Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


ELIMINASI PADA PASIEN DENGAN GEA DAN OBS. VOMITING
DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA
HUSADA KABUPATEN JEMBER

Oleh :
Zumrotul Farikhah, S.Kep
NIM. 192311101043

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019

LEMBAR PENGESAHAN

i
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh :

Nama : Zumrotul Farikhah, S.Kep


NIM : 192311101043

Telah diperiksa dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Jember, 15 September 2019

FAKULTAS KEPERAWATAN

Mengetahui
PJ Program Profesi Ners, PJMK

Ns. Erti Ikhtiarini D. S.Kep.,M.Kep.Sp.Kep.J Ns. Ahmad Rifai, MS


NIP. 19811028 200604 2 002 NIP. 19850207 201504 1 001

Menyetujui,
Wakil Dekan I

Ns, Wantiyah, M.Kep


NIP. 19810712 200604 2 001

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

Laporan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh :

Nama : Zumrotul Farikhah, S.Kep


NIM : 192311101043
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI PADA PASIEN DENGAN GEA DAN OBS.
VOMITING DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT TINGKAT III
BALADHIKA HUSADA KABUPATEN JEMBER

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada :

Hari :
Tanggal :

Jember, 15 September 2019

TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns. Alfid Tri Afandi, M. Kep Ns. Siesca Yunita D.,S.Kep


NRP 760016845 NIS 05.06.02.88.16.250

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN............................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
LAPORAN PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Definisi ............................................................................................................ 1
B. Epidemiologi ................................................................................................... 1
C. Etiologi ............................................................................................................ 2
D. Tanda dan Gejala ............................................................................................. 3
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway.................................................................. 4
F. Penatalaksanaan Medis .................................................................................... 6
G. Penatalaksanaan Keperawatan ......................................................................... 9
a. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES) .................................... 13
b.Perencanaan / Nursing Care Plan .............................................................. 14
H. Daftar Pustaka................................................................................................ 23

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN ....................................... 25


A. Pengkajian ....................................................................................................... 25
B. Problem List .................................................................................................... 39
C. Rumusan Diagnosa Keperawatan ................................................................... 40
D. Perencanaan..................................................................................................... 41
E. Implementasi Keperawatan ............................................................................. 45
F. Catatan Perkembangan/evaluasi keperawatan ................................................ 49

iv
A. Definisi
1. Gangguan Eliminasi Fekal
Eliminasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang paling dasar (kebutuhan
fisiologis) dan paling esensial berperan penting dalam kelangsungan hidup
manusia. Eliminasi diperlukan untuk mempertahankan homeostatis melalui
pembuangan sisa-sisa metabolisme (Asmadi, 2008). Pada dasarnya, eliminasi
dibagi menjadi dua bagian yaitu eliminasi fekal (BAB) dan eliminasi urine (BAK).
Eliminasi fekal/buang Air Besar (BAB) atau disebut juga defekasi. Sampah yang
dikeluarkan ini disebut feces. Seseorang dapat melakukan buang air besar sangatlah
bersifat individual ada yang satu kali atau lebih dalam satu hari, bahkan ada yang
mengalami gangguan yaitu hanya 3-4 kali dalam satu minggu atau beberapa kali
dalam sehari, perubahan eleminasi fekal dapat menyebabkan masalah
gastroinstestinal dan sistem tubuh lain, hal ini apa bila dibiarkan dapat menjadi
masalah seperti konstipasi, fecal imfaction, diare, hemoraid dan lain-lain (Kasiati
& Rosmalawati, 2016).
2. Definisi Diare (GEA)
Gastroenteritis akut atau lebih dikenal dengan diare akut adalah penyakit yang
ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (Sudaryat,
2007 dalam Yanih & Noveliani, 2017). Diare adalah buang air besar dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. World
gastroenterologi organisation global guidelines 2005 mendefinisikan diare akut
adalah sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari.
.
B. Epidemiologi
Epidemiologi untuk gangguan eliminasi fekal salah satu contohnya penyakit diare.
Diare adalah salah satu penyebab kematian 3 terbesar pada bayi di dunia, nomor 2
pada balita dan nomor 5 pada segala umur UNICEF memberitahukan bahwa setiap
tahunnya 1,5 juta anak meninggal karena diare (WHO, 2009). Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di

1
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di
24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) (Kemenkes, 2017).

C. Etiologi
Berdasarkan faktor penyebab (predisposisi) diare disebabkan oleh :
1. Faktor infeksi
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare adalah :
1. Infeksi bakteri : vibrio cholera, E. Coli, Salmonella shigella,
Campylobacter jejuni, dan lain-lain.
2. Infeksi virus : entero virus, adenovirus, Norwalk virus. (Tjay dan rahardja,
1968 dalam Wijaya, 2010)
3. Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis, protozoa,
jamur).
b. Infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti karena penyakit :
OMA, tonsilitis, bronkopneumonia, dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi :
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.

2
4. Faktor psikologis : rasa takut ,cemas,dan ketegangan dapat memicu
peningkatan peristaltik usus sehingga mengakibatkan diare

D. Tanda dan Gejala


a. Konstipasi: feses keras dan kering
b. Diare: adanya fese lunak didalam rektum. Feses cair, defekasi lebih dari 3 dalam
waktu 24 jam.
Diare terjadi dalam kurun waktu kurang atau sama dengan 15 hari disertai dengan
demam, nyeri abdomen dan muntah. Jika diare berat dapat disertai dehidrasi.
Muntah-muntah hampir selalu disertai diare akut, baik yang disebabkan bakteri
atau virus V. Cholerae. E. Coli patogen dan virus biasanya menyebabkan watery
diarrhea sedangkan campylobacter dan amoeba menyebabkan bloody diarrhea
(Manson’s, 1996).
Gambaran klinis diare akut yang disebabkan infeksi dapat disertai dengan muntah,
demam, hematosechia, berak-berak, nyeri perut sampai kram(Triadmodjo, 1993).
Karena kehilngan cairan maka penderita merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah/ mulut kering, tulang pipi menonjol, turgor berkurang, suara serak.
Akibat asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan cepat,
gangguan kardiovaskuler berupa nadi yang cepat tekanan darah menurun, pucat,
akral dingin kadang-kadang sianosis, aritmia jantung karena gangguan elektrolit,
anura sampai gagal ginjal akut(Sudigbya, 1992; Triadmodjo, 1993).
Gejala diare akut dapat dibagi dalam 3 fase, yaitu :
a. Fase prodromal (sindroma pra-diare) : pasien mengeluh penuh di abdomen,
nausea, vomitus, berkeringat dan sakit kepala (Kolopaking, 2002; Joan et
al,. 1998).
b. Fase diare : pasien mengeluh diare dengan komplikasi (dehidrasi, asidosis,
syok, dan lain-lain), kolik abdomen, kejang dengan atau tanpa demam, sakit
kepala (Kolopaking, 2002; Joan et al,. 1998).
c. Fase pemulihan : gejala diare dan kolik abdomen berkurang, disertai fatigue.
(Kolopaking, 2002; Joan et al,. 1998).

3
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Diare bisa disebabkan karena kegagalan absorbsi cairan osmotik pada lumen usus,
penyakit mukosa difus absorbsi, gangguan integritas lapisan mukosa akibat infeksi
virus, salmonella, giardia, dan dismotilitas usus karena gangguan endokrin atau
saraf.
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi sebagai berikut:
1) Osmolaritas
intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik;
2) sekresi cairan dan elektrolit meninggi,
disebut diare sekretorik;
3) malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak;
4) Defek sistem
pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di enterosit;
5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
6) gangguan permeabilitas usus;
7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;
8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (Setiawan, 2006).

4
FAKTOR FAKTOR FAKTOR FAKTOR
INFEKSI MALABSORBSI MAKANAN PSIKOLOGI

masuk dan meningkatkan tek. toksin tidak dapat cemas


berkembang usus osmosis diserap

hipereksresi air pergeseran air dan


hiperperistaltik
dan elektrolit elektrolit ke rongga
usus

menurutnnya
kesempatan usus
menyerap makanan

DIARE

Distensi abdomen
NYERI

frekuensi bab MUAL


meningkat

Nafsu makan menurun

Kehilangan cairan aktif

Perununan BB

HIPOVOLEMIA
5
DEFISIT NUTRISI
F. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi
A. Agen antimikroba

Agen antimikroba dapat mengurangi resiko komplikasi berkepanjangan dan


kambuhan pada Salmonella nontyphoid gangguan gastrointestinal seperti diare
(Villar dkk, 2015).

B. Agen Antidiarrheal

Obat antidiarrheal tidak dianjurkan untuk penggunaan rutin karena risiko efek
sampingnya. Agen antimotilitas, seperti loperamida, diketahui menyebabkan opiat-
induksi ileus, kantuk, dan mual pada anak-anak di bawah umur 3 tahun. Sebaliknya,
agen seperti bismuth subsalicylate telah menunjukkan khasiat terbatas dalam
mengobati diare akut pada anak-anak. Namun, obat tersebut masih dalam tahap
perbaikan yaitu dengan cara melakukan penelitian khasiat dan keamanannya(Villar
dkk, 2015).

C. Agen antiemetik

Obat antiemetik digunakan untuk meringankan atau mengurangi gejala muntah agar
mencegah dehidrasi ke tingkat yang lebih lanjut. Generasi lama antiemetik seperti
prometazin, turunan fenotiazin dengan antihistamin dan aktivitas antikolinergik,
telah ditemukan kurang efektif dalam mengurangi emesis. Metoklopramid, turunan
procainamide yang merupakan dopamin antagonis reseptor, telah terbukti lebih
banyak efektif daripada plasebo, namun laju reaksi ekstrapiramidal dilaporkan
berhubungan dengan penggunaannya hingga 25% (Villar dkk, 2015).

D. Terapi Zinc Tambahan

Zinc adalah mikronutrien penting yang melindungi sel dari cedera oksidatif. Dalam
kasus diare akut atau kronis, Ada penurunan Zinc yang signifikan akibat
bertambahnya keluaran usus. Beberapa uji klinis dilakukan di negara-negara
berkembang di mana prevalensi defisiensi Zinc tinggi mengungkapkan manfaat
potensial dari terapi Zinc bersamaan dengan terapi ORS (Oral Rehydration

6
Solution). Zinc dapat memperbaiki penyerapan air dan elektrolit. Studi
membandingkan suplemen Zinc dengan plasebo telah mengungkapkan
pengurangan frekuensi tinja dan memperpendek durasi diare. Tambahan Zinc ke
ORS sekarang direkomendasikan oleh WHO dan United Nation's Children's Fund
di seluruh dunia untuk pengobatan penyakit diare pada anak-anak (Villar dkk,
2015).

E. Prebiotik

Probiotik adalah mikroorganisme yang hidup dalam makanan fermentasi yang


berpotensi menguntungkan tuan rumah dengan mempromosikan keseimbangan di
flora usus. Studi eksperimen membuktikan bahwa L rhamnosus GG dalam
pengobatan diare akut menular dapat mengurangi durasi diare hingga 1 hari (Villar
dkk, 2015).

2. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu (Trissilowati, 2014) :


a) Anamnesa Infeksi, toksin mikroba, mediatormediator inflamasi, reaksi imun
Monosit/ makrofag, sel endotelial, lain-lain

Pasien dengan diare akut infektif pada umumnya mengalami keluhan khas yaitu
mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan feses yang sering, busa dalam feses,
malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri yang menyebabkan (Simadibrata K
et al., 2009). Diare dapat dicurigai apabila terjadi perubahan tiba-tiba pada
konsistensi feses, biasanya feses menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang terjadi
tiba-tiba. Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan kebanyakan
berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung selama 1-2 hari, dan
kebanyakan berhenti dalam 3 hari. Hal yang harus ditanyakan kepada pasien yaitu
kapan kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare akut dan/atau
muntah, Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui (mungkin dari
makanan atau air yang terkontaminasi), dan sebelumnya pernah melakukan
perjalanan atau bepergian.

a) Pemeriksaan fisik

7
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai dengan menilai perubahan
pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan
abdomen yang seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan (Simadibrata
K et al., 2009). Selain pemeriksaan abdomen, juga harus dilakukan pemerksaan
feses. Pemeriksaan feses yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan
kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa. Karkteristik hasil pemeriksaan feces
sebagai berikut :
a) feses berwarna pekat" putih kemungkinan disebabkan karena adanya pigmen
empedu
b) feses berwarna hitam disebabkan karena efek dari obat dan diet tiggi buah
merah dan sayur hjau tua seperti bayam
c) feses berwarna pucat disebabkan karena malabsorbsi lemak, diet tnggi susu
d) feses berwarna orage atau hijau disebabkan karena infeksi usus
e) feses cair dan berlendir disebabkan karena diare yang penyebabnyaadalah
bakteri
f) feses seperti tepung berwarna utih disebabkan karena diare yangpenyebabnya
adalah virus
g) feses seperti ampas disebabkan karena diare yang penyebabnya dalah
parasite.
h) feses yang didalamnya terdapat unsur pus atau mucus disebabkankarena
bakteri, darah jika terjadi peradangan usus, terdapat lemak dalam feses jika
disebabkan krena malabsorbsi lemak dalam usus halus.
b) Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)

Pemeriksaan darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit terutama K dan
P serum pada diare yang disertai kejang, anemia hipokronik, kadang malnutrisi,
malabsorbsi tekanan fungsi sumsum tulang, proses inflamasi kronis, dan
peningkatan sel-sel darah putih. Pemeriksaan elektrolit tubuh juga diperlukan untuk
mengetahui kadar (atrium, kalim, kalsium karbonat). Pemeriksaan kadar ureum

8
untuk mengetahui faal ginjal. jika terjadi gangguan faal ginjal maka kadar ureum
dan creatinin akan meingkat.

G. Penatalaksanaan Keperawatan
1) PENGKAJIAN
a. Pengkajian Identitas Pasien
b. Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medis
Diare Akut
2. Keluhan utama
Nyeri perut
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya pasien dengan penyakit diare akan merasakan lemas, nyeri perut.
Biasanya pasien masuk rumah sakit karena dehidrasi berat akibat mual, muntah
dan diare berkepanjangan.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Pasien pernah menderita diare, dan dibiarkan hingga infeksi bisa menyebar ke
saluran gastrointestinal yang lainnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
c. Pengkajian Pola Gordon

No Pola Gordon Komponen Pengkajian


1 Pola persepsi dan Pada umumnya penderita diare mengalami nyeri pada
pemeliharaan bagian abdomen dan mencari solusi / penawar nyeri,
kesehatan bisa dalam bentuk obat analgesik dan diare. biasanya
jika pasien sudah merasakan lemas (dehidrasi berat)
karena diare yang berkepanjangan, barulah pasien
memeriksakan kesehatannya ke Rumah sakit.
2 Pola nutrisi dan Pada umumnya, klien penderita diare mengalami
metabolisme penurunan nafsu makan karena mual dan muntah dan.
pasien takut jika sering makan maka diare akan
bertambah parah.
3 Pola eliminasi a. Kebiasaan pola buang air besar :frekuensi, jumlah
(cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan
mengontrol BAB, pengggunaan obat-obatan untuk

9
melancarkan BAB, adanya perubahan lain, ada
darah dalam feces dan di rektum.
b. Data pemeriksaan fisik yang berhubungan
(abdomen, rektum, danusus)
Pada umumnya, klien penderita diare yang sudah
komplikasi akan mengalami dehidrasi dan nyeri
abdomen
4 Pola aktivitas dan Pola aktivitas dan latihan klien penderita diare
latihan terganggu karena mereka mengalami dehidrasi (lemas),
dan mual muntah sehingga kekurangan tenaga untuk
beraktivitas. Klien biasanya memilih untuk istirahat.
5 Pola tidur dan Penderita diare pada umumnya mengalami gangguan
istirahat pola tidur dikarenakan merasakan nyeri yang hebat di
bagian abdomen. pada malam hari atau dini hari
penderita sering terbangun karena merasakan nyeri dan
diare (mencret) di tempat tidur.
6 Pola Kognitif dan Pada umumnya klien penderita diare tidak mengalami
konseptual gangguan kognitif dan konseptual.
7 Pola persepsi diri Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri,
frustasi, depresi, murung, tidak mau berinteraksi). Pada
klien dengan diare, biasanya klien mengalami depresi,
murung, frustasi terutama dengan klien yang menderita
imunosupresi karena mereka merasa sudah tidak punya
harapan hidup lagi.
8 Pola peran dan Pola peran klien penderita diare terganggu karena klien
hubungan penderita diare lemas dan tidak berdaya untuk
beraktivitas. Sehingga peran di keluarga dan
masyarakat juga akan terganggu.
9 Pola seksualitas Pola seksualitas dan reproduksi klien terganggu. Pada
dan reproduksi umumnya mereka merasa lemas dan letih karena
dehidrasi sehingga tidak bergairah terhadap seksualitas
mereka.
10 Pola toleransi Cara pasien merespon nyeri ada yang diam, merintih,
coping- stress ataupun menangis.
11 Pola tata nilai dan Aktivitas keagamaan pasien terganggu karena kondisi
kepercayaan pasien yang lemah dan memaksa pasien untuk bedrest.
Tetapi masih ada beberapa ibadah yang bisa dilakukan
klien di atas tempat tidur.

d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan setelah pengumpulan riwayat kesehatan.
Gunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pengkajian fisik harus
dilakukan secara komprehensif.

10
1. Keadaan Umum :
Keadaan umum : Keadaan umum pasien diare yaitu lemas, tampak berbaring,
kesadaran kompos mentis GCS 4,5,6. Tetapi jika klien mengalami dehidrasi dengan
derajat parah maka dapat dimungkinkan klien mengalami penurunan kesadaran.
Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : tekanan darah pada penderita diare hipotensi (<90
mmHg)
2. Nadi : >80 x/menit (Takikardi) karena pasien diare
merasakan nyeri (nyeri termasuk salah satu yang bisa memicu takikardi)
3. Respirasi : >24 x/menit (Takipneu), karena biasanya penderita
diare akan mengalami kecemasan (karena meraasakan nyeri), dan frekuensi
nafasnya meningkat
4. Suhu : >37,5 0C (Hipertermia, karena pada umumnya
penderita diare akan mengalami demam tinggi akibat infeksi bakteri, virus
atau parasit)

2.Head to toe :
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi : nyeri tekan dikepala.
b. Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : nyeri tekan di wajah.
c. Mata
Inspeksi : bola mata cekung, konjungtiva anemis
Palpasi : nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa
Sclera
d. Hidung :
Inspeksi : bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret
palpasi : nyeri tekan pada hidung
e. Mulut :

11
Inspeksi : biasanya bibir penderita diare kondisinya kering karena pasien
merasa mual dan muntah, dehidrasi sehingga kurang asupan cairan dan
nutrisi
Palpasi : nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi
f. Leher
Inspksi : bentuk leher, warna kulit pada leher
Palpasi : nyeri tekan pada leher.
g. Dada
Inspeksi : bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi : pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri
tekan.
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi : bunyi paru dan suara napas
h. Payudara dan ketiak
Inspeksi : bentuk, benjolan
Palpasi : ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
i. Abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen cekung.
Auskultasi : bising usus lebih dari normal.
Palpasi : jika abdomen ditekan, biasanya penderita diare akan merasakan
nyeri.
j. Genitalia
Inspeksi : bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut
kelamin,benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada alat kelamin
k. Integumen
Inspeksi : warna kulit pucat atau berbintik-bintik
Palpasi : nyeri tekan pada kulit abdomen, turgor kulit menurun
l. Ekstremitas
Palpasi : CRT > 3 detik, pasien beresiko syok
Ekstremitas dingin

12
2) Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Hipovolemia yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yang
ditandai dengan Frekuensi nadi meningkat, Nadi terasa lemah, Tekanan
darah menurun, Tekanan nadi menyempit, Turgor kulit menurun, Membran
mukosa kering, Volume urine menurun, Hematokrit meningkat
2. Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen cedera fisiologis yang ditandai
dengan Mengeluh nyeri, Tampak meringis, Bersikap protektif, Gelisah,
Frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur, Diaforesis
3. Diare yang berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal yang ditandai
dengan Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, Feses lembek atau cair,
Nyeri abdomen, Frekuensi peristaltik meningkat, Bising usus hiperaktif.
4. Mual yang berhubungan dengan iritasi lambung yang ditandai dengan
mengeluh mual, merasa ingin muntah, tidak berniat makan
5. Defisit nutrisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nurien yang ditandai dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan
menurun, bising usus hiperaktif, diare

3) Intervensi Keperawatan

13
2
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Paraf
1. 1. observasi dini
cairan input dan
1.03116 Manajemen Hipovolemia output untuk
(Hipovolemia)
Definisi: mengidentifikasi dan mencegah
yang Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 mengelola penuaian volume cairan terjadinya
berhubungan jam, kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi intravaskuler hipovolemia
dengan dengan kriteria hasil : karena pasien diare
kehilangan Tindakan
L.03028. Status Cairan kelihangan cairan
cairan aktif Definisi ketersediaan air yang cukup dalam aktif
yang ditandai kompartemen intraseluler dan ekstraseluler 1. observasi
2. menghitung
dengan tubuh - 1. periksa tanda gejala hipovolemia
kebutuhan cairan
Frekuensi nadi - monitor intake dan output cairan
Indikator Skala Ket pasien agar
meningkat, 2. terapeutik
Awal Akhir Skala mengetahui jumlah
Nadi terasa - 2. hitung kebutuhan cairan
Turgor 1 3 1: cairan yang
lemah, - 3. berikan posisi modifies
kulit menurun/ dibutuhkan
Tekanan darah trendelenburg
Membran 2 4 memburu 3. pasien diposisikan
menurun, - 4. Berikan asupan cairan oral
mukosa k trendelenburg agar
Tekanan nadi 3. edukasi
lembab 2 : cukup aliran darah ke otak
menyempit, - 1. anjurkan memperbanyak asupan
Intake 2 4 menurun/ bisa lancar dan
Turgor kulit cairan oral
cairan memburu untuk mencegah
menurun, - 2. Anjurkan menghindari perubahan
Bola mata 1 4 k syok hipovolemia
Membran posisi mendadak
cekung 3 : sedang 4. memberikan
mukosa kering,
dan lunak 4 : cukup asupan cairan oral
Volume urine 4. kolaborasi
Diare 3 5 membaik untuk mengganti
menurun, - 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
5: cairan yang hilang
Hematokrit isotonis, atau hipotonis, koloid dan
membaik bersama feces
meningkat pemberian produk darah
5. memberikan cairan
isotonis untuk
meengganti cairan
pasien yang hilang

14
2. 1.08238 Manajemen Nyeri 1. Mengidentifikasi
Kriteria hasil: Definisi : mengidentifikasi dan P, Q, R, S, T nyeri
mengelola pengalaman sesnorik atau untuk mengetahui
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 emosional yang berkaitan dengan penyebab nyeri,
jam klien dapat mengontrol nyeri dengan kerusakan jaringan atau fungsional agar nyeri segera
Nyeri Akut baik.
dengan onset mendadak atau lambat diatasi
yang
dan berintensitas ringan hingga berat 2. Mengidentifikasi
berhubungan L.080066. Tingkat Nyeri
dan konstan pengetahuan dan
dengan agen
Definisi: pengaalaman sensorik atau keyakinan pasien
cedera
emosional yang berkaitan dengan kerusakan 1. observasi terhadap nyeri
fisiologis yang
jaringan aktual dan fungsional, dengan onset6. 1. identifikasi lokasi, karakteristik, penting karena
ditandai
mendadak atau lambat dan berintensitas durasi, frekuensi, kualitas, intensitas untuk
dengan
ringan hingga berat nyeri mengidentifikasi
Mengeluh
7. 2. identifikasi skala nyeri perilaku atau
nyeri, Tampak Indikator Skala Ket 8. 3. identifikasi respon nyeri non verbal persepsi pasien
meringis, Awal Akhir Skala 9. 4. identifikasi faktor yang setelah
Bersikap Keluhan 1 3 1: memperberat dan memperingan nyeri mengalami nyeri
protektif, nyeri meningka 10. 5. identifikasi pengetahuan dan 3. Kualitas hidup
Gelisah, meringis t2: keyakinan nyeri pasien penting
Frekuensi nadi Sikap 2 4 cukup 11. 6. identifikasi pengaruh nyeri dengan diidentifikasi
meningkat, protektif meningka kualitas hidup karena nyeri bisa
Sulit tidur, gelisah t 12. 7. monitor keberhasilan terapi menurunkan
Diaforesis Mual 2 4 3 : sedang komplementer yang sudah diberikan kualitas hidup
Berfokus 1 4 4 : cukup 13. 8. Monitor efek samping penggunaan pasien
pada diri menurun analgetik 4. mengatasi nyeri
sendiri 5: 2. terapeutik dengan non
menurun 14. 1. berikan teknik nonfarmakologis farmakologi untuk
untuk mengurangi nyeri meminimalisir

15
15. 2. kontrol lingkungan yang efek samping
memperberat rasa nyeri penggunaan obat
16. 3. fasilitasi istirahat dan tidur analgetik, karena
17. 4. Pertimbangkan jenis dan sumber teknik
nyeri dalam pemilihan strategi nonfarmakologis
meredakan nyeri lebih aman
3. edukasi 5. mengajarkan
18. 1. jelaskan penyebab, periode dan teknik non
pemicu nyeri farmakologis
19. 2. jelaskan strategi meredakan nyeri untuk mengatasi
20. anjurkan memonitor nyeri secra nyeri agar mudah
mandiri dilakukan pasien
21. 3. anjurkan menggunakan analgetik sendiri
secara cepat 6. memberikan
4. kolaborasi analgesik jika
22. 1. kolaborasi pemberian analgetik jika pasien butuh
perlu ditangani segera
dan jika tidak ada
efek penanganan
nonfarmakologis
3. Diare yang Setelah dilakukan perawatan selama 1.3101
3x24 Manajemen Diare
berhubungan jam, pasien dapat bab dengan normal dengan Definisi : mengidentifikasi dan
dengan kriteria hasil : mengelola diare dan dampaknya 1. Mengetahui
inflamasi L04033. Eliminasi Fekal Tindakan apakah pasien
gastrointestinal Definisi : proses defekasi normal yang 1. Observasi beresiko
yang ditandai disertai dengan pengeluaran feses mudah dan
7. 1. Identifikasi penyebab diare mengalami
dengan konsistensi, frekuensi serta bentuk feces 8. 2. Monitor warna, volume, frekuensi hipovolemi
Defekasi lebih normal dan konsistensi tinja

16
dari tiga kali Indikator Skala Ket 9. 3. Monitor tanda gejala hipovolemia 16. 2. Memberikan makan
dalam 24 jam, Awal Akhir Skala 2. Terapeutik porsii kecil dan
Feses lembek Konsistens 1 3 1: 10. 1. Berikan asupan cairan oral asupan cairan sangat
atau cair, Nyeri i feces memburu 11. 2. Pasang jalur IV penting karena untuk
abdomen, Frekuensi 2 4 k 12. 3. Ambil sampel darah dan feces untuk mengganti cairan dan
Frekuensi defekasi 2 : cukup pemeriksaan lebih lanjut nutrisi yang hilang
peristaltik Peristaltik 2 4 memburu 3. Edukasi
meningkat, usus k 13. 1. Anjurkan makan porsi kecil dan
Bising usus Nyeri pada 1 4 3 : sedang sering secara bertahap
hiperaktif. saat BAB 4 : cukup 14. 2. Anjurkan menghindari makanan
membaik pembentuk gas, pedas dan
5: mengandung laktosa
membaik 4. Kolaborasi
15. 3. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas, spasmolitik dan obat
pengeras feces
4 Mual yang Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 30. 1. Mengidentifikasi
berhubungan jam, mual pada pasien dapat diatasi dengan 1.03117 Manajemen Mual penyebab mual agar
kriteria hasil. Definisi : mengidentifikasi dan bisa segera diatasi
dengan iritasi
L. 08065. Tingkat nausea mengelola perasaan tidak enak pada 31. 2. Memperhatikan
lambung yang
bagian tenggorokan atau lambung faktor lingkungan
ditandai
yang dapat menyebabkan muntah sekitar sangat penting
dengan Indikator Skala Ket
Tindakan karena lingkungan
mengeluh Awal Akhir Skala
1. Observasi rumah sakit dapat
mual, merasa Keluhan 2 4 1:
17. 1. Identifikasi pengalaman mual dimungkinkan
ingin muntah, mual meningka
18. 2. Identifikasi dampak mual pada menyebabkan pasien
tidak berniat Perasaan 2 4 t
kualitas hidup mengalami mual
makan ingin
19. 3. Identifikasi faktor penyebab mual
muntah

17
Perasaan 2 4 2 : cukup 20. 4. Identifikasi antiemetik untuk 32. 3. Istirahat bisa
asam di meningka mencegah mual mengurangi mual
mulut t 21. 5. Monitor mual 33. 4. Teknik
Frkuensi 1 5 3 : sedang 22. 6. Monitor asupan nutisi dan kalori nonfarmakologis
menelan 4 : cukup 2. Terapeutik seperti tarik nafas
menurun 23. 1. Kendalikan faktor lingkungan dalam atau relaksasi
5: penyebab mual bisa diterapkan untuk
menurun 24. 2. Berikan makanan dalam jumlah mengurangi mual
kecil dan menarik karena kecemasan
25. 3. Berikan makanan dingin, cairan 34. 5. Antiemetik sangat
bening, tidak berbau dan tidak diperlukan jika pasien
bewarna sudah dalam keadaan
3. Edukasi parah
26. 1. Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup
27. 2. Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
28. 3. Anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologis
4. Kolaborasi
29. 1. Kolaborasi pemberian antiemetik
5 Defisit nutrisi Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 37. 1. Pemenuhan nutrisi
1.03119 Manajemen Nutrisi
yang jam klien dalam status nutrisi yang adekuat pada penderita diare
Definisi : mengidentifikasi dan
berhubungan dengan kriteria hasil : sangat penting agar
mengelola asupan nutrisi yang
dengan L. 03030 Status Nutrisi diare bisa segera
seimbang
ketidakmampu Definisi: ketidakadekuatan asupan nutrisi teratasi
Tindakan
an untuk memenuhi kebutuhan metabolisme 38. 2. Pola diet pada
1. Observasi
mengabsorbsi Indikator Skala pasien diare adalah
35. 1. Identifikasi makanan yang disukai,

18
nutrien yang Awal Akhir Ket kebutuhan kalori dan jenis nutrien makan sedikit tapi
ditandai Skala 36. 2. Monitor asupan makanan dan hasil sering
dengan berat Perasaan 2 4 1: lab 39. 3. Makan dengan
badan cepat meningka 2. Terapeutik posisi duduk untuk
menurun kenyang t 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet memudahkan
minimal 10% Nyeri 2 4 2 : cukup 3. Edukasi mencerna makanan
di vawah abdomen meningka 1. Anjurkan posisi duduk jika mampu dan mencegah mual
rentang ideal, Diare 2 4 t 2. Ajarkan diet yang diprogramkan muntah
cepat kenyang 3 : sedang 4. Kolaborasi
setelah makan, 4 : cukup 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nyeri menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
abdomen, 5: nutrien yang dibutuhkan
nafsu makan menurun
menurun dan
diare

19
H. Discharge Planning
1. Identitas
Diisi identitas pasien. Tanggal MRS dan KRS, nomor RM, alamat, tangga; lahir
dan penanggungjawab pasien
2. Diagnosa utama dan sekunder
Diisi diagnosa utama yang ditegakkan yaitu GEA dan diagnosa sekunder pada saat
MRS
3. Data saat pasien pulang
Diisi data terakhir sebelum pasien KRS
4. Berat badan MRS dan KRS
Diisi berat badan saat MRS dan saat terakhir sebelum KRS
5. Tanda-tanda vital
Diisi tanda-tanda vital pasien sebelum KRS
6. Diet saat dirawat
Diet saat di rumah sakit untuk acuan konsumsi makanan
7. Obat selama di rumah sakit dan di rumah
Diisi catatan obat yang telah diberikan dan yang akan diberikan kepada pasien saat
krs
8. Hasil laboratorium
Diisi hasil lab saat mrs dan hasil lab terakhir sebelum krs
9. Penyuluhan kesehatan
a. Edukasi pembuatan cairan oralit untuk mengatasi kekurangan volume cairan
jika masih diare di rumah
b. Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering
c. Anjurkan untuk memenuhi kebutuhan cairan dengan cara minum setiap hari 2
liter air
d. Menjaga kebershan alat-alat makanan, bahan makanan, makanan
e. Anjurkan makan tepat waktu 3x sehari
10. Kontrol : diisi jadwal kontrol pasien setelah KRS
I. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practice in nursing

20
Diare membutuhkan penangananyang cepat dan tidak bisa dianggap mudah.
Penderita diare membutuhkan pemberian cairan mengandung elektrolit untuk
mencegah dehidrasi. Penanganan yang mudah dilakukan di rumah adalah
pembuatan oralit. Penatalaksanaan lain yang bisa dilakukan adalah penatalaksanaan
farmakologis yaitu mengkonsumsi obat diare dan antibiotik. Antibiotika tidak efektif
melawan kebanyakan organisme yang menyebabkan diare, jarang membantu dan dalam
jangka panjang dapat membuat beberapa orang lebih sakit. Penggunaan yang sembarangan
bisa meningkatkan resistensi beberapa organisme penyebab penyakit terhadap antibiotika.
Dalam dunia keperawatan, telah lama dikenal teknik massage. Teknik massage
ini telah menjadi bagian dari independen intervensi keperawatan. Tetapi saat ini,
sudah jarang dibahas dan diterapkan dalam asuhan keperawatan karena kurangnya
pengetahuan akan fungsi, teknik dan penggunaan dari massage. Salah satu teknik
massage adalah Akupresure. Akupresure adalah suatu teknik dengan menggunakan
ketrampilan tangan untuk melakukan presure melalui titik akupresure yang terdapat
dipermukaan tubuh. Teknik ini amat efisien dan relative cukup aman karena tidak
melakukan invasive/melukai kulit tubuh. Titik titik akupunktur ini merangsang
sirkulasi energi dan peredaran darah pada seluruh tubuh sehingga bermanfaat untuk
mengatasi berbagai gangguan yang bersifat akut maupun kronis. Penelitian yang
dilakukan oleh Saudin dan Nadhif (2017) membuktikan bahwa terdapat perbedaan
pengaruh intervensi pada kelompok kontrol dan kasus. Hal itu membuktikan bahwa
akupresure efektif bisa mengurangi gejala diare. Oleh karena itu, akupresure bisa
menjadi salah satu alternatif yang bisa diterapkan untuk pasien diare.

J. EVALUASI

21
Secara umum klien dengan gangguan eliminasi : Diare terdapat beberapa
masalah keperawatan yang dialami yaitu hipovolemia, nyeri, diare, mual, dan
defisit nutrisi. Beberapa permasalahan tersebut harus segera diatasi oleh
perawat terutama masalah yang paling diprioritaskan yaitu hipovolemia. Setiap
hari dan setiap pergantian shift, perawat harus mengevaluasi kondisi pasien dan
mendokumentasikan secara SOAP (subyektif, obyektif, analisa, planning).
Evaluasi meliputi evaluasi subyektif (apa yang dirasakan pasien), evaluasi
obyektif (apa yang diamati perawat), dan Analisa (masalah keperawatan sudah
teratasi apa belum) , dan Intervensi (intervensi apa yang perlu dilanjutkan atau
sudah harus dihentikan). Masalah keperawatan pada pasien dengan gangguan
eliminasi : diare teratasi apabila menunjukkan kriteria hasil frekuensi bab
kembali normal (<3 kali dalam sehari), konsistensi feces juga normal (padat),
warna feces normal (kuning kecoklatan), bising usus normal (5-30x per menit),
kebutuhan cairan klien terpenuhi (balance cairan), tidak ada mual dan nyeri,
serta kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Adyanasti, F. (2012). Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Data dan Informasi Kesehatan Situasi Diare di Indonesia. [serial
online] http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
diare.pdf. Diakses pada 3 september 2019.

Khair, M. 2016. Konsep Kebutuhan Eliminasi.


https://www.scribd.com/document/361638086/KONSEP-KEBUTUHAN-ELIMINASI-pdf.
[Diakses pada 3 september 2019].

Kasiati dan Rosmalawati, N.W.D. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kebutuhan-dasar-
manusia-komprehensif.pdf. [Diakses pada 3 september 2019].

Mujahidin, I. 2017. Laporan Pendahuluan Eliminasi. https://dokumensaya.com/download/laporan-


pendahuluan-eliminasi-j_588c3f096454a7d14435c309_pdf [Diakses pada 3 september 2019].

Faiz, omar., dan david movat. 2004. At a Glance Anatomi. Jakarta : Erlangga
MMWR-CDC. (2003). Managing Acute Gastroenteritis Among Children
NSW Goverment Health. (2014). Infants and Children: Management of Acute Gastroenteritis, Fourth
Edition. [serial online]
http://www1.health.nsw.gov.au/pds/ActivePDSDocuments/GL2014_024.pdf. diakses pada
tanggal 2 September 2019.
Oral Rehydration, Maintenance, and Nutritional Therapy. [Serial online]
https://www.cdc.gov/mmwr/pdf/rr/rr5216.pdf. diakses pada tanggal 2 September 2019
Pujiarto, Purnawati S. (2014). Gastroenteritis Akut (GEA) pada anak. [serial online].
http://www.inhealth.co.id/uploads/IH%20Gazette%20edisi%20Des14-
Mar15%20%28ok%29.pdf. Diakses pada tanggal 2 September 2019
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI:Jakarta.

Safe Food. (2017). Guide to Assessment and Management of Acute Gastroenteritis in Primary Care.
[serial online].
http://www.safefood.eu/SafeFood/media/SafeFoodLibrary/Documents/Publications/Researc
h%20Reports/Assesment_Tool.pdf. diakses pada tanggal 2 September 2019
Saudin, didik dan Akhmad Nadhif. 2017. pengaruh akupresure terhadap berhentinya diare pada anak.
Fakultas Keperawatan Universitas Darul Ulum Jombang : Jombang.
Simadibrata M, Sudoyo AW, Setiohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
5., Jakarta: Interna., 2009:1035-37.
Trissilowati, Aulia D. (2014). Pemeriksaan Penunjang GEA. [Serial online]
https://id.scribd.com/document/348987168/Pemeriksaan-Diagnostik-Gastroenteritis. diakses
pada tanggal 2 September 2019

FKEP UNEJ 2019 25


Villar, Deise Granado-., De Sautu, Beatriz Cunill-., Granados, Andrea. (2015). Acute Gastroenteritis.
[serial online] http://www.nmhs.net/documents/6DehydrationRefArticle6.pdf. diakses pada
tanggal 2 September 2019
Wijaya, A. A. (2010). Diare pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2009.

Yanih, S. candra I., & Noveliani, D. R. (2017). Pemantauan Terapi Obat pada Pasien GEA di Ruang
Rawat Inap di Rumah Sakit dr.Suyoto Pusrehab Kemhan, 2(1), 92–97.
Zein, U., Sagala, K. H., & Ginting, J. (2004). Diare Akut disebabkan Bakteri, 1–15.

FKEP UNEJ 2019 26


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Zumrotul Farikhah

NIM : 192311101043

Tempat Pengkajian : Ruang Teratai

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

I. Identitas Klien

Nama : Tn. S No. RM : 070xxx

Umur : 41 tahun Pekerjaan : TNI

Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam Tanggal MRS : 2 September 2019 Jam


:10.00 WIB

Pendidikan : SMK Tanggal Pengkajian : 2 September 2019 Jam


:14.30 WIB

Alamat : Magetan Sumber Informasi : Tn. S

II. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosa Medik:
GEA + OBS VOMITING

2. Keluhan Utama:
Pasien mengeluh diare, BAB Cair + ampas sejak pagi jam 03.00 WIB

3. Riwayat penyakit sekarang:

FKEP UNEJ 2019 27


Pada tanggal 1 september 2019 pasien minum kacang hijau di tempat pelatihan TNI
(SECABA). Setelah itu pasien mengaku sulit untuk BAB. Akhirnya pasien memutuskan
untuk membeli larutan dan vit C, namun pada saat malam hari hingga dini hari pasien
mengalami diare dan pasien dalam keadaan lemah. Karena merasa lemah, pasien
dibawa ke klinik SECABA. Namun, tak kunjung membaik akhirnya pasien dirujuk ke RS
DKT pada pukul 10.00 WIB.

4. Riwayat kesehatan terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami:
Tn. S mengatakan sering mengalami diare sebelumnya, pernah menderita gejala
ambeyen (konstipasi) dan penyakit asam lambung naik.
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
pasien tidak memiliki alergi obat dan plester, tetapi memiliki alergi telur jika terlalu
banyak makan telur.
c. Imunisasi: tidak terkaji
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
pasien tidak merokok. Pasien merupakan anggota TNI yang sedang menempuh
pendidikan sehingga aktivitas kesehariannya adalah lari, membersihkan tempat-tempat
tertentu di markas dan belajar di ruang kelas.
e. Obat-obat yang digunakan:
paracetamol, obat imodim
5. Riwayat penyakit keluarga:
Istri dan anak pernah menderuta demam berdarah
Genogram:

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
// : Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
z : Anak kembar
z : Pasien
z : Meninggal
z : Tinggal serumah
z
z
z
III. PengkajianzKeperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Menurut pasien, kesehatan dan pemeliharaan kesehatan sangat penting untuk dijaga. Biasanya
saat sedang sakit, pasien akan memeriksakan kesehatannya ke bidan terdekat di rumah. Pasien
mengalami nyeri pada bagian abdomen dan mencari solusi / penawar nyeri, bisa dalam bentuk
obat analgesik dan diare. Awalnya pasien mengatasi masalah kesehatannya dengan cara
membeli obat di apotek, tetapi tidak ada perkembangan. Akhirnya, pasien sudah merasakan
lemah karena diare sehingga pasien memeriksakan kesehatannya ke Rumah sakit.

FKEP UNEJ 2019 28


Interpretasi : pemahaman pasien mengenai kesehatan sudah baik, dan tidak ada
gangguan dalam persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Antropometry :
BB : 75 Kg
TB : 167 cm
IMT : 26,9
Interpretasi :
Berdasarkan rumus IMT status nutrisi pasien / IMT pasien dalam kategori overweight
Biomedical sign :
Leukosit 11.390
Interpretasi : leukosit melebihi normal
Clinical Sign :
Reaksi pupil kiri-kanan ada
Reflek cahaya kiri-kanan ada
Pasien tampak lemas
Akral hangat
Mukosa bibir kering
Bising usus hiperperistaltik 35 x/menit
CRT <3 detik

Interpretasi :
Pasien tampak lemas karena merasakan nyeri dan sering BAB Ke kamar mandi
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):

Pola makan Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Frekuensi 3x sehari 2x sehari
Jenis makanan Nasi putih, sayur, ikan bubur
Jumlah 1 piring ½ piring
snack Buah-buahan seperti -
semangka, pisangm teh
dan susu
Interpretasi :
Ada gangguan dalam pemenuhan nutrisi klien, terdapat penurunan asupan nutrisi jika
dibandingkan saat sakit dan sebelum sakit.

3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)


BAK Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Frekuensi 6-8 kali 6-8 kali
Jumlah 1500 cc 1000 cc
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Bau Khas urine Khas urine

FKEP UNEJ 2019 29


Karakter Cair Cair
BJ
Alat bantu - -
Kemandirian Mandiri mandiri
(mandiri/dibantu)
Lainnya
Interpretasi:
Tidak ada gangguan dalam kebutuhan eliminasi urine pasien

BAB Sebelum sakit Saat di rumah sakit


Frekuensi 1x sehari 6x sehari
Jumlah 200 cc 600 cc
Warna Kuning kecoklatan Kuning dan putih ada ampas
Bau Khas feces Khas feces
Karakter lembek cair
Alat bantu Tidak ada Tidak ada
Kemandirian mandiri Mandiri
(mandiri/dibantu)
Lainnya
Interpretasi:
Pola eliminasi fekal pasien mengalami gangguan karena BAB pasien lebih dari 3x
sehari
Balance cairan = intake cairan – output cairan
= (infus+minuman+injeksi+makanan)-(feces+IWL+urin)
= (1500+1200+40+50)-(600+1125+1500)
= 2790-2725
= 65
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Pada saat sebelum sakit, aktivitas kesehariannya pasien yaitu mengikuti pendidikan dan
pelatihan sebagai TNI (lari, membersihkan ruangan, belajar di dalam kelas) tetapi
setelah sakit, aktivitas pasien hanya tiduran di atas bed rumah sakit dan ke kamar
mandi.
Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilitas di tempat tidur 

Berpindah 

Ambulasi / ROM 

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat,
4: mandiri
Status Skor ADL : 24

FKEP UNEJ 2019 30


Status Oksigenasi :
Pasien bisa bernafas dengan spontan, RR=20
Fungsi kardiovaskuler :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 79x per menit
Terapi oksigen :
Pasien tidak membutuhkan terapi oksigen karena bisa bernafas dengan spontan
Interpretasi :
Tidak ada gangguan dalam sistem respirasi dan kardiovaskuler pasien
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Durasi 5,5 jam 3 jam
Gangguan tidur Tidak ada Ada, karena diare
Keadaan bangun
tidur
Lain-lain
Interpretasi :
Pada saat diare, pasien sering ke kamar mandi dan merasakan nyeri dan mual di perut
sehingga pasien kesulitan untuk beristirahat.
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Fungsi Kognitif dan Memori : GCS : E=4, V=5, M=6 Total = 15
Tingkat kesadaran pasien compos mentis dan ingatan pasien tidak terganggu
Fungsi dan keadaan indera :
Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran baik, daya penglihatan, dan
ekstremitas tidak terganggu.
Interpretasi : klien tidak mengalami gangguan
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri : Pasien mengatakan menerima penyakit yang diderita.

Identitas diri : Pasien adalah seorang kepala keluarga dan seorang suami.

Harga diri : Pasien mengatakan tidak ada masalah pada harga dirinya terhadap penyakit yang
diderita.

Ideal Diri : Menjadi suami yang baik dan sosok ayah yang dapat dicontoh oleh anaknya.

Peran Diri : Pasien merasa khawatir karena sakit tidak bisa mengikuti pendidikan dan pelatihan, takut
tidak lulus

Interpretasi : klien mengalami masalah dalam perannya sebagai anggota TNI yang sedang mengikuti
pelatihan

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas :
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan sudah menikah, namun kondisi sekarang sedang
berpisah dengan istri dan anaknya karena menempuh pendidikan TNI.
Fungsi reproduksi :
Pasien sudah memiliki 2 orang anak
Interpretasi :

FKEP UNEJ 2019 31


Tidak ada gangguan dalam pola seksualitas dan reproduksi

9. Pola peran & hubungan


Peran pasien sebagai kepala keluarga dan peserta pendidikan TNI terganggu pada saat
sakit. Karena pasien tidak bisa mengikuti pelatihan dan hanya terbaring di rumah
sakit. Pasien merasa kesepian karena tidak bisa memberitahu keluarganya jika ia
sedang sakit.
Interpretasi :
Ada masalah dalam pola peran pasien dan hubungannya dengan anggota keluarga

10. Pola manajemen koping-stress


Pasien merasa stress di rumah sakit karena tidak ada keluarga dan teman yang
mendampingi. Alat komunikasi disita oleh pelatih, sehingga pasien tidak bisa
menghubungi keluarganya. Pasien juga merasa stres karena tidak bisa mengikuti
pelatihan dan pendidikan TNI, pasien takut jika tidak bisa lulus pelatihan.
Interpretasi :
Ada masalah dalam pola manajemen koping-stress pasien
11. Sistem nilai & keyakinan
Pasien menganut agama islam. Pasien mengatakan penyakit yang terjadi pada dirinya
merupakan ujian dari tuhan. Oleh karena itu pasien tetap sabar dan tetap
mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan dirinya.
Interpretasi :
Tidak ada gangguan dalam sistem nilai dan keyakinan pasien

IV. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum:

Pasien dalam kondisi lemah, berkeringat, posisi tubuh supinasi, kebersihan diri terjaga, gaya
bicaranya sopan, GCS 456, kulit sawo matang.

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 130/90 mm/Hg


- Nadi : 79 X/mnt
- RR : 20 X/mnt
- Suhu : 36 C
- Nyeri : skala 4

Interpretasi :

Terdapat gangguan tanda-tanda vital (nyeri) pada klien yaitu menunjukkan skala 4.

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
Inspeksi : persebaran rambut merata, rambut warna hitam, kulit kepala tidak ada lesi,
distribusi rambut merata, warna rambut hitam.
Palpasi : benjolan (-), nyeri tekan (-)
2. Mata

FKEP UNEJ 2019 32


Inspeksi : Bentuk bola mata bulat, konjungtiva tidak pucat, ukuran untuk reaksi pupil sama,
tidak ada lingkaran hitam di sekitar mata, bulu mata lentik.
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga simetris, tampak ada sedikit kotoran di telinga, tidak ada lesi,
pendengaran baik.
4. Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak ada cuping hidung, tidak ada perdarahan.
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada kelainan.
5. Mulut
Inspeksi : Tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering, gigi nampak kotor.
Palpasi : Tidak ada nyeri kulit disekitar mulut.
6. Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada pembengkakan, gerakan leher tidak bermasalah.
Palpasi: tidak ada pembesaran organ, tidak ada nyeri tekan.
7. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa
Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernapasan vesikuler pada kedua lapangan paru, wheezing -/-, ronki -/-
8. Abdomen
Inspeksi: datar, tidak ada bekas operasi, tampak kembung.
Palpasi: supel, nyeri tekan (+) pada bagian kiri atas, nyeri lepas (-),pembesaran hepar dan lien
(-)
Perkusi: timpani di seluruh abdomen, shifting dullness (-)
Auskultasi: bising usus hiperperistaltik 35x/menit
9. Urogenital
Kandung kemih tidak membesar dan tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
Palpasi : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), tremor (-), benjolan (-).
11. Kulit dan kuku
Inspeksi: kulit kemerahan, tidak ada lesi pada kulit, kuku sedikit kotor.
Palpasi: kulit kering, tekstur kulit halus

V. Terapi

Tanggal : 2 September 2019 Jam : 16.00 WIB

FKEP UNEJ 2019 33


FKEP UNEJ 2019 34
Deskripsi Terapi

Jenis Farmako dinamik dan farmako


NO Dosis Rute Indikasi dan Kontra Indikasi Efek samping
Terapi kinetik

1. Infus a. Dapat meningkatkan kadar 500 IV Indikasi : Nutrien dan pengobatan Sakit perut atau
Asering kalsium plasma darah. asidosis yang berhubungan dengan pembengkakan, sensasi
b. Meningkatkan volume dehidrasi dan kehilangan ion alkali kesemutan, sensasi
darah, memiliki dalam tubuh. terbaka, mual, mati rasa
kandungan natrium atau kesemutan di kulit
klorida. Kontra indikasi : Gagal jantung
kongestif, kerusakan ginjal, edema
paru yang disebabkan oleh retensi
natrium dan hiperproteinemia,
hipernatremia, hiperkloremia,
hiperhidrasi.

2. Ranitidin Dapat menghambat reseptor H2 2x50 mg IV Indikasi : Mual, muntah, sakit


secara selektif dan reversible. kepala, insomnia,
a. Mengobati ulkus lambung vertigo,
Reseptor H2 akan merangsang ruam,
dan duodenum.
sekresi cairan lambung sehingga konstipasi, sakit perut,
b. Mencegah tukak lambung
pada pemberian ranitidine, sulit menelan, urin
agar tidak berdarah.
sekresi cairan lambung tampak keruh
c. Digunakan sebelum operasi
dihambat bedah agar asam datang tidak
tinggi selama pasien tidak
sadar
d. Mengobati sakit maag beserta
gejala-gejalanya yang
ditimbulkan
Kontra indikasi : pasien yang yang
hipersensitif atau alergi terhadap
ranitidin

FKEP UNEJ 2019 35


3. Antrain Antrain adalah obat yang 3x1 gr IV Indikasi : Penggunaan natrium  Meskipun bisa terjadi,
memiliki bahan aktif natrium metamizole diindikasikan pada namun sangat jarang
metamizole. Cara kerja natrium pasien dengan rasa nyeri hebat, sekali
metamizole adalah dengan seperti pasien yang baru menimbulkan agranulosi
menghambat rangsangan nyeri menjalankan operasi, pasien tosis, leukopenia atau
pada susunan saraf pusat dan dengan nyeri kolik. Sebaiknya trombositopenia,
proteinuria,
perifer. Metamizole atau pemberian natrium metamizole
dan nefritis interstitial.
dipiron merupakan analgesik tidak diberikan pada nyeri yang
Hindari penggunaan jan
ampiron sulfonat (pereda disebabkan karena proses gka panjang.
nyeri), antispasme (pereda peradangan seperti rematik, nyeri Pada pasien yang sensiti
spasme) dan antipiretik (pereda pinggang bawah, maupun gejala f, ruam,
demam), dengan efek anti- flu. urtikaria, edema Quinck
inflamasi (anti peradangan) e, serangan asma, dan
Kontraindikasi :
yang minimal. shock anafilaksis sangat
Penggunaan natrium metamizole jarang terjadi
dikontraindikasikan pada pasien meskipun mungkin.
dalam keadaan hipersensitivitas  Pigmentasi
urin berubah merah
metamizole, wanita hamil dan
dengan pH asam
menyusui, pasien bertekanan
disebabkan oleh
darah rendah (sistolik <100 metabolit asam
mmHg), pasien bayi di bawah 3 rubazonic
bulan atau bayi dengan berat
badan kurang dari 5 kg, pasien
dengan gangguan ginjal dan hati
berat, serta gangguan kelainan
darah.

4. Ondancent Ondansetron bekerja sebagai 3x4 mg IV Indikasi : Konstipasi, sakit kepala,


ron antagonis selektif dan bersifat wajah kemerahan
Mencegah dan mengobati mual-
kompetitif pada reseptor 5HT3, (flushing), rasa
muntah akut pasca bedah (PONV),
dengan cara menghambat panas atau hangat di
mencegah dan mengobati mual-
aktivasi aferen-aferen vagal kepala dan epigastrium
muntah pasca kemoterapi pada pe
sehingga menekan terjadinya yang bersifat

FKEP UNEJ 2019 36


refleks muntah. Waktu paruhnya nderita kanker, mencegah sementara. Peningkatan
sekitar 3 jam. dan mengobati mual- aminotransferase tanpa
muntah pasca radioterapi pada pen disertai gejala-gejala,
derita kanker peningkatan serum
transaminase (5%) dan
Kontra Indikasi :
ruam kulit (1%), sedasi
Pasien hipersensitif terhadap dan diare, reaksi
ondansetron hipersensitif sampai
kejadian anafilaksis dan
gangguan visual
sementara (pandangan
kabur). Kadang terjadi
gerakan-gerakan tanpa
sadar, setelah
pemberian Ondansetron
secara cepat, tetapi
kasus ini sangat jarang
dan tanpa disertai
gejala-gejala sisa.

5. Loperamid Loperamide adalah obat untuk 2 tablet oral Indikasi : Indikasi loperamide Efek samping yang
mengatasi diare, yang bekerja adalah untuk mengurangi gejala mungkin dapat timbul
dengan memperlambat gerakan pada diare akut atau kronik, setelah mengonsumsi
saluran pencernaan, sehingga misalnya akibat loperamide, antara lain
usus punya lebih banyak waktu gastroenteritis, inflammatory adalah:
untuk menyerap cairan dan bowel disease, atau traveler’s a) Konstipasi.
nutrisi dari makanan yang diarrhea. b) Gangguan irama
dikonsumsi. jantung.
Kontraindikasi : Kontraindikasi c) Pankreatitis.
loperamide di antaranya pada d) Mual.
pasien dengan kolitis ulseratif, e) Pusing.
kolitis infektif, atau kolitis yang f) Ruam.
disebabkan antibiotik. g) Perut kembung.
h) Nyeri perut.

FKEP UNEJ 2019 37


6. Cefoperaz Sebagai antibiotik, obat ini 2-4 g IV Indikasi : pada kasus infeksi Efek samping yang
one bekerja dengan cara membunuh mungkin timbul
Kontraindikasi : Alergi terhadap
bakteri dan menekan laju setelah menggunakan
antibiotik golongan sefalosporin. obat ini adalah:
perkembangannya di dalam
tubuh. Perlu diingat bahwa a. Batuk
antibiotik hanya berkhasiat b. Sesak napas
untuk melawan bakteri, c. Demam
d. Menggigil
sehingga tidak efektif dalam
e. Badan terasa lemah
menangani infeksi virus,
dan lelah
seperti flu. f. Mual
g. Urine berwarna gelap
h. Nyeri saat buang air
kecil
i. Jantung berdebar
j. Nyeri punggung.

7. Attalpugif Bekerja dengan memperlambat 2 tablet oral Indikasi : Pengobatan simptomatik sembelit
aktivitas usus besar sehingga pada diare yang tidak diketahui
usus akan menyerap lebih penyebabnya.
banyak air dan tinja akan
Kontraindikasi : Penderita dimana
menjadi lebih padat.
konstipasi harus dihindari,
hipersensitivitas dan penderita
obstruksi usus.

8. Braxidin Braxidin adalah obat yang 1 tablet oral Indikasi : a) Gangguan koordinasi
digunakan untuk mengatasi b) Pusing dan sakit
Kegunaan obat Braxidin sebagai kepala
beberapa keluhan terkait
kombinasi obat anti ansietas dan c) Mengantuk berlebihan
anxietas atau gangguan cemas.
obat spasmolitik antara lain d) Cemas dan bingung
Kegunaan obat Braxidin sebagai
digunakan untuk: e) Retensi urin
obat anti anxietas atau
f) Sembelit
peghilang cemas ini

FKEP UNEJ 2019 38


dikarenakan fungsinya yang  Pengobatan terhadap gejala yang g) Tekanan darah tinggi
mempunyai kemampuan muncul pada
sebagai anti konvulsan, gangguan saraf otonom dan saraf
amnestik dan sedatif. somatik yang disebabkan oleh
kecemasan.
 Pengobatan terhadap gejala
tukak lambung dan tuka usus 12
jari.
 Pengobatan dispepsia nervosa.
 Pengobatan diskinesia empedu.
 Mengatasi hipersekresi dan
hipermotilitas saluran pencernaan.
 Meringankan
gejala sindroma iritasi usus.
 Meriingankan gejala iritasi yang
disertai spasme pada kolon.
 Mengurangi keluhan kolitis
dan diare.
 Sebagai pengobatan terhadap
spasme ureter dan diskinesid
ureter.
 Mengobati dismenore dan
nyeri haid.
Kontraindikasi :
Obat Braxidin tidak boleh
digunakan pada penderita yang
secara klinis
mempunyai penyakit glaukoma,
dalam keadaan psikosis berat,
sedang mengalami syok dan
mempunyai penyakit
hipertropi prostat

FKEP UNEJ 2019 39


9. Fucohelic Fucoidan adalah suplemen yang 50 mg oral Indikasi : Membantu memelihara Fucoidan menimbulkan
dipercaya berfungsi untuk kesehatan lambung diare kepada 4 dari 17
memelihara kesehatan lambung orang dalam penelitian,
Kontraindikasi : -
dengan cara meningkatkan setelah 1 bulan
ketebalan lapisan lambung. mengonsumsi fucoidan.
Dengan meningkatnya Namun, dibutuhkan
ketebalan lapisan lambung, penelitian lebih lanjut
fucoidan dapat melindungi sel mengenai efek samping
lambung dari asam lambung dari pemberian
berlebih, sehingga mencegah suplemen fucoidan ini.
terjadinya tukak lambung. Segera temui dokter bila
Selain itu, obat ini juga dapat timbul efek samping
melindungi lambung dari infeksi setelah mengonsumsi
bakteri Helicobacter pylori. suplemen fucoidan.
Namun masih dibutuhkan
penelitian untuk melihat
efektivitas fucoidan terhadap
perlindungan lambung.

FKEP UNEJ 2019 40


VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium

Hasil
Nilai normal
No Jenis pemeriksaan (Tanggal/Jam)

Nilai Satuan

1. LED L 0-15 mm/jam


P 0-20

2. Hb L : 12.4-17.7 gr/dL 15,5


P : 11.4-15.1

3. Leukosit L : 4.3-10.3 /uL 11.390


P : 4.3-11.3

4. Diff 1-3/0-1/2-4/45-65/30- -/-/-/92/6/2


45/2-6

5. HCT L : 38-42 % 44,0


P : 40-47

6. Trombosit 150.000-450.000 /uL 248.000

7. Eritrosit L : 4.5-5.5 juta/uL 5,42


P : 4.0-5.0

8. MCV 80-100 fl 81,2

9. MCH 26-36 gr/dL 28,7

10. MCHC 32-37 gr/dL 35,3

11. RDW 12-15 % 13,5

12. SGOT 0-37 U/L 32,8

13. SGPT 0-42 U/L 26,2


<24

14. RFT mg/dL


-urea 10-50 33,5
-kreatinin 0.7-1.2 0,97

15. GDA 70-140 mg/dL 400,5

Pemeriksaan Radiologi

Tidak ada permasalahan dalam rongga thorax pasien

Pemeriksaan Penunjang Lainnya

Pemeriksaan feces, DL, RRT, LFT, BSS, FL

warna Coklat Normal

FKEP UNEJ 2019 41


keadaan Cair Normal
Darah Negatif negatif
Lendir negatif -
Mikroskopik - -
Amoeba - -
Cyste - -
T.I Cacing - -
Leukosit - -
eritrosit - -
Jember, 04 September 2019

Pengambil Data,

(Zumrotul Farikhah)

NIM.192311101043

FKEP UNEJ 2019 42


ANALISIS DATA

Tanggal/Jam : 2 September 2019/14.00 WIB

NO DATA PENUNJANG KEMUNGKINAN MASALAH Paraf &


Nama
ETIOLOGI

1. DO : pasien terlihat lemas, diaforesis Infeksi Diare ZF

DS : pasien mengatakan sudah BAB 6x Gastrointerstinal


dalam sehari

Mengeluarkan toksin di
usus

Inflamasi

Motilitas dan absorbsi


usus abnormal

Diare

2. DO : ekspresi menyeringai (merasakan Infeksi Nyeri Akut ZF


nyeri), skala 4, pasien memegangi Gastrointerstinal
perutnya.

Pasien terlihat gelisah, cemas dan


berfokus pada diri sendiri.
Mengeluarkan toksin di
- TD : 130/90 mmHg
usus
- Nadi : 79 X/mnt
- RR : 20 X/mnt
- Suhu : 36 C
Keluar keringat dingin (diaforesis) Inflamasi usus
DS : pasien mengeluh nyeri abdomen
dan seperti ingin mual Nyeri

P : nyeri karena mengalami diare

Q : nyeri hilang timbul sejak pagi

R : nyeri pada perut bagian perut kiri


atas

FKEP UNEJ 2019 43


S : skala nyeri 4 ditunjukkan dengan
ekspresi nyeri pasien

T :sejak pagi jam 03.00 nyeri perut


muncul disertai diare

3. DO : Pasien memegang perut dan Bakteri masuk ke Mual ZF


menunjukkan gejala mual, diaforesis saluran pencernaan
DS : pasien mengeluh ingin muntah tapi
tidak bisa

Asam lambung naik

Mual

4. Diare Resiko kekurangan ZF


volume cairan
DS : pasien mengatakan sudah BAB 6x
dalam sehari
Motilitas dan absorbsi
usus abnormal

Kehilangan cairan aktif

Resiko kekurangan
volume cairan
(hipovolemi)

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

(Berdasarkan Prioritas)

Tanggal
No Diagnosis Keperawatan Keterangan
perumusan

FKEP UNEJ 2019 44


1. Diare yang berhubungan dengan inflamasi gastrointestinal yang 2 Sept 2019
ditandai dengan pasien mengatakan mengalami BAB 6x dalam
sehari, pasien mengeluh nyeri perut kiri atas dengan skala 4

Nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


yang ditandai dengan skala nyeri 4, pasien mengeluh nyeri di
bagian perut kiri atas, pasien terlihat gelisah dan fokus dengan diri
2. sendiri 2 Sept 2019

Mual yang berhubungan dengan iritasi lambung yang ditandai


dengan pasien mengeluh mual serasa ingin muntah, diaforesis dan
2 Sept 2019
pucat

3.
Resiko hipovolemia yang berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif

2 Sept 2019

4.

FKEP UNEJ 2019 45


PERENCANAAN KEPERAWATAN

Tanggal/Jam : 2 September 2019

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil NIC Rasional Paraf


1. 1.3102 Manajemen Diare ZF
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
diare dan dampaknya 2. Mengetahui apakah pasien
beresiko mengalami
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam, Tindakan hipovolemi
pasien dapat bab dengan normal dengan
Diare yang kriteria hasil : 5. Observasi 2. Memberikan makan porsii
berhubungan L04033. Eliminasi Fekal a) Identifikasi penyebab diare kecil dan asupan cairan
dengan inflamasi Definisi : proses defekasi normal yang disertai b) Monitor warna, volume, frekuensi dan sangat penting karena untuk
gastrointestinal dengan pengeluaran feses mudah dan konsistensi tinja mengganti cairan dan nutrisi
yang ditandai konsistensi, frekuensi serta bentuk feces c) Monitor tanda gejala hipovolemia yang hilang
dengan pasien normal 6. Terapeutik
mengatakan Indikator Skala Ket Skala a. Berikan asupan cairan oral
mengalami BAB Awal Akhir b. Pasang jalur IV
6x dalam sehari, Konsistensi 1 3 1: c. Ambil sampel darah dan feces untuk
pasien mengeluh feces memburuk pemeriksaan lebih lanjut
nyeri perut kiri Frekuensi 2 4 2 : cukup 7. Edukasi
atas dengan skala defekasi memburuk a. Anjurkan makan porsi kecil dan sering
Peristaltik 2 4 3 : sedang secara bertahap
4
usus 4 : cukup b. Anjurkan menghindari makanan
Nyeri pada 1 4 membaik pembentuk gas, pedas dan
saat BAB 5: mengandung laktosa
membaik 8. Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas, spasmolitik dan obat
pengeras feces

FKEP UNEJ 2019 46


2. ZF
1.08238 Manajemen Nyeri
40. Mengidentifikasi P, Q, R,
Definisi : mengidentifikasi dan
S, T nyeri untuk
mengelola pengalaman sesnorik atau
mengetahui penyebab
emosional yang berkaitan dengan
nyeri, agar nyeri segera
kerusakan jaringan atau fungsional
diatasi
Kriteria hasil: dengan onset mendadak atau lambat dan
41. Mengidentifikasi
berintensitas ringan hingga berat dan
Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam pengetahuan dan
konstan
klien dapat mengontrol nyeri dengan baik. keyakinan pasien terhadap
Nyeri akut yang
nyeri penting karena untuk
berhubungan Tindakan
L.080066. Tingkat Nyeri mengidentifikasi perilaku
dengan agen 5. observasi
atau persepsi pasien setelah
pencedera Definisi: pengaalaman sensorik atau emosional a) identifikasi lokasi, karakteristik,
mengalami nyeri
fisiologis yang yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
42. Kualitas hidup pasien
ditandai dengan dan fungsional, dengan onset mendadak atau nyeri
penting diidentifikasi
skala nyeri 4, lambat dan berintensitas ringan hingga berat b) identifikasi skala nyeri
karena nyeri bisa
pasien mengeluh c) identifikasi respon nyeri non verbal
Indikator Skala Ket Skala menurunkan kualitas hidup
nyeri di bagian
d) identifikasi faktor yang memperberat
Awal Akhir pasien
dan memperingan nyeri
perut kiri atas, 43. mengatasi nyeri dengan
Keluhan 1 3 1: 6. terapeutik
pasien terlihat nyeri meningkat non farmakologi untuk
a. berikan teknik nonfarmakologis untuk
gelisah dan fokus meringis 2 : cukup meminimalisir efek
mengurangi nyeri
dengan diri Sikap 2 4 meningkat samping penggunaan obat
b. kontrol lingkungan yang memperberat
sendiri protektif 3 : sedang analgetik, karena teknik
rasa nyeri
gelisah 4 : cukup nonfarmakologis lebih
c. fasilitasi istirahat dan tidur
Mual 2 4 menurun aman
d. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Berfokus 1 4 5: 44. mengajarkan teknik non
dalam pemilihan strategi meredakan
pada diri menurun farmakologis untuk
nyeri
sendiri mengatasi nyeri agar
7. edukasi
mudah dilakukan pasien
a) jelaskan penyebab, periode dan
sendiri
pemicu nyeri
45. memberikan analgesik jika
b) jelaskan strategi meredakan nyeri
pasien butuh ditangani
c) anjurkan memonitor nyeri secra
segera dan jika tidak ada
mandiri
efek penanganan

FKEP UNEJ 2019 47


d) anjurkan menggunakan analgetik nonfarmakologis
secara cepat
8. kolaborasi
a. kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu

3 1.03117 Manajemen Mual 1. Mengidentifikasi penyebab


mual agar bisa segera diatasi
Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
2. Memperhatikan faktor
perasaan tidak enak pada bagian lingkungan sekitar sangat
tenggorokan atau lambung yang dapat penting karena lingkungan
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, menyebabkan muntah
rumah sakit dapat
mual pada pasien dapat diatasi dengan kriteria
Tindakan dimungkinkan
Mual yang hasil. menyebabkan pasien
berhubungan L. 08065. Tingkat nausea
5. Observasi mengalami mual
dengan iritasi a. Identifikasi pengalaman mual 3. Istirahat bisa mengurangi
lambung yang Indikator Skala Ket Skala
b. Identifikasi faktor penyebab mual mual
ditandai dengan Awal Akhir
c. Identifikasi antiemetik untuk 4. Teknik nonfarmakologis
pasien mengeluh Keluhan 2 4 1:
mencegah mual seperti tarik nafas dalam
mual serasa ingin mual meningkat
d. Monitor mual atau relaksasi bisa
Perasaan 2 4 2 : cukup
muntah, e. Monitor asupan nutisi dan kalori diterapkan untuk
ingin meningkat
diaforesis dan 6. Terapeutik mengurangi mual karena
muntah 3 : sedang
pucat a) Kendalikan faktor lingkungan kecemasan
Perasaan 2 4 4 : cukup
menurun penyebab mual 5. Antiemetik sangat
asam di
mulut 5: b) Berikan makanan dalam jumlah kecil diperlukan jika pasien sudah
Frkuensi 1 5 menurun dan menarik dalam keadaan parah
menelan
c) Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau dan tidak
bewarna
7. Edukasi
a. Anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup

FKEP UNEJ 2019 48


b. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
c. Anjurkan penggunaan teknik
nonfarmakologis
8. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian antiemetik
4 Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam 1. observasi dini cairan input ZF
klien mendapatkan asupan cairan yang adekuat dan output untuk mencegah
1.03116 Manajemen Hipovolemia terjadinya hipovolemia
kriteria hasil : karena pasien diare
L. 03028 Status Cairan Definisi: mengidentifikasi dan mengelola kelihangan cairan aktif
penuaian volume cairan intravaskuler 2. menghitung kebutuhan
Definisi: kondisi volume cairan inravaskuler, cairan pasien agar
Resiko Tindakan
interstisiel, an atau intraseluler mengetahui jumlah cairan
hipovolemia yang
5. observasi yang dibutuhkan
berhubungan Indikator Skala Ket Skala
a. periksa tanda gejala hipovolemia 3. pasien diposisikan
dengan Awal Akhir trendelenburg agar aliran
6. terapeutik
kehilangan cairan Perasaan 2 4 1: darah ke otak bisa lancar dan
lemah meningkat a. berikan asupan cairan oral
aktif untuk mencegah syok
Perasaan 2 4 2 : cukup 7. edukasi
a) anjurkan memperbanyak asupan hipovolemia
haus meningkat
cairan oral 4. memberikan asupan cairan
Intake 2 4 3 : sedang
8. kolaborasi oral untuk mengganti cairan
cairan (cukup (cukup 4 : cukup
a. kolaborasi pemberian cairan IV yang hilang bersama feces
memb memb menurun
isotonis, atau hipotonis, koloid dan 5. memberikan cairan isotonis
uruk) aik) 5:
menurun pemberian produk darah untuk mengganti cairan
pasien yang hilang

FKEP UNEJ 2019 49


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No No Dx Paraf dan
Tanggal/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF (HASIL/RESPON)
KEP Nama

1. 1 Senin, 02-09-19 ZF

14.10 1. Melakukan anamnesa ke pasien 1. Pasien menjawab pertanyaan dengan gelisah


2. Melakukan pengkajian nyeri (PQRST) sambil menyentuh bagian perut kiri atas
14.20 3. Memposisikan pasien senyaman mungkin 2. Pasien terlihat cemas hingga mengeluarkan
(SEMI FOWLER) keringat dingin
15.00 4. Melakukan terapi teknik relaksasi nafas dalam 3. Pasien mengikuti instruksi tapi masih terlalu
untuk mengurangi nyeri fokus dengan diri sendiri
5. Mengambil dan mengecek kembali obat-obatan 4. Pasien melakukan teknik relaksasi nafas dalam
16.00 di ruang farmasi dengan baik
6. Memasukkan obat antrain (anti nyeri) melalui 5. Pasien masih merasakan nyeri dengan skala 4
cairan infus 6. Pasien masih merasakan nyeri dengan skala 4
7. Mengganti cairan infus pasien yang habis 7. Infus berjalan 14 tpm
17.00 dengan asering 500cc 8. Kadang tetesan infus tidak berjalan karena
8. Melakukan pemantauan asupan cairan asering tersumbat oleh darah
18.20
melalui IV dengan 14 tpm 9. Selang infus dicabut terlebih dahulu untuk
9. Membantu membetulkan aliran infus saat macet melancarkan aliran infus yang tersumbat oleh
darah
19.00

19.15

FKEP UNEJ 2019 50


20.00

2. Senin, 02-09-19 ZF

14.15 1. Melakukan anamnesa ke pasien terkait 1. Pasien masih mengeluh lemas, sering ke
penyebab diare kamar mandi 6x
2. Menidentifikasi frekuensi bab, konsistensi 2. Pasien mengatakan bab cair seperti air,
14.25 feces, karakter feces, warna feces pasien terdapat ampas, bewarna kuning
3. Membantu mobilisasi pasien dari tempat 3. Pasien merasa kesulitan pergi ke kamar mandi
tidur ke kamar mandi karena sedang terpasang infus
4. Memberikan edukasi ke pasien terkait 4. Tidak ada keluarga yang mendampingi
15.15
dengan kebutuhan cairan yang harus sehingga tidak ada yang memberikan asupan
dipenuhi setelah kehilangan cairan aktif cairan oral
(diare) 5. Pasien sangat kooperatif dan aktif bertanya
15.45 5. Mengganti cairan infus pasien yang habis tentang kondisinya
dengan asering 500cc 6. Pasien sangat kooperatif dan aktif bertanya
6. Melakukan pemantauan asupan cairan asering tentang kondisinya
melalui IV dengan 14 tpm 7. Pasien sangat kooperatif dan aktif bertanya
7. Mengambil sampel feces pasien untuk dilakukan tentang kondisinya
pengecekan di laboratorium
18.20

19.00

19.15

3 14.10 1. Mengidentifikasi penyebab mual 1. Pasien mengatakan sebelumnya makan kacang ZF


2. Memposisikan pasien senyaman mungkin hijau
14.20 untuk mengurangi mual 2. Pasien lebih nyaman dengan posisi semi fowler
3. Melatih teknik relaksasi nafas dalam untuk 3. Pasien sangat koperatif dan melakukan relaksasi
mengurangi mual nafas dalam
16.00 4. Melakukan injeksi obat antiemetik
(ondancentron) melalui IV

FKEP UNEJ 2019 51


4. Pasien sangat aktif bertanya saat perawat
melakukan injeksi IV
17.00

4 14.25 1. Mengobservasi tanda-tanda hipovolemia 1. Tidak ada tanda-tanda hipovolemi ZF


2. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital 2. Ttv normal, TD : 120/80 mmHg
18.00
klien 3. Klien meminta tolong untuk disediakan asupan
3. Menganjurkan klien untuk memenuhi cairan oral
acupan cairan oral yang cukup (2 liter setia 4. Pasien sangat aktif bertanya saat perawat
19.00 hari) melakukan penggantian cairan infus
4. Mengganti cairan infus pasien yang habis 5. Infus tetap berjalan 14 tpm
dengan asering 500cc
5. Melakukan pemantauan asupan cairan
asering melalui IV dengan 14 tpm
19.30

19.35

2 1 14.15 1. Melakukan pengkajian skala nyeri pasien 1. Pasien masih merasakan nyeri dengan skala 2 ZF
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
14.15 3. Mengantar pasien melakukan foto thorax
16.30 4. Melakukan injeksi obat melalui selang infus
5. Mengukur TTV
17.00 6. Membenahi cairan infus yang macet
18.00

18.30

2 14.15 1. Mengkaji pola eliminasi fekal pasien 1. Pasien mengatakan BAB 1x, tidak cair ZF
2. Memberikan obat oral
16.00 3. Memberikan edukasi tentang penyebab diare dan
penatalaksanaan diare

FKEP UNEJ 2019 52


16.30

3 14.15 1. Mengkaji kondisi pasien 1. Pasien tidak merasa mual ZF


2. Membantu pasien memenuhi kebutuhan
14.20 kebersihan diri (oral pasien) dengan cara
menyediakan sikat gigi dan pasta gigi untuk
membersihkan mulut pasien
3. Memberikan edukasi untuk makan makanan
yang halus dengan jumlah sedikit tapi sering
16.00

4 16.00 - Memonitor cairan infus pasien Pasien sudah menghabiskan 1 botol air besar 1,5 liter ZF
- Mengganti cairan infus yang habis
16.15 - Membantu memfasilitasi tersedianya asupan
19.00 cairan oral untuk pasien

3. 1 4-09-19 1. Cairan infus tetap 14 tpm ZF


2. Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan
1. Melakukan pengkajian tingkat nyeri pasien dan ingin pulang
07.30 2. Memonitor cairan infus pasien
3. Memposisikan pasien senyaman mungkin
07.35 4. Memberikan edukasi pasien terkait pemenuhan
asupan nutrisi saat di rumah (discharge
08.00
planning)
08.45

2 07.30 1. Melakukan pengkajian kondisi pasien 1. Cairan infus tetap 14 tpm ZF


2. Memonitor cairan infus pasien 2. Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan dan
07.35 3. Memposisikan pasien senyaman mungkin ingin pulang
08.00

FKEP UNEJ 2019 53


08.45 4. Memberikan edukasi pasien terkait pemenuhan
asupan nutrisi saat di rumah (discharge
planning)
3 07.30 1. Melakukan pengkajian kondisi mual pasien ZF
2. Memposisikan pasien senyaman mungkin
07.35 3. Memberikan edukasi pasien terkait pemenuhan
1. Pasien tidak mengatakan mual
asupan nutrisi saat di rumah (discharge 2. Pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan dan
08.00
planning) ingin pulang
08.45

4 07.30 1. Melakukan pengkajian kondisi pasien 1. Pasien sudah menghabiskan 1 botol air besar ZF
2. Memonitor cairan infus pasien 1,5 liter
07.35 3. Memposisikan pasien senyaman mungkin 2. Tidak ada tanda dan gejala hipovolemia
08.00 4. Memberikan edukasi pasien terkait pemenuhan
asupan nutrisi saat di rumah (discharge
08.45 planning)

FKEP UNEJ 2019 54


CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI

No Tanggal/ No DX Paraf &


EVALUASI SUMATIF
Jam Kep Nama

1. 02-09- 1 S : Pasien mengatakan masih diare, 6x ke kamar mandi, bab ZF


19/20.00 cair dan terdapat ampas
WIB
O : pasien terlihat gelisah dan diaforesis

A : Masalah keperawatan diare belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja


2. Berikan asupan cairan oral
3. Anjurkan makan porsi kecil dan sering secara bertahap
4. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas
dan mengandung laktosa
5. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas, spasmolitik
dan obat pengeras feces

2 S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada bagian ZF


abdomen kiri atas

O : Pasien terlihat gelisah, menyeringai dan skala nyeri 4

A : Masalah keperawatan nyeri belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. identifikasi skala nyeri


2. identifikasi respon nyeri non verbal
3. identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. terapeutik
5. berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
6. jelaskan strategi meredakan nyeri
7. anjurkan memonitor nyeri secra mandiri
8. anjurkan menggunakan analgetik secara cepat

3 S : Pasien mengatakan masih terasa mual dan ingin muntah ZF

O : pasien terlihat gelisah dan diaforesis

FKEP UNEJ
2019

55
A : Masalah keperawatan mual belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor asupan nutisi dan kalori


2. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
4. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
5. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
6. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis
7. Kolaborasi pemberian antiemetik

4 S : pasien mengatakan masih diare 6x dan bab cair ZF

O : BAB cair menunjukkan kehilangan cairan aktif

A : Masalah keperawatan resiko hipovolemia belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. periksa tanda gejala hipovolemia


2. berikan asupan cairan oral
3. anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4. kolaborasi pemberian cairan IV isotonis, atau
hipotonis, koloid

2 03-09- 1 S : pasien mengatakan bab hari ini 1x sehari, feces sudah tidak ZF
19/20.00 cair
WIB
O : Pasien masih terlihat lemah

A : masalah keperawatan diare teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

1. Anjurkan makan porsi kecil dan sering secara bertahap


2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas
dan mengandung laktosa
3. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas, spasmolitik
dan obat pengeras feces

2 S : Pasien mengatakan perut masih sedikit nyeri ZF

O : skala nyeri 2, pasien sudah tidak lemas (bisa kuat


berjalan), Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi 85x per
menit, RR 20x per menit

FKEP UNEJ
2019

56
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

1. berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri


2. jelaskan strategi meredakan nyeri
3. anjurkan memonitor nyeri secra mandiri

3 S : Pasien mengatakan sudah tidak mual lagi ZF

O : pasien menghabiskan bubur yang dibuatkan rumah sakit

A : masalah keperawatan mul sudah teratasi

P : hentikan intervensi

4 S : pasien mengatakan bab hari ini 1x sehari, feces sudah tidak ZF


cair

O : kebutuhan cairan pasien terpenuhi dengan terapi infus


asering

A : masalah keperawatan resiko hipovolemi teratasi

P : hentikan intervensi

3 04-09-19 1 S : pasien mengatakan bab hari ini 1x sehari, feces sudah tidak ZF
cair
/ 12.00
WIB O : Pasien terlihat tidak lemah

A : masalah keperawatan nyeri teratasi

P : hentikan intervensi

2 S : Pasien mengatakan sudah tidak ada nyeri ZF

O : skala nyeri 0, pasien sudah tidak lemas (bisa kuat


berjalan), Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi 85x per
menit, RR 20x per menit

A : Masalah keperawatan diare sudah teratasi

P : Hentikan intervensi
hentikZF

FKEP UNEJ
2019

57

Anda mungkin juga menyukai