DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ANGGOTA KELOMPOK :
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap
infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada
dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti
darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan, pada 2020 ada 37,7 juta orang
yang hidup di dunia dengan human immunodeficiency virus (HIV), 1,5 juta infeksi HIV
baru, dan 680 ribu kematian terkait acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS).Berdasarkan estimasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus baru HIV
(Human Immunodeficiency Virus) di seluruh dunia hampir 1,5 juta kasus pada 2020. Afrika
tercatat sebagai kawasan yang memiliki jumlah kasus baru HIV tertinggi, yakni 880 ribu
kasus. Kasus HIV juga banyak ditemukan di Eropa. Pada 2020, jumlah kasus di benua biru
itu mencapai 170 ribu kasus. Kemudian, sebanyak 150 ribu kasus HIV terbaru tercatat ada di
kawasan Amerika. Selanjutnya, kawasan Pasifik Barat mempunyai 120 ribu kasus HIV baru.
Kawasan Asia Tenggara dan Mediterania Timur memiliki kasus baru HIV masing-masing
sebesar 100 ribu kasus dan 41 ribu kasus.
Sedangkan penderita HIV di Indonesia menurut Kementerian Kesehatan
melaporkan, jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) turun 16,5% dari 50.282
kasus pada 2021 menjadi 41.987 pada 2022. Sebaliknya, kasus Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) megalami peningkatan 22,78% dari 7.036 pada 2021 menjadi
8.639 pada 2022.
Data kasus HIV/AIDS di Provinsi NTT yang dihimpun Dinas Kesehatan
Provinsi NTT dari tahun 1997 sampai Maret 2021 terdapat sebanyak 7662 kasus yang
tersebar di 22 kabupaten/kota dengan 1443 orang penderita meninggal dunia. Kota Kupang
masih menjadi penyumbang terbanyak dengan 3903 kasus. Hal ini belum sesungguhnya
benar karena sistem pendataan masih belum baik di kabupaten yang disinyalir jumlah
penderita AIDS juga signifikan (fenomena gunung es). Khususnya di kabupaten dengan
jumlah kunjungan wisatawan yang banyak seperti Kabupaten Manggarai Barat dan
kabupaten penyedia pekerja migran (baik ke luar daerah dan luar negeri) seperti Kabupaten
Flores Timur dan Belu.
1.2.Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan melatih
kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui defenisi HIV
b. Untuk mengetahui etiologi HIV
c. Untuk mengetahui klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui patofisiologi HIV
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis HIV
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang HIV
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV
h. Untuk mengetahui komplikasi dan pencegahan HIV
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan HIV
1.3 MANFAAT
Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam
memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan HIV AIDS dan sebagai
salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Memberikan pengetahuan dan memperkaya
pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun asuhan keperawatan pada
klien dengan HIV AIDS dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.1.Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi
virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:
a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV (Doenges, 1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir
dari infeksi oleh HIV(Sylvia, 2005).
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara
khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN
(hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim
transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai
ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti
replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus
ikut mengalami replikasi.
2.2 Etiologi
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan
tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal.
Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan
basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya
normal. Selain penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency
Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar
infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat.
Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih
mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai
timbulnya penyakit lebih pendek.
Cara penularan AIDS (Arif, 2000)antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung hingga
beberapa minggu, yang meliputi:
a) Demam hingga menggigil
b) Muncul ruang dikulit (infeksi kulit)
c) Muntah
d) Nyeri pada sendi dan otot
e) Pembengkakan kelenjar getah bening
f) Sakit kepala
g) Sakit perut
h) Sakit tenggorokan dan sariawan dilidah maupun dalam rongga mulut
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten dapat
berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV semakin
berkembang dan merusak kekebalan tubuh.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan
gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita lainnya mengalami
sejumlah gejala, seperti
a) badan turun
b) Berkeringat di malam hari.
c) Demam
d) Diare
e) Mual dan muntah
f) Herpes Berat zoster
g) Pembengkakan kelenjar getah bening.
h) Sakit kepala.
i) Tubuh terasa lemah.
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin
berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS.
Ketika penderita memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah rusak parah, sehingga
membuat penderita lebih mudah terserang infeksi lain.
Gejala AIDS meliputi:
a) Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.
b) Berkeringat di malam hari.
d) Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan
menandakan adanya sarkoma Kaposi.
f) Diare kronis.
l) Sesak napas.
2.3 PATOFSIOLOGI
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa
demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar
dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun.
Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan
kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara
laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada
masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini
berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase
full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-
sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar
limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel
lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu
antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan
banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap
tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini,
jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan
menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensi.
2.5 PATWAY
Prmukaan limfosit
Dx Kep : Resiko
Sistem Respirasi Sistem Pencernaan
Rinfeksi
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :
b) Western blot
Adalah tes antibody untuk konfirmasi pada kasus yang sulit. Jika hasilnya
positif, akan muncul serangkaian pita yang menandakan pengikatan spesifik
antibody terhadap protein virus HIV. Ini hanya dilakukan untuk
menindaklanjuti skrining elisa yang positive.
d) Kultur HIV
Jenis ini dilakukan untuk mendeteksi antibody HIV dalam darah. Antibody
HIV adalah protein yang diproduksi oleh system kekebalan tubuh sebagai
respon terhadap infeksi HIV,biasanya 1-3 Bulan setelah intreveksi.
Umumnya tes ini di gunakan untuk skrining awal.
2.7 PENATALAKSANAAN
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu
(Endah Istiqomah : 2009) :
1 Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman
untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2 Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
1) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi
virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
2) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
a. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
3) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
4) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
5) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
6) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak
otot melindungi yang sakit.
7) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
8) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering
atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker
tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu
intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-
nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher,
ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot, perubahan
pada gaya berjalan.
9) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
10) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.
11) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku
beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/
penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan
alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan,
obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan,
transpotasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri,
prosedur perawatan teknis,dll.
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No Tujuan dan criteria
Keperawatan Intervensi Rasional
hasil
4.1 Kesimpulan
Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom
HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa
demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar
dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun.
Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan
kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.
4.2. Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai klien dengan HIV AIDS karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang
luas mahasiswa akan mampu mengembangkan kemampuan dan potensial diri dalam dunia
keperawatan,dan kesehatan, dan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai HIV
AIDS pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nugroho, Taufan & Scorviani, Vera. 2017. Kamus pintar kesehatan.
Yokyakarta : Nuha Medika
Tim Dapur Naskah. 2011. Penyakitan AIDS. Bandung : CV. Amalia book.