Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV DAN AIDS

DI SUSUN OLEH :

NAMA:CHRISTINA TANGE WINI


NIM:PO5303203200710
TINGKAT:2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU


TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa
sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik
paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus
bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8
juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan
HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta
orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak
tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember
2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 9 Februari 2012
menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang
sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli
epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina
dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B.Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan melatih
kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV
C.MANFAAT

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam


memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan HIV AIDS dan sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Memberikan pengetahuan dan memperkaya
pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada
klien dengan HIV AIDS dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.1.Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang
secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN
hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu
enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan)
menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan
ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami
replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.
2.2 Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal.
Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan
basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya
normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency
Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar
infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat.
Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih
mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai
timbulnya penyakit lebih pendek.
Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

2.3 TANDA DANGELAJA

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:
 Demam hingga menggigil.
 Muncul ruam di kulit (infeksi kulit).

 Muntah.

 Nyeri pada sendi dan otot.

 Pembengkakan kelenjar getah bening.

 Sakit kepala.

 Sakit perut.

 Sakit tenggorokan dan sariawan di lidah maupun dalam rongga mulut.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap
laten dapat berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus
HIV semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak
merasakan gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita
lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:
 Berat badan turun.
 Berkeringat di malam hari.

 Demam.
 Diare.

 Mual dan muntah.

 Herpes zoster

 Pembengkakan kelenjar getah bening.

 Sakit kepala.

 Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV
semakin berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga,
yaitu AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah
rusak parah, sehingga membuat penderita lebih mudah terserang infeksi lain.
Gejala AIDS meliputi:
 Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.
 Berkeringat di malam hari.

 Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.

 Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan
menandakan adanya sarkoma Kaposi.

 Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.

 Diare kronis.

 Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.

 Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.

 Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.

 Mudah marah dan depresi.

 Ruam atau bintik di kulit.

 Sesak napas.

 Tubuh selalu terasa lemah.

2.4 PATOFSIOLOGI
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa
demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar
dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun.
Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan
kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara
laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala.
Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini
berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase
full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang
bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun,
maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer
penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah,
atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensi.
2.5 PATWAY

VIRUS HIV AIDS Cara penularan

 Melalui hubungan seksual dengan


orang yang terinfeksi

 Melalui jarum suntik


 Melalui tranfusi darah/produk darah
yang sudah tercemar hiv
 Pada masa perinatal, saat melahirkan
Invasi virus HIV dan lewat air susu ibu

Menyerang kelejar limpe, limpe dan


sumsum tulang

Infeksi sel t, mikrofag dan sel


dendritik

Mengikat protein perifer cd4


2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :


a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
b. Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan
AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker
terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan
funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu
(Endah Istiqomah : 2009) :
1 Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2 Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
1) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
2) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
a. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
1) Memberikan dukungan mental-psikologis
2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.

3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa


mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang


berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.
BAB III
Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien  : Tn. S
Umur       : 28 Tahun
Diagnosa Medik : HIV\AIDS
Tanggal Masuk    : 23 septembar 2021
Alamat              : waingapu
Suku                 : sumba
Agama               : Kristen Protestan
b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa
tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan
depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
3) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
4) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
5) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
6) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,
gerak otot melindungi yang sakit.
7) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
8) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering
atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker
tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu
intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-
nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher,
ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
9) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
10) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang
terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi.
11) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,
penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan
keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

3.2 Dianosa Keperawatan

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi.
b. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.
3.3 INTERVENSI

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan criteria
Keperawatan Intervensi Rasional
hasil

1 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Intake menurun


kurang dari Tindakan kemampuan dihubungkan dengan
kebutuhan tubuh keperawatan 1x24 mengunyah dan nyeri tenggorokan
berhubungan jam diharapkan klien menelan. dan mulut
dengan intake protein dalam batas 2. Monitor BB, 2. Mengurangi muntah
yang kurang, normal dengan intake dan ouput 3. Meyakinkan bahwa
meningkatnya 3. Rencanakan makanan sesuai
kebutuhan KH:mual dan muntah diet dengan dengan keinginan
metabolic, dan dikontrol, pasien pasien dan orang pasien
menurunnya makan TKTP, serum penting lainnya.
absorbsi zat gizi. albumin dan protein
dalam batas n ormal,
BB mendekati seperti
sebelum sakit.

2 Tidak efektif Setalah melakukan 1. Kaji koping 1. Memulai suatu


koping keluarga Tindakan keluarga terhadap hubungan dalam
berhubungan keperawatan 1x24 sakit pasein dan bekerja secara
dengan cemas jam diharapkan perawatannya konstruktif dengan
tentang keadaan Keluarga atau orang 2. Biarkan keluarga.
yang orang penting lain keluarga 2. Mereka tak
dicintai. mempertahankan mengungkapkana menyadari bahwa
suport sistem dan perasaan secara mereka berbicara
adaptasi terhadap verbal secara bebas
perubahan akan 3. Ajarkan 3. Menghilangkan
kebutuhannya kepada keluaraga kecemasan
dengan tentang penyakit tentang transmisi
dan transmisinya. melalui kontak
KH:pasien dan sederhana.
keluarga berinteraksi
dengan cara yang
konstruktif
3.3 Implementasi

No Tt
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx d

1 23 1 1) MemonitorKemampuan S : Diharapkan protein dan BB klien


septemb mengunyah dan dalam batas normal
er 2021 menelan.
O:
2) Memonitor BB, intake
dan ouput  Klien tidak muntah lagi

3) Merencanakan diet  Klien tidak susah menelan dan


dengan pasien dan orang mengunyah
penting lainnya.
 Klien melaksanakan diet

TTV :

TD : 120/80

N : 80x/menit

S : 37 C

RR : 20x/menit

 berat badan pasien naik dari 50


kg menjadi 54.5 kg

A : masalah kekurangan protein dalam


tubuh sudah teratasi

P : intervensi dihentikan

2 24 2 1) mengKaji koping S : diharapkan keluarga dsn klien


septemb keluarga terhadap sakit berinteraksi dengan baik
er 2021 pasein dan
perawatannya O :klien sudah bisa berinteraksi
dengan keluarga
2) memBiarkan keluarga
mengungkapkana A : masalah coping keluarga sudah
perasaan secara verbal teratasi.

3) mengAjarkan kepada P : intervensi dihentikan


keluaraga tentang
penyakit dan
transmisinya.
3.5.Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan


pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Dari
tiga diagnosa prioritas utama yang penulis tegakan sesuai dengan apa yang penulis
temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan, kurang
lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu
dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim
kesehatan lainya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa
demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar
dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun.
Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan
kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
4.2. Saran

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai klien dengan HIV AIDS karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang
luas mahasiswa akan mampu mengembangkan kemampuan dan potensial diri dalam dunia
keperawatan,dan kesehatan, dan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai HIV
AIDS pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nugroho, Taufan & Scorviani, Vera. 2017. Kamus pintar kesehatan.
Yokyakarta : Nuha Medika

Tim Dapur Naskah. 2011. Penyakitan AIDS. Bandung : CV. Amalia book.

Dr. H. R. Hasdianah. 2018. Virologi Mengenal Virus Penyakit Dan Pencegahan.


Yogyakarta :Nuha Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemban


Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah


Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

Anda mungkin juga menyukai