Oleh :
Zumrotul Farikhah, S.Kep
NIM. 192311101043
LEMBAR PENGESAHAN
i
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh :
Hari :
Tanggal :
FAKULTAS KEPERAWATAN
Mengetahui
PJ Program Profesi Ners, PJMK
Menyetujui,
Wakil Dekan I
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
Hari :
Tanggal :
TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,
iii
DAFTAR ISI
iv
A. Definisi
1. Gangguan Eliminasi Fekal
Eliminasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling dasar (kebutuhan
fisiologis) dan paling esensial berperan penting dalam kelangsungan hidup
manusia. Eliminasi diperlukan untuk mempertahankan homeostatis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme (Asmadi, 2008). Pada dasarnya, eliminasi
dibagi menjadi dua bagian yaitu eliminasi fekal (BAB) dan eliminasi urine (BAK).
Eliminasi fekal/buang Air Besar (BAB) atau disebut juga defekasi. Sampah yang
dikeluarkan ini disebut feces. Seseorang dapat melakukan buang air besar sangatlah
bersifat individual ada yang satu kali atau lebih dalam satu hari, bahkan ada yang
mengalami gangguan yaitu hanya 3-4 kali dalam satu minggu atau beberapa kali
dalam sehari, perubahan eleminasi fekal dapat menyebabkan masalah
gastroinstestinal dan sistem tubuh lain, hal ini apa bila dibiarkan dapat menjadi
masalah seperti konstipasi, fecal imfaction, diare, hemoraid dan lain-lain (Kasiati
& Rosmalawati, 2016).
2. Definisi Diare (GEA)
Gastroenteritis akut atau lebih dikenal dengan diare akut adalah penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (Sudaryat,
2007 dalam Yanih & Noveliani, 2017). Diare adalah buang air besar dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. World
gastroenterologi organisation global guidelines 2005 mendefinisikan diare akut
adalah sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari.
.
B. Epidemiologi
Epidemiologi untuk gangguan eliminasi fekal salah satu contohnya penyakit diare.
Diare adalah salah satu penyebab kematian 3 terbesar pada bayi di dunia, nomor 2
pada balita dan nomor 5 pada segala umur UNICEF memberitahukan bahwa setiap
tahunnya 1,5 juta anak meninggal karena diare (WHO, 2009). Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
1
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di
24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (Kemenkes, 2017).
C. Etiologi
Berdasarkan faktor penyebab (predisposisi) diare disebabkan oleh :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare adalah :
1. Infeksi bakteri : vibrio cholera, E. Coli, Salmonella shigella,
Campylobacter jejuni, dan lain-lain.
2. Infeksi virus : entero virus, adenovirus, Norwalk virus. (Tjay dan rahardja,
1968 dalam Wijaya, 2010)
3. Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa,
jamur).
b. Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti karena penyakit :
OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi :
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
2
4. Faktor psikologis : rasa takut ,cemas,dan ketegangan dapat memicu
peningkatan peristaltik usus sehingga mengakibatkan diare
3
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Diare bisa disebabkan karena kegagalan absorbsi cairan osmotik pada lumen usus,
penyakit mukosa difus absorbsi, gangguan integritas lapisan mukosa akibat infeksi
virus, salmonella, giardia, dan dismotilitas usus karena gangguan endokrin atau
saraf.
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut:
1) Osmolaritas
intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik;
2) sekresi cairan dan elektrolit meninggi,
disebut diare sekretorik;
3) malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak;
4) Defek sistem
pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di enterosit;
5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
6) gangguan permeabilitas usus;
7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;
8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (Setiawan, 2006).
4
FAKTOR FAKTOR FAKTOR FAKTOR
INFEKSI MALABSORBSI MAKANAN PSIKOLOGI
menurutnnya
kesempatan usus
menyerap makanan
DIARE
Distensi abdomen
NYERI
Perununan BB
HIPOVOLEMIA
5
DEFISIT NUTRISI
F. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi
A. Agen antimikroba
B. Agen Antidiarrheal
Obat antidiarrheal tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin karena risiko efek
sampingnya. Agen antimotilitas, seperti loperamida, diketahui menyebabkan opiat-
induksi ileus, kantuk, dan mual pada anak-anak di bawah umur 3 tahun. Sebaliknya,
agen seperti bismuth subsalicylate telah menunjukkan khasiat terbatas dalam
mengobati diare akut pada anak-anak. Namun, obat tersebut masih dalam tahap
perbaikan yaitu dengan cara melakukan penelitian khasiat dan keamanannya(Villar
dkk, 2015).
C. Agen antiemetik
Obat antiemetik digunakan untuk meringankan atau mengurangi gejala muntah agar
mencegah dehidrasi ke tingkat yang lebih lanjut. Generasi lama antiemetik seperti
prometazin, turunan fenotiazin dengan antihistamin dan aktivitas antikolinergik,
telah ditemukan kurang efektif dalam mengurangi emesis. Metoklopramid, turunan
procainamide yang merupakan dopamin antagonis reseptor, telah terbukti lebih
banyak efektif daripada plasebo, namun laju reaksi ekstrapiramidal dilaporkan
berhubungan dengan penggunaannya hingga 25% (Villar dkk, 2015).
Zinc adalah mikronutrien penting yang melindungi sel dari cedera oksidatif. Dalam
kasus diare akut atau kronis, Ada penurunan Zinc yang signifikan akibat
bertambahnya keluaran usus. Beberapa uji klinis dilakukan di negara-negara
berkembang di mana prevalensi defisiensi Zinc tinggi mengungkapkan manfaat
potensial dari terapi Zinc bersamaan dengan terapi ORS (Oral Rehydration
6
Solution). Zinc dapat memperbaiki penyerapan air dan elektrolit. Studi
membandingkan suplemen Zinc dengan plasebo telah mengungkapkan
pengurangan frekuensi tinja dan memperpendek durasi diare. Tambahan Zinc ke
ORS sekarang direkomendasikan oleh WHO dan United Nation's Children's Fund
di seluruh dunia untuk pengobatan penyakit diare pada anak-anak (Villar dkk,
2015).
E. Prebiotik
Pasien dengan diare akut infektif pada umumnya mengalami keluhan khas yaitu
mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan feses yang sering, busa dalam feses,
malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri yang menyebabkan (Simadibrata K
et al., 2009). Diare dapat dicurigai apabila terjadi perubahan tiba-tiba pada
konsistensi feses, biasanya feses menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang terjadi
tiba-tiba. Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan kebanyakan
berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung selama 1-2 hari, dan
kebanyakan berhenti dalam 3 hari. Hal yang harus ditanyakan kepada pasien yaitu
kapan kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare akut dan/atau
muntah, Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui (mungkin dari
makanan atau air yang terkontaminasi), dan sebelumnya pernah melakukan
perjalanan atau bepergian.
a) Pemeriksaan fisik
7
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai dengan menilai perubahan
pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan
abdomen yang seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan (Simadibrata
K et al., 2009). Selain pemeriksaan abdomen, juga harus dilakukan pemerksaan
feses. Pemeriksaan feses yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan
kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa. Karkteristik hasil pemeriksaan feces
sebagai berikut :
a) feses berwarna pekat" putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen
empedu
b) feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat dan diet tiggi buah
merah dan sayur hjau tua seperti bayam
c) feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tnggi susu
d) feses berwarna orage atau hijau disebabkan karena infeksi usus
e) feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnyaadalah
bakteri
f) feses seperti tepung berwarna utih disebabkan karena diare yangpenyebabnya
adalah virus
g) feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya dalah
parasite.
h) feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mucus disebabkankarena
bakteri, darah jika terjadi peradangan usus, terdapat lemak dalam feses jika
disebabkan krena malabsorbsi lemak dalam usus halus.
b) Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Pemeriksaan darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit terutama K dan
P serum pada diare yang disertai kejang, anemia hipokronik, kadang malnutrisi,
malabsorbsi tekanan fungsi sumsum tulang, proses inflamasi kronis, dan
peningkatan sel-sel darah putih. Pemeriksaan elektrolit tubuh juga diperlukan untuk
mengetahui kadar (atrium, kalim, kalsium karbonat). Pemeriksaan kadar ureum
8
untuk mengetahui faal ginjal. jika terjadi gangguan faal ginjal maka kadar ureum
dan creatinin akan meingkat.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
1) PENGKAJIAN
a. Pengkajian Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis
Diare Akut
2. Keluhan utama
Nyeri perut
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dengan penyakit diare akan merasakan lemas, nyeri perut.
Biasanya pasien masuk rumah sakit karena dehidrasi berat akibat mual, muntah
dan diare berkepanjangan.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita diare, dan dibiarkan hingga infeksi bisa menyebar ke
saluran gastrointestinal yang lainnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
c. Pengkajian Pola Gordon
9
melancarkan BAB, adanya perubahan lain, ada
darah dalam feces dan di rektum.
b. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan
(abdomen, rektum, danusus)
Pada umumnya, klien penderita diare yang sudah
komplikasi akan mengalami dehidrasi dan nyeri
abdomen
4 Pola aktivitas dan Pola aktivitas dan latihan klien penderita diare
latihan terganggu karena mereka mengalami dehidrasi (lemas),
dan mual muntah sehingga kekurangan tenaga untuk
beraktivitas. Klien biasanya memilih untuk istirahat.
5 Pola tidur dan Penderita diare pada umumnya mengalami gangguan
istirahat pola tidur dikarenakan merasakan nyeri yang hebat di
bagian abdomen. pada malam hari atau dini hari
penderita sering terbangun karena merasakan nyeri dan
diare (mencret) di tempat tidur.
6 Pola Kognitif dan Pada umumnya klien penderita diare tidak mengalami
konseptual gangguan kognitif dan konseptual.
7 Pola persepsi diri Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri,
frustasi, depresi, murung, tidak mau berinteraksi). Pada
klien dengan diare, biasanya klien mengalami depresi,
murung, frustasi terutama dengan klien yang menderita
imunosupresi karena mereka merasa sudah tidak punya
harapan hidup lagi.
8 Pola peran dan Pola peran klien penderita diare terganggu karena klien
hubungan penderita diare lemas dan tidak berdaya untuk
beraktivitas. Sehingga peran di keluarga dan
masyarakat juga akan terganggu.
9 Pola seksualitas Pola seksualitas dan reproduksi klien terganggu. Pada
dan reproduksi umumnya mereka merasa lemas dan letih karena
dehidrasi sehingga tidak bergairah terhadap seksualitas
mereka.
10 Pola toleransi Cara pasien merespon nyeri ada yang diam, merintih,
coping- stress ataupun menangis.
11 Pola tata nilai dan Aktivitas keagamaan pasien terganggu karena kondisi
kepercayaan pasien yang lemah dan memaksa pasien untuk bedrest.
Tetapi masih ada beberapa ibadah yang bisa dilakukan
klien di atas tempat tidur.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan.
Gunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian fisik harus
dilakukan secara komprehensif.
10
1. Keadaan Umum :
Keadaan umum : Keadaan umum pasien diare yaitu lemas, tampak berbaring,
kesadaran kompos mentis GCS 4,5,6. Tetapi jika klien mengalami dehidrasi dengan
derajat parah maka dapat dimungkinkan klien mengalami penurunan kesadaran.
Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : tekanan darah pada penderita diare hipotensi (<90
mmHg)
2. Nadi : >80 x/menit (Takikardi) karena pasien diare
merasakan nyeri (nyeri termasuk salah satu yang bisa memicu takikardi)
3. Respirasi : >24 x/menit (Takipneu), karena biasanya penderita
diare akan mengalami kecemasan (karena meraasakan nyeri), dan frekuensi
nafasnya meningkat
4. Suhu : >37,5 0C (Hipertermia, karena pada umumnya
penderita diare akan mengalami demam tinggi akibat infeksi bakteri, virus
atau parasit)
2.Head to toe :
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala.
b. Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
c. Mata
Inspeksi : bola mata cekung, konjungtiva anemis
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa
Sclera
d. Hidung :
Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret
palpasi : nyeri tekan pada hidung
e. Mulut :
11
Inspeksi : biasanya bibir penderita diare kondisinya kering karena pasien
merasa mual dan muntah, dehidrasi sehingga kurang asupan cairan dan
nutrisi
Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi
f. Leher
Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher
Palpasi : nyeri tekan pada leher.
g. Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri
tekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
h. Payudara dan ketiak
Inspeksi : bentuk, benjolan
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
i. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen cekung.
Auskultasi : bising usus lebih dari normal.
Palpasi : jika abdomen ditekan, biasanya penderita diare akan merasakan
nyeri.
j. Genitalia
Inspeksi : bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut
kelamin,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
k. Integumen
Inspeksi : warna kulit pucat atau berbintik-bintik
Palpasi : nyeri tekan pada kulit abdomen, turgor kulit menurun
l. Ekstremitas
Palpasi : CRT > 3 detik, pasien beresiko syok
Ekstremitas dingin
12
2) Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hipovolemia yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yang
ditandai dengan Frekuensi nadi meningkat, Nadi terasa lemah, Tekanan
darah menurun, Tekanan nadi menyempit, Turgor kulit menurun, Membran
mukosa kering, Volume urine menurun, Hematokrit meningkat
2. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen cedera fisiologis yang ditandai
dengan Mengeluh nyeri, Tampak meringis, Bersikap protektif, Gelisah,
Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur, Diaforesis
3. Diare yang berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal yang ditandai
dengan Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, Feses lembek atau cair,
Nyeri abdomen, Frekuensi peristaltik meningkat, Bising usus hiperaktif.
4. Mual yang berhubungan dengan iritasi lambung yang ditandai dengan
mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berniat makan
5. Defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nurien yang ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, bising usus hiperaktif, diare
3) Intervensi Keperawatan
13
2
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf
1. 1. observasi dini
cairan input dan
1.03116 Manajemen Hipovolemia output untuk
(Hipovolemia)
Definisi: mengidentifikasi dan mencegah
yang Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 mengelola penuaian volume cairan terjadinya
berhubungan jam, kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi intravaskuler hipovolemia
dengan dengan kriteria hasil : karena pasien diare
kehilangan Tindakan
L.03028. Status Cairan kelihangan cairan
cairan aktif Definisi ketersediaan air yang cukup dalam aktif
yang ditandai kompartemen intraseluler dan ekstraseluler 1. observasi
2. menghitung
dengan tubuh - 1. periksa tanda gejala hipovolemia
kebutuhan cairan
Frekuensi nadi - monitor intake dan output cairan
Indikator Skala Ket pasien agar
meningkat, 2. terapeutik
Awal Akhir Skala mengetahui jumlah
Nadi terasa - 2. hitung kebutuhan cairan
Turgor 1 3 1: cairan yang
lemah, - 3. berikan posisi modifies
kulit menurun/ dibutuhkan
Tekanan darah trendelenburg
Membran 2 4 memburu 3. pasien diposisikan
menurun, - 4. Berikan asupan cairan oral
mukosa k trendelenburg agar
Tekanan nadi 3. edukasi
lembab 2 : cukup aliran darah ke otak
menyempit, - 1. anjurkan memperbanyak asupan
Intake 2 4 menurun/ bisa lancar dan
Turgor kulit cairan oral
cairan memburu untuk mencegah
menurun, - 2. Anjurkan menghindari perubahan
Bola mata 1 4 k syok hipovolemia
Membran posisi mendadak
cekung 3 : sedang 4. memberikan
mukosa kering,
dan lunak 4 : cukup asupan cairan oral
Volume urine 4. kolaborasi
Diare 3 5 membaik untuk mengganti
menurun, - 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
5: cairan yang hilang
Hematokrit isotonis, atau hipotonis, koloid dan
membaik bersama feces
meningkat pemberian produk darah
5. memberikan cairan
isotonis untuk
meengganti cairan
pasien yang hilang
14
2. 1.08238 Manajemen Nyeri 1. Mengidentifikasi
Kriteria hasil: Definisi : mengidentifikasi dan P, Q, R, S, T nyeri
mengelola pengalaman sesnorik atau untuk mengetahui
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 emosional yang berkaitan dengan penyebab nyeri,
jam klien dapat mengontrol nyeri dengan kerusakan jaringan atau fungsional agar nyeri segera
Nyeri Akut baik.
dengan onset mendadak atau lambat diatasi
yang
dan berintensitas ringan hingga berat 2. Mengidentifikasi
berhubungan L.080066. Tingkat Nyeri
dan konstan pengetahuan dan
dengan agen
Definisi: pengaalaman sensorik atau keyakinan pasien
cedera
emosional yang berkaitan dengan kerusakan 1. observasi terhadap nyeri
fisiologis yang
jaringan aktual dan fungsional, dengan onset6. 1. identifikasi lokasi, karakteristik, penting karena
ditandai
mendadak atau lambat dan berintensitas durasi, frekuensi, kualitas, intensitas untuk
dengan
ringan hingga berat nyeri mengidentifikasi
Mengeluh
7. 2. identifikasi skala nyeri perilaku atau
nyeri, Tampak Indikator Skala Ket 8. 3. identifikasi respon nyeri non verbal persepsi pasien
meringis, Awal Akhir Skala 9. 4. identifikasi faktor yang setelah
Bersikap Keluhan 1 3 1: memperberat dan memperingan nyeri mengalami nyeri
protektif, nyeri meningka 10. 5. identifikasi pengetahuan dan 3. Kualitas hidup
Gelisah, meringis t2: keyakinan nyeri pasien penting
Frekuensi nadi Sikap 2 4 cukup 11. 6. identifikasi pengaruh nyeri dengan diidentifikasi
meningkat, protektif meningka kualitas hidup karena nyeri bisa
Sulit tidur, gelisah t 12. 7. monitor keberhasilan terapi menurunkan
Diaforesis Mual 2 4 3 : sedang komplementer yang sudah diberikan kualitas hidup
Berfokus 1 4 4 : cukup 13. 8. Monitor efek samping penggunaan pasien
pada diri menurun analgetik 4. mengatasi nyeri
sendiri 5: 2. terapeutik dengan non
menurun 14. 1. berikan teknik nonfarmakologis farmakologi untuk
untuk mengurangi nyeri meminimalisir
15
15. 2. kontrol lingkungan yang efek samping
memperberat rasa nyeri penggunaan obat
16. 3. fasilitasi istirahat dan tidur analgetik, karena
17. 4. Pertimbangkan jenis dan sumber teknik
nyeri dalam pemilihan strategi nonfarmakologis
meredakan nyeri lebih aman
3. edukasi 5. mengajarkan
18. 1. jelaskan penyebab, periode dan teknik non
pemicu nyeri farmakologis
19. 2. jelaskan strategi meredakan nyeri untuk mengatasi
20. anjurkan memonitor nyeri secra nyeri agar mudah
mandiri dilakukan pasien
21. 3. anjurkan menggunakan analgetik sendiri
secara cepat 6. memberikan
4. kolaborasi analgesik jika
22. 1. kolaborasi pemberian analgetik jika pasien butuh
perlu ditangani segera
dan jika tidak ada
efek penanganan
nonfarmakologis
3. Diare yang Setelah dilakukan perawatan selama 1.3101
3x24 Manajemen Diare
berhubungan jam, pasien dapat bab dengan normal dengan Definisi : mengidentifikasi dan
dengan kriteria hasil : mengelola diare dan dampaknya 1. Mengetahui
inflamasi L04033. Eliminasi Fekal Tindakan apakah pasien
gastrointestinal Definisi : proses defekasi normal yang 1. Observasi beresiko
yang ditandai disertai dengan pengeluaran feses mudah dan
7. 1. Identifikasi penyebab diare mengalami
dengan konsistensi, frekuensi serta bentuk feces 8. 2. Monitor warna, volume, frekuensi hipovolemi
Defekasi lebih normal dan konsistensi tinja
16
dari tiga kali Indikator Skala Ket 9. 3. Monitor tanda gejala hipovolemia 16. 2. Memberikan makan
dalam 24 jam, Awal Akhir Skala 2. Terapeutik porsii kecil dan
Feses lembek Konsistens 1 3 1: 10. 1. Berikan asupan cairan oral asupan cairan sangat
atau cair, Nyeri i feces memburu 11. 2. Pasang jalur IV penting karena untuk
abdomen, Frekuensi 2 4 k 12. 3. Ambil sampel darah dan feces untuk mengganti cairan dan
Frekuensi defekasi 2 : cukup pemeriksaan lebih lanjut nutrisi yang hilang
peristaltik Peristaltik 2 4 memburu 3. Edukasi
meningkat, usus k 13. 1. Anjurkan makan porsi kecil dan
Bising usus Nyeri pada 1 4 3 : sedang sering secara bertahap
hiperaktif. saat BAB 4 : cukup 14. 2. Anjurkan menghindari makanan
membaik pembentuk gas, pedas dan
5: mengandung laktosa
membaik 4. Kolaborasi
15. 3. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas, spasmolitik dan obat
pengeras feces
4 Mual yang Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 30. 1. Mengidentifikasi
berhubungan jam, mual pada pasien dapat diatasi dengan 1.03117 Manajemen Mual penyebab mual agar
kriteria hasil. Definisi : mengidentifikasi dan bisa segera diatasi
dengan iritasi
L. 08065. Tingkat nausea mengelola perasaan tidak enak pada 31. 2. Memperhatikan
lambung yang
bagian tenggorokan atau lambung faktor lingkungan
ditandai
yang dapat menyebabkan muntah sekitar sangat penting
dengan Indikator Skala Ket
Tindakan karena lingkungan
mengeluh Awal Akhir Skala
1. Observasi rumah sakit dapat
mual, merasa Keluhan 2 4 1:
17. 1. Identifikasi pengalaman mual dimungkinkan
ingin muntah, mual meningka
18. 2. Identifikasi dampak mual pada menyebabkan pasien
tidak berniat Perasaan 2 4 t
kualitas hidup mengalami mual
makan ingin
19. 3. Identifikasi faktor penyebab mual
muntah
17
Perasaan 2 4 2 : cukup 20. 4. Identifikasi antiemetik untuk 32. 3. Istirahat bisa
asam di meningka mencegah mual mengurangi mual
mulut t 21. 5. Monitor mual 33. 4. Teknik
Frkuensi 1 5 3 : sedang 22. 6. Monitor asupan nutisi dan kalori nonfarmakologis
menelan 4 : cukup 2. Terapeutik seperti tarik nafas
menurun 23. 1. Kendalikan faktor lingkungan dalam atau relaksasi
5: penyebab mual bisa diterapkan untuk
menurun 24. 2. Berikan makanan dalam jumlah mengurangi mual
kecil dan menarik karena kecemasan
25. 3. Berikan makanan dingin, cairan 34. 5. Antiemetik sangat
bening, tidak berbau dan tidak diperlukan jika pasien
bewarna sudah dalam keadaan
3. Edukasi parah
26. 1. Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
27. 2. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
28. 3. Anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologis
4. Kolaborasi
29. 1. Kolaborasi pemberian antiemetik
5 Defisit nutrisi Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 37. 1. Pemenuhan nutrisi
1.03119 Manajemen Nutrisi
yang jam klien dalam status nutrisi yang adekuat pada penderita diare
Definisi : mengidentifikasi dan
berhubungan dengan kriteria hasil : sangat penting agar
mengelola asupan nutrisi yang
dengan L. 03030 Status Nutrisi diare bisa segera
seimbang
ketidakmampu Definisi: ketidakadekuatan asupan nutrisi teratasi
Tindakan
an untuk memenuhi kebutuhan metabolisme 38. 2. Pola diet pada
1. Observasi
mengabsorbsi Indikator Skala pasien diare adalah
35. 1. Identifikasi makanan yang disukai,
18
nutrien yang Awal Akhir Ket kebutuhan kalori dan jenis nutrien makan sedikit tapi
ditandai Skala 36. 2. Monitor asupan makanan dan hasil sering
dengan berat Perasaan 2 4 1: lab 39. 3. Makan dengan
badan cepat meningka 2. Terapeutik posisi duduk untuk
menurun kenyang t 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet memudahkan
minimal 10% Nyeri 2 4 2 : cukup 3. Edukasi mencerna makanan
di vawah abdomen meningka 1. Anjurkan posisi duduk jika mampu dan mencegah mual
rentang ideal, Diare 2 4 t 2. Ajarkan diet yang diprogramkan muntah
cepat kenyang 3 : sedang 4. Kolaborasi
setelah makan, 4 : cukup 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nyeri menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
abdomen, 5: nutrien yang dibutuhkan
nafsu makan menurun
menurun dan
diare
19
H. Discharge Planning
1. Identitas
Diisi identitas pasien. Tanggal MRS dan KRS, nomor RM, alamat, tangga; lahir
dan penanggungjawab pasien
2. Diagnosa utama dan sekunder
Diisi diagnosa utama yang ditegakkan yaitu GEA dan diagnosa sekunder pada saat
MRS
3. Data saat pasien pulang
Diisi data terakhir sebelum pasien KRS
4. Berat badan MRS dan KRS
Diisi berat badan saat MRS dan saat terakhir sebelum KRS
5. Tanda-tanda vital
Diisi tanda-tanda vital pasien sebelum KRS
6. Diet saat dirawat
Diet saat di rumah sakit untuk acuan konsumsi makanan
7. Obat selama di rumah sakit dan di rumah
Diisi catatan obat yang telah diberikan dan yang akan diberikan kepada pasien saat
krs
8. Hasil laboratorium
Diisi hasil lab saat mrs dan hasil lab terakhir sebelum krs
9. Penyuluhan kesehatan
a. Edukasi pembuatan cairan oralit untuk mengatasi kekurangan volume cairan
jika masih diare di rumah
b. Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering
c. Anjurkan untuk memenuhi kebutuhan cairan dengan cara minum setiap hari 2
liter air
d. Menjaga kebershan alat-alat makanan, bahan makanan, makanan
e. Anjurkan makan tepat waktu 3x sehari
10. Kontrol : diisi jadwal kontrol pasien setelah KRS
I. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practice in nursing
20
Diare membutuhkan penangananyang cepat dan tidak bisa dianggap mudah.
Penderita diare membutuhkan pemberian cairan mengandung elektrolit untuk
mencegah dehidrasi. Penanganan yang mudah dilakukan di rumah adalah
pembuatan oralit. Penatalaksanaan lain yang bisa dilakukan adalah penatalaksanaan
farmakologis yaitu mengkonsumsi obat diare dan antibiotik. Antibiotika tidak efektif
melawan kebanyakan organisme yang menyebabkan diare, jarang membantu dan dalam
jangka panjang dapat membuat beberapa orang lebih sakit. Penggunaan yang sembarangan
bisa meningkatkan resistensi beberapa organisme penyebab penyakit terhadap antibiotika.
Dalam dunia keperawatan, telah lama dikenal teknik massage. Teknik massage
ini telah menjadi bagian dari independen intervensi keperawatan. Tetapi saat ini,
sudah jarang dibahas dan diterapkan dalam asuhan keperawatan karena kurangnya
pengetahuan akan fungsi, teknik dan penggunaan dari massage. Salah satu teknik
massage adalah Akupresure. Akupresure adalah suatu teknik dengan menggunakan
ketrampilan tangan untuk melakukan presure melalui titik akupresure yang terdapat
dipermukaan tubuh. Teknik ini amat efisien dan relative cukup aman karena tidak
melakukan invasive/melukai kulit tubuh. Titik titik akupunktur ini merangsang
sirkulasi energi dan peredaran darah pada seluruh tubuh sehingga bermanfaat untuk
mengatasi berbagai gangguan yang bersifat akut maupun kronis. Penelitian yang
dilakukan oleh Saudin dan Nadhif (2017) membuktikan bahwa terdapat perbedaan
pengaruh intervensi pada kelompok kontrol dan kasus. Hal itu membuktikan bahwa
akupresure efektif bisa mengurangi gejala diare. Oleh karena itu, akupresure bisa
menjadi salah satu alternatif yang bisa diterapkan untuk pasien diare.
J. EVALUASI
21
Secara umum klien dengan gangguan eliminasi : Diare terdapat beberapa
masalah keperawatan yang dialami yaitu hipovolemia, nyeri, diare, mual, dan
defisit nutrisi. Beberapa permasalahan tersebut harus segera diatasi oleh
perawat terutama masalah yang paling diprioritaskan yaitu hipovolemia. Setiap
hari dan setiap pergantian shift, perawat harus mengevaluasi kondisi pasien dan
mendokumentasikan secara SOAP (subyektif, obyektif, analisa, planning).
Evaluasi meliputi evaluasi subyektif (apa yang dirasakan pasien), evaluasi
obyektif (apa yang diamati perawat), dan Analisa (masalah keperawatan sudah
teratasi apa belum) , dan Intervensi (intervensi apa yang perlu dilanjutkan atau
sudah harus dihentikan). Masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan
eliminasi : diare teratasi apabila menunjukkan kriteria hasil frekuensi bab
kembali normal (<3 kali dalam sehari), konsistensi feces juga normal (padat),
warna feces normal (kuning kecoklatan), bising usus normal (5-30x per menit),
kebutuhan cairan klien terpenuhi (balance cairan), tidak ada mual dan nyeri,
serta kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adyanasti, F. (2012). Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia. [serial
online] http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
diare.pdf. Diakses pada 3 september 2019.
Kasiati dan Rosmalawati, N.W.D. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kebutuhan-dasar-
manusia-komprehensif.pdf. [Diakses pada 3 september 2019].
Faiz, omar., dan david movat. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta : Erlangga
MMWR-CDC. (2003). Managing Acute Gastroenteritis Among Children
NSW Goverment Health. (2014). Infants and Children: Management of Acute Gastroenteritis, Fourth
Edition. [serial online]
http://www1.health.nsw.gov.au/pds/ActivePDSDocuments/GL2014_024.pdf. diakses pada
tanggal 2 September 2019.
Oral Rehydration, Maintenance, and Nutritional Therapy. [Serial online]
https://www.cdc.gov/mmwr/pdf/rr/rr5216.pdf. diakses pada tanggal 2 September 2019
Pujiarto, Purnawati S. (2014). Gastroenteritis Akut (GEA) pada anak. [serial online].
http://www.inhealth.co.id/uploads/IH%20Gazette%20edisi%20Des14-
Mar15%20%28ok%29.pdf. Diakses pada tanggal 2 September 2019
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta.
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta.
Safe Food. (2017). Guide to Assessment and Management of Acute Gastroenteritis in Primary Care.
[serial online].
http://www.safefood.eu/SafeFood/media/SafeFoodLibrary/Documents/Publications/Researc
h%20Reports/Assesment_Tool.pdf. diakses pada tanggal 2 September 2019
Saudin, didik dan Akhmad Nadhif. 2017. pengaruh akupresure terhadap berhentinya diare pada anak.
Fakultas Keperawatan Universitas Darul Ulum Jombang : Jombang.
Simadibrata M, Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
5., Jakarta: Interna., 2009:1035-37.
Trissilowati, Aulia D. (2014). Pemeriksaan Penunjang GEA. [Serial online]
https://id.scribd.com/document/348987168/Pemeriksaan-Diagnostik-Gastroenteritis. diakses
pada tanggal 2 September 2019
Yanih, S. candra I., & Noveliani, D. R. (2017). Pemantauan Terapi Obat pada Pasien GEA di Ruang
Rawat Inap di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan, 2(1), 92–97.
Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut disebabkan Bakteri, 1–15.
NIM : 192311101043
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Klien
1. Diagnosa Medik:
GEA + OBS VOMITING
2. Keluhan Utama:
Pasien mengeluh diare, BAB Cair + ampas sejak pagi jam 03.00 WIB
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
// : Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
z : Anak kembar
z : Pasien
z : Meninggal
z : Tinggal serumah
z
z
z
III. PengkajianzKeperawatan
Interpretasi :
Pasien tampak lemas karena merasakan nyeri dan sering BAB Ke kamar mandi
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat,
4: mandiri
Status Skor ADL : 24
Identitas diri : Pasien adalah seorang kepala keluarga dan seorang suami.
Harga diri : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada harga dirinya terhadap penyakit yang
diderita.
Ideal Diri : Menjadi suami yang baik dan sosok ayah yang dapat dicontoh oleh anaknya.
Peran Diri : Pasien merasa khawatir karena sakit tidak bisa mengikuti pendidikan dan pelatihan, takut
tidak lulus
Interpretasi : klien mengalami masalah dalam perannya sebagai anggota TNI yang sedang mengikuti
pelatihan
Keadaan umum:
Pasien dalam kondisi lemah, berkeringat, posisi tubuh supinasi, kebersihan diri terjaga, gaya
bicaranya sopan, GCS 456, kulit sawo matang.
Tanda vital:
Interpretasi :
Terdapat gangguan tanda-tanda vital (nyeri) pada klien yaitu menunjukkan skala 4.
1. Kepala
Inspeksi : persebaran rambut merata, rambut warna hitam, kulit kepala tidak ada lesi,
distribusi rambut merata, warna rambut hitam.
Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan (-)
2. Mata
V. Terapi
1. Infus a. Dapat meningkatkan kadar 500 IV Indikasi : Nutrien dan pengobatan Sakit perut atau
Asering kalsium plasma darah. asidosis yang berhubungan dengan pembengkakan, sensasi
b. Meningkatkan volume dehidrasi dan kehilangan ion alkali kesemutan, sensasi
darah, memiliki dalam tubuh. terbaka, mual, mati rasa
kandungan natrium atau kesemutan di kulit
klorida. Kontra indikasi : Gagal jantung
kongestif, kerusakan ginjal, edema
paru yang disebabkan oleh retensi
natrium dan hiperproteinemia,
hipernatremia, hiperkloremia,
hiperhidrasi.
5. Loperamid Loperamide adalah obat untuk 2 tablet oral Indikasi : Indikasi loperamide Efek samping yang
mengatasi diare, yang bekerja adalah untuk mengurangi gejala mungkin dapat timbul
dengan memperlambat gerakan pada diare akut atau kronik, setelah mengonsumsi
saluran pencernaan, sehingga misalnya akibat loperamide, antara lain
usus punya lebih banyak waktu gastroenteritis, inflammatory adalah:
untuk menyerap cairan dan bowel disease, atau traveler’s a) Konstipasi.
nutrisi dari makanan yang diarrhea. b) Gangguan irama
dikonsumsi. jantung.
Kontraindikasi : Kontraindikasi c) Pankreatitis.
loperamide di antaranya pada d) Mual.
pasien dengan kolitis ulseratif, e) Pusing.
kolitis infektif, atau kolitis yang f) Ruam.
disebabkan antibiotik. g) Perut kembung.
h) Nyeri perut.
7. Attalpugif Bekerja dengan memperlambat 2 tablet oral Indikasi : Pengobatan simptomatik sembelit
aktivitas usus besar sehingga pada diare yang tidak diketahui
usus akan menyerap lebih penyebabnya.
banyak air dan tinja akan
Kontraindikasi : Penderita dimana
menjadi lebih padat.
konstipasi harus dihindari,
hipersensitivitas dan penderita
obstruksi usus.
8. Braxidin Braxidin adalah obat yang 1 tablet oral Indikasi : a) Gangguan koordinasi
digunakan untuk mengatasi b) Pusing dan sakit
Kegunaan obat Braxidin sebagai kepala
beberapa keluhan terkait
kombinasi obat anti ansietas dan c) Mengantuk berlebihan
anxietas atau gangguan cemas.
obat spasmolitik antara lain d) Cemas dan bingung
Kegunaan obat Braxidin sebagai
digunakan untuk: e) Retensi urin
obat anti anxietas atau
f) Sembelit
peghilang cemas ini
Hasil
Nilai normal
No Jenis pemeriksaan (Tanggal/Jam)
Nilai Satuan
Pemeriksaan Radiologi
Pengambil Data,
(Zumrotul Farikhah)
NIM.192311101043
Mengeluarkan toksin di
usus
Inflamasi
Diare
Mual
Resiko kekurangan
volume cairan
(hipovolemi)
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Tanggal
No Diagnosis Keperawatan Keterangan
perumusan
3.
Resiko hipovolemia yang berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
2 Sept 2019
4.
No No Dx Paraf dan
Tanggal/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF (HASIL/RESPON)
KEP Nama
1. 1 Senin, 02-09-19 ZF
19.15
2. Senin, 02-09-19 ZF
14.15 1. Melakukan anamnesa ke pasien terkait 1. Pasien masih mengeluh lemas, sering ke
penyebab diare kamar mandi 6x
2. Menidentifikasi frekuensi bab, konsistensi 2. Pasien mengatakan bab cair seperti air,
14.25 feces, karakter feces, warna feces pasien terdapat ampas, bewarna kuning
3. Membantu mobilisasi pasien dari tempat 3. Pasien merasa kesulitan pergi ke kamar mandi
tidur ke kamar mandi karena sedang terpasang infus
4. Memberikan edukasi ke pasien terkait 4. Tidak ada keluarga yang mendampingi
15.15
dengan kebutuhan cairan yang harus sehingga tidak ada yang memberikan asupan
dipenuhi setelah kehilangan cairan aktif cairan oral
(diare) 5. Pasien sangat kooperatif dan aktif bertanya
15.45 5. Mengganti cairan infus pasien yang habis tentang kondisinya
dengan asering 500cc 6. Pasien sangat kooperatif dan aktif bertanya
6. Melakukan pemantauan asupan cairan asering tentang kondisinya
melalui IV dengan 14 tpm 7. Pasien sangat kooperatif dan aktif bertanya
7. Mengambil sampel feces pasien untuk dilakukan tentang kondisinya
pengecekan di laboratorium
18.20
19.00
19.15
19.35
2 1 14.15 1. Melakukan pengkajian skala nyeri pasien 1. Pasien masih merasakan nyeri dengan skala 2 ZF
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
14.15 3. Mengantar pasien melakukan foto thorax
16.30 4. Melakukan injeksi obat melalui selang infus
5. Mengukur TTV
17.00 6. Membenahi cairan infus yang macet
18.00
18.30
2 14.15 1. Mengkaji pola eliminasi fekal pasien 1. Pasien mengatakan BAB 1x, tidak cair ZF
2. Memberikan obat oral
16.00 3. Memberikan edukasi tentang penyebab diare dan
penatalaksanaan diare
4 16.00 - Memonitor cairan infus pasien Pasien sudah menghabiskan 1 botol air besar 1,5 liter ZF
- Mengganti cairan infus yang habis
16.15 - Membantu memfasilitasi tersedianya asupan
19.00 cairan oral untuk pasien
4 07.30 1. Melakukan pengkajian kondisi pasien 1. Pasien sudah menghabiskan 1 botol air besar ZF
2. Memonitor cairan infus pasien 1,5 liter
07.35 3. Memposisikan pasien senyaman mungkin 2. Tidak ada tanda dan gejala hipovolemia
08.00 4. Memberikan edukasi pasien terkait pemenuhan
asupan nutrisi saat di rumah (discharge
08.45 planning)
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
FKEP UNEJ
2019
55
A : Masalah keperawatan mual belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
2 03-09- 1 S : pasien mengatakan bab hari ini 1x sehari, feces sudah tidak ZF
19/20.00 cair
WIB
O : Pasien masih terlihat lemah
P : lanjutkan intervensi
FKEP UNEJ
2019
56
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
P : hentikan intervensi
P : hentikan intervensi
3 04-09-19 1 S : pasien mengatakan bab hari ini 1x sehari, feces sudah tidak ZF
cair
/ 12.00
WIB O : Pasien terlihat tidak lemah
P : hentikan intervensi
P : Hentikan intervensi
hentikZF
FKEP UNEJ
2019
57