HIV/AIDS
Disusun oleh :
Nursipa
(152210046)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Than Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan
anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul "HIV/AIDS" yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah KMB I.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat
dorongan dan bantuan dari sema pihak yang terkait, baik secara moril maupun materil, akhirnya
kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima
kasih kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik
dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar harapan kami
agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain
yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Kasus
AIDS pertama kali ditemukan ole Gottlie di Amerika Serikat pada tahun 1981 dan
virusnya ditemukan oleh Luc Montagnier pada tahun 1983.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi),
termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat
sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta orang dewasa dan 1,7 juta
anak-anak. Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari
Direktorat Jenderal P2M dan PLP Departemen Kesehatan RI sampai dengan 1 Mei
1998 jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23
propinsi di Indonesia. Data jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia pada dasarnya
bukanlah merupakan gambaran jumlah penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini
berlaku teori "Gunung Es" dimana penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari
yang semestinya. Untuk itu WHO mengestimasikan bahwa dibalik 1 penderita yang
terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200 penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat
terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara Dikatakan
pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai penyakit
(AIDS ), virus (HIV) tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang seperti
kesehatan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan
tantangan yang harus dihadapi baik ole negara maju maupun negara berkembang.
Sampai sat ini obat dan vaksin yang diharapkan dapat membantu memecahkan
masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah sat alternatif dalam
4
upaya menanggulangi problematik jumlah penderita yang terus meningkat adalah
upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang mengharuskan kita untuk tidak
terlibat dalam lingkungan transmisi yang memungkinkan dapat terserang HIV.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.11 AIDS
adalah kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti
didapat, bukan keturunan. Immuno terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita.
Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom berarti penyakit dengan
kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat
kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita
lahir.12
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama
lima hingga sepuluh tahun atau lebih.11 HIV (Human Immunodeficiency Virus)
merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai
gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika individu
sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan
mudah masuk ke dalam tubuh. Karena sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat
lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat berbahaya.
1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejala klinis (penderita
AIDS positif).
2. Penderita yang mengidap HIV, tetapi belum menunjukkan gejala klinis (penderita
AIDS negatif).
B. Patofisiologi HIV/AIDS
HIV dapat masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara. HIV dapat mencapai
6
sirkulasi sistemik secara langsung dengan diperantarai benda tajam yang mampu
menembus dinding pembuluh darah atau melalui mukosa. Pada 4 hingga 11 hari sejak
HIV mulai masuk kedalam dan dapat dideteksi di dalam darah (Nasronudin, 2020).
Sirkulasi sistemik dapat disertai dengan tanda gejala infeksi virus misalkan panas
tinggi secara mendadak, nyeri kepala, nyeri sendir, nyeri otot, mual, muntauh, sulit
tidur, batuk atau pilek dan lain lain. Keadaan ini disebut sindrom retroviral akut. Pada
fase ini telah dimulai penurunan CD4 pada peningkatan HIV-RNA Viral load . Viral
load akan meningkat pada awal infeksi dan penurunan sampai pada suatu titik
tertentu. Keadaan tersebut penurunan CD4 yang lebih cepat pada kurun waktu 1,5
sampai 2,5 tahun sebelum akhirnya menjadi stadium AIDS (Nasronudin, 2020).
Reseptor CD4 terdapat pada permukaan limfosit T, monosit magrofag, langerhan's, sel
dendrite, astrosit, microglia. Setelah mask dalam sel target HIV melepaskan single
strand RNA (SsRNA). Enzim reverse transcriptase akan menggunakan RNA sebagai
tempat untuk mensintesis DNA. Mikroorganisme lain yang memicu infeksi sekunder
DNA mempengaruhi jalannya replikasi antara lain bakteri, virus, jamur, maupun
protozoa. Dari golongan mikroorganisme tersebut yang paling besar pengaruhnya
terhadap percepatan replikasi HIV adalah virus non HIV, terutama virus yang didapat
dari DNA (Nasronudin, 2020).
Inti virus baru yang lengkap dan matang akan keluar dan menginfeksi target
berikutnya, dalam sehari HIV mampu melakukan replikasi hingga mencapai 10° - 10"
virus baru (Nasronudin, 2020).
Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh setelah terinfeksi HIV, CD4 akan turn
schingga bisa dilihat bahwa jumlah CD4 mencerminkan kesehatan sistem kekebalan
tubuh penderita, semakin rendah CD4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh. CD4
turn dibawah 200 maka menunjukkan sistem Kekebalan tubuh penderita cukup rusak
schingga infeksi oportunistik dapat menyerang tubuh penderita. Hal in berati sudah
sampai masa AIDS agar penderita dapat menahan sistem kekebalan tubuh agar tetap
shat dengan memakai obat Antiretroviral (ARV) (Murni, 2016).
Jika pengobatan tidak teratasi akan menyebabkan penurunan system imun sehingga
pertahanan individu terhadap mikroorganisme pathogen menjadi lemah dan
meningkatkan resiko terjadinya infeksi sekunder sehingga masuk ke stadium AIDS
(Nasronudin, 2020).
7
C. Tanda dan gejala
Menurut Maulana (2016), sebenarnya tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa
menandai apakah seseorang telah tertular HIV, karena keberadaan virus HIV sendiri
membutuhkan waktu yang cukup panjang (5-10 tahun hingga mencapai masa yang
disebut dengan fullblown). Secara umum, tanda-tanda utama yang terlihat pada
seseorang yang sudah sampai pada tahap AIDS adalah:
D. pemeriksaan diagnostik
1. Tes Antibodi
Akan tetapi, tes ini tidak 100 persen akurat. Karena itu, dokter perlu melakukan
pemeriksaan lanjutan agar infeksi HIV/AIDS yang dialami oleh pasien bisa terdeteksi
secara pasti. Beberapa jenis tes antibodi untuk mendeteksi infeksi HIV/AIDS adalah
sebagai berikut:
Rapid test: dilakukan dengan meletakkan sampel darah pasien ke dalam alat tes HIV
yang terdapat antigen HIV. Tes ini dapat selesai dengan cepat, bahkan hanya
memerlukan waktu 20 menit. Namun, rapid test memiliki tingkat akurasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan jenis pemeriksaan lain, kemungkinan dapat
menghasilkan positif palsu atau negatif palsu.
8
ELISA test: dilakukan dengan memasukkan sampel darah pasien ke dalam tabung
khusus. Kemudian, sampel darah tersebut akan dianalisis pada laboratorium untuk
dilihat apakah terdapat kandungan antibodi HIV. Tes ini biasanya memerlukan waktu
1-3 hari. Western blot test: merupakan tes lanjutan dari ELISA test. Lebih tepatnya,
western blot test dilakukan untuk memastikan adanya pengikatan spesifik antibodi
terhadap protein HIV.
2. Tes Antibodi-Antigen
Tes ini dinilai lebih akurat dan bisa dijadikan sebagai pemeriksaan dini dari
penyakit HIV/AIDS karena antigen akan muncul lebih cepat daripada antibodi, yaitu
sekitar 2 sampai 6 minggu setelah terinfeksi.
E. Penatalaksaan HIV/AIDS
Pemberian terapi ARV dapat menekan viral load hingga kadar yang tidak terdeteksi
(virus tersupresi). Supresi virus dapat meningkatkan fungsi imun dan kualitas hidup
secara keseluruhan, menurunkan risiko komplikasi Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) dan non-AIDS, serta memperpanjang kesintasan pasien. Selain itu,
terapi ARV dapat mengurangi risiko penularan HIV.[2,6,7]
Terapi ARV harus diberikan kepada semua pasien dengan infeksi HIV tanpa
melihat stadium klinis dan nilai CD4. Tabel 1 menyajikan obat-obat ARV berdasarkan
golongannya beserta dosisnya untuk dewasa dan anak-anak
9
1. Meningkatkan penemuan kasus HIV secara dini :
a) Daerah dengan epidemi meluas seperti Papua dan Papua Barat, penawaran tes HIV
perlu dilakukan kepada semua pasien yangdatang ke layanan kesehatan baik rawat
jalan atau rawat inapserta semua populasi kunci setiap 6 bulan sekali.
d) Memperluas akses layanan Konseling dan Tes HIV (KTHIV) dengan cara
menjadikan tesHIV sebagai standar pelayanan di seluruh fasilitas kesehatan(FASKES)
pemerintah sesuai status epidemi dari tiap kabupaten/kota.
e) Dalam hal tidak ada tenaga medis dan/atau teknisi laboratorium yang terlatih, maka
bidan atau perawat terlatih dapat melakukan tes HIV.
g) Bekerja sama dengan populasi kunci, komunitas dan masyarakat umum untuk
meningkatkan kegiatan penjangkauan danmemberikan edukasi tentang manfaat tes
HIV dan terapi ARV.
2. Meningkatkan cakupan pemberian dan retensi terapi ARV, serta perawatan kronis
o Kelompok populasi kunci, yaitu : pekerja seks, lelaki seks lelaki, pengguna napza
10
suntik, dan waria, dengan atau tanpa IMS lain
o Populasi khusus, seperti : Wanita hamil dengan HIV, Pasien koinfeksi TB-HIV,
Pasien ko-Infeksi Hapatitis-HV (Hepatitis B dan C), ODHA yang pasangannya HIV
Negatif, (Pasangan Sero-diskor), dan bayi/anak dengan HIV (Usia < 5 Tahun).
3. Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan viral load (VL) termasuk early infant
diagnosis (EID), hingga ke layanan sekunder terdekat untuk meningkatkan jumlah
ODHA yang masuk dan tetap dalamperawatan dan pengobatan ARV sesegera
mungkin, melalui system rujukan pasien ataupun rujukan spesimen pemeriksaan.
11
BAB III
KESIMPULAN
AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan yang
ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat mematikan
sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat yang kemudian
akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan, stigma, dan
diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan. Hampir semua orang yang diduga
terinfeksi AIDS tidak memiliki akses terhadap tes HIV, inilah yang membuat usaha-
usaha pencegahan dan penyembuhan menjadi sangat rumit. Program pencegahan
penyebaran HIV/AIDS harus segera dilaksanakan, tak terkecuali area Lembaga
Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan.
SARAN
negara lainya.
secara positif dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhan dari telibat
kenakalan remaja.
12
Inialah tantangan rill yang kita hadapi sebagai guru dan
13
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/114858783/Makalah-Hiv-Aids
https://html.scribdassets.com/tk86ukiww59tn81/images/1-de1b9e2919.jpg
https://sg.docworkspace.com/d/cIFiO0bq1AcXDgagG?sa=S0&st=0
https://www.wps.com/d/?from=ios
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/tes-hiv
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/hiv/penatalaksanaan
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/tes-hiv
14