Oleh:
Zumrotul Farikhah
NIM 192311101043
2. Tingkatan Ansietas
Tingkatan ansietes menurut stuart (2006) dalam Riyadi & Purwanto
(2009) ansietes dibagi menjadi 4 yaitu.
a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; ansietes pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas ini dapat menumbuhkan motivasi
belajar serta menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
mengalami tidak perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu
yang lebih banyak jika diberi arahan.
c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan dari individu untuk fokus dan memusatkan pada sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat fokus dan memusatkan pada
suatu area lain.
d. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
merasa diteror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan yang berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, serta kehilangan pemikiran
rasional. Tingkat ansietes ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika
berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan
bahkan kematian.
3. Gejala Ansietas
Gejala ansietes menurut APA (1994) dalam Mary C. Townsend (2010) meliputi.
a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
b. Berkering
c. Gemetar atau menggigil
d. Perasaan sesak nafas atau tercekik
e. Nyeri atau ketidaknyamanan dada
f. Mual atau distress abdomen
g. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan
h. Derealisasi (perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah dari
diri sendiri)
i. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
j. Takut mati
k. Parestesia (kebas atau kesemutan)
l. Bergantian kedinginan atau kepanasan
Gejala lain gangguan ansietes meliputi:
a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur (gangguan
ansietes umum).
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai
peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma (episode
kilas balik), kesulitan merasakan emosi (efek datar), insomnia, dan
iritabilitas atau marah yang meledak-ledak (gangguan stress
pascatrauma)
c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan
kekerasan, kontaminasi, dan keraguan; berulangkali melakukan aktivitas
yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung, memeriksa,
menyentuh (gangguan obsesif-kompulsif).
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu (fobia
spesifik), situasi performa atau social (fobia social), atau berada dalam
satu situasi yang membuat individu terjebak (agorafobia).
4. Diagnosa Ansietas
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul akibat dari ansietas yaitu sebagai
berikut:
a. Ansietas b.d adanya stressor (setelah mengetahui anak pasien perlu
dilakukan operasi karena adanya benjolan di lehernya).
b. Insomnia b.d ansietas klien.
c. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d ansietas.
d. Nyeri kronis b.d gangguan neurotik.
5. Psikopatologi/ Psikodinamika (Pengkajian Stres Adaptasi Stuart)
FAKTOR PRESDISPOSISI
MEKANISME
KOPING
Kontruksif: melakukan Destruktif: ketidakmampuan
tarik nafas dalam mengontrol diri
ANSIETAS
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998) dalam Yusuf dkk (2015) terdapat beberapa
teori yang dapat menjelaskan ansietas, di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor biologis.
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA(gamma-aminobutyric
acid) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stresor.
2. Faktor psikologis
a. Pandangan psikoanalitik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara antara dua elemen kepribadian—id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b. Pandangan interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang
mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c. Pandangan perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang
tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan
depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang pendidikan berpengaruh
terhadap terjadinya ansietas.
Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi berikut.
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Koping
Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakkan sumber koping di
lingkungan.
Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
yaitu sebagai berikut.
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan dari
sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi
realitas, dan bersifat maladaptif.
5. Penatalaksanaan Ansietas
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah psikoterapi. Psikoterapi yang
terpilih adalah CBT. Sedangkan, penatalaksanaan lain dengan pemberian
obat golongan benzodiazepin, merupakan obat pilihan pertama untuk
gangguan kecemasan menyeluruh. Pasien diberikan terapi Golongan
SSRi fluoksetin 1x10 mg dan golongan benzodiazepin aprazolam 1x0,5
mg.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
WHO. 2010. Improving health systems and services for mental health (Mental
health policy and service guidance package). Geneva 27, Switzerland:WHO
Press.XYusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2014). KEPERAWATAN.
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: Salemba Medika, 2015.
Lampiran