Anda di halaman 1dari 78

UNIVERSITAS JEMBER

APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING (EBN) PENGARUH TERAPI


AKUPRESURE UNTUK MENURUNKAN TINGKAT FATIGUE PADA
PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG
22 DAN 25 IRNA 1 RSUD dr. SAIFUL ANWAR

DISUSUN OLEH
Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Angkatan 24
Kelompok 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
UNIVERSITAS JEMBER

APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING (EBN) PENGARUH TERAPI


AKUPRESURE UNTUK MENURUNKAN TINGKAT FATIGUE PADA
PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG
22 DAN 25 IRNA 1 RSUD dr. SAIFUL ANWAR

DISUSUN OLEH :

Joko Anang Susanto 192311101025


Zumrotulfarikhah 192311101043
Nurul Azmiyah 192311101057
Ilya Farida 192311101058
Oktalia Rahmawati Rahayu 192311101062
Yunidar Dwi Puspitasari 192311101079
Ridlo Cahya Ilhami 192311101087
Larasati Setyo Pawestri 192311101105
Fitri Al Vianita 192311101122
Anggia Damayanti 192311101151

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.3.1 Tujuan Umum....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................3
1.4 Manfaat 4
1.4.1 Bagi Pasien.........................................................................................4
1.4.2 Bagi Penyedia Layanan Kesehatan....................................................4
1.4.3 Institusi Pendidikan............................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Kanker 5
2.1.1 Definisi Kanker........................................................................................5
2.1.2 Etiologi Kanker........................................................................................5
2.1.3 Manifestasi Klinis Kanker.......................................................................7
2.1.4 Patofisiologis Kanker...............................................................................7
2.1.5 Klasifikasi Kanker...................................................................................8
2.1.6 Penatalaksanaan Kanker..........................................................................9
2.1.7 Efek Pengobatan Kanker.........................................................................9
2.2 Konsep Akupressur 10
2.2.1 Pengertian Akupressur...........................................................................10
2.2.2 Titik Akupressur....................................................................................11
2.2.3 Teknik memijat akupressur....................................................................12
2.3 Pengaruh Akupressure terhadap pasien Kanker 13
BAB 3. METODE PENCARIAN JURNAL..........................................................14
3.1 PICO (Problem, Intervention, Comparative, Outcome) 14
3.1.1 Problem (Masalah yang ditemukan di Tempat Praktik)........................14
3.1.2 Intervention............................................................................................15
3.1.3 Comparasion Intervention.....................................................................15
3.1.4 Outcome.................................................................................................16
3.2 PertanyaanKlinis 16
3.3 Metode Penyusunan Jurnal 16
3.4 Jurnal Database yang digunakan 17
3.5 Temuan artikel pilihan dari kata kunci yang digunakan untuk sebagai
rujukan 17
BAB 4. PROSEDUR APLIKASI EVIDANCE BASED NURSING (EBN)...........21
4.1 Responden Penelitian 21
4.2 Pelaksanaan 22
4.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) 22
4.4 Penilaian Terhadap Fatigue 23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker adalah penyakit utama yang mengancam jiwa di seluruh dunia.
Sekitar 14,1 juta pasien baru didiagnosis menderita kanker, dan 8,2 juta orang
meninggal akibat kanker pada 2012 di seluruh dunia. Kanker yang paling banyak
terjadi yaitu kanker leher rahim, kanker payudara, kanker hati, kanker paru,
kanker kulit, kanker nasofaring, kanker korektal, limfoma maligna, leukimia, dan
trofoblas ganas (Yayasan Kanker Indonesia, 2008).
Kanker menempati urutan keenam dari sepuluh penyakit penyebab kematian
tertinggi di dunia (WHO, 2018). Tahun 2018 ditemukan 18,078 juta kasus kanker
baru dengan 35 jenis kanker yang berbeda dan 9,5 juta kematian akibat kanker.
Rata – rata kejadian kanker selama lima tahun terakhir sebanyak 4,4 juta.
Berdasarkan data tersebut dari 7,64 milyar populasi di dunia satu dari lima pria
dan satu dari enam wanita akan mengalami kanker (Globocan, 2018a). Organisasi
kesehatan dunia (WHO) memperkirakan kanker akan menjadi penyebab utama
kematian di dunia pada tahun 2020 (Tejawinata dkk., 2014). Peningkatan angka
kematian akibat kanker diperkirakan lebih cepat terjadi di negara miskin dan
berkembang (Sulistiowati dkk., 2016). Insidensi dan angka kematian kanker lebih
tinggi terjadi pada laki – laki daripada perempuan (Ho dkk., 2019).
Kelelahan adalah gejala yang paling banyak ditemukan pada pasien kanker.
Kelelahan yang berhubungan dengan kanker, didefinisikan sebagai rasa lelah yang
tidak biasa, konstan, subyektif yang tidak dapat ditingkatkan setelah beristirahat,
memiliki efek yang sangat negatif pada aktivitas rutin sehari-hari, kegiatan sosial,
hubungan interpersonal, kesejahteraan, dan kualitas hidup pada penderita kanker
yang selamat, dan kadang-kadang kurang terdiagnosis dan tidak diobati
(Khanghah dkk., 2019).
Menurut National Comprehensive Cancer Network (NCCN, 2014)
mendefinisikan Cancer-Related Fatigue (CRF) sebagai rasa lelah yang menetap,
yang dirasakan secara subjektif atau kelelahan terkait dengan kanker sehingga
berdampak dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien kanker. Dibandingkan
dengan kelelahan yang dialami oleh orang sehat, CRF lebih parah, lebih

1
menyusahkan, dan kecil kemungkinannya untuk diatasi dengan istirahat. Dalam
hal karakteristik yang menentukan, penting untuk mencatat perasaan kelelahan
yang dilaporkan oleh pasien. Seperti halnya rasa sakit, dokter harus mengandalkan
deskripsi pasien dari kelelahan mereka dan tekanan yang menyertai. Kelelahan
yang mengganggu aktivitas sehari-hari adalah komponen substansial lain dari
definisi CRF dan sumber masalah bagi pasien. Terdapat efek signifikan dari
kelelahan pada fungsi fisik selama perawatan kanker dan tidak pasti apakah pasien
dapat kembali berfungsi penuh ketika pengobatan selesai.
Menurut Narayanan (2015) pasien mengalami kelelahan karena berbagai
faktor. Kelompok ahli EAPC menyarankan diferensiasi antara kelelahan primer
dan sekunder. Pertama mungkin terkait dengan muatan sitokin yang tinggi dan
kedua terkait dengan pengobatan kanker atau penyakit atau sindrom yang muncul
secara bersamaan. Kandungan sitokin yang tinggi telah ditemukan pada pasien
yang menjalani kemoterapi atau pengobatan radiasi. Kelelahan primer terkait
sitokin memiliki komponen pusat dan periferal. Perubahan poros
hipotalamopituitari-adrenal dan sistem saraf yang mengendalikan gairah dan
kelelahan merupakan komponen utama, sedangkan komponen perifer
menyebabkan metabolisme otot yang berubah dan berdampak pada
ketidakseimbangan energi dan kelelahan.
Pilihan perawatan pasien kanker saat ini membutuhkan akses ke praktisi
terlatih dan dikaitkan dengan biaya tinggi serta memiliki efek samping yang tidak
dapat diduga. Efek samping dari obat-obatan dan menghilangkan kelelahan yang
tidak sesuai dengan obat – obatan menggeser pasien ke pengobatan komplementer
dan alternatif. Berbagai bentuk intervensi pengobatan komplementer dan alternatif
yang diperiksa termasuk akupunktur, pijat, yoga, dan pelatihan relaksasi untuk
kelelahan terkait kanker (Khanghah dkk., 2019).
Pengobatan penyakit kanker berbeda dengan penyakit lain, proses
pengobatan penyakit kanker membutuhkan waktu yang lama. Proses pengobatan
penyakit kanker disesuaikan dengan jenis kanker, luas penyakit, dan gejala klinis.
Penatalaksanaan penyakit kanker secara umum yang dilakukan yaitu operasi,
kemoterapi, dan radioterapi. Pasien kanker yang menjalani kemoterapi

2
membutuhkan perawatan long term care. Perawatan long term care merupakan
layanan yang diberikan untuk pasien yang secara klinik, kompleks, dan
mengalami kondisi kronik. Tindakan yang diberikan meliputi perawatan medis
yang panjang dan perawatan rehabilitasi komprehensif (Abu Obead dkk., 2014).
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan obat-obatan
atau hormon (Aziz et al., 2006). Pengobatan kemoterapi dapat diberikan melalui
rute topikal, oral, intravena, intramuskular, subkutan, arteri, intrakavitasi, maupun
intratekal (Brunner dan Suddart,2005). Fatigue sebagai akibat dari kemoterapi
berhubungan dengan mekanisme kerja kemoterapi yang berdampak pada
toksisitas hematologi. Kemoterapi tidak hanya mempengaruhi sel cancer tetapi
juga mengganggu fungsi siklus sel normal dengan menurunkan absorbsi nutrient
sel yang penting. Gangguan pada pembentukan sel darah pada sumsum tulang
atau myelosupresi menyebabkan penurunan sel darah merah, trombosit dan
leukosit yang ikut mempengaruhi terjadinya fatigue (American Cancer
Society,2016).
Akupresur adalah jenis terapi sentuhan yang menggunakan tekanan di jari
untuk merangsang titik – titik berbeda pada permukaan tubuh, sehingga
menghasilkan relaksasi dan penekanan berbagai gejala dengan mengurangi rasa
sakit. Intervensi ini sering digunakan oleh perawat dalam tatanan klinik dan
dianggap sebagai intervensi keperawatan yang klinis dan komprehensif.
Akupresur di kalangan perawat dapat membantu meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dan mengurangi efek samping dari metode invasif. Manfaat dari
prosedur ini adalah biaya lebih efektif, tidak perlu peralatan, dapat dilakukan
sendiri oleh pasien dan keluarga, serta tidak memerlukan prosedur invasiv
(Khanghah dkk., 2019).
Akupresur adalah teknik yang berasal dari akupunktur, komponen
Traditional Chinese Medicine (TCM). Dalam akupresur, tekanan fisik diterapkan
pada titik akupuntur oleh tangan, siku, atau dengan berbagai perangkat untuk
mengobati penyakit. Akupresur memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan perawatan pada kelelahan terkait kanker yang persisten potensial lainnya.
Keunggulan yang akupresur antara lain dapat dikelola sendiri dengan sedikit

3
usaha dan waktu dari pihak pasien, dapat dilakukan berbagai waktu, biaya rendah,
dan membutuhkan instruksi minimal oleh dari perawat (Zick dkk., 2012).
Uji coba telah menunjukkan bahwa akupresur yang dilakukan sendiri dapat
secara signifikan mengurangi kelelahan terkait kanker yang persisten sebanyak
70% dari tingkat awal pada penderita kanker yang selamat. Akupresur juga dapat
memiliki efek positif pada kualitas tidur dan kuantitas tidur pada pasien kanker
dan populasi sakit kronis lainnya, tetapi sejauh mana perbaikan tidur ini
mempengaruhi peningkatan kelelahan terkait kanker yang persisten belum
dieksplorasi (Zick dkk., 2016).
Kelelahan adalah efek jangka panjang yang umum dan melemahkan kanker
payudara yang berhubungan dengan kurang tidur dan penurunan kualitas hidup,
namun terapi tetap terbatas. Akupresur telah mengurangi kelelahan pada
penelitian kecil sebelumnya, tetapi diperlukan uji klinis yang ketat (Zick dkk.,
2016).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang diatas adalah bagaimana
dampak akupresur terhadap tingkat keletihan pada pasien kanker dengan
kemoterapi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi akupresure
untuk menurunkan tingkat fatigue pada penderita kanker yang menjalani
kemoterapi di ruang 22 IRNA 1 RSUD dr. Saiful Anwar
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pasien yang menjalani kemoterapi di di ruang 22
IRNA 1 RSUD dr. Saiful Anwar;
2. Mengetahui tingkat fatigue pasien pasien yang menjalani kemoterapi di di
ruang 22 IRNA 1 RSUD dr. Saiful Anwar;

4
3. Mengetahui pengaruh terapi akupresure untuk menurunkan tingkat fatigue pada
penderita kanker yang menjalani kemoterapi di ruang 22 IRNA 1 RSUD dr.
Saiful Anwar.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Pasien
Menurunkan tingkat fatigue setelah dilakukannya kemoterapi, sehingga
menciptakan rasa nyaman pada pasien setelah proses kemoterapi.
1.4.2 Bagi Penyedia Layanan Kesehatan
Memberikan pengetahuan tambahan tentang terapi komplementer untuk
mengurangi tingkat fatigue pada pasie yang telah menjalani kemoterapi.
Sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
1.4.3 Institusi Pendidikan
Hasil penerapan EBN ini diharapkan dapat memperkaya khazanah
keilmuan keperawatan dan menjadi salah satu acuan dalam pengelolaan
tingkat fatigue pasien post kemoterapi.

5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kanker


2.1.1 Definisi Kanker
Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan pertumbuhan
sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali),
menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi
organ tubuh (Akmal, dkk., 2010). Kanker merupakan penyakit dengan
pertumbuhan sel yang abnormal yang akan berpengaruh pada sel yang normal. Sel
kanker merupakan sel ganas yang mempunyai sifat anaplastic, invasi, serta
metastasis tetapi kanker bukan suatu penyakit menular. Menurut WHO
(2017) kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang
ditandai dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian
dapat menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain.
Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu istilah untuk
penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat
menyerang jaringan di sekitarnya. Jadi dapat disimpulkan bawha kanker ialah
pertumbuhan sel-sel jaringan yang bersifat upnormal yang dapat menyebar ke sel
jaringan lainnya yang bersifat ganas dan irrevesibel.

2.1.2 Etiologi Kanker


Etiologi kanker dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut dapat
di bagi menjadi faktor dari dalam maupun luar. Terdapat empat faktor penyebab
kanker seperti biologis, lingkungan, makanan dan psikologis. Keempat faktor
penyebab kanker tersebut dijelaskan seperti berikut:
1) Bioloigis
a. Keturunan
Sejumlah penelitian menemukan bahwa sekitar 5% dari kasus kanker
diakibatkan oleh faktor keturunan. Faktor keturunan ini memang susah untuk
dihindari (Arief, I., 2009).

6
b. Hormon
Hormon estrogen yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya kanker kandungan dan kanker payudara. Sedang
hormon progesteron dapat mencegah timbulnya kanker endometrium, tetapi
meningkatkan resiko kanker payudara.
c. Virus dan kuman
Virus human papilloma (HPV), merupakan penyebab utama kanker leher rahim
dan dapat meningkatkan resiko timbulnya kanker jenis lain. Virus hepatitis B
dan hepatitis C dapat memicu timbulnya kanker hati. Virus human T-cell
leukemia/lymphoma (HTLV-1) meningkatkan resiko limfoma dan leukemia.
Virus human immunodefisiensi (HIV) yang dikenal sebagai penyebab AIDS
ini meningkatkan resiko limfoma dan Kaposi’s sarcoma. Virus Epstein-Barr
meningkatkan resiko terjangkitnya limfoma. Virus human herpes 8 (HHV8)
dapat menyebabkan Kaposi’s sarcoma.
2) Lingkungan
a. Tembakau
Asap rokok/tembakau yang dihirup baik perokok aktif maupun perokok pasif
dapat menyebabkan kanker paru, pita suara, mulut, tenggorokan, ginjal,
kandung kencing, kerongkongan, perut, pankreas, leukemia, dan leher rahim.
Bukan hanya asapnya, bahkan sering menghirup aroma tembakau serta
mengunyahnya juga dapat menyebabkan kanker.
b. Penyinaran yang berlebihan
Sinar matahari pagi baik untuk kesehatan. Tetapi sinar matahari siang yang
banyak mengandung ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Sinar
ultraviolet dapat menembus kaca, pakaian yang tipis, juga dapat dipantulkan
oleh pasir, air, salju, dan es. Perlu diingat bahwa lampu-lampu ultraviolet yang
banyak dijual di toko juga dapat menyebabkan kanker.
c. Polisi Udara
Menurut Chen Zichou, seorang ahli Institut Penelitian Kanker mengatakan,
penyebab utama meningkatnya jumlah kanker di China disebabkan polusi
udara, lingkungan, dan kondisi air yang kian hari kian memburuk.

7
3) Makanan
Banyak zat kimia yang ditambahkan dalam makanan dapat menjadi pemicu
kanker, misalnya zat pengawet, pewarna buatan, pemanis buatan dan perasa
buatan. Padahal, hampir semua makanan/minuman produksi pabrik atau yang
dijual di restoran mengandung zat-zat tambahan tersebut. Selain itu,
kebanyakan sayur-sayuran dan buah-buahan ditanam dengan mengandalkan
pupuk buatan dan pestisida. Makanan yang dipanggang, dibakar, atau digoreng
dengan minyak jelantah juga berpotensi menyebabkan kanker (Cancer Helps,
2009).
4) Psikologis
a. Stress
Kondisi stress dapat melemahkan respon imunitas tubuh. Menurunnya sistem
imunitas ini mempermudah sel-sel kanker menyerang tubuh karena
kemampuan sel imun untuk mengenal dan melawan musuh tidak dapat
berfungsi secara baik.

2.1.3 Manifestasi Klinis Kanker


Secara umum gejala kanker dapat menimbulkan berbagai faktor seperti :
a) Sel-sel kanker akan menyebar dari satu organ bagian tubuh ke organ bagian
lainnya. Sel kanker akan menyebar melalui invasi dan bermestase.
b) Dapat menyebabkan anemia, kelemahan, penuruanan BB, anoreksia, disfagia
dan paling umum yaitu nyeri
c) Dapat menimbulkan demam akibat sek kanker mempengarui sistem imun
tubuh ( Akmal, 2010)

2.1.4 Patofisiologis Kanker


Semua kanker bermula dari sel, yang merupakan unit dasar kehidupan
tubuh. Untuk memahami kanker, sangat penting untuk mengetahui apa yang
terjadi ketika sel-sel normal menjadi sel kanker. Tubuh terdiri dari banyak jenis
sel. Sel-sel tumbuh dan membelah secara terkontrol untuk menghasilkan lebih
banyak sel seperti yang dibutuhkan untuk menjaga tubuh sehat. Ketika sel

8
menjadi tua atau rusak, mereka mati dan diganti dengan sel-sel baru. Kematian sel
terprogram ini disebut apoptosis, dan ketika proses ini rusak, kanker mulai
terbentuk. Sel dapat mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali jika ada
kerusakan atau mutasi pada DNA. Empat jenis gen yang bertanggung jawab untuk
proses pembelahan sel yaitu onkogen yang mangatur proses pembahagian sel, gen
penekan tumor yang menghalang dari pembahagian sel, suicide gene yang kontrol
apoptosis dan gen DNA-perbaikan menginstruksikan sel untuk memperbaiki DNA
yang rusak. Maka, kanker merupakan hasil dari mutasi DNA onkogen dan gen
penekan tumor sehingga menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali
(National Cancer Institute, 2009). Sel-sel tambahan ini dapat membentuk massa
jaringan yang disebut tumor. Namun, tidak semua jenis tumor itu kanker. Tumor
dapat dibagikan sebagai tumor jinak dan ganas di mana yang jinak dapat dihapus
dan tidak menyebar ke bagian tubuh lain manakala tumor ganas merupakan
kanker yang dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Beberapa kanker tidak membentuk tumor misalnya leukemia (National Cancer
Institute, 2009).

2.1.5 Klasifikasi Kanker


Ada lima kelompok besar yang digunakan untuk mengklasifikasikan kanker
yaitu karsinoma, sarkoma, limfoma, adenoma dan leukemia (National Cancer
Institute, 2009).
1) Karsinoma ialah kanker yang berasal dari kulit atau jaringan yang menutupi
organ internal.
2) Sarkoma ialah kanker yang berasal dari tulang, tulang rawan, lemak, otot,
pembuluh darah, atau jaringan ikat.
3) Limfoma ialah kanker yang berasal dari kelenjar getah bening dan jaringan
sistem kekebalan tubuh.
4) Adenoma ialah kanker yang berasal dari tiroid, kelenjar pituitari, kelenjar
adrenal, dan jaringan kelenjar lainnya.
5) Leukemia ialah kanker yang berasal dari jaringan pembentuk darah seperti
sumsum tulang dan sering menumpuk dalam alir

9
2.1.6 Penatalaksanaan Kanker
Terapi kanker tergantung pada jenis kanker, stadium kanker, usia, status
kesehatan, dan karakteristik pribadi tambahan. Tidak ada pengobatan tunggal
untuk kanker dan pasien sering menerima kombinasi terapi dan perawatan paliatif.
Perawatan biasanya termasuk dalam salah satu kategori seperti operasi, radiasi,
kemoterapi, immunoterapi, terapi hormon, atau terapi gen. Prinsip kerja
pengobatan ini adalah dengan membunuh sel-sel kanker, mengontrol
pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan pertumbuhannya agar tidak menyebar
dan mengurangi gejala-gejala yang disebabkan oleh kanker. Kanker biasanya
identik dengan pengobatan secara kemoterapi. Pengobatan kemoterapi bertujuan
menjangkau sel-sel kanker yang menyebarkan ke bagian tubuh lain dengan cara
mengambat dan mengntrol pertumbuhan sel kanker ( Ariani, 2015).

2.1.7 Efek Pengobatan Kanker


Dapat dibagi menjadi beberapa hal. Dampak pengobatan menimbulkan
dampak psikologis maupun fisik. Dampak Fisik sebagai berikut:
1) Mual dan muntah
Dapat dipicu oleh selera baud an fikiran terkait kecemasaan dengan kemoterapi
2) Konstipasi
Dapat terjai kurang lebih 1 minggu . di akibatkan oleh obat analgesic opoid.
3) Neuropati Perifer
Kerusakan saraf yang lebih jauh dari otak dan sumsum tulang belakag. Faktor
yang mempengaruhi diantaranya intesitas kemoterapi, dosis obat, durasi
kemoterapi
4) Toksisitas kulit
Dapat menggelapkan kulit sepanjang vena dan eritma atau garis
hiperpigmentasi yang menyebar sepanjang vena.
5) Alopecia ( kerontokn rambut )
Terjadi 2 hingga 4 minggu akan selesai sampai 1-2 bulan setelah kerontokkan.
6) Penurunan berat badan
Dapat disebabkan oleh penurunan nafsu makan mual muntah dan mukositis.

10
7) Penurunan nafsu makan
Berkurang nya sinyal lapar pada hipotalamus dan sinyal keying yang
dihasilkan oleh melacortins diperkuat.
8) Fatique
Rasa lelah selama 1-2 minggu setelah kemoterapi, kelelahan dapat terjadi
karena auspan nutrisi yang kurang sehingga energy di dalam tubuh tidak
tercukupi
9) Perubahan rasa
Adanya faktor yang berpengaruh karena kurangnya perawatan mulut, infeksi,
gastrointestinal reflux
10) Nyeri
Biasanya timbul dibagian perut bawah dan punggung, terjadi secara hilang
timbul.
Efek psikologisnya dapat menimbulkan:
1) Cemas
2) Ketidakberdayaan
3) Harga diri rendah
4) Sterss dan amarah
5) Depresi

2.2 Konsep Akupressur


2.2.1 Pengertian Akupressur
Akupresur berasal dari kata accus dan pressure, yang artinya jarum dan
menekan. Akupresur merupakan istilah yang dipakai untuk memberikan
rangsangan (stimulasi) titik akupunktur dengan teknik penekanan atau teknik
mekanik. Penekanan dilakukan sebagai pengganti penusukan jarum yang
dilakukan pada akupunktur dengan tujuan untuk melancarkan aliran energi vital
(qi) pada seluruh tubuh (Kemenkes, 2014).
Akupresur merupakan terapi tusuk jari dengan pemberian tekanan dan
pemijatan pada titik tertentu pada tubuh yang didasarkan pada prinsip ilmu
akupunktur (Fengge, 2012). Penekanan ujung-ujung jari tangan pada daerah

11
tertentu dipermukaan kulit yang berdampak positif terhadap kondisi fisik, mental
dan sosial (Hartono, 2012).

2.2.2 Titik Akupressur


Meridian merupakan garis yang membujur dan melintang pada globe atau
peta dunia, selanjutnya istilah meridian digunakan dalam ilmu akupunktur untuk
jalur-jalur aliran energi vital (qi) yang ada pada tubuh manusia yang
menghubungkan masing-masing bagian tubuh.
Penggolongan Meridian digolongkan menjadi jalur yang membujur dan
melintang. Jalur yang membujur terdiri atas meridian umum, meridian cabang dan
meridian istimewa, sedangkan jalur yang melintang terdiri atas luo dan
salurannya.
A. Meridian umum digolongkan berdasarkan yin yang, organ tubuh dan kaki
tangan, yang jumlahnya ada 12
1) Yin bersifat pasif, meridian yin dalam tubuh manusia letaknya di sisi depan.
Yang bersifat aktif, meridian yang dalam tubuh manusia letaknya di sisi
belakang.
2) Organ tubuh menurut ilmu akupunktur terdiri dari enam Organ zang (organ
padat) yang bersifat yin yaitu paru, jantung,selaput jantung, limpa, ginjal, dan
hati. Enam organ fu (organ berongga) bersifat yang yaitu usus besar, usus
kecil, tri pemanas, lambung, kandung kemih, dan kandung empedu.
Selanjutnya meridian umum yang berhubungan dengan organ tertentu dalam
tubuh diberi nama sesuai dengan nama organ tersebut.
3) Jalur meridian umum melewati anggota gerak tangan dan kaki. Untuk
selanjutnya meridian yang melewati tangan disebut meridian tangan yang
terdiri dari yin tangan dan yang tangan, demikian juga meridian yang
melewati kaki disebut meridian kaki yang terdiri dari yin kaki dan yang kaki
B. Meridian istimewa merupakan bagian penting dari sistem meridian yang
jumlahnya ada 8 (delapan), meridian ini tidak berhubungan dengan organ
tubuh. Fungsi dari meridian istimewa adalah sebagai regulator dan reservoir
dari energi vital (qi) meridian umum. Sedangkan meridian istimewa yang lain

12
memiliki titik akupunktur/akupresur yang sama dengan titik
akupunktur/akupresur pada meridian umum ketika berpotongan.
C. Luo merupakan jalur meridian yang melintang dan berasal dari meridian
umum, berfungsi untuk mempererat hubungan antar meridian.
Meridian umum diberi nama berdasarkan singkatan dari nama organ
maupun meridian istimewa, yaitu:
1) Lung (LU) : Paru
2) Large Intestine (LI) : Usus Besar
3) Stomach (ST) : Lambung
4) Spleen (SP) : Limpa
5) Heart (HT) : Jantung
6) Small Intestine (SI) : Usus Kecil
7) Bladder (BL) : Kandung Kemih
8) Kidney (KI) : Ginjal
9) Pericardium (PC) : Selaput Jantung
10) San Jiao (SJ) : Tri Pemanas
11) Gall Bladder (GB) : Kandung Empedu
12) Liver (LR) : Hati
13) Consepsion Vessel / Ren (CV/ RN) : Meridian Konsepsi
14) Governoor Vessel / Du (GV/ DU) : Meridian Gubernur (Kemenkes, 2014).

2.2.3 Teknik memijat akupressur


Sebelum melakukan tindakan, perhatikan kondisi pasien. Pijat akupressur
tidak dapat dilakukan pada orang yang dalam keadaan terlalu lapar ataupun terlalu
kenyang, dan pada perempuan yang sedang hamil muda. Suhu surangan juga
perlu diperhatikan. Pijatan dapar dilakukan setelah menemukan titik meridian
yang tepat yaitu timbul reaksi pada titik pijat berupa rasa nyeri, linu, atau pegal.
Dalam terapi akupressur pijatan dapat dilakukan menggunakan jari jempol dan
telunjuk. Lamanya tergantung pada jenis pijatan.

13
2.3 Pengaruh Akupressure terhadap pasien Kanker
Serçe, S (2018) memperkirakan terapi akupresur dapat membuat pasien
merasa rileks, yang mengarah pada pengurangan rasa sakit yang dirasak. Dalam
penelitian ,ditentukan bahwa akupresur secara signifikan menurunkan tingkat
nyeri pasien dalam kelompok intervensi. Tidak ada efek negatif yang diamati
selama pemberian terapi ini ini. Meskipun perbedaan antara tingkat nyeri
kelompok ini ditentukan sangat rendah, pasien kelompok intervensi menyatakan
bahwa mereka merasa lebih baik selama penelitian.
Wardani (2019) mengatakan ada pengaruh terapi akupresur pada kanker
terkait dengan fatigue. Ini disebabkan oleh manipulasi aktif pada titik akupuntur
yang dilakukan secara rutin dan terus menerus. Penekanan pada titik akupresur
harus diposisikan di sepanjang garis meridian. Aktivasi titik-titik tertentu pada
meridian dapat memfasilitasi pengurangan keluhan,gejala atau rasa sakit dari
bagian lain tubuh. Berdasarkan lokasi stimulasi, tekanan mengaktifkan saraf
mielin kecil di otot dan melewati stimulasi impuls ke sistem saraf pusat termasuk
sumsum tulang belakang, otak tengah, hipotalamus dan sumbu hipofisis
Akupresur pada akupuntur ST 36 dan Li12 pada 120 limfoblastik akutpasien
leukemia setelah kemoterapi, menyebabkan penurunan kelelahan 1 jam setelah
intervensi (Bastani, Khosravi, Borimnejad, & Arbabi, 2015). Akupresur
memediasi sinyal oksida nitrat (NO), untuk meningkatkanmikrosirkulasi lokal
melalui cyclic guanosine monophosphate (cGMP). Hal ini membantu dalam
meningkatkankinerja fisik dengan menekan molekul yang memicu kelelahan
dalam darah. Akupresur pada pasien dengan karsinoma hepatoseluler, hasilnya
menunjukkan bahwa fatigue pada kelompok akupresur adalah lebih rendah dari
pada kelompok kontrol (Lan, Lin, Chen, Lin, & Wang, 2015).

14
BAB 3. METODE PENCARIAN JURNAL

3.1 PICO (Problem, Intervention, Comparative, Outcome)


3.1.1 Problem (Masalah yang ditemukan di Tempat Praktik)
Kanker adalah penyakit kronis yang mengancam nyawa di seluruh dunia.
Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) di tahun 2018 menyatakan bahwa,
insiden kasus kanker di tahun 2018 mencapai 18.078.957 orang, dan diperkirakan
akan terus meningkat hingga tahun 2040. Penderita kanker di dunia pada tahun
2040 diperkirakan akan mencapai 29.532.994. Peningkatan angka insidensi ini
juga sejalan dengan peningkatan angka mortalitas kanker dunia. Angka mortalitas
kanker di tahun 2018 mencapai 9.555.027 dan diperkirakan akan meningkat
menjadi 16.388.459 pada tahun 2040 (WHO, 2018). Kanker di Indonesia pada
tahun 2013 memiliki nilai prevelansi sebesar 1.4%, dimana kanker paru
menduduki tingkat insideni tertinggi pada penduduk laki-laki yakni sebesar 54.2%
dengan mortalitas 50.0%, sedangkan pada wanita jenis kanker yang menduduki
insidensi tertinggi adalah kanker payudara dengan nilai insidensi sebesar 43.3%
dan mortalitas tertertinggi (12.9%). Jawa timur menduduki peringkat ke dua
dengan jumlah penderita kanker terbanyak (Kemenkes, 2015).
Kelelahan (fatigue) adalah gejala paling umum pada pasien dengan kanker
(Khanghah dkk., 2019). Fatigue merupakan salah satu diagnosa keperawatan yang
ditandai dengan gangguan dalam melakukan aktivitas fisik biasanya, serta
aktivitas rutin yang biasa dilakukan seseorang (Gordon, 2018). Fatigue dapat
mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kelelahan
(fatigue) pada penderita kanker merupakan gejala yang tidak biasa karena
kelelahan tersebut secara subyektif dirasakan dan tidak membaik meskipun
setelah beristirahat (Khanghah dkk., 2019). Sehingga kekelahan ini membeikan
dampak pada pola aktivitas sehari-hari klien seperti kegiatan sosial, hubungan
interpersonal, kesejahteraan dan kualitas hidup penderita kanker (Khanghah dkk.,
2019). Gejala fatigue pada penderita kanker biasanya kurang terdeteksi dan tidak
diobati (Khanghah dkk., 2019). Pada zaman sekarang ini terdapat pilihan
pengobatan fatigue yang membutuhkan bantuan praktisi terlatih dengan biaya
yang tinggi dan memiliki efek samping (Khanghah dkk., 2019). Sehingga hal ini

15
menyebabkan pasien mengganti metode pengobatan yaitu dengan metode
komplementer atau alternatif (Khanghah dkk., 2019). Hasil pengamatan yang
dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Stase Medikal
di ruang rawat inap 22 dan ruang 25 RSUD dr. Saiful Anwar Malang, Mayoritas
pasien pada bulan Desember 2019 mengalami fatigue (kelelahan) setelah
menjalani kemoterapi. Sehingga perawat perlu memberikan sebuah intervensi
nonfarmakologis yang bisa mengurangi tingkat kelelahan pasien kanker.

3.1.2 Intervention
Perawat bertugas memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif
dan sesuai dengan respon pasien yang muncul saat itu dengan melihat aspek
fisiologis dan aspek psikososial. Perawat juga mempunyai tindakan mandiri
seperti terapi non farmakologis untuk mengurangi masalah yang dialami pasien
dengan kolaborasi tindakan medis. Salah satu respon pasien kanker yang
menjalani kemoterapi adalah fatigue (kelelahan). Fatigue ini menjadi salah satu
masalah diagnosa keperawatan sehingga harus diatasi atau diturunkan
tingkatannya oleh seorang perawat. Perawat bisa melakukan terapi
nonfarmakologis yaitu terapi akupresure untuk mengrangi tingkat kelelahan pada
penderita kanker, karena dalam beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa
terapi akupresure sangat efektif untuk mengurangi tingkat kelelahan pada
penderita kanker (Khanghah dkk., 2019).

3.1.3 Comparasion Intervention


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh mahasiswa Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Stase Medikal di ruang rawat inap 22 RSUD dr.
Saiful Anwar Malang, tindakan yang dilakukan diruangan 22 dan 25 yang
bertujuan untuk mengurangi tingkat kelelahan pada pasien setelah kemoterapi
adalah bedrest atau istirahat dan mengurangi aktivitas sehari-hari pasien.
Intervensi tersebut bisa dilengkapi dengan intervensi akupresure sehingga dapat
menurunkan tingkat fatigue yang dialami klien.

16
3.1.4 Outcome
Penerapan intervensi keperawatan dengan akupresure (terapi
nonfarmakologis) harapannya bisa menurunkan tingkat fatigue pada penderita
kanker.

3.2 PertanyaanKlinis
Apakah pemberian intervensi akupressure yang diberikan pada penderita
kanker yang menjalani kemoterapi dapat mengurangi fatigue pasien di Ruang 22
dan 25 IRNA 1 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang?
3.3 Metode Penyusunan Jurnal
Unsur
PICO Analisis Kata Kunci
(Terapi)
Intervensi keperawatan akupressure tiga
Nursing Intervention;
titik untuk menurunkan tingkat kelelahan
P patient fatigue, cancer
pasien dengan kanker yang sedang
patients
menjalani kemoterapi
Acupressure,
Akupressure tiga titik yaitu titik ST-36,
I complementary and
LI-4, danSanyingjiaoSP-6
alternative medicine
Selain akupressure relaksasi, pasien juga
mendapatkan intervensi akupressure Acupressure, persistant
C
stimulator untuk menurunkan tingkat fatigue
kelelahan dan perbaikan kualitas tidur.
Acupressure, cancer
Akupressure tiga titik dapat menurunkan
patient, complementary
O kelelahan jangka pendek pasien dengan
medicine, persistant
kanker yang sedang menjalani kemoterapi.
fatigue

17
3.4 Jurnal Database yang digunakan
Menggunakan kata kunci dan beberapa sinonimnya dari analisa PICO,
penelitian memasukkan kedalam search engine jurnal sebagai berikut:
1. https://www.proquest.com/
2. https://search.ebscohost.com/
3. https://www.sciencedirect.com/journal
4. https://scholar.google.com/
5. http://www.scopus.com/
6. http://pmj.bmj.com/

3.5 Temuan artikel pilihan dari kata kunci yang digunakan untuk sebagai
rujukan
Berdasarkan hasil pencarian menggunakan kata kunci, kami memilih 3
jurnal yang sesuai dengan topik yang kami bahas, 1 jurnal sebagai jurnal utama, 1
jurnal sebagai jurnal pendukung dan 1 jurnal terakhir sebagai jurnal pembanding.
a. Penjelasan journal utama pelaksanaan EBN
Effect of Acupressure on Fatigue in Patients with Cancer Who Underwent
Chemotherapy
Efek Akupressure pada Kelelahan Pasien dengan Kanker yang Sedang
Menjalani Kemoterapi

Tujuan : kelelahan adalah gejala paling umum pada pasien kanker; meskipun
tingkat tinggi dari kelelahan yang berhubungan dengan kanker yang signifikan
secara klinis, beberapa perawatan saat ini tersedia. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi efektivitas akupresur pada kelelahan pada pasien
dengan kanker yang menjalani kemoterapi.
Metode : 90 sampel dipilih menggunakan metode convenience sampling, dan
random block sampling digunakan untuk pembagian kelompok (30 untuk setiap
kelompok). Ketiga kelompok itu sama berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Kelompok eksperimen menjalani akupresur di Zusanli (ST-36), Hegu (LI-4), dan
Sanyingjiao (SP-6), sedangkan tekanan palsu digunakan pada kelompok placebo

18
dan tidak ada intervensi yang diterapkan pada kelompok control. Tingkat
kelelahan peserta dalam tiga kelompok dihitung dalam tiga fase, sebelum, selama,
dan setelah kemoterapi. Data dianalisis menggunakan SPSS, versi 22.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor analog visual
kelelahan secara signifikan berbeda dalam tiga kelompok pada akhir kemoterapi
(p Z 0,021). Skor analog visual rata-rata kelelahan pada kelompok akupresur jauh
lebih rendah daripada pada kelompok kontrol
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akupresur pada tiga titik
L14, ST36, dan sp-6 memiliki efektivitas jangka pendek pada kelelahan terkaitkan
kepada pasien yang menjalani kemoterapi. Mengenai tingginya insiden kelelahan
pada pasien dengan kanker, kami menyarankan akupresurse bagai terapi non
farmakologis yang tidak beracun dan tidak berbahaya untuk mengurangi efek
samping pada pasien dengan kanker.
b. Penjelasan jurnal pendukung 1 EBN
Acupressure for persistent cancer-related fatigue in breast cancer survivors
(AcuCrft): a study protocol for a randomized controlled trial
Akupresur untuk kelelahan terkait kanker persisten pada penderita kanker
payudara (AcuCrft): sebuah penelitian protokol untuk uji coba terkontrol
secara acak
Tujuan: Meskipun tingginya tingkat kanker persisten yang signifikan secara
klinis terkait kelelahan pada penderita kanker payudara beberapa perawatan saat
ini tersedia dan sebagian besar menimbulkan beban yang signifikan pada pihak
wanita. Akupresur, komponen Pengobatan Tradisional Cina, telah terbukti
mengurangi tingkat kelelahan sebanyak 70% di penderita kanker dan juga tidak
mahal, tidak beracun dan merupakan sebuah intervensi yang mudah digunakan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menentukan kemanjuran dua jenis
akupresur yang dikelola sendiri (relaksasi akupresur dan stimulasi akupresur),
dibandingkan dengan standar perawatan pada keparahan kelelahan. Tujuan
sekunder adalah untuk mengevaluasi kemanjuran dua jenis akupresur pada
parameter tidur dan kinetik yang diperlukan untuk penerapan akupresur secara
klinis.

19
Metode: Penelitian ini adalah uji klinis acak tiga kelompok. 375 penderita kanker
payudara setidaknya 12 bulan setelah selesainya pengobatan kanker, dengan
kelelahan persisten sedang hingga berat, diacak ke salah satu dari 3 kelompok:
akupresur relaksasi yang dikelola sendiri; akupresur stimulasi yang dikelola
sendiri; atau standar perawatan. Peserta dinilai pada awal, 3 minggu, dan 6
minggu diikuti oleh tindak lanjut 4 minggu. Tujuan utama adalah untuk menguji
efek 6 minggu relaksasi akupresur dibandingkan dengan stimulasi akupresur atau
standar perawatan pada kelelahan yang dinilai oleh: laporan diri mingguan
menggunakan Inventaris Kelelahan Singkat; aktivitas fisik siang hari objektif
pada actigraph; atau pola kelelahan dinilai 4 kali sehari menggunakan analog
visual skala. Titik akhir sekunder termasuk depresi, kecemasan, kemanjuran diri,
dan kualitas tidur.
Hasil: Penelitian ini menentukan kemanjuran dan penerimaan teknik akupresur
yang dikelola sendiri. Desain studi yang unik memanfaatkan perawat untuk
mengajar akupresur kepada peserta. Jika perawat dapat dengan sukses
mempelajari dan mengajar peserta bagaimana untuk memberikan akupresur, hal
itu mungkin menunjukkan kemungkinan untuk mengajar perawat akupresur dalam
pengaturan "dunia nyata" seperti praktik perawatan keluarga.
Kesimpulan: Studi ini memiliki potensi untuk mengembangkan intervensi
perawatan diri berbiaya rendah untuk efek jangka panjang pada populasi kanker
payudara dengan kelelahan. Metode yang digunakan dapat memberikan ide
konstruktif kepada yang lain simpatisan yang bekerja dengan populasi ini dan /
atau intervensi.

c. Penjelasan jurnal pendukung 2 EBN


Investigation of 2 Types of Self-administered Acupressure for Persistent
Cancer-Related Fatigue in Breast Cancer Survivors A Randomized Clinical
Trial
Investigasi 2 Jenis Akupresur yang Dikelola Sendiri untuk Kelelahan Terkait
Kanker yang Persisten pada Penderita Kanker Payudar: Sebuah Percobaan
Klinis Acak

20
Tujuan: Menyelidiki apakah dalam waktu 6 minggu dari 2 jenis akupresur yang
dikelola sendiri akan memberikan efek baik pada kelelahan, tidur, dan kualitas
hidup vs perawatan biasa pada penderita kanker payudara dan untuk menentukan
apakah perubahan dipertahankan selama periode 4 minggu.
Metode: Fase 3 uji klinis acak, single-blind, tunggal dilakukan sejak 1 Maret
2011, hingga 31 Oktober 2014. Wanita direkrut dari Michigan Tumor Registry
Hasil: Sebanyak 424 orang yang selamat dari kanker payudara stadium 0 hingga
III yang telah menyelesaikan kanker perawatan setidaknya 12 bulan sebelumnya
disaring, dan 288 diacak, dengan 270 menerima akupresur rileks (n = 94),
merangsang akupresur (n = 90), atau perawatan biasa (n = 86). Seorang wanita
menarik diri karena memar di titik akupuntur. Pada minggu ke 6, the persentase
peserta yang mencapai tingkat kelelahan normal (skor Persediaan Kelelahan
Singkat <4) adalah 66,2% (49 dari 74) dalam akupresur santai, 60,9% (42 dari 70)
dalam merangsang akupresur, dan 31,3% (26 dari 84) dalam perawatan biasa.
Pada minggu 10, total 56,3% (40 dari 71) di akupresur santai, 60,9% (42 dari 69)
dalam merangsang akupresur, dan 30,1% (25 dari 83) di perawatan biasa terus
memiliki kelelahan normal. Pada kedua titik waktu tidak ada 2 akupresur
kelompok berbeda nyata. Akupresur santai, tetapi tidak merangsang akupresur,
menunjukkan perbaikan signifikan dalam kualitas tidur dibandingkan dengan
perawatan biasa pada minggu ke 6, tetapi tidak pada minggu 10. Hanya akupresur
relaksasi yang secara signifikan meningkatkan kualitas hidup vs perawatan biasa
di minggu 6 dan 10.
Kesimpulan: Kedua akupresur lengan secara signifikan mengurangi persisten
kelelahan dibandingkan dengan perawatan biasa, tetapi hanya akupresur santai
yang memiliki efek signifikan kualitas tidur dan kualitas hidup. Akupresur yang
rileks menawarkan pilihan biaya rendah mengelola gejala.

21
BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah quasi eksperimental yaitu menggunakan
rancangan dua kelompok pretest – posttest dengan kelompok control. Satu
kelompok intervensi mendapatkan perlakukan sedangkan satu kelompok control
tidak mendapatkan perlakuan. Desain penelitian ini adalah quasi experimental
dengan rancangan non equivalent control group (Notoatmodjo, 2012). Desain
penelitian quasi experimental melibatkan kelompok kontrol untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat dalam suatu penelitian (Nursalam, 2015).
Pretest dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Selanjutnya
terapi akupresure hanya diberikan pada kelompok perlakuan. Kemudian dilakukan
posttest pada kedua kelompok tersebut. Pola rancangan penelitian quasi
experimental ditunjukkan seperti pada gambar dibawah ini:
Pretest Perlakukan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol
O3 O4

Gambar 4.1 pola rancangan penelitian (Notoatmodjo, 2012)


Keterangan:
X : Intervensi Akupresure pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi
O1 : Pretest kelompok perlakuan
O2 : Posttest kelompok perlakuan
O3 : Pretest kelompok kontrol
O4 : Posttest kelompok kontrol
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi penelitian
Populasi adalah jumlah keseluruhan objek/subjek yang memiliki
karakteristik tertentu yang hendak diteliti (Sugiyono, 2015). Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien kanker yang menjalani kemoterapi di
ruang 22 dan ruang 25 IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar Malang
4.2.3 Sampel penelitian
Sampel penelitian merupakan sebagian dari seluruh populasi
(Sugiyono, 2016). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
penelitian (Sugiono, 2017). Responden dengan kriteria inklusi dan
eksklusi akan dilakukan penelitian.
4.2.3 Kriteria subjek penelitian
a. Kriteri inklusi subjek penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Pasien yang menderita kanker
2. Berusia > 25 tahun
3. Pasien dengan kanker stadium dua atau lebih
4. Pasien yang memulai kemoterapi kurang dari 1 bulan lalu
5. Nilai hemoglobin >9 mg/dl
6. Tidak ada luka pada titik-titik tekanan
7. Nilai fatigue sedang hingga berat, berdasarkan kuesioner Brief
Fatigue Inventory (BFI)

b. Kriteria eksklusi antara lain:


1. Pasien yang tidak bersedia mengikuti penelitian
2. Pasien dengan Hb <9 mg/dl
4.3 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang 22 dan ruang 25 RSUD dr. Saiful Anwar
Malang . Untuk pengambilan sampel pada kelompok kontrol dilakukan di
Ruang No. 25 IRNA 1. Sedangkan pengambilan sampel pada kelompok
intervensi dilakukan di Ruang no. 22 RSUD dr. Saiful Anwar Malang.

4.4 Waktu Penelitian


Proposal penelitian disusun mulai bulan Desember 2019.
Pengambilan data dan penelitian dilakukan pada bulan Januari 2020
penyusunan laporan dan hasil penelitian dilakukan pada bulan Februari
2020.
4.5 Definisi operasional
Definisi
Variabel Indikator Alat Ukur Skala Data Hasil Ukur
Operasional
Akupresure Akupresur adalah Fase orientasi: SOP - -
teknik pemijatan 1 Persiapan pasien Akupresure
dengan 2 Persiapan alat (stopwatch,
menggunakan handscoon)
tekanan dari jari-
jaritangan pada Fase kerja:
titik-titik tubuh 1. Melakukan akupresure pada 3
tertentu. titik
a. Titik Hegu LI4 (sela-sela
metakarpal pertama dan kedua).
b. Titik Zusanli ST36 (4 jari di
bawah patella, 1 jari keluar dari
tibia lateral)
c. Sanyingjiao SP6 4 (jari di atas
medial malleolus)

Fase terminasi:
1 Evaluasi respon
2. Reinforcement
positif
Akhiri pertemuan
Fatigue Perasaaan lelah 5 Tingkat kelelahan saat ini Brief Interval Nilai minimal: 0
bersifat fisik dan 6 Tingkat kelelahan yang umum Fatigue Nilai maksimal: 90
psikologis, yang dialami selama 24 jam terakhir Inventory
mengganggu 7 Tingkat kelelahan paling berat (BFI)
aktivitas. yang dialami selama 24 jam
terakhir
8 Tingkat kelelahan yang
mengganggu aktivitas umum
dalam 24 jam terakhir
9 Tingkat kelelahan yang
mengganggu suasana hati dalam
24 jam terakhir
10 Tingkat kelelahan yang
mengganggu kemampuan
berjalan dalam 24 jam terakhir
11 Tingkat kelelahan yang
mengganggu pekerjaan normal
dalam 24 jam terakhir
12 Tingkat kelelahan yang
mengganggu hubungan dengan
orang lain dalam 24 jam terakhir
13 Tingkat kelelahan yang
mengganggu kenikmatan hidup
dalam 24 jam terakhir
4.4 Pengumpulan data
4.6.1 Sumber data
a. Data primer
Data primer merupakan jenis data yang didapatkan secara langsung dari
sumber data (Sugiyono, 2015). Observasi yang dilakukan peneliti dan
hasil pengukuran nilai fatigue menggunakan kuesioner BFI.
b. Data sekunder
Data Sekunder merupakan jenis data yang didapatkan secara tidak
langsung dari sumber data atau dari orang lain/ dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan data yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono,
2015). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Hb,
IMT, dan jenis obat kemoterapi.

4.6.2 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan
mengisi kuesioner. Kuesioner diisi secara mandiri oleh responden
dengan pendampingan dari peneliti. Alur pengambilan data adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Setelah proposal disusun, peneliti mengurus perizinan penelitian ke
bagian koordinator akademik IRNA 1. Kemudian peneliti
melakukan perisinan kepada pihak masing-masing ruangan rawat
inap 22 dan 25 yaitu kepada masing-masing kepala ruangan 22 dan
25.
b. Tahap pelaksanaan
1) Peneliti melakukan pengumpulan data terkait jumal dan identitas
populasi setiap harinya.
2) Peneliti menentukan sampel pasien kemoterapi yang akan menjadi
responden dalam penelitian sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
3) Peneliti mengunjungi setiap kamar perawatan sampel dan
menjelaskan tujuan, manfaat, dan proses penelitian kepada sampel
beserta keluarga.
4) Peneliti meminta calon responden mengisi lembar informed dan
consent jika yang bersangkutan bersedia menjadi responden.
Lembar informed dan consent diisi oleh wali/yang bersangkutan
sebagai penanggung jawab
5) Peneliti menjelaskan isi dan cara mengisi kuesioner.
6) Kuesioner pre kemoterapi diisi oleh responden dengan durasi 10-15
menit.
7) Peneliti melakukan koreksi pada kuesioner yang telah diisi,
pertanyaan yang belum terjawab maka peneliti meminta responden
untuk mengisi.
8) Peneliti melakukan intervensi pada kelompok intervensi selama
kurang lebih 2 menit pada setiap titik.
9) Kuesioner post kemoterapi diisi oleh responden dengan durasi 10-
15 menit.
10) Data yang telah diperoleh dikumpulkan dan diolah menggunakan
analisa data.
11) Tidak dilakukan follow up pada responden.
4.6.3 Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
yaitu Brief Fatigue Inventory (BFI).

4.5 Pengolahan data


4.7.1 Editing
Proses editing dalam penelitian ini dilakukan sebelum peneliti
meninggalkan responden untuk memeriksa kuesioner telah diisi dengan
lengkap, jelas, relevan, dan konsisten. Apabila saat diperiksa oleh
peneliti terdapat kekurangan atau kesalahan dalam pengisian kuesioner
maka peneliti meminta responden untuk memperbaiki.
4.7.2 Coding
Coding merupakan proses pemberian kode dari bentuk kalimat ke
dalam bentuk angka. Coding akan berguna dalam analisis data, terutama
dalam proses memasukkan data (Notoatmodjo, 2012). Coding yang
digunakan pada jenis perlakuan (1: kelompok perlakuan, 2 : kelompok
kontrol). Koding karakteristik responden :
a. Jenis Kelamin : 1) laki-laki, 2) Perempuan
b. Agama : 1) islam, 2 ) kristen, 3) konghucu, 4) hindhu, 5) Budha
c. Status pernikahan : 1) kawin, 2) belum kawin, 3) cerai mati, 4)
cerai hidup
d. Pendidikan : 1) tidak sekolah, 2) SD sederajat, 3) SMP sederajat,
4) SLTA sederajat, 5) Diploma atau lebih tinggi
e. Riwayat pekerjaan : 1) tidak bekerja, 2) PNS/TNI/Polri, 3)
Pensiunan, 4) Petani, 5) Swasta
f. Pendapatan bulan : 1) <1.900.000, 2) > 1.900.000
g. Sumber pendanaan : 1) BPJS PBI, 2) BPJS Non-PBI, 3) Asuransi
lain, 4) Non BPJS/Non Asuransi
h. Kelompok : 1) perlakuan, 2) kontrol
i. Waktu : 1) pre test, 2) post test
4.7.3 Processimg
Processing dalam penelitian ini dilakukan dengan input data sejumlah
sampel yang telah dijadikan responden terdiri data kuesioner Brief Fatigue
Inventory (BFI).
4.7.4 Cleaning
Cleaning dilakukan untuk memastikan proses input data ke program
komputer telah lengkap dan tidak ada kesalahan codingdata.
4.6 Analisa data
4.8.1 Analisa univariat
Analisa univariat merupakan analisa yang menggambarkan atau
mendiskripsikan data yang telah terkumpul berdasarkan karakteristik
variabel penelitian (Sugiyono, 2015). Analisa penyajian data ditunjukkan
dalam bentuk tabel. Variabel data numerik seperti usia, Kadar Hb dan IMT
dan hasil pengukuran nilai fatigue penyajian datanya ditunjukkan dalam
bentuk mean, median, standart devisiasi (jika persebaran data normal),
nilai minimal, dan maksimal (jika persebaran data tidak normal). Variabel
data kategorik penyajian datanya ditunjukkan dalam bentuk presentase
atau proporsi (Notoatmodjo, 2012). Variabel data katagorik pada
penelitian ini diantaranya yaitu jenis kelamin, agama, status pernikahan,
pendidikan, riwayat pekerjaan, pendapatan perbulan, sumbr pendapatan,
jenis kanker dan stadium, dan jenis obat kemoterapi.

4.8.2 Analisa bivariate


Sebelum dilakukan uji analisa bivariat, peneliti melakukan uji
normalitas setiap data numerik (usia, kadar Hb, IMT dan nilai fatigue)
dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari
50 responden. Jika hasil uji normalitas data nilai fatigue dengan nilai p>0,05
berarti data berdistribusi normal maka menggunakan uji statistik t-test
berpasangan pada setiap kelompok. Jika nilai p< 0,05 berarti data
berdistribusi tidak normal maka menggunakan uji statistik Wilcoxon.
4.7 Etika penelitian
Penelitian ini telah mendapatkan izin dan persetujuan dari koodinator
pendidikan IRNA I RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Peneliti dikatakan
melanggar hak azasi manusia apabila tidak melakukan etika penelitian.
Prinsip etika dalam penelitian dibagi menjadi:
1. Prinsip beneficience
Dalam penelitian ini manfaat yang diperioleh adalah responden dapat
menerapkan intervensi akupresur untuk mengurangi keletihan secara
mandiri. Peneliti menjelaskan dengan tujuan penelitian dan manfaat yang
diperoleh responden dari penelitian yang dilakukan sebelum responden
bertanda tangan pada lembar informed concent.
2. Prinsip respect human dignity
Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan terlebih dahulu gambaran umum
penelitian, tujuan, dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti
juga menjelaskan bahwasanya hasil penelitian digunakan untuk keperluan
pendidikan. Setelah menjelaskan tentang penelitian maka responden
dipersilahkan untuk memberikan tandatangan pada lembar informed
concent apabila bersedia menjadi responden penelitian.
3. Prinsip rigth to justice)
Responden memiliki hak diperlakukan secara adil mulai dari sebelum,
selama, dan setelah selesai penelitian. Peneliti tidak memberikan perlakuan
istimewa salah satu responden denga responden lain sebelum, selama, dan
setelah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti tidak membedakan pasien
kanker berdasarkan status sosial, ekonomi, dan budaya yang dimiliki
pasien.
4. Prinsip Confidentially
Dalam penelitian ini peneliti tidak memberitahukan semua informasi
tentang responden yang didapat dari kuesioner atau wawancara kepada
pihak yang tidak terlibat dalam penelitian. Peneliti tidak mencantumkan
nama responden pada lembar kuesioner untuk menjaga privasi dan hanya
menggunakan nomor urut responden. Namun, peneliti menncantumkan
nama responden serta nomor rekam medik pasien pada lembar observasi
dan hanya peneliti yang mengetahui lembar tersebut untuk digunakan
dalam proses analisa data agar tidak terdapat data yang sama atau diambil
dua kali.
4.3 Standar Operasional Prosedur (SOP)

JUDUL SOP:

FKEP AKUPRESUR UNTUK MENURUNKAN FATIGUE


UNIVERSITAS (KELELAHAN)
JEMBER
NO
NO REVISI: HALAMAN:
PROSEDUR DOKUMEN:
TETAP TANGGAL DITETAPKAN OLEH:
TERBIT:
1. PENGERTIAN Akupresur adalah penekanan ujung-ujung jari
tangan pada daerah tertentu di permukaan
kulit yang berdampak positif terhadap kondisi
fisik, mental, dan sosial.
2. TUJUAN Mengurangi tingkat fatigue (kelelahan)
3. INDIKASI Pasien kanker yang sedang menjalani
kemoterapi
4. KONTRAINDIKASI Daerah luka bakar, luka parut baru (kurang
dari 1 bulan), fraktur, keganasan, infeksi
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Pastikan identitas dan kondisi pasien
2. Jelaskan kepada pasien mengenai tindakan
yang akan dilakukan
3. Atur tempat dan posisi pasien
4. Jaga privasi pasien
6. PERSIAPAN ALAT 1. Lembar inform concent
2. Sarung tangan bersih
3. Alat tulis (bolpoin dan kertas)
7. CARA BEKERJA
Tahap Prainteraksi
1. Mengecek ulang hasil catatan perkembangan keperawatan pasien
2. Mengumpulkan data pasien
3. Menyiapkan alat
4. Mencuci tangan
5. Mengatur ruangan tenang dan nyaman

Tahap Orientasi
1. Menyapa pasien dengan mengucap salam terapeutik serta
memperkenalkan diri
2. Mengidentifikasi pasien dengan menanyakan nama dan tempat tanggal
lahir pasien kemudian mencocokkan dengan gelang pasien
3. Melakukan kontrak waktu, tempat, dan tindakan
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
5. Menanyakan kesediaan pasien dan memberikan kesempatan pasien untuk
bertanya
6. Menjaga privasi pasien
Tahap Kerja
1. Memberitahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Menentukan titik akupresur
a. Titik Hegu LI4 (sela-sela metakarpal pertama dan kedua)

b. Titik Zusanli ST36 (4 jari di bawah patella, 1 jari keluar dari tibia
lateral)

c. Titik Sanyingjiao SP6 (4 jari di atas medial maleolus)


3. Melakukan penekanan pada masing-masing titik akupresur selama 2
menit
4. Menginformasikan kepada pasien bahwa tindakan telah selesai
dilaksanakan

Tahap Terminasi
1. Menanyakan respon/perasaan pasien
2. Memberikan reinforcement positif
3. Merumuskan kontrak waktu selanjutnya
4. Mengucapkan salam dan mengakhiri pertemuan
8. HASIL:
Mendokumentasikan nama, tanggal, jam tindakan, hasil yang diperoleh,
respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat pelaksana.
9. REFERENSI
Hartono, R.I.W. 2012. Akupresur untuk Berbagai Penyakit. Yogyakarta:
Rapha Publishing
Tang, W-R., Chen, W-J., Yu, C-T., Chang, Y-C., C, C-M., Wang, C-H.,
Yang, S-H. 2014. Effects of Acupressure on Fatigue of Lung Cancer
Patients Undergoing Chemotherapy: an Experimental Pilot Study.
Complementary Therapies in Medicine, 1-11.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ctim.2014.05.006
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Ruang 22 dan 25 RSUD dr. Saiful Anwar
Malang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 januari Sampai 8 februari
2020. Hasil dan pembahasan dari penelitian tersebut akan dituliskan pada bab
ini. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada hasil analisis univariat
dan bivariat. Hasil analisis univariat berupa karakteristik responden.
Sedangkan hasil bivariat berupa pengaruh pemberian terapi akupressur
terhadap fatigue pada pasien kanker dengan kemoterapi. Hasil penelitian
dalam bab ini dituangkan dalam bentuk tabel dan narasi.
5.1.1 Karakteristik Responden
Pemaparan hasil analisis yang pertama disajikan adalah karakteristik
pasien kanker dengan kemoterapi di Ruang 22 dan 25 RSUD dr. Saiful Anwar
Malang berdasarkan usia, IMT dan nilai Hb.
Tabel 5.1 Gambaran karakteristik responden pasien kanker dengan
kemoterapu di Ruang 22 dan 25 RSUD dr. Saiful Anwar Malang
Bulan Januari-Februari 2020 berdasarkan usia, IMT dan nilai Hb (n-
10)
Variabel Mean (SD) Median (Min-Maks)
Usia
a. perlakuan 51,30 (8,260) 8,26 (33-58)
b. kontrol 52,80 (14,528) 53,50 (29-86)
IMT
a. perlakuan 21,89 (5,148) 20,525 (14,70-32,26)
b. control 20,44 (2,226) 21,095 (14,70-22,89)
Nilai Hb
a. perlakuan 10,90 (1,115) 10,450 (10,10-13,80)
c. kontrol 10,63 (0,638) 10,700 (9,60-11,60)
Sumber: Data Primer Januari-Februari 2020
Berdasarkan Table 5.1 menggambarkan bahwa usia pasien kanker dengan
kemoterapi di Ruang 22 dan 25 RSUD dr. Saiful Anwar Malang memiliki
rata-rata 51 tahun pada kelompok perlakuan, dan 52 tahun pada kelompok
kontrol. Responden rata-rata memiliki IMT 21,89 kg/m2 pada kelompok
perlakuan dan 20,44 kg/m2 pada kelompok kontrol. Responden memiliki nilai
tengah Hb 10,45 g/dL pada kelompok perlakuan dan 10,7 g/dL pada
kelompok control.
Hasil analisis berikutnya adalah karakteristik responden pasien kanker
dengan kemoterapu di Ruang 22 dan 25 RSUD dr. Saiful Anwar Malang
berdasarkan jenis kelamin, agama, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan per bulan, dan sumber pendanaan.
Tabel 5.2 Gambaran karakteristik responden pasien kanker dengan
kemoterapu di Ruang 22 dan 25 RSUD dr. Saiful Anwar Malang berdasarkan
jenis kelamin, agama, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan
per bulan, dan sumber pendanaan (n-10)
Variable Frekuensi Prosentase
Laki-laki 13 65
Jenis Kelamin
Perempuan 7 35
Total 20 100
Islam 19 95
Kristen 1 5
Agama Hindu 0
Budha 0
Konghucu 0
Total 20 100
Kawin 19 95
Belum kawin 1 5
Status Pernikahan
Cerai mati 0
Cerai hidup 0
Total 20 100
Tidak sekolah 0
SD.sederajat 4 20
Tingkat Pendidikan SMP/sederajat 3 15
SMA/sederajat 8 40
D3 atau lebih tinggi 5 25
Total 20 100
Tidak bekerja 6 30
Pensiunan 2 10
Pekerjaan PNS/POLRI 2 10
Swasta 10 50
Petani 0
Total 20 100
0 1 5
Pendapatan per
≤ Rp. 1.900.000 5 25
bulan
≥ Rp. 1.900.000 14 70
Total 20 100
BPJS PBI 14 70
BPJS Non PBI 5 25
Sumber Pendanaan Asuransi lain 1 5
Non BPJS/Non 0 0
Asuransi
Total 20 100
Sumber data primer Januari-Februari 2020
Berdasarkan table 5.2 menunjukkan bahwa pasien dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 13 orang (65%) dan perempuan 7 orang (35%). Pasien dengan
agama islam sebanyak 19 orang (95%) dan Kristen sebanyak 1 orang (5%). Pada
status pernikahan, sebagian besar berstatus kawin sebanyak 19 orang (95%).
Gambaran tingkat pendidikan terakhir pasien paling banya berada di tingkat SMA
yaitu sebanyak 8 orang (40%). Gambaran pekerjaan pasien paling banyak adalah
sebagai pekerja swasta yaitu 10 orang (50%). Pada tingkat pendapatan, paling
banyak pasien memiliki pendapatan lebih dari 1.900.000 yaitu sebanyak 14 orang
(70%). Gambaran sumber pendanaan pasien sebagian besar pada BPJS PBI yaitu
sebanyak 14 orang (70%).

5.1.2 Pengaruh pada Kelompok Kontrol


Uji normalitas dilakukan pada kelompok kontrol untuk menentukan uji
pengaruh yang akan digunakan. Uji normalitas menggunakan uji saphiro wilk
karena sampel yang digunakan kurang dari 50.
Tabel 5.3 uji normalitas pada kelompok kontrol (n=10)
Kelompok kontrol p-value
Pre test 0,084
Post test 0,217
Tabel 5.3 menunjukkan nilai p-value lebih dari 0,05, yaitu nilai pre test
0,084 dan nilai post test 0,217 yang memiliki arti bahwa data terdistribusi normal.
Uji pengaruh pada kelompok kontrol dilakukan dengan uji berpasangan
yaitu antara pre test dan post test.
Tabel 5.4 Pengaruh pada kelompok kontrol
Kelompok kontrol Mean SD P-value
Pre test-post test 45,55 13,77 0,000
Tabel 5.4 menunjukkan nilai rata-rata pre dan post test 45,55, standar
deviasi 13,77. Hasil penghitungan paired sample test didapatkan hasil 0,000 yang
menunjukkan bahwa kondisi pre dan post test saling mempengaruhi.
5.1.2 Pengaruh pada Kelompok Intervensi
Uji normalitas dilakukan pada kelompok intervensi untuk menentukan uji
pengaruh yang akan digunakan. Uji normalitas menggunakan uji saphiro wilk
karena sampel yang digunakan kurang dari 50.
Tabel 5.5 uji normalitas pada kelompok kontrol (n=10)
Kelompok intervensi p-value
Pre test 0,414
Post test 0,727
Tabel 5.5 menunjukkan nilai p-value lebih dari 0,05, yaitu nilai pre test 0,414 dan
nilai post test 0,727 yang memiliki arti bahwa data terdistribusi normal.
Uji pengaruh pada kelompok intervensi dilakukan dengan uji berpasangan
yaitu antara pre test dan post test.
Tabel 5.6 Pengaruh pada kelompok intervensi
Kelompok Mean SD P-value
intervensi
Pre test-post test 39,66 18,53 0,000
Tabel 5.6 menunjukkan nilai rata-rata pre dan post test 39,66, standar
deviasi 18,53. Hasil penghitungan paired sample test didapatkan hasil 0,000 yang
menunjukkan bahwa kondisi pre dan post test pada kelompok intervensi saling
mempengaruhi.
5.13 Perbedaan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi
Tabel 5.7 Uji beda antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi
Kelompok p-value
Kelompok kontrol 0,214
Kelompok intervensi 0,018
Tabel 5.7 menunjukkan nilai p-value kelompok intervensi lebih kecil
dibanding kelompok kontrol yaitu 0,018, yang menunjukkan perbedaan antara pre
dan post test kelompok intervensi lebih signifikan jika dibanding pre dan post test
kelompok kontrol.

5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini diantaranya adalah usia,
jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, riwayat pekerjaan, pendapatan bulanan,
sumber pendanaan, riwayat pengobatan kemoterapi, jenis kanker, IMT dan Hb.
1. Usia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia pasien kanker yang menjadi
responden pada kelompok perlakuan rata-rata 51 tahun dan kelompok kontrol
rata-rata 52 tahun. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Effendy dkk (2015) yang menunjukkan bahwa 50% usia penderita kanker di
Indonesia 45-60 tahun. Menurut Kemenkes RI (2015), suatu penelitian
menunjukkan bahwa rentang usia 25-54 tahun memiliki gaya hidup dan perilaku
yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi makanan berlemak, makanan instant,
minuman berpengawet sehingga terdapat banyak masalah kesehatan yang sangat
beresiko terjadi pada kelompok usia tersebut, salah satunya penyakit kanker. Hasil
temuan ini juga sejalan RISKESDAS (2013), yang menyebutkan bahwa
prevalensi terbesar penderita kanker adalah pada usia 45-75 tahun ke atas
(Kemenkes, 2015). Usia dewasa pertengahan ke atas lebih banyak ditemukan
sebagai penderita kanker karena terdapat minimal lima siklus genetik yang
akhirnya mampu menyebabkan kanker. Kanker biasanya muncul akibat suatu
pajanan agen dan butuh waktu yang panjang untuk mengakumulasi hasil pajanan
tersebut (Lemone dkk., 2015).
2. IMT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Indeks Massa Tubuh pasien kanker
yang menjalani kemoterapi pada kelompok kontrol adalah 20,44 kg/m2 ,
sedangkan pada kelompok intervensi adalah 21,89 20,44 kg/m 2. Rata-rata IMT
pada kelompok kontrol dan intervensi berada dalam rentang normal (18,5-24,9
kg/m2). Tetapi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 20 responden terdapat
2 responden yang mempunyai IMT dibawah normal. Satu dari pasien tersebut
berasal dari kelompok kontrol dan 1 pasien lainnya berasal dari kelompok
intervensi. Nilai IMT kedua pasien tersebut yaitu (14,7 kg/m 2). Pasien kanker
pada umumnya mengalami kekurangan nutrisi karena pasien kanker
membutuhkan energi lebih banyak untuk memperbaiki sel yang rusak,
pertumbuhan tumor yang tidak terkontrol dan bersaing untuk mendapatkan nutrisi,
nafsu makan yang buruk, mual dan muntah, serta diare (American Cancer Society,
2016b).
Pada pasien kanker, metabolisme otot oksidatif berkurang akibat
diregulasi ATP sehingga seluler ATP habis dan terjadi gangguan sintesis ATP
yang berakibat terhadap kemampuan otot untuk melakukan kerja atau fungsinya
untuk menggerakkan tulang (Aisyah, 2019). Selain itu, pada pasien kanker dapat
mengaktifkan zat sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-β melalui sistem
saraf pusat yang mengarah pada gejala kelelahan seperti kelesuhan dan anorexia
(Ryan dkk., 2007 dalam Aisyah, 2019). Perkembangan sel kanker juga dapat
meningkatkan sitokin proinflamasi seperti interleukin dan TNF-α yang dapat
menghambat metabolisme dan menurunkan fungsi otot normal, lalu terjadi
penurunan ketersediaan substrat metabolik kemudian menyebabkan penurunan
energi dalam melakukan aktifitas sehingga terjadi kelelahan (Wang dan
Woodruff, 2016). Pasien kanker juga akan mengalami hipermetabolisme tubuh,
penurunan sintesis protein yang berdampak terhadap penurunan berat badan,
sehingga dapat mengakibatkan nutrisi buruk atau malnutrisi (Marischa dkk.,
2017). Selain itu, efek kemoterapi pada umumnya (mual dan muntah) bisa
menghambat masuknya nutrisi kedalam tubuh. Zat anti-kanker yang terkandung
dalam obat kemoterapi akan mempengaruhi hipotalamus dan kemoreseptor otak,
kemudian mempengaruhi penurunan asupan nutrisi (Habsari dkk., 2017).
3. Jenis Kelamin
Pada penelitian, disebutkan bahwa responden sebagian besar berjenis kelamin
laki-laki. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian (Ghoncheh, Pournamdar, &
Salehiniya, 2016) yang mengatakan sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan.World health organization (2018) menyatakan kejadian kanker dan
kematian akibat kanker diperkirakan telah meningkat pada perempuan, kanker
payudara merupakan penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan
(15 %). Perempuan adalah penderita kanker payudara terbanyak di seluruh dunia.
Hal ini disebabkan oleh faktor genetik, diet tinggi lemak, obesitas, menarche di
usia dini, menopause di usia tua, penggunaan hormon untuk pencegahan
kehamilan, tidak memiliki anak juga merupakan faktor risiko, penggunaan terapi
penggantian hormon dan aktivitas fisik yang kurang serta mengkonsumsi alkohol
(Ghoncheh, Pournamdar, & Salehiniya, 2016).
4. Nilai Hb
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai Hb pasien kemoterapi adalah
10 g/dL. Nilai Hb normal yang digunakan oleh Laboratorium klinik RSSA adalah
11,4-15,1 g/dL. Anemia merupakan penyebab paling sering pemicu fatigue pada
pasien kanker. Anemia disebabkan karena efek samping kemoterapi yang
menghancurkan banyak sel darah merah sehat. Kanker juga bisa menyebar ke
sumsum tulang belakang dan mengganggu produksi sel darah sehingga
menyebabkan kurangnya sel darah merah (Mayo Foundation for Medical
Education and Research, 2019). Hal ini membuat tubuh merasa sangat lelah
karena sel-sel di tubuh tidak bisa mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi
sehingga tidak menghasilkan energi (ACS, 2018).
5. Agama
Sebanyak 95% responden beragama islam, tidak ada responden yang tidak
beragama. Agama dapat menjadi salah satu penilaian spiritual pasien kanker,
artinya dalam penelitian ini kemungkinan pasien kanker memiliki spiritualitas
yang baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Nuraeni dkk (2015)
yang menyebutkan bahwa sebagian besar responden merasakan semua aspek dari
kebutuhan spiritual, hanya sebagian kecil yang tidak membutuhkan aspek
spiritual. Spiritualitas memiliki peranan penting pada pasien kanker dan menjadi
pusat pengalaman spiritualitas/religiositas (Stein dkk., 2015). Spiritualitas
memberikan pasien kekuatan dan motivasi dalam menjalani pengobatan dan
kehidupannya (Distinarista, 2018). Keadaan spiritual yang tidak baik dikaitkan
dengan hasil fisik yang buruk dan memiliki rasa kelelahan yang lebih tinggi (Ayu,
2017). Bussing (2010) menyebutkan bahwa sebagian besar pasien kanker
memerlukan spiritualitas sebagai salah satu sumber koping dan memberikan
dampak positif bagi kesehatan dan dapat dijadikan sebagai sumber penyembuhan.
6. Status Pernikahan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 95% responden telah
berstatus menikah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisnadiyanti
(2019) didapatkan sebanyak 90% responden berstatus menikah. Status pernikahan
menjadi salah satu wujud dari dukungan sosial, artinya bahwa pasien kanker
dalam penelitian ini memiliki dukungan sosial yang baik dalam menghadapi
penyakitnya. Putu (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sebanyak
93,6% pasien kanker mendapatkan dukungan sosial yang tinggi. Dukungan sosial
bermanfaat dalam mengatasi gangguan psikologis sehingga mengurangi dampak
penyakit kanker yang diderita (Putu dkk., 2017). Melalui dukungan tersebut,
pasien kanker akan termotivasi untuk berusaha melawan penyakit yang dialami
sehingga termotivasi untuk mendapatkan pengobatan dan merasa dikuatkan dalam
menjalani gejala-gejala yang ia rasakan (Aruan dan Isfandiari., 2015).
7. Tingkat Pendidikan
Sebanyak 40% responden dengan tingkat SMA/sederajat. Tingkat
pendidikan pasien kanker dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap gejala
yang dialami. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Wahyuni dkk
(2017) yang menyebutkan bahwa paling banyak responden berpendidikan SMA,
responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi dapat menyikapi stress dengan
cara yang lebih baik sehingga dapat meminimalkan mental fatigue dan
psychological fatigue yang dialami. Tingkat pengetahuan sangat penting untuk
mengurangi risiko kanker (Wahyuningtyas, 2019). Menurut Widiawaty (2008)
terdapat hubungan positif antara tingkat pendidikan formal dengan tingkat
pengetahuan. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan menghasilkan
perubahan, semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka semakin mudah
menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan. Romadani (2014)
menjelaskan bahwa tingkat pendidikan akan berdampak pada tingkat penerimaan
dan pemahaman suatu pengetahuan tentang penyakit, terutama dalam pemeriksaan
deteksi dini.
8. Pekerjaan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 50% responden pekerja
swasta. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Kusumal dkk (2014),
menyebutkan bahwa paling banyak responden memiliki jenis pekerjaan swasta.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa risiko penyakit kanker lebih tinggi bagi
mereka yang bekerja sebagai pegawai swasta. Paparan radiasi pada pegawai
swasta dapat menyebabkan terjadinya efek pada tubuh dari pola radiasi yang
berbeda. Dosis radiasi yang mengenai berbagai organ dan jaringan tubuh terus
terakumulasi sampai radionuklida tersebut dieliminasi dengan proses fisik atau
biologi. Semakin besar paparan zat radioaktif, semakin besar peluang munculnya
radikal bebas yang memicu kanker (Tando, 2016).
9. Pengaruh pendapatan keluarga terhadap status kesehatan global
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebanyak 15 responden
(75%) memiliki penghasilan diatas 1.900.000 sedangkan sumber pendanaan yang
banyak digunakan yaitu BPJS PBI yaitu sebanyak 14 responden (70%), hal ini
berkaitan dengan status kesehatan pasien kanker. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Lusiatun (2016) jumlah pendapatan keluarga memiliki pengaruh
positif terhadap status kesehatan global pasien kanker payudara, dengan nilai
(OR=1.51), yang artinya bahwa pendapatan keluarga di atas UMR dapat
meningkatkan status kesehatan sebesar 1.51 kali.
Status ekonomi yang semakin meningkat, kebutuhan terhadap pelayanan
kesehatan juga akan meningkat. Kelompok ekonomi menengah ke atas paparan
informasi tentang penyakit kanker akan lebih besar dibandingkan dengan
kelompok ekonomi menengah ke bawah (Oemiati et al, 2011). Selain pemahaman
tentang penyakit, biaya pengobatan menjadi kekhawatiran khusus bagi penderita
kanker, sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien kanker
(Prastiwi, 2012). Menurut Budiman et al (2013) faktor sosial ekonomi berperan
dalam kepatuhan berobat pasien, semakin rendah sosial ekonomi seseorang
semakin tidak patuh untuk berobat. Dalam penelitiannya menyatakan terdapat
hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kepatuhan berobat
pasien. Kepatuhan berobat akan berpengaruh terhadap status kesehatan pasien.
Pasien yang melakukan pengobatan secara rutin akan memiliki status kesehatan
yang semakin baik dibandingkan dengan yang tidak rutin.
10. Pengaruh pendapatan keluarga terhadap kelelahan
Jumlah pendapatan keluarga memiliki pengaruh menurunkan skala simptom
QLQ-C30 pada simptom kelelahan (OR= 0.83), nyeri (OR=0.45) dan terhadap
kesulitan finansial (OR=0.27). Apabila simptom semakin menurun maka kualitas
hidupnya semakin baik, begitu pula sebaliknya. Penyakit kanker merupakan
penyebab utama kematian di dunia dengan permasalahan beban ekonomi yang
cukup besar. Dampak besar pada biaya dapat dilihat dari biaya perawatan primer
(termasuk perawatan di rumah), rawat jalan di rumah sakit dan rawat inap di
rumah sakit seperti obat-obatan, perawatan onkologis, terapi radiasi, diagnosis
imaging, dan biaya laboratorium Kovacevia et al., (2015).
5.2.2 Skor total fatigue pada pasien kanker dengan kemoterapi saat pretest dan
postest pada kelompok kontrol
Hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata fatigue pada kelompok
kontrol saat pretest adalah 47,30 dan dan saat postest 46,80. Berdasaran hasil ini
diketahui bahwa nilai pretest dan postest pada kelompok kontrol tidak jauh
berbeda dan cenderung mengalami penurunan dalam jumlah kecil (0,50). Hasil ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khanghah et al. (2019) yang
menyatakan bahwa tingkat kelelahan pasien yang menjalani terapi cenderung
meningkat setelah prosedur kemoterapi. Peningkatan ini rata-rata berada pada
angka 0,06 – 0,11. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan oleh perbedaan terapi
kuratif yang didapatkan tiap pasien. Pasien kanker yang dilakukan tindakan
pembedahan atau pengangkatan sel kanker dan pembedahan disertai dengan
radioterapi memiliki resiko lebih rendah mengalami kelelahan dibandingkan
dengan pasien yang menjalani pembedahan dan kemoterapi yang disertai dengan
terapi hormon (Abrahams et al., 2016). Selain itu pola hidup menjadi salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kelelahan pasien dalam menjalani
kemoterapi. Tingkat kelelahan semakin tinggi pada pasien dengan intake nutrisi
kurang serta pasien yang melakukan sedikit aktivitas fisik (American Cancer
Society, 2018).
5.2.2 Skor total fatigue pada pasien kanker dengan kemoterapi saat pretest dan
postest pada kelompok perlakuan
Hasil penelitian ini didapatkan nilai rata-rata fatigue pada kelompok
perlakuan saat pretest adalah 43,90 (19,779) dan saat postest 38,40 (17,627).
Berdasarkan hasil postest setelah dilakukan terapi akupresure 2 kali yaitu saat
mulai kemoterapi dan saat akan selesai kemoterapi selama 2 menit pada tiga titik
akupresure yaitu titik Zusanli (ST-36), Hegu (LI-4), dan Sanyingjiao (SP-6), maka
didapatkan nilai rata-rata fatigue 38,40 (17,627). Hasil ini menunjukkan bahwa
nilai rata-rata fatigue saat pretest dan saat postest mengalami penurunan. hasil uji
perbedaan nilai fatigue saat pretset dan saat postest yaitu p value 0,000 (p
value<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara skor
fatigue pada pasien kemoterapi saat sebelum dilakukan terapi akupresur.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi akupresure
terhadap penurunan tingkat fatigue pada penderita kanker yang menjalani
kemoterapi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khanghah
dkk., (2019) yang menjelaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
skor fatigue sebelum dan sesudah diberikan intervensi akupresure pada kelompok
perlakuan (p value = 0.006). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bastani, dkk (2015) yang menemukan bahwa jika
memberikan tekanan pada titik akupoin yang tepat dan diterapkan pada waktu
yang tepat dapat menentukan kemanjuran akupresur. Stimulasi ST36 dapat
meningkatkan aliran Chi atau meningkatkan pelepasan neurotransmiter dan
neurohormon, dan dengan demikian mengurangi persepsi kelelahan (Bastani,
dkk., 2015). Zick et al. Menemukan bahwa akupresur dapat mengatasi kelelahan
hingga 38% kelelahan akibat kanker (Bastani, dkk., 2015). Teknik akupresur
bersifat non-invasif, aman, dan efektif. Mereka dapat dengan mudah diajarkan
kepada pasien sehingga pasien dapat menurunkan dan mengelola kelelahan untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka (Bastani, dkk., 2015).
Titik akupoint lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah titik LI-
4. Titik ini secara luas digunakan sebagai titik distal pada sindrom gangguan nyeri
pada tangan atau bahu, karena ia menghilangkan gangguan dari meridian. LI-4
memiliki pengaruh yang kuat pada pikiran dan dapat digunakan untuk
menenangkan pikiran dan menghilangkan kecemasan, dalam hal ini jika pasien
kanker yang menjalani kemoterapi yang merasakan kecemasan maka akan
merasakan pengaruhnya yaitu tingkat kecemasan menurun (Renityas,2017). Jika
kecemasan menurun akan memperbaiki kondisi psikologis pasien kanker, dan
salah satu yang mempengaruhi fatigue adalah kondisi psikologis paisen. Maka
dapat disimpulkan bahwa jika kondisi psikologis klien baik maka akan
menurunkan tingkat fatigue.
Menurut Dibble et al. Jika dilakukan penekanan pada titik SP6 maka bisa
memperbaiki ketidakseimbangan energi, memperlancar aliran darah yang
tersumbat disepanjang meridian (Iswari dan Rahmawati, 2016). Hal ini bisa
berdampak positif terhadap tingkat fatigue pada pasien kanker yang menjalani
kemoterapi. Serçe, S (2018) memperkirakan terapi akupresur dapat membuat
pasien merasa rileks, yang mengarah pada pengurangan rasa sakit yang dirasakan.
Pada pasien kanker, metabolisme otot oksidatif berkurang akibat diregulasi
ATP sehingga seluler ATP habis dan terjadi gangguan sintesis ATP yang
berakibat terhadap kemampuan otot untuk melakukan kerja atau fungsinya untuk
menggerakkan tulang (Aisyah, 2019). Selain itu, pada pasien kanker dapat
mengaktifkan zat sitokin proinflamasi seperti TNF-α dan IL-β melalui sistem
saraf pusat yang mengarah pada gejala kelelahan seperti kelesuhan dan anorexia
(Ryan dkk., 2007 dalam Aisyah, 2019). Perkembangan sel kanker juga dapat
meningkatkan sitokin proinflamasi seperti interleukin dan TNF-α yang dapat
menghambat metabolisme dan menurunkan fungsi otot normal, lalu terjadi
penurunan ketersediaan substrat metabolik kemudian menyebabkan penurunan
energi dalam melakukan aktifitas sehingga terjadi kelelahan (Wang dan
Woodruff, 2016). Tingkat kelelahan pada pasien kanker perlu diturunkan untuk
memperbaiki kualitas dan keadaan umum pasien kanker. Wardani (2019)
mengatakan ada pengaruh terapi akupresur pada kanker terkait dengan fatigue. Ini
disebabkan oleh manipulasi aktif pada titik akupuntur yang dilakukan secara rutin
dan terus menerus. Penekanan pada titik akupresur harus diposisikan di sepanjang
garis meridian. Aktivasi titik-titik tertentu pada meridian dapat memfasilitasi
pengurangan keluhan,gejala atau rasa sakit dari bagian lain tubuh. Berdasarkan
lokasi stimulasi, tekanan mengaktifkan saraf mielin kecil di otot dan melewati
stimulasi impuls ke sistem saraf pusat termasuk sumsum tulang belakang, otak
tengah, hipotalamus dan sumbu hipofisis. Akupresur memediasi sinyal oksida
nitrat (NO), untuk meningkatkanmikrosirkulasi lokal melalui cyclic guanosine
monophosphate (cGMP). Hal ini membantu dalam meningkatkan kinerja fisik
dengan menekan molekul yang memicu kelelahan dalam darah. Akupresur pada
pasien dengan karsinoma hepatoseluler, hasilnya menunjukkan bahwa fatigue
pada kelompok akupresur adalah lebih rendah dari pada kelompok kontrol (Lan,
Lin, Chen, Lin, & Wang, 2015).
5.3 Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang menyebabkan hasil penelitian
memiliki kekurangan dan membutuhkan perbaikan yang bisa dituangkan dalam
penelitian selanjutnya. Keterbatasan penelitian ini adalah teknik akrupresur yang
memerlukan pelatihan khusus dalam melaksanakan terapi akrupresur. Dengan
tidak adanya pelatihan khusus mengakibatkan dalam mengaplikasikan penelitian
ini tidak secara maksimal kepada pasien.
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari penelitian di atas bahwa Hasil ini menunjukkan
bahwa nilai rata-rata fatigue saat pretest dan saat postest mengalami penurunan.
hasil uji perbedaan nilai fatigue saat pretset dan saat postest yaitu p value 0,000 (p
value<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara skor
fatigue pada pasien kemoterapi saat sebelum dilakukan terapi akupresur.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi akupresure terhadap
penurunan tingkat fatigue pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi.

6.2 Saran Penelitian :

1. Banyak kuesioner yang bisa digunakan untuk mengukur kelelahan dan


kelelahan itu subyektif dan dipengaruhi banyak faktor misalnya
psikologis, faktor budaya dan mental jadi tidak hanya akupresure yang
bisa menurunkan faktor kelelahan klien yang menjalani kemoterapi. Untuk
penelitian selanjutnya mungkin bisa meneliti variabel lain yang bisa
mempengaruhi fatigue.

2. Pada penelitian ini , akupresure yang diterapkan hanya pada tiga titik.
Untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan titik-titik akupresure
(akupoint) yang lain dan menggunakan alat yang menunjang.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2019. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Fatigue pada
pasien Kemoterapi di RS Baladhika Husada Tingkat III Jember. Skripsi.
[serial online]
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/91080/Siti
%20Aisyah-152310101020.pdf?sequence=1. Diakses pada tanggal 06
Februari 2020.
American Cancer Society. 2016b. What Causes Cancer-Related Fatigue.
https://www.cancer.org/treatment/treatments-and-side-effects/physical-side-
effects/fatigue/what-causes-cancer-related-fatigue.html
American cancer Society. (2018). Cancer Facts & Figures. [serial online]
https://www.cancer.org [6 Februari 2020]
Aruan, K.P., & Isfandiari, M.A. 2015. Hubungan Dukungan Sosial terhadap
Pengobatan Kanker Payudara di Yayasan Kanker Wisnuwardhana. The
Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education, 3(2):218-
228
Ayu, D.I.J.I. 2017. Hubungan antara Cancer Related Fatigue dengan Kebutuhan
Spiritual pada Pasien Kanker Payudara. Skripsi. Fakultas Keperawatan
Universitas Gadjah Mada. Diunduh tanggal 5 Februari 2019, dari
etd.repository.ugm.ac.id
Budiman A, Khambri D, Bachtiar H. 2013. Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Berobat Pasien yang Diterapi dengan Tamoxifen Setelah Operasi
Kanker Payudara.Jurnal Kesehatan Andalas. 2(1).
Bussing, A., Balzat, H., & Heusser, P. 2010. Spiritual Needs of Patients with
Chronic Pain Disease and Cancer-Validation of The Spiritual Needs
Questionnaire. Eur J Med Res 15, 266-273.
Distinarista, H. 2018. Spiritual Experience among Cervical Cancer Survivors: A
Phenomenology Study. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah, 4(5):
30-40
Effendy, C., K. Vissers, B. H. P. Osse, S. Tejawinata, Dan P. Ecu. 2014.
Comparison Of Problems And Unmet Needs Of Patients With Advanced
Cancer In A European Country And An Asian Country. Pain Practice.
15(5), 433
Ghoncheh, M., Pournamdar, Z., & Salehiniya, H. (2016). Incidence and mortality
and epidemiology of breast cancer in the world. Asian Pac J Cancer Prev,
17(S3), 43-46.
Habsari, A., S. fatimah Pradigto, dan R. Aruben. 2017. Hubungan beberapa faktor
Digital Repository Universitas Jember 82 gizi dan kemoterapi dengan status
gizi penderita kanker. 5
Kemenkes RI. 2015. Situasi Penyakit Kanker 4. Jakarta Selatan.
Kovacevia A, Dragojevic-Simic V, Rancic N, Jurisevic M, Gutzwiller
FS,MatterWalstra K, Jakovljevic M. (2015). Endof-Life Cost Of Medical
Care for Advanced Stage Cancer Patiens. US National Library of Medicine
National Institutes of Health, 72(4): 334-41.
Kusumal, H.S., Maghfirog, dan Bintanah, S. 2014. Hubungan Asupan Protein Dan
Kadar Albumin Pada Pasien Kanker DiRumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang. Jurnal Gizi. 3 (2).
Lemone, P., K. M. Burke, dan G. Bauldoff. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Lisnadayanti. 2019. Hubungan Karakteristik Pasien Kanker Serviks terhadap
Dukungan Sosial pada Pasien dengan Kanker Serviks di Ruang Rawat Inap
di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Diunduh tanggal 5 Februari 2019 dari
http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp
Lusiatun, Mudigdo, Ambar., dan Murti, Bhisma. 2016. The Effect of Self-
Efficacy, Family Support, and Socio-Economic Factors on the Quality of
Life of Patients with Breast Cancer at Dr. Moewardi Hospital, Surakarta.
Journal of Epidemiology and Public Health. 1(3):182-194.
Marischa, S., D. I. Anggraini, G. T. Putri, F. Kedokteran, dan U. Lampung. 2017.
Digital Repository Universitas Jember 84 Malnutrisi pada pasien kanker.
7(November):107–111
Mayo Foundation for Medical Education and Research. (2019). Cancer fatigue:
why it occurs and how to cope. [serial online] https://www.mayoclinic.org
[6 februari 2020]
Nuraeni, A., Nurhidayah, I., Hidayati, N., Sari, C.W.M., & Mirwanti, R. 2015.
Kebutuhan Spiritual pada Pasien Kanker. Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
3(2): 57-66
Oemiati R, Rahajeng E, dan Kristanto AY. 2007. Prevalensi Tumor dan Beberapa
Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan
39(4): 190-204.
Prastiwi TF. (2012). Kualitas Hidup Penderita Kanker.
http://journal.Unnes.ac.id/sju/index.p hp/dcp/article/view/2630.1(1).
Putu, A.D.I. 2017. Hubungan Dukungan Sosial dengan Cancer Related Fatigue
pada Pasien Kanker Payudara. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas
Gadjah Mada. Diunduh tanggal 5 Februari 2019, dari
etd.repository.ugm.ac.id
Romadani, D.I. 2014. Gambaran Penderita Kanker Serviks yang Terlambat
Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks. E-Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tando, J.M. 2016. Resiko Kanker Tiroid pada Manusia yang Terpapar Radiasi
Iodium 131. ISSN: 2089-9084. 1(1): 49-55
Wahyuni, I.S., Sudiana, I.K., dan Mariyanti, H. 2017. Walking Exercise
Programme (WEP) Menurunkan Cancer Related Fatigue (CRF) Pada
Pasien Kanker Payudara Di RSUD. Ibnu Sina Gresik. Publikasi Ilmiah.
Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Wahyuningtyas, P. 2019. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Fatigue pada Pasien


kanker dengan Kemoterapi di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada
Jember. Skripsi. Jember: Universitas Jember Fakultas Keperawatan

Wang, X. S. Dan J. F. Woodruff. 2016. Cancer-related and treatment-related


fatigue. 136(2):446-452
WHO. (2018). Latest global cancer data: Cancer burden rises to 18.1 million new
cases and 9.6 million cancer deaths in 2018. [serial online]
http://www.who.int/cancer [6 februari 2020]
Widiawaty, N. 2008. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal dan Tingkat
Pengetahuan Wanita tentang Kanker Payudara dengan Kejadian Kanker
Payudara di Borokulon Banyuurip Purworejo.282..
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Inform

PENJELASAN PENELITIAN
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir Stase Keperawatan Medikal
Program Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember, maka dari itu
kami :
Nama Peneliti : Mahasiswa Profesi Ners angkatan 24
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Kalimantan X No. 168B Sumbersari, Jember
bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Aplikasi Evidence Based
Nursing (EBN) Pengaruh Terapi Akupresure Untuk Menurunkan Tingkat
Fatigue Pada Penderita Kanker Yang Menjalani Kemoterapi Di Ruang 22
Dan 25 Irna 1 Rsud Dr. Saiful Anwar”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi akupressure untuk menurunkan tingkat fatigue pada
penderita kanker yang menjalani kemoterapi.
Penelitian ini melibatkan klien penderita kanker yang memenuhi kriteria
inklusi yang dirawat di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. Waktu penelitian pada
setiap responden membutuhkan sekitar 25 menit. Penelitian ini menggunakan
kuesioner tentang fatigue untuk kemudian responden diminta untuk mengisi
kuesioner. Peneliti menjaga kerahasiaan data klien yang menjadi responden dan
identitas klien tidak akan dicantumkan oleh peneliti. Data yang diperoleh hanya
digunakan untuk kepentingan riset. Oleh karena itu, untuk menunjang jalannya
penelitian ini, saya memohon bantuan bapak/ibu selaku orang tua/wali untuk
menyetujui menjadi responden dalam penelitian kami. Bapak/ibu dapat membaca
setiap pernyataan yang akan ditanyakan pada halaman berikutnya. Apabila
bapak/ibu atau wali menyetujui mengikuti penelitian, dapat membubuhkan tanda
tangan pada lembar persetujuan di halaman selanjutnya.
Demikian penjelasan penelitian yang kami sampaikan, mohon kerja
samanya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Malang, 2019
Peneliti
Kode Responden :
Lampiran 2. Lembar Persetujuan (concent)

Lembar Consent
PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


nama :
usia :
alamat :
yang selanjutnya sebagai responden dalam penelitian yang berjudul “Aplikasi
Evidence Based Nursing (EBN) Pengaruh Terapi Akupresure Untuk
Menurunkan Tingkat Fatigue Pada Penderita Kanker Yang Menjalani
Kemoterapi Di Ruang 22 Dan 25 Irna 1 Rsud Dr. Saiful Anwar”. Saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci terkait informasi jalannya penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti. Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan
menimbulkan sesuatu yang merugikan bagi saya, sehingga saya secara sadar
memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam kegiatan penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat, semoga dapat digunakan sebagaimana

mestinya.

Malang, 2019
Responden Penelitian

( )
Lampiran 3. Kuisioner Data Demografi

DATA DEMOGRAFI
Nomor responden :
a. Umur : ......tahun
b. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
c. Agama : ( ) Islam ( ) Kristen ( ) Konghucu
( ) Hindu ( ) Budha
d. Status Pernikahan : ( ) Kawin ( ) Belum Kawin ( ) Cerai Mati
( ) Cerai Hidup
e. Pendidikan : ( ) Tidak sekolah
( ) SD Sederajat
( ) SMP sederajat
( ) SLTA sederajat
( ) Diploma atau lebih tinggi
f. Riwayat pekerjaan : ( ) Tidak bekerja ( ) PNS/TNI/Polri
( ) Pensiunan ( ) Petani
( ) Swasta
g. Pendapatan bulan : ( ) ≤ Rp. 1.900.000,00
( ) > Rp. 1.900.000,00
h. Sumber Pendanaan : ( ) BPJS PBI
( ) BPJS Non-PBI
( ) Asuransi Lain
( ) Non BPJS/Non Asuransi
i. Jenis Kanker dan Stadium :
j. Jenis obat kemoterapi :
k. Kadar Hb :
l. IMT :
Lampiran 4. Kuisioner BFI
Lampiran 4. Data hasil penelitian
Kode Koding usia jenis agama status tingkat riwayat pendapatan sumber jenis kanker jenis obat kadar IMT
Responde kelamin pernikahan pendidika pekerjaan perbulan pendanaan (stadium) kemo Hb
n n
P1 1 54 1 1 1 5 2 3 3 Ca Paru (4) Karboplatin 11,2 14,7
Auc 5
paklitaksel
175 mg/m2
P2 1 33 1 1 1 4 5 3 2 NHL stage 4 meptamat 10,3 20,05
600 dalam
400ml NS
P3 1 58 2 1 1 2 1 3 1 Ca Pankreas Ca Folinat 10,9 21,67
(3A) 300 mg
P4 1 42 2 2 1 5 1 2 1 Ca Getah 10,3 32,26
bening (3B)
P5 1 51 1 1 1 4 2 3 1 Ca Getah 10,6 29,03
bening (3A)
P6 1 58 2 1 1 4 5 3 1 Multiple 10,1 18,6
mieloma (3B)
P7 1 58 2 2 1 2 1 2 1 Ca Caput Carboplatin 13,8 18,9
Pankreas Gemcitabine
P8 1 54 2 1 1 4 1 2 1 Ca Paru (3A) Ca Folinat 11,4 20
300 mg
P9 1 48 2 1 1 4 3 2 1 Ca Getah Ca Folinat 10,1 21
bening (3A) 300 mg
P10 1 57 2 1 1 3 1 2 1 Ca pankreas zometa seri 10,3 22,76
(3) 3
K1 2 86 1 1 1 4 5 3 1 Ca Bronko Karboplatin 10,4 19,7
(2B) Auc 5
paklitaksel
175 mg/m2
K2 2 29 1 1 2 5 1 1 2 NHL stage 3B 9,6 21,2

K3 2 57 1 1 1 4 3 3 2 Ca Caput 11,1 21

K4 2 53 1 1 1 2 5 3 1 Adenoma ca zometa seri 11,6 14,7


bronchogenic 3
(4)

K5 2 54 1 1 1 5 5 3 1 Ca pankreas cispaltin de 10,1 22,89


(3) gramant
K6 2 41 1 1 1 4 5 3 2 Adenoma ca Zometa 11,14 20,19
bronchogenic
(4)
K7 2 54 1 1 1 2 5 3 1 Ca pankreas Zometa 10,15 21,2
(3)
K8 2 45 1 1 1 5 5 3 1 Adenoma ca Zometa 11,12 22,16
bronchogenic
(4)
K9 2 53 1 1 1 3 5 3 1 Adenoma ca Zometa 10,13 21,19
bronchogenic
(4)
K10 2 56 1 1 1 3 5 3 2 Ca Caput 11 20,2
Lampiran 5. Analisa data
A. Karaktersistik Responden
Usia
Descriptives

JENIS KELOMPOK Statistic Std. Error

Mean 51,30 2,612

95% Confidence Interval for Lower Bound 45,39


Mean Upper Bound 57,21

5% Trimmed Mean 51,94

Median 54,00

Variance 68,233

PERLAKUAN Std. Deviation 8,260

Minimum 33

Maximum 58

Range 25

Interquartile Range 12

Skewness -1,440 ,687

Kurtosis 1,612 1,334


USIA
Mean 52,80 4,594

95% Confidence Interval for Lower Bound 42,41


Mean Upper Bound 63,19

5% Trimmed Mean 52,28

Median 53,50

Variance 211,067

KONTROL Std. Deviation 14,528

Minimum 29

Maximum 86

Range 57

Interquartile Range 12

Skewness ,956 ,687

Kurtosis 3,300 1,334


JENIS KELAMIN * JENIS KELOMPOK Crosstabulation

JENIS KELOMPOK Total

PERLAKUAN KONTROL

Count 3 10 13
LAKI-LAKI
% within JENIS KELAMIN 23,1% 76,9% 100,0%
JENIS KELAMIN
Count 7 0 7
PEREMPUAN
% within JENIS KELAMIN 100,0% 0,0% 100,0%
Count 10 10 20
Total
% within JENIS KELAMIN 50,0% 50,0% 100,0%

AGAMA * JENIS KELOMPOK Crosstabulation

JENIS KELOMPOK Total

PERLAKUAN KONTROL

Count 9 10 19
ISLAM
% within AGAMA 47,4% 52,6% 100,0%
AGAMA
Count 1 0 1
KRISTEN
% within AGAMA 100,0% 0,0% 100,0%
Count 10 10 20
Total
% within AGAMA 50,0% 50,0% 100,0%

STATUS PERKAWINAN * JENIS KELOMPOK Crosstabulation

JENIS KELOMPOK Total

PERLAKUAN KONTROL
Count 10 9 19
KAWIN % within STATUS
52,6% 47,4% 100,0%
PERKAWINAN
STATUS PERKAWINAN
Count 0 1 1
BELUM KAWIN % within STATUS
0,0% 100,0% 100,0%
PERKAWINAN
Count 10 10 20
Total % within STATUS
50,0% 50,0% 100,0%
PERKAWINAN
TINGKAT PENDIDIKAN * JENIS KELOMPOK Crosstabulation

JENIS KELOMPOK Total

PERLAKUAN KONTROL

Count 2 2 4
SD SEDERAJAT % within TINGKAT
50,0% 50,0% 100,0%
PENDIDIKAN

Count 1 2 3
SMP SEDERAJAT % within TINGKAT
33,3% 66,7% 100,0%
PENDIDIKAN
TINGKAT PENDIDIKAN
Count 5 3 8
SLTA SEDERAJAT % within TINGKAT
62,5% 37,5% 100,0%
PENDIDIKAN

Count 2 3 5
DIPLOMA ATAU LEBIH
% within TINGKAT
TINGGI 40,0% 60,0% 100,0%
PENDIDIKAN
Count 10 10 20
Total % within TINGKAT
50,0% 50,0% 100,0%
PENDIDIKAN

RIWAYAT PEKERJAAN * JENIS KELOMPOK Crosstabulation

JENIS KELOMPOK Total

PERLAKUAN KONTROL

Count 5 1 6
TIDAK BEKERJA % within RIWAYAT
83,3% 16,7% 100,0%
PEKERJAAN

Count 2 0 2
PNS/TNI/Polri % within RIWAYAT
100,0% 0,0% 100,0%
PEKERJAAN
RIWAYAT PEKERJAAN
Count 1 1 2
pensiunan % within RIWAYAT
50,0% 50,0% 100,0%
PEKERJAAN

Count 2 8 10
Swasta % within RIWAYAT
20,0% 80,0% 100,0%
PEKERJAAN
Count 10 10 20
Total % within RIWAYAT
50,0% 50,0% 100,0%
PEKERJAAN
PENDAPATAN PERBULAN * JENIS KELOMPOK Crosstabulation

JENIS KELOMPOK Total

PERLAKUAN KONTROL

Count 0 1 1
0 % within PENDAPATAN
0,0% 100,0% 100,0%
PERBULAN

Count 5 0 5
PENDAPATAN PERBULAN <1900000 % within PENDAPATAN
100,0% 0,0% 100,0%
PERBULAN

Count 5 9 14
>1900000 % within PENDAPATAN
35,7% 64,3% 100,0%
PERBULAN
Count 10 10 20
Total % within PENDAPATAN
50,0% 50,0% 100,0%
PERBULAN

SUMBER PENDANAAN * JENIS KELOMPOK Crosstabulation

JENIS KELOMPOK Total

PERLAKUAN KONTROL

Count 8 6 14
BPJS PBI % within SUMBER
57,1% 42,9% 100,0%
PENDANAAN

Count 1 4 5
SUMBER PENDANAAN BPJS Non-PBI % within SUMBER
20,0% 80,0% 100,0%
PENDANAAN

Count 1 0 1
ASURANSI LAIN % within SUMBER
100,0% 0,0% 100,0%
PENDANAAN
Count 10 10 20
Total % within SUMBER
50,0% 50,0% 100,0%
PENDANAAN
KADAR HEMOGLOBIN

JENIS KELOMPOK Statistic Std. Error

Mean 10,9000 ,35277

95% Confidence Interval for Lower Bound 10,1020


Mean Upper Bound 11,6980

5% Trimmed Mean 10,7833

Median 10,4500

Variance 1,244

PERLAKUAN Std. Deviation 1,11555

Minimum 10,10

Maximum 13,80

Range 3,70

Interquartile Range 1,00

Skewness 2,285 ,687

Kurtosis 5,810 1,334


HEMOGLOBIN
Mean 10,6340 ,20204

95% Confidence Interval for Lower Bound 10,1770


Mean Upper Bound 11,0910

5% Trimmed Mean 10,6378

Median 10,7000

Variance ,408

KONTROL Std. Deviation ,63891

Minimum 9,60

Maximum 11,60

Range 2,00

Interquartile Range 1,00

Skewness -,115 ,687

Kurtosis -1,190 1,334


INDEKS MASSA TUBUH

JENIS KELOMPOK Statistic Std. Error

Mean 21,8970 1,62799

95% Confidence Interval for Lower Bound 18,2142


Mean Upper Bound 25,5798

5% Trimmed Mean 21,7211

Median 20,5250

Variance 26,503

PERLAKUAN Std. Deviation 5,14815

Minimum 14,70

Maximum 32,26

Range 17,56

Interquartile Range 5,50

Skewness 1,045 ,687

Kurtosis ,952 1,334


INDEKS MASSA TUBUH
Mean 20,4430 ,70402

95% Confidence Interval for Lower Bound 18,8504


Mean Upper Bound 22,0356

5% Trimmed Mean 20,6261

Median 21,0950

Variance 4,956

KONTROL Std. Deviation 2,22629

Minimum 14,70

Maximum 22,89

Range 8,19

Interquartile Range 1,37

Skewness -2,123 ,687

Kurtosis 5,733 1,334


A. Pengaruh pada kelompok kontrol

Tests of Normality

WAKTU Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PRETEST ,250 10 ,077 ,863 10 ,084


XTOTALK
POSTEST ,236 10 ,123 ,900 10 ,217

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference

Lower Upper

Pair 1 WAKTU - XTOTALK -45,550 13,771 3,079 -51,995 -39,105 -14,793 19 ,000

B. Pengaruh pada kelompok intervensi

Tests of Normality

WAKTU Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

PRETEST ,141 10 ,200* ,926 10 ,414


XTOTALP
POSTEST ,125 10 ,200 *
,955 10 ,727

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference

Lower Upper

Pair 1 WAKTU - XTOTALP -39,650 18,537 4,145 -48,325 -30,975 -9,566 19 ,000

C. Perbedaan antara kelompok kontrol dan intervensi

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

XTOTALP ,123 20 ,200* ,937 20 ,214


XTOTALK ,191 20 ,055 ,880 20 ,018

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
RATA-RATA FATIGUE KELOMPOK KONTROL

Descriptives

WAKTU Statistic Std. Error

Mean 47,30 4,681

95% Confidence Interval for Lower Bound 36,71


Mean Upper Bound 57,89

5% Trimmed Mean 47,78

Median 54,00

Variance 219,122

PRETEST Std. Deviation 14,803

Minimum 23

Maximum 63

Range 40

Interquartile Range 25

Skewness -,689 ,687

Kurtosis -1,177 1,334


XTOTALK
Mean 46,80 4,242

95% Confidence Interval for Lower Bound 37,20


Mean Upper Bound 56,40

5% Trimmed Mean 47,11

Median 50,00

Variance 179,956

POSTEST Std. Deviation 13,415

Minimum 25

Maximum 63

Range 38

Interquartile Range 24

Skewness -,666 ,687

Kurtosis -,859 1,334


RATA-RATA FATIGUE PADA KELOMPOK PERLAKUAN

Descriptives

WAKTU Statistic Std. Error

Mean 43,90 6,255

95% Confidence Interval for Lower Bound 29,75


Mean Upper Bound 58,05

5% Trimmed Mean 44,89

Median 44,00

Variance 391,211

PRETEST Std. Deviation 19,779

Minimum 3

Maximum 67

Range 64

Interquartile Range 29

Skewness -,784 ,687

Kurtosis ,602 1,334


XTOTAL
Mean 38,40 5,574

95% Confidence Interval for Lower Bound 25,79


Mean Upper Bound 51,01

5% Trimmed Mean 39,11

Median 39,50

Variance 310,711

POSTEST Std. Deviation 17,627

Minimum 3

Maximum 61

Range 58

Interquartile Range 26

Skewness -,746 ,687

Kurtosis ,355 1,334

Lampiran 5. Foto kegiatan

Anda mungkin juga menyukai