Anda di halaman 1dari 23

TUGAS ASKEP

MAKALAH SEMINAR TENTANG PENYAKIT COLITIS

DISUSUN OLEH

NAMA : SELIN ARISANDI INA

NIM : PO5303203200686

TINGKAT : 2A

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

DOSEN PEMBIMBING :INEKE NOVIANA,S.Tr.Kep.,M.Tr.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
perlindungannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Seminar yang berjudul
Penyakit Colitis ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Frambusia
bagi pembaca maupun penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Ineke Noviana, S.Tr.Kep.,M.Tr.Kep
Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan ilmunya dalam
pembuatan makalah ini. Sehingga, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terliat dalam pembuatan
makalah in sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Saya menyadari, makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Waingapu , 18 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................................
1.3 Manfaat.............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................
2.1 Pengertian.........................................................................................................
2.2 Etiologi.............................................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala..............................................................................................
2.4 Patofisiologi......................................................................................................
2.5 Pathway............................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................
2.7 Penatalaksanaan Medis.....................................................................................
2.8 Pendidikan Kesehatan.......................................................................................
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN.................................................................
3.1 Pengkajian........................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................
3.3 Intervensi..........................................................................................................
3.4 Implementasi....................................................................................................
3.5 Evaluasi............................................................................................................
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kolitis Ulseratif (KU) termasuk salah satu penyakit peradangan usus yang menahun
yaitu Inflammatory Bowel Disease (IBD) / penyakit inflamasi usus. Penyakit ini merupakan
penyakit yang belum diketahui penyebabnya dengan prevalensi berkisar 10 -20 x, terjadi
pada usia muda (umur 25-30 tahun) wanita dan pria sama tetapi ada perbedaan dalam
geografis dan sosial ekonomi tinggi. KU merupakan jenis kolitis yang sering ditemukan di
daerah tropik dan negara industri. Faktor imunitas dan stress oksidatif mempunyai peran
penting pada KU. Distribusi penyakit ini tersebar diseluruh dunia, didapatkan 6 – 12 per
100.000 populasi dengan prevalensi 76 – 150 per 100.000 populasi. Pada penelitian yang
dilakukan di RSCM kasus KU didapatkan antara 5 – 10 kasus pertahun. Data dimasyarakat
mungkin lebih tinggi daripada data yang ada di RS, mengingat sarana endoskopi belum
tersedia secara merata di pusat pelayanan kesehatan di Indonesia. Dengan mengetahui data
diatas dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun prevalensi KU meningkat
(Chudachman,1998). KU dapat diinduksi pada hewan coba dengan sulfated polysaccharides
yaitu carrageenan, amylopectin sulfate, dan dextran sulfate (Kim HS, 1992). Penelitian pada
mencit dengan pemberian Dextran Sulfate Sodium (DSS) secara oral akan menginduksi
terjadinya KU. Pemeriksaan histopatologi pada mencit yang diinduksi DSS memiliki
kemiripan dengan KU yang terjadi pada manusia. Radikal bebas adalah molekul yang
memiliki elektron tidak berpasangan sehingga menjadi komponen yang tidak stabil dan
sangat reaktif. Radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh maupun dari lingkungan. Faktor
lingkungan juga dapat meningkatkan radikal bebas seperti polusi udara, radiasi sinar matahari
(ultraviolet), zat kimia, asap rokok, asap kendaraan bermotor, dan masih banyak lagi yang
lainnya. Pada awalnya radikal bebas dianggap tidak banyak merugikan kesehatan manusia,
namun berdasarkan penelitian ilmiah ternyata radikal bebas 2 dapat merusak sel-sel manusia.
Lambat laun kerusakan akan merambat pada jaringan tubuh sehingga kerusakan tersebut
dapat mengakibatkan gangguan pada organ tubuh (Sadhonohadi, 2008). Antioksidan
merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir dan mencegah kerusakan
yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal. Ada dua macam antioksidan yaitu
Antioksidan internal (Antioksidan Primer) yaitu antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
sendiri seperti Super Oxide Dismutase (SOD), Gluthation Peroxidase (GPx), dan Catalase
(Cat). Dan Antioksidan eksternal (Antioksidan Sekunder) yang tidak dihasilkan oleh tubuh
tetapi berasal dari makanan seperti Vitamin A, beta karoten, Vitamin C, Vitamin E,
Selenium, Flavonoid, dan lain-lain (Aditya Baria, 2008). Stroberi (Fragaria vesca L.) mulai di
kenal di Indonesia pada pertengahan tahun 1990-an di Rancabali, Bandung. Buah stroberi
memiliki kandungan manfaat yang berguna bagi manusia. Salah satunya stroberi digunakan
sebagai tanaman obat karena sangat kaya dengan vitamin C, sumber folat dan potasium.
Stroberi juga mengandung fitokimia yang berfungsi sebagai antioksidan yang ampuh untuk
mengikat radikal bebas, sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit. Stroberi dapat
mengurangi kadar kolesterol, membantu melumpuhkan kerja aktif kanker karena asam
ellagik yang juga dikandungnya. Stroberi juga mampu meredam gejala stroke serta
mengandung zat antialergi dan zat antiradang (Irma, 2008). KU merupakan penyakit yang
disebabkan oleh proses stress oksidatif, sedangkan buah stroberi memiliki efek anti oksidan,
dengan alasan ini maka dilakukan penelitian untuk mengetahui efek Ekstrak Air Buah
Stroberi (EABS) sebagai anti oksidan pada gambaran histopatologik kolon serta anti diare
pada mencit jantan galur Swiss Webster yang diinduksi DSS

1.2 Tujuan penulisan

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh obat alternatif dan komplementer
untuk mengatasi kolitis ulseratif yang lebih optimal. Tujuan penelitian ini adalah menilai 1.
pengaruh ekstrak etanol biji alpukat dalam memperbaiki gambaran histopatologik kolon
dengan parameter hilangnya kripta pada mencit galur Swiss Webster yang diinduksi DSS. 2.
pengaruh ekstrak etanol biji alpukat dalam memperbaiki konsistensi feses pada mencit galur
Swiss Webster yang diinduksi DSS.

1.3 Manfaat

Manfaat Penelitian Makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam


perkembangan ilmu pengetahuan dan memberikan informasi tentang colitis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian penyakit Colitis

Kolitis ulseratif atau ulcerative colitis adalah peradangan pada usus besar (kolon) dan bagian
akhir usus besar yang tersambung ke anus (rektum). Kondisi ini sering kali ditandai dengan diare
yang terus menerus, disertai darah atau nanah pada tinja

Pengertian Kolitis ulseratif adalah kondisi kronis yg tidak diketahui penyebabnya


biasanya mulai pada rektum dan bagian distal kolon dan mungkin menyebar keatas dan
melibatkan sigmoid dan kolon desenden atau seluruh kolon. Ini biasanya hilang timbul (akut
eksaserbasi denga remisi panjang), tetapi beberapa individu ( 30%-40%) mengalami gejala
terus menerus. Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau
kronik oleh virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga
disbabkan gagguan aliran darah ke daerah kolon yg dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya
penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit cohm.
Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yg
ditutupi sel-sel lingfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan zat kimia aibat
radiasi dengan barium enema yg merusak lapisan mukosa kolon, dikenal denga kolitis
kemikal. B. Faktor Resiko Faktor resiko yg mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari
teori blum dibedakan menjadi 4 faktor, yaitu : faktor biologi, falktor lingkungan, faktor
pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. 

Kolitis (radang usus) adalah penyakit peradangan pada lapisan usus besar. Peradangan
yang mengganggu sistem pencernaan ini bisa disebabkan oleh infeksi, penyakit tertentu yang
menyerang fungsi usus, atau reaksi alergi.
Usus besar berbentuk seperti tabung berongga yang dipenuhi oleh otot-otot polos. Bagian
usus ini berfungsi untuk mengolah makanan dari usus kecil, menyerap air, dan menyaringnya
hingga benar-benar menjadi feses.

Peradangan yang terjadi pada usus besar menyebabkan pembentukan luka berlubang yang
disertai dengan berbagai gejala menyakitkan.
2.2 Etiologi

Etiologi Kolitis bisa menjalar kebelakang sehingga menyebabkan proktis. Penyebab


dari kolitis ada beberapa macam antara lain :
Infeksi trichuris fulpis, ancylostoma sp. Entamoeba histolytica, balantidium coli, giardia spp,
trichomonas spp, salmonella spp, klostridium spp, campylobacter spp, yersinia enterolitica,
escherichia coli, prototheca, histoplasma capsulatum, dan phycomycosis. a. Faktor
familial/genetik Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang cina, dan insidensinya meningkt ( 3-6 kali lipat) pada orang yahudi
dibandingkan dengan orang non-yahudi. Hal ini menunjukan bahwa ada predisposisi genetik
terhadap perkembangan penyakit ini Trauma : benda asing, material yg bersifat abrasif.
Alergi : protein dari pakan atau bisa juga dari protein bakteri. Polyps rektokolon Intususepsi
ileokolon Inflamasi : lymphoplasmacytic, eoshinophilic, granulopmatous, histiocytic
Neoplasia : lymphosarcoma, adenocarcinoma Syndrom iritasi usus besar (irritablebowel
syndrom)

2.3 Tanda dan gejala

Gejala umum berupa demam,di saringan atau malah tidak muncul jika penyakit
menyebar ke usus besar, lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.
Penderita sering mengalami keram perut yang berat,kejang pada rektum yang terasa nyerih,
di sertai keinginan untuk buang air besar yang sangat.pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang.tinja tampak encer dan mengandung nanah,darah dan lendir. Yang paling sering di
temukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah. Penderita bisa
demam,nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang. Tinja tampak encer dan
mengandung nanah,darah dan lendi. Yang paling sering di temukan adalah tinja yang hampir
seluruhnya berisi darah dan nanah. Penderita bisa demam,nafsu makannya menurun dan berat
badannya berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah,darah dan lendi. Yang
paling sering di temukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam,nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang. Kolitis
ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan kolon dan rektum
penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia,termasuk orang keturunan yahudi. Puncak
insidens adalah pada usia 30-50thn. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius,di sertai dengan
komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi, akhirnya 10% sampai 15% pasien
mengalami karsinomakolon. Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan di
karakter ristikan dengan adanya ulserasi multipel,inflamasi menyebar,dan deskuamasi atau
pengelupasan epitelium kolonik perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi.

Gejala utama colitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen , sering kali
dengan demam dan penurunan berat badan pada kasus berat. Pada penyakit ringan, bisa
terdapat satu atau dua feses yang setengah berbentuk yang mengandung sedikit darah dan
tanpa manifestasi sistemik. Derajat klinik colitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan
ringan. Berdasarkan frekuensi diare, ada tidaknya demam , derajat beratnya anemia terjadi 17
dan laju endap darah (klasifikasi Truelove). Perjalanan penyakit colitis ulseratif dapat dimulai
dengan serangan pertama yang berat ataupun yang ringan yang bertambah berat secara
gradual setiap minggu. Berat ringannya serangan pertama sesuai dengan panjangnya kolon
yang terlibat. Pada colitis ulseratif terdapat reksi radang yang secara primer mengenai
mukosa kolon. Secara makroskopik , kolon tampak berulserasi, hiperemik, dan biasanya
hemoragik. Gambaran mencolok dari radang adalah bahwa sifatnya seragam dan kontinu
dengan tidak ada daerah tersisa mukosa yang normal. Gejala kolitis ulseratif dapat berbeda
pada tiap penderita, sesuai tingkat keparahannya. Beberapa gejala yang sering muncul pada
penyakit ini adalah:

1. Diare yang disertai darah atau nanah.


2. Nyeri perut bisa memberat dan berkurang. Nyeri bertambah saat diare dan kemudian
berkurang
3. Nyeri bisa berlangsung terus menerus
4. Sering ingin buang air besar, tapi tinja sulit
5. Tubuh mudah lelah.
6. Nyeri anus.
7. Berat badan menurun.
8. Demam.
9. Kembung dan peningkatan udara usus
10. Perdarahan saat gerakan usus. Harus dibedakan dengan ambeien yang mengalami
perdarahan
11. Tenesmus atau nyeri akibat peredangan pada pergerakan usus Kadang gejala di atas
dapat dirasakan lebih ringan atau bahkan tidak muncul sama sekali selama beberapa
minggu atau beberapa bulan. Kondisi ini disebut periode remisi. Periode remisi
kemudian dapat diikuti dengan munculnya kembali gejala, yang disebut dengan
periode relaps. Selain gejala di atas, penderita kolitis ulseratif yang relaps juga dapat
mengalami gejala lain, seperti:

 Sariawan
 Mata merah
 Nyeri dan bengkak pada sendi Pada kasus yang parah, penderita dapat
mengalami jantung berdebar hingga 18 sesak napas.

2.4 Patofisiologi

Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari
gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada
colitis maka sistem imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan ulkus.
Ulkus terjadi disepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang menyebabkan
darah keluar bersamaan dengan feses. Darah yang keluar biasanya berwarna merah, karena
darah ini tidak masuk dalam pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah
didaerah kolon yang rusak akibat ulkus, selain itu ulkus yang lama kemudian akan
menyebabkan peradangan menahan sehingga terbentuk pula nanah (pus). Ulkus dapat terjadi
pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon asenden , kolon tranversummaupun kolon
sigmoid. Suatu serangan bisa mendadak berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut dan peritoritis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangan sakit.
Yang lebih sering terjadi adalah serangannya mulai bertahap, dimana penderita memiliki
keinginan untung buar air besar yang sangat kram ringan pada perut bawah dan tinja yang
berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada rectum dan kolon sigmoid, tinja
mungkin normal atau keras dan kering.tetapi selama atau diantara waktu buang air besar dari
rectum keluar lendir yang mengan dung banyak sel darah merah dan sel darah putih.. gejala
umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus
besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10- 20 kali. Penderita sering
mengalami kram perut yang berat, kejang pada rectum yang terasa nyeri, disertai keinginan
untuk buang air besar. Pada malam hari gejala ini pun berkurang. Tinja tampak encer dan
mengandung nanah darah dan lender. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir
seluruhnya berisi darah dan nanah. Penderita bisa demam , nafsu makannya menurun dan
berat badannya berkurang. Colitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang
dari lapisan mukosa kolon dan rectum. 19 Colitis ulseratif mempengaruhi mukosa
superflisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi
menyebar,dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai
akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut yang terjadi secara bergantian , satu lesi diikuti yang
lainnya. Proses penyakit dimulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon,
akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertropi dan deposit lemak.
2.5 Pathway
2.6 Pemeriksaan Penunjang

Sebelum melakukan prosedur pemeriksaan untuk mendiagnosis colitis ulseratif,


dokter mungkin akan bertanya tentang riwayat kesehatan yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis seperti :

1. Pemeriksaan darah untuk melihat kemungkinan anemia atau infeksi sebagai tanda
infeksi akibat colitis ulseratif
2. Pemeriksaan sampel tinja untuk mendeteksi sel-sel darah putih pada tinja. Sampel
feses
3. Dilakukan untuk memeriksa apakah feses mengandung sel darah putih. Sel darah
putih pada
4. feses termaasuk salah satu gejala colitis ulseratif
5. Rontgen atau CT scan jika terdapat kemungkinan komplikasi
6. Kolonoskopi untuk melihat rongga usus besar dan dinding bagian dalam usus.
Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk melihat seluruh usus besar
menggunakan tabung tipis, fleksibel, dan terang dengan kamera terpasang. Selama
prosedur , dokter dapat mengambil sampel kecil jaringan (biopsy) untuk analisis
laboratorium.
7. sigmoidoskopi fleksibel : prosedur pemeriksaan ini menggunakan tabung berbentuk
ramping, lentur dan terang untuk memeriksa rectum dan sigmoid, yaitu bagian
terakhir dari usus besar.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Penanganan medis untuk penyakit crohn dan colitis ulseratif ditujukan dalam upaya
mengurangi inflamasi, menekan respons imun yang tidak tepat, mengistirahatkan usus yang
sakit sehingga proses pemulihan dapat dimulai, meningkatkan kualitas kehidupan dan
mencegah atau meminimalkan komplikasi. Penatalaksanaan secara umum :

1. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita


2. Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare
3. Menghindari makanan dingin dan merokok karena keduanya dapat meningkatkan
motilitas usus.
4. Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi lactose
Terapi obat : Obat – obatan sedatife dan anti diare atau antiperistaltik digunakan
untuk mengurangi peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang 21
terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses
pasien mendekati normal.

 Menangani inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau Sulfisoxazal (Gantrisin)


 Antibiotik : digunakan untuk infeks
 Mengurangi peradangan : Kortikosteroid (Bila kortikosteroid dikurangi, gejala
penyakit ini dapat berulang. Bila kortikosteroid dilanjutkan gejala sisa
merugikan seperti hipertensi, retensi cairan, katarak, hirsutisme (pertumbuhan
rambut pada abnormal)

2.8 Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk


membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat
pendidik (Suliha,dkk,2002). Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah
upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan
tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan
menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku
sasaran.Tujuan pendidikan kesehatan Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam dan Efendi,
2008) yaitu : Terjadi perubahan sikap dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus
dan masyarakat dalam membina serta memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

 Identitas pasien Meliputi : Nama, Umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk, rumah sakit, tanggal pemeriksaan , diagnostic medis.
 Identitas penanggung jawab Meliputi : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat,
dan hubungan dengan klien

2. Keluhan Utama : Biasanya pada klien yang terkena colitis ulseratif mengeluh nyeri perut,
diare, demam, anoreksia

3. Riwayat kesehatan : Riwayat kesehatan sekarang : perdarahan anus, diare dan sakit perut,
peningkatan suhu tubuh, mual, muntah anoreksia, perasaan lemah , dan penurunan nafsu
makan

4. Riwayat kesehatan

untuk menentukan penyakit dasar colitis ulseratif. Pengkajian predisposisi seperti


genetic, lingkungan, infeksi, imunitas, makanan dan merokok perlu di dokumentasikan.
Anamnesispenyakit sistemik, seperti DM, hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan
sebagai sarana pengkajian profetif

5. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum b. Vital Sign, meliputi

 Tekanan darah : Dalam batas normal (120/80 mmHg) 24


 Nadi : Takikardia atau diatas Normal (> 100x/menit)
 Suhu : Klien mengalami demam (> 37,5⁰c)
 Respirasi : Dalam batas Normal (16-20x/menit

6. Sistem pencernaan

 terjadi pembengkakan pada abdomen


 Nyeri tekan pada abdomen
 Bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35x/menit)
 Anoreksia
7. Sistem Pernafasan : Respirasi Normal (16-20x/menit)

8. Sistem kardiovaskuler : Peningkatan nadi (takikardia)

9. Sistem neurologi :

 Peningkatan suhu tubuh (demam)


 Kelemahan pada anggota gerak

10. Sistem integument dan turgornya jelek : kulit dan membrane mukosa kering

11. Sistem musculoskeletal : Kelemahan otot dan tonus otot buruk

a. Aktivitas/istirahat Gejala:

 Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah


 Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
 merasa gelisah dan ansietas

 pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyakit

b. Sirkulasi

Tanda:

 Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri


 Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
 TD : Hipotensi, termasuk postural
 Kulit/membrane mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/malnutrisi)

c. Integritas ego

Gejala:
 Ansietas ketakutan, emosi, kesal, misalnya: perasaan tak berdaya/tak ada harapan
 factor stress akut/ kronis, misalnya : hubungan dengan keluarga/ pekerjaan,
pengobatan yang mahal
 actor budaya peningkatan prevalensi dari populasi yahudi

Tanda

 menolak, perhatian menyempit, depresii


d. Eliminasi

Gejala:

 tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
 Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat
dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi/ hari)
 perasaan dorongan/ kram (temosmus), defekasi berdarah /mukosa dengan atau tanpa
keluar feses.
 perdarahan per rectal
 Riwayat batu ginjal (dehidrasi)

Tanda :

 Menurunnya bising usus taka da peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat
 Hemosoid, fisura anal (25%), fisural perianal
 oliguria.

e. Makanan/ Cairan

Gejala:

 anoreksia, mual/ muntah


 penurunan berat badan
 tidak toleran terhadap diet/ sensitive. Misalnya: buah segar, atau sayur.
 Produk susu makanan berlemak

Tanda :

 penurunan lemak subkutan/ massa otot


 kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk 26
 membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut

f. Higiene :

Tanda :

 ketidak mampuan mempertahankan perawatan diri


 stomatistis menunjukan kekurangan vitamin
 bau badan
g. Nyeri/ kenyamanan

Gejala :

 yeri/ nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
 titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
 nyeri mata, fotofobia (iritas) Tanda:
 nyeri tekan abdomen/distensi

h. Keamanan

Gejala :

 Riwayat lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vaskulitis


 Arthiritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)
 peningkatan suhu 39,6-40⁰c (eksoserbasi akut)
 penglihatan kabur
 alergi terhadap makan/ produk susu (mengeluarkan histamina kedalam usus dan mempunyai
efek inflamasi)
Tanda :
 lesi kulit mungkin ada misalnya : eritoma nodusum (meningkatkan), nyeri, kemerahan
dan bengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi tekan purulent/ lepuh
dengan batas keunguan)
 antilosa spondylitis
 uveitis, konjutivitis/ iritis

i. Seksualitas

Gejala :

 frekuensi menurun/ menghindari aktifitas seksual

j. Interaksi sosial

Gejala :

 masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi

 ketidak mampuan aktif dalam social


3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Brunner & Suddarth, 2002, diagnose keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan colitis ulseratif :

1. Diare berhubungan dengan proses inflamasi


2. Nyeri abdomen , berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan
diet, mual, dan malabsorpsi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan a. Potensial perubahan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan adanya mual.
Tujuan dan KH :
 Klien tidak mual
 Nafsu makan klien membaik

 klien tidak merasa nyeri dibagian abdomen-nya


 Berat badan klien bertambah

 Pola eliminasi kembali normal

3.3 Intervensi

1. Diare berhubungan dengan proses keradangan usus

Tujuan: pasien melaporkan pengurangan diare

Intervensi Keperawatan:

 Pertahankan lingkungan basien bebas bau


 Lakukan perawatan perianal yang baik
 Kurangi aktivitas fisik selama periode diare akut
 Berikan cairan dan elektrolit oral
 Tentukan hubungan antara diare dan makanan tertentu yang dikonsumsi
 Kaji penurunan frekuensi /jumlah feses, peningkatan kosistensi feses
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare dan
penurunan absorpsi usus halus.

Tujuan: Pasien akan mencapai intake nutrient & kalori yang optimal untuk meningkatkan
penyembuhan usus

Intervensi Keperawatan:
Berikan nutrisi parenteral (TPN) bila gejala usus bertambah berat

 Berikan diet tinggi protein, rendah lemak dan rendah serat


 Berikan makanan porsi kecil tapi sering
 Berikan obat anti diare sesuai resep
 Pantau intake dan output
 Anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik ( sekali seminggu ).

3. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia dan diare
Tujuan: Pasien dapat mencegah kekurangan cairan dan elektrolit
Intervensi Keperawatan:
Timbang berat badan setiap hari

 Kaji terhadap adanya tanda kekurangan cairan (mukosa/ kulit kering, turgor turun,
oliguria, hipotensi, nadi cepat dan lainnya)
 Berikan cairan intravena sesuai resep
 Monitor kadar elektrolit serum

4. Nyeri abdomen berhubungan dengan berhubungan dengan inflamasi usus dan peningkatan
peristaltik
Tujuan: Pasien menyatakan nyeri abdomen berkurang atau teradaptasi
Intervensi Keperawatan:
Berikan aktivitas untuk mengalihkan nyeri

 Batasi aktivitas pasien/ hindari kelelahan


 Beri kompres hangat pada abdomen.
 Berikan obat anti mikroba, antidiare/antimotilitas sesuai resep
 Ajarkan teknik relaksasi pernafasan dalam pada saat nyeri muncul.
 Berikan obat analgesik sesuai resep.
 Observasi karakter nyeri

3.4 Implementasi

Sebelum masuk pada implementasi sistem, dibuatlah implementasi perhitungan


manual untuk melakukan pemodelan pada proses diagnosis penyakit. Perhitungan manual
digunakan untuk menjelaskan proses perhitungan menggunakan metode certainty factor
untuk menghasilkan nilai kepastian suatu hasil diagnosis penyakit. Perhitungan ini juga
digunakan ketika fakta dari gejala-gejala yang diinputkan oleh klien pada sistem tidak
terdapat pada data aturan yang ada di dalam sistem, sehingga untuk menentukan hasil suatu
diagnosis dilakukan perhitungan terhadap gejala-gejala yang diinputkan pada setiap penyakit
yang ada di dalam sistem

3.5 Evaluasi

Berdasarkan diagnosis yang telah diidentifikasi, perawat mengevaluasi perawatan


pasien dengan kolitis ulseratif. Kriteria hasil yang diharapkan bahwa pasien akan:
Mengalami penurunan frekuensi diare

 Memilih diet tinggi serat, dan menghindari makanan yang dapat meningkatkan gejala
 Menentukan pola eliminasi usus yang teratur.
 Tidak menunjukkan manifestasi komplikasi kolitis.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Kolitis adalah suatu penyakit ulseroinflamatorik yang mengenai kolon, tetapi terbatas
di mukosa dan submukosa, kecuali pada kasus yang sangat parah. Kolitis ulseratif berawal di
rektum dan meluas perkontinuitatum ke proksimal, kadang-kadang mengenai seluruh kolon
(Robbins, 644,2004). Kolitis ulseratif adalah kondisi kronis yang tidak diketahui
penyebabnya biasanya mulai pada rektum dan bagian distal kolon dan mungkin menyebar
keatas dan melibatkan sigmoid dan kolon desenden atau seluruh kolon. Ini biasanya hilang
timbul ( akut eksaserbasi dengan remisi panjang), tetapi beberapa individu (30%40%)
mengalami gejala terus menerus (Doenges, 471, 2000). Penyebab dari kolitis ulseratif sangat
beragam, meliputi fenomena autoimun, faktor genetik perokok pasif, diet, pascapendektomi,
dan infeksi. Untuk memastikan adanya penyakit kolitis ulseratif dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan diagnostik seperti pemeriksaan laboratorium, prosedur endoskopi, pemeriksaan
radiografik diantaranya CT scan, foto polos abdomen, dan studi kontras barium. Sedangkan
untuk Asuhan Keperawatan kolitis ulseratif mencakup semua kebutuhan dasar manusia.

4.2 SARAN

Dengan di susunnya makalah seminar ini mengharapkan kepada semua pembaca agar
dapatmenelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit saluran pencernaan.
Disamping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga
kami  bisa menjadi lebih baik pada makalah asuhan keperawatan kami dikemudian hari
DAFTAR PUSTAKA

Moorhouse,Dongoes.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi3.Jakarta:EGC2.


Smeltzer,Suzanne.2002.keperawatan Medikal Bedah. Volume 2.Edisi 8.Jakarta EGC3.
Anonim. 2011. http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/colitis/. Postedby: oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai