autonom (sumber 2. Klien mununjukkan 4. Pahami situasi krisis yang terjadi
seringkali tidak tidak ada perasaan dari perspektif klien.
spesifik atau tidak gelisah 5. Dorong keluarga untuk
diketahui pada 3. Klien menunjukkan mendampingi klien dengan cara
individu), dan menyampaikan yang tepat.
perasaan takut secara lisan tidak rasa 6. Dukung penggunaan mekanisme
yang disebabkan cemas koping yang sesuai.
oleh antisipasi 4. Klien mengurangi 7. Ajari klien untuk menggunakan
terhadap bahaya. perhatian yang teknik relaksasi
Hal ini merupakan berlebihan terhadap 8. Dukung penggunaan mekanisme
isyarat kejadian dalam koping yang sesuai.
kewaspadaan kehidupan 9. Kolaborasi penggunaan obat
yang 5. Klien menunjukkan untuk mengurangi kecemasan
memperingatkan tidak ada lagi keringat secara tepat
individu akan dingin Peningkatan koping (4978)
adanya bahaya 6. Klien mengatakan 1. Bantu klien dalam
dan memampukan pusing/nyeri kepala mengidentifikasi tujuan jangka
individu untuk yang diderita pedek dan jangka panjang yang
bertindak berkurang tepat
menghadapi 7. Klien menunjukkan 2. Bantu klien untuk
ancaman. tidak ada gangguan menyelesaikan masalah dengan
tidur cara yang konstruktif.
8. Klien menunjukkan 3. Gunakan pendekatan yang
pola makan normal tenang dan memberikan jaminan
Kontrol kecemasan diri 4. Bantu klien dalam
(1402) mengembangkan penilaian
1. Klien menunjukkan terkait dengan kejadian dengan
intensitas kecemasan lebih objektif.
berkurang. 5. Cari jalan untuk memahami
2. Klien melakukan perspektif pasien terhadap
pengurangan situasi stress
penyebab 6. Dukung keterlibatan keluarga,
kecemasannya dengan cara yang tepat
3. Klien dapat mencari 7. Dukung keluarga untuk
informasi untuk memverbalisasikan perasaan
mengurangi mengenai sakitnya anggota
kecemasan keluarga
4. Klien dapat Terapi Relaksasi (6040)
menggunaan strategi 1. Gambarkan rasionalisasi dan
koping yang efektif manfaat relaksasi serta jenis
5. Klien dapat relaksasi yang tersedia
menggunakan teknik 2. Pertimbangkan keinginan
relaksasi mandiri individu untuk berpartisipasi,
untuk mengurangi kemampuan berpartisipasi,
kecemasan pilihan, pengalaman masa lalu
6. Klien dapat dan kontraindikasi sebelum
mempertahankan memilih strategi relaksasi
tidur adekuat tertentu
7. Klien sering 3. Berikan deskripsi detail terkait
memantau manifestasi intervensi relaksasi yang dipilih
fisk dan perilaku dari 4. Tunjukkan dan praktikkan
kecemasan teknik relaksasi kepada klien
8. Klien sering 5. Dorong klien untuk mengulangi
melakukan praktik teknik relaksasi, jika
pengendalian respon memungkinkan
kecemasan 6. Antisipasi kebutuhan
Koping ( 1302) penggunaan relaksasi
1. Klien menunjukkan 7. Berikan informasi tertulis
pola dan strategi mengenai persiapan dan
koping yang efektif keterlibatan di dalam teknik
2. Klien menyatakan relaksasi
perasaan akan kontrol 8. Dorong kontrol sendiri ketika
diri relaksasi dilakukan
3. Klien dapat Teknik Menenangkan (5880)
menggunakan sistim 1. Pertahankan sikap yang tenang
dukungan personal dan hati-hati
4. Klien dapat 2. Pertahankan kontak mata
menghindari situasi 3. Kurangi stimuli yang
stress yang memicu menciptakan perasaan takut
ansietas maupun cemas
5. Klien dapat 4. Duduk dan bicara dengan klien
memodifikasi gaya 5. Identifikasi orang-orang terdekat
hidup untuk klien yang bisa membantu klien
mengurangi stress 6. Intruksikan klien untuk
6. Klien menunjukkan menggunakan metode
peningkatan mengurangi kecemasan,
kenyamanan misalnya teknik bernafas dalam,
psikologis. distraksi, visualisasi, meditasi,
relaksasi otot progressif,
mendengarkan music-musik
lembut) jika diperlukan
7. Kolaborasikan obat anti
kecemasan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Humaida, R., & Kurniawati, E. (2016). Diagnosis dan Terapi pada Pasien
Gangguan Ansietas Menyeluruh Diagnosis and Therapy for General Anxiety
Disorders of 60 Years Old Male Patient, 6, 133–138. serial online
http://jurnal.fk.unila.ac.id/index.php/Medula/article/download/298/122

Herdman, T. H. & S. Kamitsuru NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses


: Definitions & Classifications 2015-2017. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Bulechek, G. M., H. K. Butcher., J. M. Dochterman., & C. M. Wagner. Nursing


Interventions Classification (NIC) Edisi 6. (2013). Nursing Interventions
Classification ( Edisi Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Moorhead, S., M. Johnson, M. L. Maas, & E. Swanson. Nursing Outcomes


Classification (NOC) Edisi 5. (2013). Nursing Outcomes Classification (Edisi
Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Riyadi, Sujono & T. Purwanto, 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Townsend, Mary C. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri: Rencana


Asuhan & Medikasi Psikotropik Edisi 5 Bahasa Indonesia. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan


Jiwa. (2014), (1). serial online. https://www.slideshare.net/wincibal/uu-
nomor-18-tahun-2014-tentang-kesehatan-jiwa.

WHO. 2010. Improving health systems and services for mental health (Mental
health policy and service guidance package). Geneva 27, Switzerland:WHO
Press.XYusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2014). KEPERAWATAN.
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Salemba Medika, 2015.
Lampiran

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PROGRAM STUDI PROFESI TERAPI HIPNOTIK 5 JARI


NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR NO DOKUMEN: NO REVISI: HALAMAN:

1 PENGERTIAN Salah satu teknik terapi perilaku dengan


memberikan petunjuk terbimbing lewat 5 jari
kepada pasien dalam berimajinasi / khayal /
membayangkan sesuai dengan kemampuannya
dalam rangka mereduksi stress fisik dan mental.
2 TUJUAN 1. Relaksasi otot – otot tubuh.
2. Memberikan rasa nyaman.
3. Mengalihkan perhatian.
4. Mengurangi rasa sakit – nyeri.
5. Mengurangi distress
3 INDIKASI Klien yang mengalami kecemasan, stress, depresi,
nyeri, dan hipokondriasis.
4 KONTRAINDIKASI 1. Klien dengan gangguan proses pikir
2. Klien dengan gangguan mental organic

5 PERSIAPAN PASIEN 1. Anjurkan pasien untuk BAB dan BAK terlebih


dahulu.
2. Anjurkan perut tidak lapar atau kekenyangan.
6 PERSIAPAN SETTING & 1. Kursi dengan sandaran kepala dan lengan
ALAT 2. Matras
3. Tape (music pengiring) (k/p)
4. Ruangan yang tenang dan nyaman guna
meminimalisir stimulus
7 CARA BEKERJA
Orientasi
Pada tahap ini, terapis melakukan:
1. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
2. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan dan kesiapan klien saat ini
3. Kontrak:
1). Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencptakan kenyamanan
diri dan relaksasi otot – otot tubuh dan pikiran.
2). Menjelaskan aturan main berikut:
- Klien siap untuk mengikuti instruksi dari terapis
- Jika ada klien yang akan meninggalkan harus meminta ijin
kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap Kerja
1. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
2. Memberi kesempatan pasien bertanya / menyampaikan sesuatu (k/p
tindaklanjuti sementara)
3. Menanyakan keluhan dan tanggapi secukupnya.
4. Kaji apakah pasien memiliki kenangan yang menyenangkan saat sehat, saat
mendapat penghargaan ataupun pujian, saat jatuh cinta, dan tempat yang
menyenangkan, yang semua hal tersebut membuat pasien merasa nyaman
bila mengingatnya.
5. Atur Posisi pasien rileks atau senyaman mungkin, bisa dilakukan dengan
posisi tidur, duduk)
6. Letakkan tubuh senyaman – nyamannya.
7. Periksa otot-otot klien dalam keadaan relaks.
8. Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan keluarkan melalui mulut
perlahan – lahan (sesuai bimbingan).
9. Minta lien untuk rentangkan telapak tangan ( boleh kanan atau kiri) dan
memejamkan mata, perawat memberi aba-aba tangkupkan ibu jari dengan
jari telunjuk….. kenang saat pasien ( ibu/bapak ) sedang dalam kondisi
sehat ( hal yg menyenangkan yg bisa dilakukan oleh pasien saat
sehat ),tangkupkan ibu jari dengan jari tengah…….. kenang saat pasien
mendapat penghargaan atau pujian yang hal tersebut membuat hati pasien
senang, tangkupkan ibu jari dengan jari manis………………kenang saat pasien
jatuh cinta, kemudian tangkupkan ibu jari dengan jari
kelingking…………….kenang tempat yang paling disukai pasien yang
membuat pasien merasa tenang, nyaman damai.
10. Kalau perlu tanyakan pada klien, bila belum bisa dan gagal.
11. Setelah terlihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu dalam
rentang 15 – 30 menit, minta klien untuk membuka mata.
12. Lakukan kembali apabila masalah tersebut muncul kembali
Tahap Terminasi
Evaluasi
1. Setelah selesai pasien ditanya bagaimana hasilnya , apakah pasien merasa
lebih nyaman? Cemas menurun, nyeri berkurang ( sesuaikan dengan
masalah pasien).
2. Memberi pujian atas keberhasilan tindakan yang dilakukan pasien.
Rencana tindak lanjut
2. Menganjurkan klien melakukan kembali bila permasalahan tersebut
muncul.
3. Kontrak yang akan datang
1). Menyepakati kegiatan,waktu dan tempat (bila diperlukan)
8 EVALUASI 1. Evaluasi respon pasien setelah melakukan
kegiatan
2. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan
secara mandiri.
9 DOKUMENTASI Dokumentasikan pada catatan keperawatan.
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)

PROGRAM STUDI PROFESI TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR NO DOKUMEN: NO REVISI: HALAMAN:

1 PENGERTIAN Bentuk kegiatan dengan melakukan napas dalam,


napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
menghembuskan napas secara perlahan, dalam juga
dapat dan (Smeltzer & Bare, 2002).
2 TUJUAN 1. meningkatkan ventilasi paru
2. meningkatkan oksigenasi darah
3. Relaksasi otot – otot tubuh.
4. Memberikan rasa nyaman.
5. Mengalihkan perhatian.
6. Mengurangi rasa sakit – nyeri.
7. Meningkatkan efisiensi batuk
8. Mengurangi distress
9. Mengurangi kecemasan.
3 INDIKASI Klien yang mengalami kecemasan, stress, depresi,
nyeri.
4 KONTRAINDIKASI *
5 PERSIAPAN PASIEN 1. Anjurkan pasien untuk BAB dan BAK terlebih
dahulu.
2. Anjurkan perut tidak lapar atau kekenyangan.
6 PERSIAPAN SETTING & 1. Kursi dengan sandaran kepala dan lengan
ALAT 2. Matras
3. Ruangan yang tenang dan nyaman guna
meminimalisir stimulus
7 CARA BEKERJA
Orientasi
Pada tahap ini, terapis melakukan:
1. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
2. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan dan kesiapan klien saat ini
3. Kontrak:
2). Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menciptakan kenyamanan
diri dan relaksasi otot – otot tubuh dan pikiran.
3). Menjelaskan aturan main berikut:
- Klien siap untuk mengikuti instruksi dari terapis
- Lama kegiatan 15 - 30 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
Tahap Kerja
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Menanyakan kesiapan pasien untuk terapi
3. Memberi kesempatan pasien bertanya / menyampaikan sesuatu (k/p
tindaklanjuti sementara)
4. Menanyakan keluhan dan tanggapi secukupnya.
5. Usahakan pasien tetap rileks dan tenang
6. Tarik nafas dalam melaui hidung melalui hitungan 1,2,3.
7. Hembuskan melalui mulut secara perlahan – lahan sambil merasakan
tubuh dalam kondisi relaks.
(Lakukan 4 kali nafas dalam)
8. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali.
9. Lakukan nafas dalam diikuti dengan memejamkan mata dengan kencang
sebanyak 4 kali
10. Lakukan nafas dalam diikuti dengan menggembingkan pipi sebanyak 4 kali
11. Lakukan nafas dalam diikuti dengan menekan lidah ke langit - langit
sebanyak 4 kali
12. Lakukan nafas dalam diikuti dengan menundukkan leher sebanyak 4 kali
13. Lakukan nafas dalam diikuti dengan menengadahkan leher sebanyak 4 kali
14. Lakukan nafas dalam diikuti dengan membusungkan dada dan tangan
sambil berkaitan sebanyak 4 kali
15. Lakukan nafas dalam diikuti dengan mengangkat bahu sebanyak 4 kali
16. Lakukan nafas dalam diikuti dengan menarik jari kaki ke arah sumbu
tubuh (plantar fleksi) sebanyak 4 kali
17. Lakukan nafas dalam diikuti dengan menarik jari kaki menjauhi sumbu
tubuh (plantar ekstensi) sebanyak 4 kali
18. Lakukan nafas dalam biasa sebanyak 4 kali
19. Kendorkan ekstrimitas atas maupun bawah..
20. Lakukan kembali apabila masalah tersebut muncul kembali
Tahap Terminasi
Evaluasi
1. Setelah selesai pasien ditanya bagaimana hasilnya , apakah pasien merasa
lebih nyaman? Cemas menurun, nyeri berkurang ( sesuaikan dengan
masalah pasien).
2. Memberi pujian atas keberhasilan tindakan yang dilakukan pasien.
Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan klien melakukan kembali bila permasalahan tersebut
muncul.
2. Kontrak yang akan datang: menyepakati kegiatan,waktu dan tempat (bila
diperlukan)
8 EVALUASI 3. Evaluasi respon pasien setelah melakukan
kegiatan
4. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan
secara mandiri.
9 DOKUMENTASI Dokumentasikan pada catatan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai