Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT LANSIA

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

DOSEN PENGAMPU: Dr. H. AGUS SUPINGANTO., Ners., M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6

ANGGI HAPSARI PUTRI 001STYC18


ANISSYA HIRDAYANTI 003STYC18
APRIANTI PURNAMASARI 004STYC18
DITA ARDIANA 010STYC18
FITRA ALUYA 019STYC18

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Salawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan seperti saat sekarang
ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada bapak dosen yang telah ikut serta
dalam memberikan tugas makalah “ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
AGREGAT LANSIA”. Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku
dan jurnal yang telah kami peroleh. Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
memberikan sumbang dan sarannya untuk menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Mataram, 26 April 2021

Kelompok 6
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

2.1 Konsep Keperawatan Komunitas 4

2.2 Konsep Keperawatan Komunitas Agregat Lansia 22

BAB III PENUTUP 36

3.1 Kesimpulan 36

3.2 Saran 37

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu
lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi
yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest
yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang
perawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan,
ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu,
keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973)
adalah suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur
tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu
bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.

1
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok siswa di sekolah. Dalam meningkatkan derajat kesehatan
komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh pelajar dan lingkungan
sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk civitas akademika
sendiri.
Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia
dalam perawatan kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan
bantuan yang lebih besar dalam identifikasi, definisi, dan resolusi masalah
yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan kronis yang lebih
besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan kesehatan
kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan berfokus
pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang
kompleks terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH
mengindikasikan peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi
lain menimbulkan masalah masalah karena dengan meningkatnya jumlah
penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya beban yang ditanggung
oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam menyediakan
pelayanandan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena pada
usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi
dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan seharihari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan
menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak
semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari
populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas.

2
Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65
tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Konsep Keperawatan Komunitas ?
1.2.2 Bagaimana Konsep Keperawatan Komunitas Agregat Lansia ?
1.2.3 Bagaimana Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Lansia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Konsep Keperawatan Komunitas
1.3.2 Untuk Mengetahui Konsep Keperawatan Komunitas Agregat Lansia
1.3.3 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Komunitas Agregat Lansia

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keperawatan Komunitas


2.1.1. Pengertian Keperawatan Komunitas
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang
keperawatan khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian
dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan
kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,
rehabilitas, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditunjukkan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas pelayanan ke perawatan
professional yang ditunjukkan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
jaminan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Spredley, 1985; Logan and Dakwin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan
komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang
diberikan kepaada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan
masyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
keperawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu
keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan

4
pelayanan promotif dan preventive secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative, secara menyeluruh dan
terpadu ditunjukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
2.1.2. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigm keperawatan terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dakwin, 1987). Sebagai
saran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjdi individu, keluarga
dan masyarakat.
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebuutuhan biologi, sosial,
psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental
keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemampuan menuju kemandirian
pasien/klien
2. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau
masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi
dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu:
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan
lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan di dalam
kelompoknya sendiri

5
c. Masalah kesehatan di dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga tersebut

3. Masyarakat sebagai klien


Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh
adat istiadat, norma, hukum, dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam keperawatan
kesehatan komunitas didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan
peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses yang
berlangsung mengarah kepada kreativitas, konstruktif dan produktif.
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air,
udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang sebagai
bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada individu,
keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi,
psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada

6
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia titik lingkungan dalam paradigma keperawatan
berfokus pada lingkungan masyarakat, di mana lingkungan dapat
mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan di sini meliputi
lingkungan fisik, psikologi sosial dan budaya dan lingkungan spiritual

2.1.3. Tujuan keperawatan kesehatan komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction)
terhadap individu, keluarga dan kelompok di dalam konteks komunitas serta
perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri
2. Tujuan Khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka
mengatasi masalah keperawatan
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di pantai dan di
masyarakat
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak
lanjut dan asuhan keperawatan di rumah

7
f. terlayani nya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko
tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di
rumah dan di puskesmas
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal
2.1.4. Sasaran keperawatan kesehatan komunitas
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,
keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di
daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok bayi, balita dan ibu hamil, dan lansia. Menurut Anderson (1988)
sasaran Keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1. Tingkat individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil dll)
yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat
perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan
individu.
2. Tingkat keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber daya
dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Prioritas
pelayanan perawatan kesehatan masyarakat difokuskan pada keluarga
rawan yaitu:
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga
dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya
ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu, penyakit kronis

8
menular yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis,
penyakit kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu
(mental atau fisik)
b. Keluarga dengan risiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr
%) ataupun kurang energi kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil
resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan
balita dengan BGM, keluarga dengan neonatus BBLR, keluarga
dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan
bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
2.1.5. Ruang lingkup keperawatan komunitas
Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehablitatif, maupun
resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,
pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan
seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan
imunisasi, pemeriksaaan kesehatan berkala ke posyandu, puskesmas dan
kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan
pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehata melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan
orang sakit sebagai tindaklanjut dari puskesmas atau rumah sakit, perawatan
ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan
tali pusat bayi baru lahir.

9
Upaya promotif upaya mengembalikan individu, keluarga, kelompok khusus
ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit.
Upaya rehabilitasi atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan
cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch
tulang dan lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk
efektif pada penderita TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti,
penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.
2.1.6. Falsafah
Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai-nilai yang menjadi pedoman untuk
mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup. Falsafah keperawatan
memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang luhur dan manusiawi.
Penerapan falsafah dalam keperawatan keehatan komunitas, yaitu :
1. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian integral
dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat di terima
oleh semua orang.
2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitasi.
3. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara
berkelanjutan.
4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai konsumer pelayanan
kesehatan, menjalin suatu hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
5. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
berkesinambungan.

10
6. Individu dalam suatau masyarakat ikut bertanggungjawab atas
kesehatannya. Ia harus ikut mendorong, mendidik, dan berpartisipasi
secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
2.1.7. Filosofi
Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai
berikut :
1. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang.
2. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan.
3. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu
meningkatkan kesehatannya.
4. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat bagi
dirinya.
5. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas
yang berbeda pada waktu yang berbeda.
6. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung pada
latar belakang budaya, agama dan sosial klien.
7. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang berbeda
pada waktu yang berbeda.
8. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan
rangsang internal dan eksternal.
9. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan.
10. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan lingkungannya.
11. Klien bergerak dalam arah berbeda sepanjang rentang sehat pada waktu
yang berbeda.
12. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu klien
bergerak kearah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan
menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik.
13. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang waktu
akan merubah kebutuhan kesehatan.

11
2.1.8. Asumsi keperawatan kesehatan komunitas
Asumsi mengenai keperawatan kesehatan komunitas yang dikemukakan ANA
(1980) yaitu keperawatan kesehatan komunitas merupakan sistem pelayanan
kesehatan yang kompleks, keperawatan kesehatan komunitas merupakan
subsistem pelayanan kesehatan. Penentuan kebijakan kesehatan seharusnya
melibatkan penerima pelayanan, perawat dan klien membentuk hubungan
kerjasama yang menunjang pelayanan kesehatan, lingkungan mempunyai
pengaruh terhadap kesehatan klien, serta kesehatan menjadi tanggungjawab
setiap individu.
2.1.9. Karakteristik keperawatan
Keperawatan komunitas memiliki beberapa karakteristik, yaitu pelayanan
keperawatan yang diberikan berorientasi kepada pelayanan kelompok, fokus
pelayanan utama adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Asuhan keperawatan diberikan secara komfrehensif dan berkelanjutan dengan
melibatkan partisipasi klien/masyarakat, klien memilikiotonomi yang tinggi,
fokus perhatian dalam pelayanankeperawatan lebih ke arah pelayananpada
kondisi sehat, pelayanan memerlukan kolaborasi interdisiplin, perawat secara
langsung dapat mengkaji dan mengintervensi klien dan lingkungannya dan
pelayanan didasarkan pada kewaspadaan epidemiologi.
2.1.10. Prinsip pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua
tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komuntas dilakukan
bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral,
asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien
dan lingkunnya termasuk lingkungan sosial, ekonomi, serta fisik mempunyai
tujuan utama oeningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga
harus memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan

12
disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri,
prinsip yang lainnya yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternative terbaik
dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada. Prinsip dasar lain dalam
keperawatan kesehatan komunitas yaitu :
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan leboh menekankan pada upaya
promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitative
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam
proses keperawatan
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah dimasyarakat dan
bukan di rumah sakit
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang
sehat
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku
hidup sehat masyarakat
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi
kehidupan sehingga dapatmeningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja
secara tim
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas
digunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,
melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang

13
tidak boleh berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah
sakit
12. Kunjungan rumah sangat penting
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem
pelayanan kesehatan yang ada
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan yaitu puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya
dimana keluarga sebagai unit pelayanan
2.1.11. Tanggung jawab perawat kesehatan komunitas
Claudia M. Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa tanggung
jawab perawat komunitas adalah menyediakan pelayanan bagi orang sakit
atau orang cacat dirumah mencakup pengajaran terhadap pengasuhnya,
mempertahankan lingkungan yang sehat, mengajarkan upaya-upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit dan injuri, identifikasi standar
kehidupan yang tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta
melakukan rujukan, mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau
penyalahgunaan (neglect & abuse), memberikan pembelaan untuk
mendapatkan kehidupan dan pelayanan kesehatan yang sesuai standar,
kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan kesehatan yang dapat diterima,
sesuai dan adekuat, melaksanakan pelayanan mandiri serta berpartisipasi
dalam mengembangkan pelayanan profesional, serta menjamin pelayanan
keperawawatan yang berkualitas dan melaksanakan riset keperawatan.
2.1.12. Peran perawat komunitas
1. Pendidik (Educator)
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yanb
memungkinkan klien membuat pilihan dan mempertahankan
autonominya. Perawat selalumengkji dan memotivasi belajar klien
2. Advokat

14
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat berbicara
untuk dirinya
3. Manajemen Kasus
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan menyediakan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi, serta
meningkatkan kualitas hidup klien
4. Kolaborator
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang
optimal
5. Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan bagi
setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan peran
yang diharapkan. Perawat dituntut berperiaku sehat jasmani dan rohani
dalam kehidupan sehari-hari
6. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu mengidentifikasi
serta mengmbangkan teori-teori keperawatan yang merupakan dasar dari
praktik keperawatan
7. Pembaharu (Change Agent)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan
peningkatkan dan pemeliharaan kesehatan.
2.1.13. Tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas
Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi
dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer, 1976).
Tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat luas, karena
pada semua tatanan perawat komunitas dapat memberikan pelayanan dengan
penekanan tingkat pencegahan primer sekunder dan tersier. Perawat yang

15
bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat keluarga, perawat
sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai gerontologi.
1. Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat
kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu
kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan
perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang
keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan
individu dan keluarga di sepanjang rentang sehat sakit. Peran yang
dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan,
pendidikan, case management dan konsultasi.
2. Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak di
tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam
perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat
kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran penunjang
adalah guru dan kader.
3. Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip prinsip keperawatan
dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang
pekerjaan. Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktik keperawatan
dalam upaya memenuhi kebutuhan unik individu kelompok dan
masyarakat di tatanan industri pabrik, tempat kerja tempat konstruksi,
universitas dan lain-lain.
4. Perawat Gerontologi

16
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan
memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi
diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk
mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Lingkup Praktek
Keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan
atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses
kematian yang bermartabat.
2.1.14. Strategi intervensi keperawatan komunitas
1) Proses kelompok (group process)
Seorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar
dari pengalaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikaan/ pengetahuan
individu, media massa, televise, penyuluhan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan
lingkungan sekitar masayarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling
sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah mekakukan pendekatann pemecahan masalah kesehatan
menggunakan proses kelompok.
2) Pendidikan kesehatan (helath promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubhan prilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/ teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan kesehatan
agar seorang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri

17
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya
dengan sumber daya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar.
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut undang-undang


kesehatan no 23 tahun 1992 maupun WHO yaitu “meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan: baik fisik, mental dan sosial; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara sosial.

3) Kerja sama (partner ship)


Berbagai persoalan kesehatan yang terhadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masayarakat luas. Oleh karena itu, kerja sana sangat dibutuhkan dalam
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.
2.1.15. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor
lingkungan meliputi fisik, biologis, psikologis, sosial dan cultural serta
spiritual, terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas pada strategi
pencegahan, peningkatan, dan pemeliharaan kesehatan dalam upaya mencapai
tujuan.
1. Model Sistem Imogene M.KING (1971)
Komunitas merupakan suatu sistem dari subsistem keluarga dan supra
sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Adanya gangguan atau
stressor pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas,
misalnya adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan, dimana
masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.

18
2. Model Adaptasi C. ROY (1976)
Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya
adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku
maladaptif pada komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan yang
dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan denga cara
mepertahankan perilaku adaptif.
3. Model “Self Care” D.E OREM (1971)
Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan
akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam
melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas kesehatan
keluarga yaitu: Mengenal masalah, Mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah, Merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan, Memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
kesehatan, dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan secara tepat.
a. Pengertian
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya.
Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksanaan kegiatan
yang diperkasai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan,
kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit (Orem, 1980).
Individu: Integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis dan sosial
dengan berbagai variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri.
“Self Care”: Referensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan yang
teliti bagaimana untuk memenuhi kebutuhan.
Keperawatan: Pelayanan terhadap manusia, proses interpersonal dan
teknikal merupakan tindakan khusus, tindakan keperawatan untuk
meningkatkan keperawatan mandiri dan kemampuan perawatan
mandiri yang terapeutik. Asuhan keperawatan mandiri dapat
digunakan dalam praktik keperawatan keluarga.

19
b. Sasaran
1) Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri seara
teraupetik.
2) Menolong klien bergerak kearah tindakan asuhan mandiri.
3) Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan.
c. Fokus Asuhan Keperawatan
1) Aspek interpersonal : Hubungan didalam keluarga.
2) Aspek sosial : Hubungan keluarga dengan masyarakat yang
berada disekitarnya.
3) Aspek procedural : melatih keterampilan dasar keluarga sehingga
mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
4) Aspek teknis : mengajarkan keluarga teknik-teknik dasar yang
mampu dilakukan keluarga di rumah misalnya: mengompres
dengan baik dan benar.
Sistem keperawatan adalah membantu klien dalam meningkatkan
atau melakukan keperawatan mandiri. Sistem keperawatan mandiri
dibagi tiga kategori sebagai berikut :
1) Wholly comphensatory,bantuan secara keseluruhan dibutuhkan
untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau
lingkungan dan tidak berespon terhadap rangsangan.
2) Partially comphensatory, bantuan sebagian dibutuhkan oleh
klien yang mengalai keterbatasan gerak karena sakit, misalnya
kecelakaan.
3) Supportive-educative, dukungan pendidikan dibutuhkan oleh
klien yang membutuhkan bantuan untuk mempelajari agar
melakukan keperawatan mandiri.
4. Model “Health care System” BETTY NEUMAN

20
Asumsi yang dikemukakan Neuman tentang empat konsep utama dari
paradigma keperawatan yang terkait keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut :
a. Manusia
Merupakan sistem terbuka, yang selalu mencari keseimbangan dari
harmoni dan merupakan satu kesatuan dari variabel-variabel :
Fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
b. Lingkungan
c. Sehat
d. Keperawatan
Sehat menurut model Neuman adalah suatu keseimbangan biopsiko –
sosio – cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu
fleksibel, normal dan resisten. Keperawatan ditujukan untuk
mempertahankan keseimbangan tersebut dengan berfokus pada
empat intervensi yaitu : Intervensi yang bersifat promosi dilakukan
apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan normal yang
terganggu. Sedangkan intervensi yang bersifat kurasi atau rehabilitasi
dilakukan apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Keperawatan sebagai ilmu dan kiat, mempelajari tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar klien (individu, keluarga, kelompok, dan komunitas)
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan yang terjadi pada
ketiga garis pertahanan yaitu fleksibel, normal dan resisten serta
berupaya membantu mempertahankan keseimbangan untuk sehat.
Intervensi yang dilakukan terhadap klien ditujukan pada garis
pertahanan yang mengalami gangguan :
1) Intervensi bersifat promosi untuk gangguan pada garis
pertahanan fleksibel.
2) Intervensi bersifat prevensi untuk gangguan pada garis
pertahanan normal.

21
3) Intervensi bersifat kurasi dan rehabilitasi untuk gangguan pada
garis pertahanan resisten.
Aplikasi Model Neuman pada Komunitas :
Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat
sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas
yang merupakan kilen dan penggunaan proses keperawatan sebagai
pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2.2. Konsep Keperawatan Komunitas Agregat Lansia
2.2.1. Definisi Lansia
Menurut Setiono (2004), seseorang dikatakan lanjut usia (lansia
apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia menurut Pudjiastuti (2003), Lansia
bukan penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan
stress lingkungan. Lansia menurut Hawari (2001) adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual,
Lansia menurut Ballon G. Salvaclon (1987), adalah dua tau lebih individu
yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam BKKBN (1995),
adalah individu yang berusia di atas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-
tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial,
ekonomi.
Berkaitan dengan lanjut usia, muncullah gerontology.
Gerontologiberasal dari bahasa latin, yaitu geros, yang berarti lanjut usia, dan
logis, yang berarti ilmu. Menurut Miller (1990 dalam Kushariyadi, 2010)
gerontology merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan
masalah yang terjadi pada lanjut usia. Keoerawatan gerontik atau keperawatan
gerontology adalah spesialis keperawatan lanjut usia menjalankan peran dan

22
tanggung jawabnya terhadap tatanan pelayanan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan, keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni dalam merawat
untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Menurut
Eberson dan Herss (1994 dalam Noorkasiani, S, Tamber, 2009), untuk bidang
keperawatan lebih cocok digunakan istilah gerontic nurshing atau
keperawatan gerontik, dimana pendekatannya bukan terbatas pada askep
spiritual dan biopsikologi. Menurut standar keperawatan gerontik yang
ditetapkan oleh asosiasi keperawatan amerika (ANA), disiplin ini harus
mencakup promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
serta perawatan diri yang ditujukan untuk mengembalikan dan
mempertahankan fungsi optimal dalam aspek fisik, psikologidan sosial.
Cakupan dari ilmu keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan
dasar lansia sebagai akibat dari proses penuaan. Keperawatan gerontik
mempunyai tujuan memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi
tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai
melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik (Lueckenotte, Eliopoulous,
2005)
Gerontologi menurut kozier (1987), adalah ilmu yang mempelajari
seluruh aspek menua, Gerontic nurshing menurut kozier (1987), adalah ilmu
yang mempelajari tentang perawatan pada lansia. Gerontic nursing merupakan
spesialis perawatan lanjut usia yang dapat menjalankan perannya pada setiap
tatanan pelayanan dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia
secarakomprehensif.
Gerontologi menurut Pergeri adalah pengetahuan yang mencakup
segala bidang persoalan mengenai orang berusia lanjut, yang didasarkan pada
hasil penyelidikan ilmu antropologi, antropometri, sosiologi, pekerjaan sosial,
kedokteran geriatric, psikiatri geriatric, psikologi, dan ekonomi.
Geriatri merupakan salah satu cabang dari gerontology dan medis yang
mempelajari ksusu aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari

23
segi promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup
kesehatan badan, jiwa dan sosial, serta penyakit cacat. Geriatric menurut
Black and Jacob (1997), adalah cabang ilmu kedokteran yang berfokus pada
masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia. Geriatri
adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menjadi tua pada manusia dan
akibatnya pada tubuh manusia
Dengan demikian, jelas bahwa objek geriatric adalah manusia lanjut
usia. Geriatric merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
klinis, preventif, dan terapeutik bagi klien lanjut usia. Geriatric adalah bagian
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang pencegahan penyakit dan
keluarganya pada lanjut usia.
2.2.2. Siklus Hidup Manusia
Siklus hidup manusia merupakan proses perjalanan hidup manusia
sejak lahir sampai meninggal dunia. Menurut, organisasi kesehatan dunia
(Wahyudi, Nugroho, 2000) siklus hidup lansia yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old), antara 60-75 dan 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun

Selain itu, dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat lain mengenai siklus
hidup manusia (Stanley, M., 2006)

1. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad


Prof. Dr. ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru Besar Universitas
Gadjah Mada Fakultan Kedokteran, membagi periodesasi biologis
perkembangan sebgaia berikut :
a. 1 tahun = masa bayi
b. 1-6 tahun = masa prasekolah
c. 6-10 tahun = masa sekolah
d. 10-20 tahun = masa pubertas

24
e. 40-65 tahun = masa setengah umur (prosenium)
f. 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (senium)
2. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikologi UI)
Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1) fase luventas ,
antara 25 tahun-40 tahun, (2) fase verilitas, antara 40-50 tahun. (3) fase
presenium, antara 55 tahun- 65 tahun, dan (4) fase senium antara 65
tahun hingga tutup usia
3. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegro
Pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut : (1) usia dewasa muda
(elderly adulhood), 18/20 tahun-25 tahun, (3) lanjut usia (geriatric age),
lebih dari 65/70 tahun. Geriatric age terbagi menjadi young old (70 tahun-
75 tahun), old (75 tahun-80 tahun), dan very old (lebih dari 80 tahun)
Kalo dilihat pembagian umur dari beberapa ahli tersebut, lanjut usia
adalah orang yang telah berumur 65 tahun ke atas
2.2.3. Permasalahan Lansia Dengan Berbagai Kemapuannya
Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya
cepat lambatnya proses tersebut bergantung pada masing –masing individu
yang bersangkutan. Adapun permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia
antara lain (Juniati dan Sahar, 2001) :
1. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah, baik secara fisik, biologi, mental, maupun sosial ekonomis.
Semakin lanjut usia seseorang, ia akan mengalami kemunduran terutama
di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan-peranan sosialnya. Hal ini juga mengakibatkan timbulnya
gangguan di dalam hal mencakupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
2. Lanjut usia tidak hanya ditandai dengan kemunduran fisik. Kondisi lanjut
usia dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut

25
seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang. Hal itu akan
dapat mengakibatkan berkurangnya integritas dengan lingkungannya. Hal
ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang
3. Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia tersebut
masih mempunyai kemampuan untuk bekerja. Permasalahan yang
mungkin timbul adalah bagaimana memfungsikan tenaga dan
kemampuan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan
kerja
4. Masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami keadaan terlantar,
selain tidak mempunyai bekal hidup dan pekerjaan/penghasilan, mereka
juga tidak mempunyai keluarga/sebatang kara
5. Dalam masyarakat tradisional, biasanya lanjut usia dihargai dan
dihormati sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi
masyarakat. Akan tetapi, dalam masyarakat industry ada kecendrungan
mereka kurang dihargai sehingga mereka terisolasi dari kehidupan
masyarakat
6. Karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal atau fasilitas
perumahan yng khusus.
2.2.4. Isu dan Tren Keperawatan Gerontik
1. Perubahan pada lansia
Penuaan terjadi tisak secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi,
anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Menua bukanlah suatau
penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh. Menurut Eka A, Kiswanto (2009) sebagai
berikut:
a. Keinginan terhadap hubungan intim dapat dilakukan adalam bentul
sentuhan fisik dan ikatan emosional secara mendalam.
b. Perubahan sensitivitas emosional pada lansia dapat menimbulkn
perubahan perilaku.

26
c. Pembatasan fisik, kemunduran fisik, dan perubahan peran sosial
menimbulkan ketergantungan.
d. Pemberian obat pada lansia bersifat paliatif care, yaitu obat
ditunjukkan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan lansia.
e. Penggunaan obat harus memerhatikan efek samping.
f. Kesehatan mental memengaruhi integritas dengan lingkungan.
2. Tujuan gerontology dan geriatric
a. Tujuan gerontologi
1) Membantu ndividu lanjut usia memahami adanya perubahan
pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan.
2) Membantu mempertahankan identitas kepribadian lanjut usia.
3) Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat
kesehatan lanjut usia, baik jasmani, rohani, maupun sosial
secara optimal.
4) Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.
5) Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari.
6) Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
7) Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit.
8) Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat,
sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
b. Tujuan geriatri
1) Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia taraf yang
setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau
gangguan .
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik dan
mental.

27
3) Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk
dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini
bila mereka menemukan kelainan tertentu.
4) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu
pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
5) Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila
mereka sudah sampai pada stadium terminal, ilmu inii
mengajarkan untuk tetap memberikan bantuan yang simpatik
dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya,
memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal shingga
kematiannya berlangsung dengan tenang).
2.1.5. Fenomena Bidang Garap Keperawatan Gerontik
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah
tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses
penuaan. Menurut Sheiera Saul (Dalam Martono, Hadi 2009):
1. Mitos kedamaian dan ketenangan
Lanjut usia dapat serta menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa
mudaa dan dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-
akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataan:
a. Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta
penderitaan karena penyakit.
b. Depresi.
c. Kekhawatiran
d. Paranoid
e. Masalah psikotik.
2. Mitos konservatisme dan kemunduran

28
Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya konservatif tidak kreatif,
menolak inovasi, berorientasi ke masa silam, merindukan masa lalu,
kembali ke masa anak-anak, susah berubah, keras kepala, dan cerewet.
Kenyataan: tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikir demikian
3. Mitos berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai
pleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua (lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan
kemunduran).
Kenyataan: memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit, tetapi
banyak penyakit yang masa sekarang dapat terkontrol daan diobati.
4. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak.
Kenyataan: banyak lanjut usia yang tetap seht dan segar. Banyak cara
untuk menyelesaikan diri tahap perubahan daya ingat.
5. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepaa lawan jenis tidak ada.
Kenyataan: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepnjang masa.
6. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat,
dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.
Kenyataan: kehidupan seks pada lanjut usia normal saja, memang
frekuensi hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia.
7. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dopandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan: banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemapanan,
dan produktivitas mental dan material.
2.1.6. Model Pelayanan Keperawatan Gerontik

29
Model pelayanan keperawatan menurut Maryam, R. Siti (2008)
sebagai berikut:(1) Promotion (peningkatan), (2) prevention (pencegahan), (3)
early diagnosis and promp treatment (diagnosis dini dan pengobatan), (4)
disability limitation (pembatasan kecacatan), (5) rehabilitation (pemulihan)
1. Promotion (peningkatan)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya
promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional, dan masyarakat terhadap praktik
kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif
dilakukan untuk membantu orang-orang untuk mengubah gaya hidup
mereka dan bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang sehat
tentang perilaku hidup mereka
2. Prevention (pencegahan)
Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier
a. Pencegahan primer: meliputi pencegahan pada lansia sehat, terdapat
faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan
b. Pencegahan sekunder: meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum
tampak secara klinis, dan mengidap faktor risiko
c. Pencegahan tersier: dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit dan
cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan, serta
perawatan bertahap, yaitu tahap (1) perawatan dirumah sakit, (2)
rehibilitasi klien rawat jalan, (3) perawatan jangka panjang
3. Early diagnosis and promp treatment (diagnosis dini dan pengobatan)
Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas
profesional dan petugas institusi
4. Disibility limitation (pembatasan kecacatan)

30
Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (1) pemeriksaan (assessment),
(2) identifikasi masalah (problem identification), (3) perencanaan
(planning), (4) pelaksanaan (implementation), (5) penilaian (evaluation)
5. Rehibilitation (pemulihan)
Pelaksanaan rehabilitasi adalah tim rehabilitasi (petugas medis, petugas
paramedis, petugas non medis). Sifat pelayanan keperawatan gerontik
adalah: (1) independent (mandiri), (2) interdependent (kolaborasi), (3)
humanistic (mansuiawi), (4) holistic (menyeluruh)
2.1.7. Lingkup, Peran, dan Fungsi Keperawatan Gerontik
1. Lingkup keperawatan gerontik
Lingkup asuhan keperawatan gerontik menurut Siti Maryam R (2008)
adalah pencegahan ketidakmampuan sebagai akibat proses penuaan,
perawatan untuk pemenuhan kebutuhan lansia, dan pemulihan untuk
mengatasi keterbatasan lansia
2. Peran keperawatan gerontik menurut Siti Maryam R (2008) sebagai
berikut:
a. Sebagai care giver
b. Sebagai pendidik klien lansia
c. Sebagai motivator klien lansia
d. Sebagai advokasi klien lansia
e. Sebagai konselor klien lansia
3. Menurut Eliopoulus (2005) fungsi perawat gerontologi adalah:
a. Guide persons off all ages toward a healthy aging process
(membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang
sehat)
b. Elimate agaism (menghilangkan perasaan takut tua)
c. Respect the light of older adults and ensure other do the same
(menghormati hak orang dewasa yang lebih tua dan memastikan
yang lain melakukan hal yang sama)

31
d. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan
mendorong kualitas pelayanan)
e. Notice and reduce risk to health and well being (memerhatikan serta
mengurangi risiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
f. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi
pelayanan kesehatan)
g. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk
pertumbuhan selanjutnya)
h. Listen and support (mendengarkan dan memberi dukungan)
i. Offer optimism, encourgement and hope berikan semangat,
dukungan dan harapan)
j. Generate, support, use and participate in research (menghasilkan,
mendukung, menggunakan dan berpartisipasi dalam penelitian)
k. Implement restorative and rehabilitative measure (melakukan
perawatan restoratif dan rehabilitatif)
l. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur
perawatan)
m. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized,
holistic maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
n. Link services with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
o. Nurture future gerontological nurses for advancement of the
speciality (mbangun masa depan perawata gerontik untuk menjadi
ahli di bidangnya)
p. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of
each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi,
sosial dan spiritual)
q. Recognize and encourge the appropriate management of ethical
concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai
dengan tempatnya bekerja)

32
r. Support and comfort through the dying process (memberikan
dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
s. Educate to promote self care and optimal independence
(mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan
kebebasan yang optimal)
2.1.8. Proses Penuaan dan Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Benua merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu
masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. Pertambahan Usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada
struktur dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada
pada tubuh manusia. Proses ini menjadikan kemunduran fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih,
penurunan pendengara, penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelainan
berbagai fungsi organ vital. Sedangkan kemunduran fisik terjadi peningkatan
sensitivitas emosional, menurunnya gairah, bertambahnya minat terhadap diri,
berkurangnya minat terhadap penampilan, meningkatnya minat terhadap
material, dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah (hanya orientasi dan
subjek saja yang berbeda). Namun, hal di atas tidak harus menimbulkan
penyakit. Oleh karena itu, manusia harus senantiasa berada dalam kondisi
sehat, yang diartikan sebagai kondisi :
1. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial.
2. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Mendapatkan dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat.

Ada dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara
sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat
sel, sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor
lingkungan fisik dan sosial, stress fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat
mempercepat proses menjadi tua. Secara umum, perubahan fisiologis proses
penuaan adalah sebagai berikut.

33
1. Perubahan mikro merupakan perubahan yang terjadi dalam sel seperti:
a. Berkurangnya cairan dalam sel.
b. Berkurangnya ukuran sel.
c. Berkurangnya jumlah sel.
2. Perubahan makro, yaitu perubahan yang jelas dapat diamati atau
terlihat seperti:
a. Mengecilnya kelenjar mandibula.
b. Menipisnya diskus intervertebralis.
c. Erosi pada permukaan sendi sendi.
d. Terjadinya osteoporosis.
e. Otot otot mengalami atrofi.
f. Sering dijumpai adanya emfisema pulmonum.
g. Presbiopi.
h. Adanya Arteriosklerosis.
i. Menopause pada wanita.
j. Adanya demensia senilis.
k. Kulit tidak elastis lagi.
l. Rambut memutih.
2.1.9. Karakteristik Penyakit Yang Dijumpai Pada Lansia
1. Penyakit yang sering multipel, saling berhubungan satu sama lain.
2. Penyakit bersifat degeneratif, sering menimbulkan kecacatan.
3. Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan.
4. Masalah psikologis dan sosial sering terjadi bersamaan.
5. lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
6. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenik.
2.1.10. Sifat Pelayanan Dan Model Pemberian Keperawatan
Berikut ini akan dijelaskan mengenai sifat pemberian asuhan
keperawatan serta model yang biasanya digunakan.Sifat pemberian asuhan
keperawatan sifat pelayanan yang diberikan antara lain:

34
1. Independen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien lansia dilakukan secara mandiri.
2. Interdependen, yaitu perawat gerontik dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien lansia dilakukan secara kerjasama dengan tim
kesehatan lain.
3. Humanistik, yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
lansia memandang sebagai makhluk yang perlu untuk diberikan
perawatan secara layak dan manusiawi.
4. Holistik, klien lansia memiliki kebutuhan yang utuh, baik bio, psiko,
sosial, dan spiritual yang mempunyai karakteristik berbeda-beda antara
lansia satu dengan yang lain.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lansia menurut Hawari (2001) adalah keadaan yang ditandai oleh
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontologi adalah spesialis
keperawatan lanjut usia menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap
tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan,
keahlian, keterampilan, teknologi, dan seni dalam merawat untuk
meningkatkan fungsi optimal lanjut usia secara komprehensif. Siklus hidup
lama yaitu (1) usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59
tahun, (2) lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun, (3) lanjut usia (old) antara
60-75 tahun dan 90 tahun, dan (4) usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tindakan
terpenuhi nya kebutuhan dasar manusia sebagai akibat proses penuan sebagai
berikut: (1) masalah kehidupan seksual, keinginan terhadap hubungan intim
dapat dilakukan dalam bentuk sentuhan fisik dan ikatan emosional secara
mendalam, (2) perubahan sensitivitas emosional pada lansia dapat
menimbulkan perubahan perilaku, (3) pembatasan fisik, kemunduran fisik,
perubahan peran sosial menimbulkan ketergantungan, (4) pnerian obat pada
lansia bersifat paliatif care, yaitu obat ditujukan untuk mengurangi rasa sakit
yang dirasakan lansia, (5) penggunaan obat harus memperhatikan efek
samping, (6) kesehatan mental mempengaruhi integrasi dengan lingkungan,
(7) JPKM lansia, model pelayanan keperawatan lansia Maryam R Siti (2008)
sebagai berikut: (1) promotion (peningkatan), (2) prevention (pencegahan),
(3) early diagnosis and promp treatment (diagnosis dini dan pengobatan), (4)
disability limitation (pembatasan kecacatan), (5) rehabilitation (pemulihan).

36
Sifat pelayanan keperawatan gerontik adalah: (1) independent (mandiri), (2)
interdependent (kolaborasi), (3) humanistic (mansuiawi), (4) holistic
(menyeluruh
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan para pembaca dan isi
dari makalah ini dapat dengan mudah dipahami oleh para pembaca sehingga
pembaca dapat mengetahui informasi yang disampaikan dari penulisan
makalah ini. Adapun penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan komunitas II. Makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu penulis berharap bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan
masukan.

37
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R. S. (2011). Buku Saku Asuhan Keperawatan Pada Lansia. DKI Jakarta:
CV. Trans Intra Medika.

Mubarak, I. W. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas II. Jakarta: Salemba Medika.

Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Muhith, A. S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi


Offset.

Pakpahan, M. d. (2020). Keperawtan Komunitas. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV. Trans


Info Media.

38

Anda mungkin juga menyukai