Anda di halaman 1dari 20

HIV/AIDS

Oleh:
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah HIV/AIDS ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah HIV/AIDS ini. Saya menyadari masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah HIV/AIDS ini sehingga saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti kita sebagai manusia. Semoga makalah HIV/AIDS ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Bontang, 02 Mei 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi HIV/AIDS..................................................................................
B. Patologi HIV/AIDS..................................................................................
C. Manifestasi Klinis HIV/AIDS.................................................................
D. Diagnose Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium.....................................
E. Perjalanan HIV/AIDS.............................................................................
F. Gejala AIDS.............................................................................................
G. Cara penularan.........................................................................................
G. Perjalanan HIV/AIDS.............................................................................
G. Pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.....................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Penyakit ini bukan penyakit keturunan atau diwarisi. Ia menyerang
kekebalan tubuh (immune system), yaitu sistem pertahanan alami tubuh
terhadap serangan organisme yang merupakan musuh. Penyakit ini
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam memerangi infeksi.
Penyakit AIDS sampai saat ini masih menjadi ancaman terbesar bagi
kesehatan penduduk dunia. Proses penularan yang begitu cepat dan belum ada
yang bisa menahan laju perkembangan AIDS dalam tubuh.
AIDS merupakan penyakit baru dan unik yang ditemukan pertama kali
tahun 1981 di kalangan pria homoseksual Amerika Serikat. Kala itu
ditemukan gejala pneumonia yang disebabkan parasit yang disebut
pneumocystis carinii. Ternyata gejala ini disertai dengan penurunan berat
badan. Barulah pada tahun 1983, para ilmuwan menjawab misteri penyebab
penyakit ini dan pada tahun 1986, WHO menetapkan HIV (Human
Immunodeficiency Virus) sebagai penyebabnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah tentang HIV/AIDS ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian HIV/AIDS?
2. Bagaimana proses penularan HIV/AIDS?
3. Bagaimana perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh manusia?
4. Bagaimana upaya pencegahan penyakit HIV/AIDS?
5. Bagaimana cara tes HIV?
6. Bagaimana cara pengobatan penyakit AIDS?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah tentang HIV/AIDS ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS.
2. Untuk mengetahui proses penularan HIV/AIDS.
3. Untuk mengetahui perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh manusia.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit HIV/AIDS.
5. Untuk mengetahui cara tes HIV.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit AIDS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori HIV/AIDS

1. Definisi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit AIDS yang termasuk kelompok retrovirus.
Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup.
Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa
tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu lama. Meski
demikian, sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome.


“Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi didapat; “Immune” adalah
sistem daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit; “Deficiency”
artinya tidak cukup atau kurang; dan “Syndrome” adalah kumpulan tanda
dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut dari infeksi HIV, yang
merupakan kumpulan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi
HIV berjalan sangat progresif merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga
penderita tidak dapat menahan serangan infeksi jamur, bakteri atau virus.
Kebanyakan orang dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun
setelah tanda pertama AIDS muncul bila tidak ada pelayanan dan terapi
yang diberikan (Kementerian Kesehatan RI 2012).

2. Patogenis HIV/AIDS

Mekanisme utama infeksi HIV dimulai setelah virus masuk kedalam


tubuh pejamu, HIV menyerang sel darah putih (Limfosit Th) yang
merupakan sumber kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit
infeksi. Dengan memasuki Limfosit Th virus memaksa Limfosit Th untuk

3 3
memperbanyak dirinya sehingga hal itu menyebabkan kematian Limfosit
Th. Kematian Limfosit Th membuat daya tahan tubuh berkurang, sehingga
membat daya tahan tubuh berkurang, sehingga membuat infeksi dari luar
(baik virus lain, bakteri, jamur atau parasit) sehingga hal ini
menyebabkan kematian pada orang dengan HIV/AIDS. Selain menyerang
Limfosit Th virus HIV juga memasuki kedalam sel tubuh yang lain, organ
yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. Virus HIV
diliputi oleh selubung protein yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel,
khususnya sel otak serta susunan saraf pusat dan tepi lainnya. Sehingga
terjadinya kematian sel otak (Kumalasari and Andhyantoro 2012).

3. Manifestasi Klinis

Penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi 4 golongan,


yaitu:

a. Penderita asimtomatik tanpa gejala yang terjadi pada masa


inkubasi yang berlangsung antara 7 bulan sampai 7 tahun lamanya
b. Persistent generalized lymphadenophaty (PGL) dengan gejala
limfadenopati umum
c. AIDS Related Complex (ARC) dengan gejala lelah, demam, dan
gangguan sistem imun atau kekebalan
d. Full Blown AIDS merupakan fase akhir AIDS dengan gejala klinis
yang berat berupa diare kronis, pneumonitis interstisial, hepatomegali,
splenomegali, dan kandidiasis oral yang disebabkan oleh infeksi
oportunistik dan neoplasia misalnya sarcoma kaposi. Penderita
akhirnya meninggal dunia akibat komplikasi penyakit infeksi
sekunder.

4
4. Diagnose Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium

Metode yang umum untuk menegakkan diagnosis HIV meliputi:

a. ELISA (Enzyme-Linked ImmunosSorbent Assay)


Sensitivitasnya tinggi yaitu sebesar 98,1-100%. Biasanya tes ini
memberikan hasil positif 2-3 bulan setelah infeksi.

b. Western blot
Spesifikasinya tinggi yaitu sebesar 99,6-100%. Pemeriksaannya
cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam.

c. PCR (Polymerase Chain Reaction) Tes ini digunakan untuk:


1) Tes HIV pada bayi, karena zat antimaternal masih ada pada
bayi yang dapat menghambat pemeriksaan secara serologis.
2) Menetapkan status infeksi individu yang seronegatif pada
kelompok berisiko tinggi
3) Tes pada kelompok tinggi sebelum terjadi serokonversi.
4) Tes konfirmasi untuk HIV-2, sebab ELISA mempunyai
sensitivitas rendah untuk HIV-2 (Widoyono 2011).

5. Etiologi

Penyebab AIDS telah diketahui secara pasti dan jelas disebabkan


oleh HIV. Namun, asal usul HIV sendiri masih belum diketahui secara
pasti. HIV mampu mengkode enzim khusus yang memungkinkan DNA di
transkripsi dari RNA. Sehingga HIV dapat menggandakan gen mereka
sendiri, sebagai DNA dalam sel inang seperti limfosit helper CD4. DNA
virus bergabung dengan gen limfosit dan hal ini adalah dasar dari infeksi

5
kronis HIV. Penggabungan HIV pada sel inang merupakan rintangan
untuk pengembangan antivirus terhadap HIV. Bervariasinya gen HIV dan
kegagalan manusia untuk mengeluarkan antibodi terhadap virus
menyebabkan sulitnya pengembangan vaksinasi yang efektif terhadap
HIV.

6. Perjalanan HIV/AIDS

Sesudah HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan


terinfeksi dan virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut
(terutama sel limfosit T CD4 dan makrofag). Virus HIV akan
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi
untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibody yang
dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah selama 2-12
minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela,
pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain, meski hasil
pemeriksaan laboratoriumnya masih negatif. Hampir 30-50% orang
mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini, di mana gejala dan
tanda yang biasanya timbul adalah: demam, pembesaran kelenjar getah
bening, keringat malam, ruam kulit, sakit kepala dan batuk.

Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda
(asimtomatik) untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun
atau lebih. Namun orang tersebut dapat menularkan infeksinya kepada
orang lain. Kita hanya dapat mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi
HIV dari pemeriksaan laboratorium antibody HIV serum. Sesudah jangka
waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak
diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel limfosit T CD4 dan sel
kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan
tubuh yang progresif. Progresivitas tergantung pada beberapa faktor

6
seperti: usia kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya,
dan faktor genetik.

Infeksi, penyakit, dan keganasan dapat terjadi pada individu yang


terinfeksi HIV. Penyakit yang berkaitan dengan menurunnya daya tahan
tubuh pada orang yang terinfeksi HIV, misalnya infeksi tuberculosis
(TB), herpes zoster (HSV), oral hairy cell leukoplakia (OHL), oral
candidiasis (OC), papular pruritic eruption (PPE), Pneumocystis carinii
pneumonia (PCP), cryptococcal meningitis (CM), retinitis
Cytomegalovirus (CMV), dan Mycobacterium avium (MAC)
(Kementerian Kesehatan RI 2012).

Menurut (Kumalasari and Andhyantoro 2012), orang yang sudah


terinfeksi HIV biasanya sulit dibedakan dengan orang yang sehat
dimasyarakat. Mereka masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa,
badan terlihat sehat dan masih dapat bekerja dengan baik. untuk sampai
pada fase AIDS seseorang yang terinfeksi HIV akan melalui beberapa
fase yaitu:

1) Fase pertama: Masa Jendela/ Window Periode


Pada awal seorang terinfeksi HIV belum terlihat adanya ciri-ciri
meskipun dia melakukan tes darah. Karena pada fase ini sistem antibodi
terhadap HIV belum terbentuk, tetapi yang bersangkutan sudah dapat
menulari orang lain. Masa ini biasanya dialami 1-6 bulan.

2) Fase Kedua
Terjadi setelah 2-10 tahun setelah terinfeksi. Pada fase ini individu
sudah positiv HIV, tetapi belum menampakkan gejala sakit. Pada tahap ini
individu sudah dapat menularkan kepada orang lain. Kemungkinan
mengalami gejala ringan seperti flu (biasanya 2-3 hari dan akan sembuh
sendiri).

3) Fase Ketiga

7
Pada fase ini akan muncul gejala-gejala awal penyakit. Namun,
belum dapat disebut sebagai penyakit AIDS. Pada fase ketiga ini sistem
kekebalan tubuh mulai berkurang. Gejala yang berkaitan dengan HIV
antara lain:

a) Keringat yang berlebih pada waktu malam hari


b) Diare terus menerus
c) Pembengkakan kelenjar getah bening
d) Flu tidak sembuh-sembuh
e) Nafsu makan berkurang dan lemah
f) Berat badan terus berkurang
4) Fase Keempat
Fase ini sudah masuk pada tahap AIDS. AIDS baru dapat
terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah
sel T yang turun hingga di bawah 2.001 mikroliter dan timbul penyakit
tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yang merupakan
penyakit-penyakit yang muncul pada masa AIDS, yaitu:

a) Kanker khususnya kanker kulit yang disebut sarcoma Kaposi


b) Infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan
bernafas
c) Infeksi khusus yang menyebabkan diare parah selama berminggu-
minggu
d) Infeksi otak yang dapat menyebabkan kekacauan mental, sakit
kepala dan sariawan.

7. Gejala AIDS

Menurut (Noviana Nadarsyah 2013) gejala orang yang terinfeksi


HIV menjadi AIDS bisa dilihat dari 2 gejala, yaitu Gejala Mayor (umum
terjadi) dan Gejala Minor (tidak umum terjadi):

8
1) Gejala Mayor
a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam satu bulan
b) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d) Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e) Demensia/ HIV ensefalopi

2) Gejala Minor
a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b) Dermatitis generalisata
c) Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d) Kandidasis orofaringeal
e) Herpes simpleks kronis progresif
f) Limfadenopati generalisata
g) Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h) Retinitas virus sitomegalo

8. Cara Penularan

Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh


melalui tiga cara, yaitu melalui (1) hubungan seksual, (2) penggunaan
jarum yang tidak steril atau terkontaminasi HIV, dan (3) penularan HIV
dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya, yang dikenal
sebagai Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) (Kementerian Kesehatan
RI 2012).

1. Hubungan seksual
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling
dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual

9
dapat terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki
dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi
vaginal, anal, atau oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah
penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung

dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut ke
penis atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular
HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan
masuk ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores dalam
mulut, perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital.

2. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang
terinfeksi Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak
ditapis (uji saring)
Untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit
suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat menembus
kulit. Kejadian di atas dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan,
seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat
penusuk/jarum, juga pada pengguna napza suntik (penasun). Pajanan HIV
pada organ dapat juga terjadi pada proses transplantasi jaringan/organ di
fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Penularan dari ibu-ke-anak


Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus
dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama
hamil, saat persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan
dini, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum
ulang tahun kedua.

10
HIV tidak ditularkan melalui bersalaman, berpelukan, bersentuhan atau
berciuman; penggunaan toilet umum, kolam renang, alat makan atau minum
secara bersama; ataupun gigitan serangga, seperti nyamuk.

9. Pencegahan HIV/AIDS
Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai
berikut.

A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan


seks bagi yang belum menikah.

B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks
(tidak berganti-ganti pasangan).
C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual
dengan menggunakan kondom.
D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar
mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

Individu dapat mengurangi risiko infeksi HIV dengan membatasi paparan faktor
risiko. Pendekatan utama untuk pencegahan HIV sebagai berikut :

1) Penggunaan kondom pria dan wanita

Penggunaan kondom pria dan wanita yang benar dan konsisten selama
penetrasi vagina atau dubur dapat melindungi terhadap penyebaran infeksi
menular seksual, termasuk HIV. Bukti menunjukkan bahwa kondom lateks laki-
laki memiliki efek perlindungan 85% atau lebih besar terhadap HIV dan infeksi
menular seksual (IMS) lainnya.

2) Tes dan konseling untuk HIV dan IMS

Pengujian untuk HIV dan IMS lainnya sangat disarankan untuk semua
orang yang terpajan salah satu faktor risiko. Dengan cara ini orang belajar

11
tentang status infeksi mereka sendiri dan mengakses layanan pencegahan dan
perawatan yang diperlukan tanpa penundaan. WHO juga merekomendasikan
untuk menawarkan tes untuk pasangan. Selain itu, WHO merekomendasikan
pendekatan pemberitahuan mitra bantuan sehingga orang dengan HIV menerima
dukungan untuk menginformasikan mitra mereka sendiri, atau dengan bantuan
penyedia layanan kesehatan.

3) Tes dan konseling, keterkaitan dengan perawatan tuberkulosis Tuberkulosis


(TB) adalah penyakit yang paling umum dan penyebab kematian di antara
orang dengan HIV. Hal ini fatal jika tidak terdeteksi atau tidak diobati,
yang bertanggung jawab untuk lebih dari 1 dari 3 kematian terkait HIV.

Deteksi dini TB dan keterkaitan yang cepat dengan pengobatan TB dan ARV
dapat mencegah kematian pada ODHA. Pemeriksaan TB harus ditawarkan
secara rutin di layanan perawatan HIV dan tes HIV rutin harus ditawarkan
kepada semua pasien dengan dugaan dan terdiagnosis TB. Individu yang
didiagnosis dengan HIV dan TB aktif harus segera memulai pengobatan TB
yang efektif (termasuk untuk TB yang resistan terhadap obat) dan ARV. Terapi
pencegahan TB harus ditawarkan kepada semua orang dengan HIV yang tidak
memiliki TB aktif.

4) Sunat laki-laki oleh medis secara sukarela


Sunat laki-laki oleh medis, mengurangi risiko infeksi HIV sekitar 60%
pada pria heteroseksual. Sunat laki-laki oleh medis juga dianggap sebagai
pendekatan yang baik untuk menjangkau laki-laki dan remaja laki-laki yang
tidak sering mencari layanan perawatan kesehatan.

5) Penggunaan obat antiretroviral untuk pencegahan


Penelitian menunjukkan bahwa jika orang HIV-positif mematuhi rejimen
ARV yang efektif, risiko penularan virus ke pasangan seksual yang tidak
terinfeksi dapat dikurangi sebesar 96%. Rekomendasi WHO untuk memulai

12
ARV pada semua orang yang hidup dengan HIV akan berkontribusi secara
signifikan untuk mengurangi penularan HIV.

6) Profilaksis pasca pajanan untuk HIV


Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat ARV dalam 72 jam setelah
terpapar HIV untuk mencegah infeksi. Profilaksis pasca pajanan mencakup
konseling, pertolongan pertama, tes HIV, dan pemberian obat ARV selama 28
hari dengan perawatan lanjutan. WHO merekomendasikan penggunaan
profilaksis pascapajanan untuk pajanan pekerjaan, non- pekerjaan, dewasa dan
anak-anak.
7) Pengurangan dampak buruk bagi orang-orang yang menyuntikkan dan
menggunakan narkoba
Mulai berhenti menggunakan NAPZA sebelum terinfeksi HIV, tidak memakai
jarum suntik, sehabis menggunakan jarum suntik langsung dibuang atau jika
menggunakan jarum yang sama maka disterilkan terlebih dahulu, yaitu dengan
merendam pemutih (dengan kadar campuran yang benar) atau direbus dengan
suhu tinggi yang sesuai.

10. Pengobatan bagi penderita HIV/AIDS

a. HIV/AIDS belum dapat disembuhkan


Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat
menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu. Ada beberapa kasus yang
menyatakan bahwa HIV/AIDS dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih
lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis, tetapi dengan
pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama ini
digunakan berfungsi menahan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh,
bukan menghilangkan HIV dari dalam tubuh. Obat-obatan ARV sudah
dipasarkan secara umum, untuk obat generik. Namun tidak semua
orang yang HIV positif sudah membutuhkan obat ARV, ada kriteria khusus.
Meskipun semakin hari makin banyak individu yang dinyatakan positif HIV,

13
namun sampai saat ini belum ada informasi adanya obat yang dapat
menyembuhkan HIV/AIDS. Bahkan sampai sekarang belum ada perkiraan
resmi mengenai kapan obat yang dapat menyembuhkan AIDS atau vaksin
yang dapat mencegah AIDS ditemukan.

b. Pengobatan HIV/AIDS
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada
adalah antiretroviral dan infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat
yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV guna menghambat
perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu
AZT, Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Obat infeksi oportunistik adalah
obat yang digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai efek samping
rusaknya kekebalan tubuh. Yang terpenting untuk pengobatan oportunistik
yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis penyakitnya, contoh : obat-obat
anti TBC.13

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
AIDS merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit pada seseorang karena
berkurangnya sistem kekebalan tubuh akibat serangan HIV. HIV mempunyai
kemampuan mengubah diri sehingga mudah melakukan mutasi bila suatu
kondisi tidak menguntungkan hidupnya. HIV hanya bisa hidup pada
cairan/jaringan tubuh manusia. HIV masuk ke dalam pembuluh darah melalui
“pintu masuk” berupa luka pada tubuh, kemudian menyerang sel-sel
kekebalan tubuh sehingga sistem pertahanan tubuh penderita mengalami
kelumpuhan.
Bila seseorang terinfeksi HIV maka hampir di seluruh cairan tubuhnya
mengandung HIV tetapi dengan jumlah berbeda-beda. Walaupun demikian,
yang terbukti dapat menularkan adalah HIV yang terdapat di darah, air mani,
dan cairan serviks atau vagina. HIV menular melalui “pintu masuk” berupa
luka, luka borok, dan yang memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh
yang mengandung virus ke peredaran darah orang yang belum terinfeksi.
Virus HIV mengalami perkembangan di dalam tubuh penderita.
Setelah 5–10 tahun tertular HIV, penderita mulai menunjukkan gejala
bermacam penyakit yang disebabkan oleh rendahnya daya tahan tubuh
sehingga ia menderita penyakit AIDS (Acuired Immuno Deficiency
Syndrome). Penyakit AIDS bukan merupakan penyakit keturunan, tetapi
penyakit ini diperoleh akibat terinfeksi HIV. Dalam tubuh manusia, terdapat
sel-sel darah putih yang berfungsi melawan dan membunuh kuman atau bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Jika seseorang terserang virus HIV, sel-
sel darah putih dihancurkan oleh virus tersebut sehingga tidak mampu lagi
melawan kuman penyakit dan mudah terserang penyakit infeksi lain.

15
B. Saran
Melihat kondisi-kondisi di atas, yang bisa kita lakukan untuk
pencegahan penyebaran HIV adalah berperilaku yang bertanggung jawab
baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain, dan berperilaku sesuai
dengan tuntutan norma agama dan sosial yang berlaku dimasyarakat. Di
samping itu, menyebarkan informasi tentang HIV/AIDS adalah cara lain
untuk melindungi teman, keluarga, dan lingkungan dari penyebaran
HIV/AIDS.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. About HIV/AIDS. 2019.

2. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52


Tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency Virus,
Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke Anak. 2017.

3. Wiley J, Limited S. Kesehatan Seksual. Seksual K, editor. Jakarta: Bumi


Medika; 2014.

4. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. In: Penyakit DJPdP, editor. 2016

5. WHO. Kajian Nasional Respon HIV di Bidang Kesehatan Republik


Indonesia. 2017.

6. Burhan R. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Perempuan Terinfeksi


HIV/AIDS. Jurnal kesehatan Masyarakat Nasional. 2013;8(1):33-8. 54.

7. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka


Cipta; 2007

17

Anda mungkin juga menyukai