“ Flu Burung “
DI SUSUN OLEH :
NIM : PO5303203200708
TINGKAT : 2B
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa menyertai dan memberkati dalam penyelesaian makalah
dengan judul Studi Kasus “Asuhan Keperawatan Pada FLU BURUNG. Selama proses penulisan
asuhan keperawatan ini, penulis mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh
karena itu perkenankan penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Leni Landudjama, S. kep. Ns. Mkep, selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu , pikiran dan kesabaran serta penuh tanggung jawab dalam
membimbing penulis selama proses kegiatan berlangsung
2. Ragu Harming Kristina, SKM. M. Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kupang
yang telah menyiapkan segala fasilitas pendukung selama perkuliahan di Jurusan
Keperawatan.
3. Maria Kareri Hara, S. Kep. Ns M. Kep selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan waingapu
yang menyiapkan segala aktifitas perkuliahan di jurusan keperawatan waingapu..
5. Orang tua dan keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama
menjalani proses pendidikan di Jurusan Keperawatan waingapu.
Penulis menyadari sepenuhnya Makalah Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran akan saya nantikan dari pembaca yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini oleh penulis. Akhir kata, semoga Makalah Asuhan
Keperawatan ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan......................................................................................................................1
1.3 Manfaat.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian................................................................................................................3
2.2 Etiologi....................................................................................................................3
2.4 Pathofisiologi...........................................................................................................4
2.5 Pathway....................................................................................................................5
3.3 Intervensi.................................................................................................................19
3.4 Implementasi............................................................................................................21
3.5 Evaluasi....................................................................................................................22
ii
A. Kesimpulan......................................................................................................................24
B. Saran.................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Satu-satunya
cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus
flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui
saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena
menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut
binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung
menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai
mekanisme lain.
1.2 Tujuan
4. Agar mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala dari flu burung
1
8. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada kasus flu
burung
10. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien penderita flu burung
12. Agar mahasiswa mampu membuat rencana tindakan pada pasien penderita flu burung
1. 3 Manfaat
2. Agar dapat di gunakan sebagai wacana dana pengetahuan tentang perkembangan ilmu
keperawatan, terutama pada pasien penyakit flu burung.
3. Agar masyarakat dapat mengetahui cara pencegahan, perawatan, penyebab, tanda dan
gejala serta pertolongan pertama yang di lakukan jika mengalami penyakit flu burung.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. 1 Pengertian
Flu burung atau flu unggas (Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan oleh unggas. Virus influenza terdiri dari
beberapa tipe antara lain tipe A, B dan C. Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain antara lain
H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.
Flu burung adalah penyakit pada hewan (zoonosis) dan tidak menular ke manusia. Dalam
perkembangannya virus penyebabnya mengalami mutasi genetik sehingga juga dapat
menginfeksi manusia. Mutasi ini dalam perkembangannya dapat menyebabkan pandemi.
2.2 Etiologi
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza termasuk famili
Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat
menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan
Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang
banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1,H9N2, H1N2,
H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N.
Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A
H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari
30 hari pada 00 C. Virus akan mati padapemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3
jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
3
2.3 Tanda dan Gejala
Gejala pada unggas yang sakit cukup bervariasi, mulai dari gejala ringan (nyaris tanpa
gejala), sampai sangat berat. Hal ini tergantung dari keganasan virus, lingkungan, dan keadaan
unggas sendiri.
Gejala yang timbul seperti jengger berwarna biru, kepala bengkak, sekitar mata
bengkak, demam, diare, dan tidak mau makan. Dapat terjadi gangguan pernafasan
berupa batuk dan bersin. Gejala awal dapat berupa gangguan reproduksi berupa penurunan
produksi telur. Gangguan sistem saraf dalam bentuk depresi. Pada beberapa kasus, unggas mati
tanpa gejala. Kematian dapat terjadi 24 jam setelah timbul gejala. Pada kalkun, kematian dapat
terjadi dalam 2 sampai 3 hari.
Gejala flu burung pada dasarnya adalah sama dengan flu biasa lainnya, hanya cenderung
lebih sering dan cepat menjadi parah. Masa inkubasi antara mulai tertular dan timbul gejala
adalah sekitar 3 hari; sementara itu masa infeksius pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai
3-5 hari sesudah gejala timbul pada anak dapat sampai 21 hari.
Gejalanya suhu >380 C, demam, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot dan
sendi, sampai infeksi selaput mata (conjunctivitis). Bila keadaan memburuk, dapat
terjadi severe respiratory distress yang ditandai dengan sesak nafas hebat, rendahnya kadar
oksigen darah serta meningkatnya kadar CO.
2.4 Patofisiologi
Flu burung bisa menular ke manusia bila terjadi kontak langsung dengan ayam atau
unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas. Unggas
yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian mengering dan
hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia atau binatang lainnya.
4
Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke manusia dibanding dari
manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia kemanusia, dan juga belum
terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi. Satu-satunya cara virus flu
burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia adalah jika virus flu burung
tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan
feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung, misalnya karena menyentuh
unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di
kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan ternak ). Penularan dapat juga
terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang langsung menangani kasus unggas
yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta berbagai mekanisme lain. Secara
umum, ada 3 kemungkinan mekanismepenularan dari unggas ke manusia.Dalam hal penularan
dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa penularan pada dasarnya berasal dari unggas
sakit yang masih hidup dan menular. Unggas yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain, tidak
menularkan flu burung ke orang yang memakannya. Virus flu burung akan mati dengan
pemanasan 80°C selama 1menit.
Kemampuan virus flu burung adalah membangkitkan hampir keseluruhan respon "bunuh
diri" dalam sistem imunitas tubuh manusia. Makin banyak virus itu tereplikasi, makin banyak
pula produksi sitokin-protein dalam tubuh yang memicu peningkatan respons imunitas
dan berperan penting dalam peradangan. Sitokin yang membanjiri aliran darah karena virus yang
bertambah banyak, justru melukai jaringan tubuh (efek bunuh diri). Flu Burung banyak
menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia
menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh yang belum begitu kuat.
2.5. PATHWAY
5
Invasi virus Virus Virus masuk ke Infeksi pada Proses infeksi
pada myosin menginvasi lambung paru - paru
otot dan sendi usus
Respon inflamasi
Produksi HCL Penumpukan
eksudat jalan
inflamasi Peristaltik usus
napas Di persepsikan
Menimbulkan
Konsistensi perasaan mual
Nyeri pada
feces cair
sendi ( atalgia Bersihan Hypertermi
dan mialgia ) jalan napas
Nafsu makan tidak efektif
Px sering BAB
Px mengeluh
Sesak napas
nyeri Muntah G3
hipoksia
Pemenuhan
Nyeri Kekurangan
volume Hipoksia
cairan
Resiko perfusi
Resiko berduka
jaringan selebral
( kematian )
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk sesegera
mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi nasofaringeal.
6
• Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
• Uji Serologi:
a. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen
dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit),
dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
b. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari
ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya
titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
Uji penapisan
2. Pemeriksaan Hematologi
Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan
kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal.
Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung.
Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik
flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.
7
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk
mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim
untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PC.
1. Penatalaksanaan umum
Berdasarkan World Health Organization (WHO), beberapa hal penting lainnya dalam
penatalaksanaan secara umum pada penyakit flu burung yang wajib diterapkan, antara lain :
Melakukan pemantauan saturasi oksigen secara rutin dan berikan suplementasi oksigen.
Melakukan pemeriksaan spesimen darah, usap hidung tenggorok dan rontgen dada secara
serial.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker N95 atau masker yang sudah
teruji efektivitasnya, gaun proteksi, google/pelindung muka, dan sarung tangan.
Penatalaksanaan Definitif
8
2. Penatalaksanaan Definitif
Penatalaksanaan secara definitif dengan antivirus pada penyakit flu burung dilakukan
untuk mengurangi risiko mortalitas.
Antivirus
Terdapat dua golongan antivirus yang efektif pada flu burung, yakni golongan inhibitor
neuroamidase (oseltamivir dan zanamivir) dan adamantanes (amantadine dan rimantadine).
Berdasarkan analisis dari sebuah penelitian yang mencakup 308 kasus influenza H5N1 pada
manusia dari 12 negara, penggunaan oseltamivir dikaitkan dengan penurunan angka kematian
yang signifikan ketika dimulai dalam dua hari pertama setelah onset gejala. Sedangkan,
golongan adamantanes tidak digunakan sebagai lini pertama karena tingginya angka resistensi
terhadap golongan tersebut.
Oseltamivir :
Sebagai terapi, pada dewasa dapat diberikan 75-500 mg setiap 12 jam selama 5-7 hari.
Beberapa uji klinis yang ada menunjukkan bahwa dosis 150 mg efektif dalam tatalaksana flu
burung, tetapi dosis 500 mg juga dapat ditoleransi dengan baik.
Sebagai profilaksis pada dewasa dapat diberikan 75 mg tiap 24 jam selama 10 hari dalam 2
hari paparan dan dilanjutkan selama 6 minggu ketika terjadi wabah.
Zanamivir :
9
Zanamivir merupakan antivirus derivat sialic acid bekerja menghambat enzim
neuraminidase sehingga mengubah agregasi, pelepasan partikel virus dan replikasi virus
influenza A dan B. Sebagai terapi, pada dewasa dapat diberikan 600 mg setiap 12 jam.
Pendidikan kesehatan pada flu burung sangat diperlukan untuk deteksi, pencegahan, serta
penatalaksanaan secara dini. Komponen edukasi antara lain::
Jaga kebersihan lingkungan dan diri (personal hygiene) dengan selalu mencuci tangan
secara teratur, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin menggunakan tisu, serta
menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut seseorang. Mencuci tangan dengan
sabun adalah langkah pencegahan yang mudah dilakukan dan paling penting.
Menghindari paparan dengan unggas baik tinja dan sekretnya, serta alat atau bahan yang
dicurigai tercemar oleh virus flu burung. Paparan dapat dihindari dengan menggunakan
alat pelindung diri atau desinfeksi kandang dan alat menggunakan karbol, kaporit, klorin,
dan cairan yang mengandung iodin atau alkohol 70%.
Apabila memasak daging ayam, masak dengan suhu 80 C selama 10 menit, dan telur
unggas dipanaskan 64 C selama 5 menit.
Minum obat secara teratur dan sesuai dosis anjuran baik sebagai terapi atau profilaksis.
Penggunaan antivirus oseltamivir dikaitkan dengan penurunan angka kematian yang
signifikan ketika pengobatan dimulai dalam dua hari pertama setelah onset gejala.
10
meningkatkan sekret saluran napas pasien (misalnya nebulisasi) dan lakukan optimalisasi jumlah
petugas medis yang bersentuhan dengan pasien.
Vaksinasi
Vaksin terhadap virus influenza H5N1 sudah disetujui oleh FDA pada tahun 2007. Vaksin virus
influenza H5N1 merupakan vaksin inaktif yang diberikan pada individu berusia 18-64 tahun
yang berisiko tinggi terpapar subtipe virus influenza H5N1.
Vaksin diberikan dengan dosis 90 mikrogram secara intramuskular, lalu diberikan lagi 28 hari
kemudian. Dari berbagai dosis yang diuji, dilaporkan bahwa dosis 90 mikrogram memicu respon
imun yang lebih baik. Pemberian dua dosis vaksin H5N1 dapat mengurangi risiko terkena
influenza H5N1 sebesar 45%.
11
BAB III
3.1 Pengkajian
Kasus
An. S (10 tahun) laki-laki masuk rumah sakit dihantar oleh Ayahnya dengan keluhan sulit
bernapas. Ayah Klien mengatakan anaknya sudah sekitar tiga minggu mengalami pilek dan
batuk. Ayah klien mengatakan An.S selalu mengeluh sakit kepala Klien mengalami kesulitan
saat nafas sejak 1 hari yang lalu karena penumpukan sekret di saluran pernapasan, klien
terkadang batuk dengan mengeluarkan sedikit sekret berwarna kuning dengan konsitensi kental.
Klien mengatakan badannya panas sejak sehari yang lalu. Ayah klien mengatakan An.S gemar
memelihara burung, sekitar sebulan yang lalu burung peliharaannya mati karna lemas dan tidak
mau makan,kepala bengkak, sekitar mata bengkak. Dari pemeriksaan fisik ada An.S
didapatkan adanya sputum di saluran pernapasan, kemerahan pada konjungtiva, keadaan
umum composmentis. TTV (TD 120/80 mmHg, suhu 38,5oC, nadi 90x/menit, RR 32x/menit-
irregular). BB anak saat ini 23 kg.
1. identitas klien
Nama :An.S
Usia :10
Agama :Katholik
Pekerjaan : Pendidikan SD
12
Diagnosa medis :Flu burung
2. Penanggung jawab
Nama : Tn.Q
Usia : 36 Tahun
Agama : Katolik
Pekerjaan : Peternak
3. Keluhan utama
Klien mengatakan sulit bernapas, demam dan nyeri pada otot dan sendi
P : Klien merasa nyeri pada bagian otot dan sendi di tangan dan kaki klien, Keadaan ini akan
lebih berat jika klien terlalu banyak melakukan aktivitas, usaha yang dilakukan klien yaitu
istirahat
R : nyeri pada bagian otot dan sendi di tangan dan kaki, dan tidak menyebar
13
-3: nyeri berat
4. Riwayat Kesehatan
Ayah Klien mengatakan anaknya sudah sekitar tiga minggu mengalami gejala flu, pilek,
batuk, demam dan mengeluh sakit kepala. Klien juga mengatakan mengalami nyeri pada
otot dan sendi.
Klien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini dan klien tidak pernah masuk rumah
sakit.
Ayah klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
yang sama seperti klien dan tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, DM,penyakit jantung, dan asma.
5. Aktivitas sehari-hari
Dirumah : Klien mengatakan makan 3 x/hari dengan menu nasi dan lauk pauk. Klien
minum sekitar 7 – 8 gelas perhari berupa air putih,the dan susu.
Di RS : Klien mengatakan makan 2x/hari dengan menu nasi dan lauk pauk. Klien minum
sekitar 5-6 gelas sehari berupa air putih
b.Eleminasi
1) 1.BAB
14
Dirumah:klien mengatakan klien BAB 1-2x sehari, warna kuning, dan berbau khas serta
tidak ada keluhan
Di RS:Pada saat pengkajian klien BAB 1 - 2 kali / hari dengan konsistensi lunak dan
berwarna kuning
2) 2.BAK
Dirumah: klien mengatakan klien BAK 5 – 6 x sehari warna kuning dan berbau khas.
BAK klien tergantung berapa banyak cairan yang dikonsumsi
Di RS: klien mengatakan klien BAK 4-5x/hari warna kuning dan berbau khas
Dirumah: klien mengatakan klien istirahat siang 1- 2 jam sehari dan tidur malam + 7 - 8
jam
Di RS:Klien terbaring di tempat tidur saja dan sering terlihat tidur +11 jam/hari
4) Aktivitas
Di RS: Klien hanya berbaring di tempat tidur dan sesekali duduk untuk makan dan
minum
5) Kebersihan diri
Dirumah: Klien mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari dan keramas, serta potong kuku
kalau panjang12
Di RS: Pada saat pengkajian klien diseka 1 x/hari oleh perawat ruangan, sikat
gigi belum ada.
6) Rekreasi
Dirumah: Klien biasanya nonton TV, bermain dengan teman sebaya dan berkumpul
bersama keluarga.
15
Di RS: Klien hanya berbaring ditempat tidur, tidak dapat melakukan aktifitas apa
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
GCS : E4 V5 M6
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
RR : 32x/
S : 38,0ºC
b. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada tonjolan dan oedema,tidak ada nyeri tekan, kulit
normaltidak ada pendarahaan, lesi, dan lembab, tidak kotor, kulit berwarna sawo matang.
Muka normal tidak ada pendarahaan, lesi, dan lembab. Sclera putih, konjungtiva
kemerahan ,reflek pupil isokhor, palpebra tidak ada lesi dan oedema, lensa normal tidak
keruh. Bentuk hidung normal tidak ada septum deviasi dan polipnasi, terdapat
secret berwarna kuning dan konsistensi kental. Pada mulut, bibir klien agak kering
dan pucat, gigi klien putih bersih, terdapat caries di bagian gigi belakang sebelah kiri.
Klien tidak menggunakan gigi palsu.Telinga klien simetris terlihat bersih dan terdapat
secret yang lembab berwarna kuning.
c. Leher
Leher klien terlihat normal, tidak ada pembesaran tyroid, tidak terdapat kaku kuduk dan
lesi pada leher. Tidak ada pembesaran tonsil dan klien mengatakan merasa nyeri saat
menelan.
16
d. Dada
Bentuk dada klien simetris, tidak terjadi barrel chest, funnel chest maupun pigeon chest.
Pada dada tidak ada lesi, oedema.
Inspeksi : Pengembangan paru kiri dan kanan simetris dan dada klien terlihat ada
Retraksi/otot bantu napas.
e. Abdomen
Inspeksi: abdomen klien tidak terdapat pembesaran, tidak ada lesi, warna kulit abdomen
sawo matang dan terlihat bersih.
Palpasi : klien tidak mengalami nyeri tekan,abdomen klien tidak mengalami asites, tidak
terdapat hepatomegali, splenomegali, maupun tumor. Hasil perkusi pada abdomen
terdengar bunyi timpani.
f. Genetalia
Genetalia klien terlihat normal, tidak terdapat hipospadia ataupun epispadia, tidak terjadi
hernia, tidak terdapat oedema dan tumor pada genatalia.
g. Ekstremitas
Kekuatan otot ektermitas atas kanan dan kiri sangat baik, bisa digerakan aktif. Kekuatan
otot ektermitas bawah kanan dan kiri baik dan mengalami nyeri pegal-pega
17
a. Psikologis
Klien mengatakan sama sekali tidak mengetahui tentang penyakit yang dialami saat ini.
Klien khawatir penyakitnya akan semakin parah. Klien mendapat sumber koping dari
keluaga dan teman-temannya. Klien mendapatkan dukungan sepenuhnya dari keluarga
dan selalu berdoa untuk kesembuhannya..
b. Sosial
Ayah klien mengatakan hubungan klien dengan masyarakat tempat dia tinggal sangat
baik. Komunikasi keluarga dan tetangga terjalin baik. Klien juga mengatakan tidak ada
kebiasaan lingkungan yang tidak disukai.
c. Budaya
Klien mengatakan mengikuti budaya banjar, klien juga mengatakan tidak ada kebiasaan
yang dianutnya merugikan kesehatan.
d. Spiritual
Klien mengatakan sebelum sakit rutin beribadah dan setelah sakit ia tidak melakukan
ibadah karna sering mengeluh.
8. Terapi Medis
Ceftriaxone 2x1gr,
Ranitidin 2x 10gr,
18
3. 2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan jalan napas, b.d peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal,
sekresi kental akibat influenza.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas
oleh sekresi).
3.3 Intervensi
19
TTV dalam pemberian terapi 5) Mengeluarkan
rentang oksigen bila sputum yang
normal : memungkinkan tertahan
Nadi : 8) Kolaborasikan 6) Meningkatkan
80-100x/mnt pemberian terapi suplai O2
R obat mukoliti 7) Mempercepat
R: 16-24x/mnt penyembuhan
TD:120/60-
140/90mmHg
Suhu: 36,5-37,5
20
b.d 3x24 jam 1) Ukur suhu tubuh memudahkan
Proses diharapkan suhu secaraberkala intervensi
infeksi tubuh berada pada 2) Berikan compress selanjutnya
penyakit. batas normal dengan hangat pada daerah 2) Merangsang
KH: frontal hipotalamus
-Klien tampak baik 3) Anjurkan orang tua untuk mengatur
-Suhu tubuh 36,5- klienuntuk member panas
37oc klien banyak minum 3) Mempercepat
-Tubuh tidak teraba 4) Anjurkan orang tua penurunan
panas klienuntuk panas
memakaikan 4) Proses
klienpakaian yang hilangnya
tipis panas akan
5) Kolaborasi dalam terhalangi
pemberian obat dengan pakaian
antipiretik tebal
5) Menurunkan/
menghilangkan
panas
3.4 Implementasi
a. Melakukan Auskultasi bunyi napas(catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels,
ronki)
b. Memonitor TTV
21
d. Memberikan posisi yang nyaman bagi pasien
3.5 Evaluasi
22
-Terdapat secret pada salura pernapasan
-TD:120/80 mmHg,
N:100x/mnt,
RR:30x/mnt,
S: 38ºC
P: Intervensi dilanjutkan
-TD:120/80 mmHg,
N:100x/mnt, RR:30x/mnt,
S: 38ºC
P: Intervensi dilanjutkan
S : -ayah klien mengatakan panas anaknya sebelumnya mulai turun namun naik kembali
23
P :Intervensi dilanjutkan
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil makalah di atas maka penulis menyimpulkan bahwa penyakit flu burung
atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Flu burung bisa menular ke manusia bila
terjadi kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.
Satu-satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke manusia
adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu manusia. Virus
ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena kontak langsung,
misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi melalui kendaraan yang
mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan ( termasuk melalui pakan
ternak ). Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang
langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar serta
berbagai mekanisme lain.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan penyuluhan dan informasi yang adekuat
kepada masyarakat mengenai penyakit flu burung, sehingga masyarakat memiliki
pengetahuan yang cukup tenntang tanda-tanda yang akan muncuul ketika seseorang terinfeksi
virus H5N1 dan segera membawa ke rumah sakit dan diihrapkan petugas kesehatan dapat
memberikan pelayanan dan pengobatan dengan baik agar ttidak terjadi iinfeksi yang lebih berat.
24
Selain itu sebagai tenaga kesehatan sebaiknya berusaha semaksimall mungkin
untukmelakukan pencegahan terjadiinya penyebaran virus H5N1, dengan meminimalkan
faktorpenyebab dengan kolaborasi tenaga kesehatan lain dan pemerintah serta kerjasama dengan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/flu-burung/penatalaksanaan
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3443/3214
25
26