Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN FLU BURUNG


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Dosen Pengampu : 1. Yeni Tutu Rochimah, S.Kp.,M.Kes.
2. Sumardino, S.ST., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Berliana Tia Azzahra (P27220022054)


2. Danisa Anggina Rahmawati (P27220022055)
3. Devika Kurnia Putri (P27220022056)
4. Dian Septi Mulyani (P27220022057)
5. Dinda Hangayomi Marselanto (P27220022058)
6. Faathir Berlian Werry Putra (P27220022059)
7. Fajrina Dian Nofitri (P27220022060)
8. Fenny Putri Listyowati (P27220022061)
9. Fitria Salsabila H (P27220022062)
10. Frastyo Dwi Novian (P27220022063)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah “Makalah Keperawatan Medikal Bedah I Konsep Asuhan
Keperawatan Flu Burung”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I yang telah memberikan
tugas kepada kami sehingga kami dapat memahami dan belajar lebih lanjut terkait Flu
Burung. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut dalam
pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan, semoga makalah ini dapat berguna bagi semua yang membutuhkan studi
ini.

Surakarta, 8 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................2
D. Manfaat.......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
A. Definisi.......................................................................................................................3
B. Etiologi.......................................................................................................................4
C. Klasifikasi...................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis.......................................................................................................4
E. Pathway.......................................................................................................................5
F. Patofisiologi.................................................................................................................5
G. Komplikasi.................................................................................................................6
H. Penatalaksanaan..........................................................................................................7
I. Penanganan..................................................................................................................9
J. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN................................................................13
A. Pengkajian................................................................................................................13
B. Analisa Data..............................................................................................................18
C. Diagnosa Keperawatan.............................................................................................18
D. Intervensi Keperawatan............................................................................................19
E. Implementasi Keperawatan.......................................................................................25
F. Evaluasi Keperawatan...............................................................................................25
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................27
A. Kesimpulan...............................................................................................................27
B. Saran.........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Flu Burung (FB) atau Avian Influenza (AI) adalah suatu penyakit menular pada
unggas yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A. Penyakit ini dikenal pertama kali
pada tahun 1887 di Italia. Saat ini FB menjadi perhatian dunia, karena virus FB memiliki
kemampuan untuk terus menerus bermutasi sehingga dalam perkembangannya virus ini
dapat menular dari unggas ke manusia.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas.
Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat
berubah-ubah bentuk (drift, shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus
flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang ditandai adanya
Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N) dan memiliki waktu inkubasi selama 1 minggu
pada unggas dan 3 hari pada manusia. Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat
menjadi sumber penyebar H5N1. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak
melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi
(60°C selama 30 menit), namun dapat bertahan hidup pada suhu rendah (0°C selama
lebih dari 30 hari). Gejala flu burung pada unggas adalah kematian secara mendadak
dengan laju mortalitas mendekati 100%, jengger berwarna biru, dan luka pada kaki.
Sedangkan gejala umum yang terjadi pada manusia adalah demam tinggi (suhu badan di
atas 38°C), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas, pneumonia,
infeksi mata, dan nyeri otot. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga
pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Virus H5N1 lebih patogen daripada
subtipelainnya sehingga disebut dengan Highly Pathogenic H5N1 Avian
Influenza (HPAI).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Penyakit Flu Burung?
2. Bagaimana etiologi dari Penyakit Flu Burung?
3. Bagaimana patofisiologi dari Penyakit Flu Burung?
4. Bagaimana klasifikasi Penyakit Flu Burung?
5. Bagaimana manifestasi klinik Penyakit Flu Burung?
6. Bagaimana pathway Penyakit Flu Burung?

1
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada klien dengan Flu Burung?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Penyakit Flu Burung?
9. Apa saja komplikasi dari Penyakit Flu Burung?
10. Bagaimana cara penanganan Penyakit Flu Burung?
11. Bagaimana proses keperawatan untuk klien dengan Flu Burung?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien dengan Flu
Burung.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari Penyakit Flu Burung.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Penyakit Flu Burung.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Penyakit Flu Burung.
4. Untuk mengetahui klasifikasi Penyakit Flu Burung.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik Penyakit Flu Burung.
6. Untuk mengetahui pathway Penyakit Flu Burung.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan Flu Burung.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Penyakit Flu Burung.
9. Untuk mengetahui komplikasi dari Penyakit Flu Burung.
10. Untuk mengetahui cara penanganan Penyakit Flu Burung.
11. Untuk mengetahui proses keperawatan untuk klien dengan Flu Burung.

D. MANFAAT
1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan
khususnya Penyakit Flu Burung.
2. Dengan makalah ini diharapkan supaya pembaca bisa lebih mengenal terhadap
konsep Penyakit Flu Burung.
3. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan
Penyakit Flu Burung dan penatalaksanaan masalah keperawatan tersebut.
4. Diharapkan bisa menjadi referensi dan landasan terkait Penyakit Flu Burung.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Avian influenza adalah istilah umum yang menggambarkan penyakit yang
disebabkan oleh berbagai jenis virus influenza A yang diketahui menginfeksi burung
dan terkadang menyebabkan wabah penyakit virus pada manusia. Banyak wabah flu
burung yang terkenal termasuk wabah strain H5N1 di Hong Kong pada tahun 1997
dan H7N9 di Tiongkok Timur dan Selatan pada tahun 2013. Meskipun beradaptasi
pada burung, dan sering menyebabkan hanya penyakit ringan, virus flu burung bisa
sangat berbahaya jika berhasil menularkan ke manusia dengan persentase kasus
terkonfirmasi yang tinggi yang memerlukan rawat inap dan seringkali perawatan di
unit perawatan intensif (ICU).
Virus influenza A adalah bagian dari keluarga Orthomyxoviridae. Virus lain
dalam kelompok ini termasuk virus influenza B dan C, thogotovirus, dan isavirus.
Meskipun influenza B dan C telah ditemukan pada spesies lain, hanya influenza A
yang ditemukan menginfeksi burung. Mekanisme pasti penularan dari burung ke
burung saat ini belum diketahui secara pasti. Virus ini dilepaskan dalam jumlah besar
dari unggas yang terinfeksi melalui kotoran dan saluran pernapasan. Pada burung,
strain avian influenza mempunyai ciri khas yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza
(HPAI) dan Low Patogenisitas Avian Influenza (LPAI). Pada burung, strain LPAI lebih
umum dan biasanya menyebabkan penyakit terbatas. Pada manusia, strain HPAI dan
LPAI dapat menyebabkan wabah flu burung yang mematikan, meskipun strain HPAI
lebih sering menyebabkan wabah tersebut. Flu burung atau Avian Influenza penyakit
ini disebabkan oleh virus Influenza Tipe A. Virus penyebab influenza tergolong famili
Orthomyxoviridae terdiri atas tiga tipe antigen yang berbeda yaitu A (pada unggas,
babi, kuda, dan mamalia lain), virus Tipe B dan C (pada manusia) (www.cdc.gov).
Hanya influenza A yang dapat diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan
glycoprotein Hemaglutininnya (HA) dan Neurominidase (NA). Virus Influenza tipe A
terdiri atas beberapa strain, yaitu; H1N1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.
Misalnya, H5N1 artinya pada virus tersebut terdiri dari 5 protein HA dan 1 protein NA
(Aditama.2006)
Virus Avian Influenza Tipe A diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu low
pathogenic (LPAI) atau highly pathogenic (HPAI) berdasarkan molekul genetik dan

3
kriteria patogenesitasnya. Hampir semua virus Avian Influenza A adalah virus yang
patogenisitasnya rendah (LPAI) yang dihubungkan dengan penyakit yang ringan pada
unggas. Sebaliknya, HPAI menyebabkan penyakit yang parah dan tingkat kematian
yang cukup tinggi. Virus Avian Influenza termasuk dalam HPAI adalah H5N1,H7N7,
dan H7N3 (www.cdc.gov).

B. ETIOLOGI
Virus flu burung (AIVs) menyebabkan penyakit pada manusia ketika suatu strain
virus beradaptasi dengan inang manusia baik melalui reassortment dengan virus
influenza dari spesies lain atau melalui antigenic drift atau keduanya. Seperti
disebutkan sebelumnya, strain virus HPAI diperkirakan teraktivasi di sebagian besar
sistem organ inang, sedangkan strain LPAI teraktivasi di organ tertentu dengan enzim
pengubah protein yang sesuai. Perbedaan ini mungkin menjelaskan beberapa tanda dan
gejala khas dari strain tertentu yang dibahas di bawah.Virus ini akan mati dengan
deterjen, disinfektan seperti formalin dan cairan mengandung iodin yang dipanaskan.
Virus dapat tetap hidup di air pada suhu 22 oC selama 4 hari. Pada suhu 0 oC bahkan
sampai lebih dari 30 hari. Inilah yang menyebabkan wabah flu burung banyak
merebak di musim dingin atau musim hujan yang udaranya relatif lebih dingin.
Sementara itu, pada bahan organik, virus akan hidup lebih lama begitu juga dalam
tinja unggas dan dalam tubuh unggas sakit

C. KLASIFIKASI
Penderita konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit. Dera
jat I : Penderita tanpa Pneumonia
1. Derajat II : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan Tanpa Gagal Napas
2. Derajat III : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
3. Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS)
Multiple Organ Failure (MOF).

D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis penyakit Flu Burung/Avian Influenza pada manusia, umumnya sepe
rti gejala influenza biasa atau influenza musiman, yaitu demam (panas) di atas 38, saki
t tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, lemas, kadang-kadang disertai gej

4
ala diare. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat dengan gejala se
sak nafas karena adanya peradangan di paru-paru (pneumonia), dan dapat menyebabka
n kematian. Disamping gejala klinis, adanya riwayat kontak dengan unggas sakit atau
mati, dalam 7 hari terakhir sebelum gejala klinis muncul akan memperkuat dugaan seb
agai kasus suspek/tersangka Flu Burung (Almutaali, M., & Anugrah, E. 2023).

E. PATHWAY

F. PATOFISIOLOGI
Mutasi genetik virus avian influenza seringkali terjadi sesuai dengan kondisi da
n lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri akan t
etapi juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya.
Disamping itu adanya substitusi pada nonstructural protein (Asp92Glu), menye
babkan H5N1 resisten terhadap interferon dan tumor necrosis factor α (TNF-α) secara
invitro (Seo SH, et.al. 2002). Infeksi virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel ho

5
spes setelah terjadi penempelan spikes virion dengan reseptor spesifik yang ada di per
mukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup ke sitoplasma sel dan akan mengintegra
sikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan menggunakan mesin
genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-virion baru, dan
virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya. Dari beberapa hasil p
emeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita ternyata avian influe
nza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring dan di dalam sel gastrointestinal
Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja
pasien (WHO,2005). Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentuk
an apakah virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan repli
kasinya. Virus influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan re
septor yang mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya. Ad
a perbedaan penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor y
ang ada pada unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali da
n terikat pada reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosa
kharida yang mengandung Nacethylneuraminic acid α-2,3-galactose (SA α-2,3- Gal), d
imana molekul ini berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. Reseptor yang ada
pada permukaan sel manusia adalah SA α- 2,6-galactose (SA α-2,6-Gal), sehingga seca
ra teoritis virus flu burung tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor s
pesifiknya. Namun demikian, dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi
reseptor tersebut dapat dirubah sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5
N1. Potensi virus H5N1 untuk melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga
virus dapat membuat varian-varian baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar m
anusia ke manusia (Russel CJ and Webster RG.2015, Stevens J. et. al. 2006).

G. KOMPLIKASI
Pengobatan flu burung harus dilakukan secepat mungkin. Karena jika tidak, pe
nyakit ini angat berpotensi menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, seperti:
- Sindrom gagal napas akut.
- Gagal multi organ (misalnya gangguan jantung, disfungsi ginjal, dan pneumothora
x atau pengumpulan udara di dalam rongga pleura).
Komplikasi infeksi virus Influenza A (H5N1) dapat terjadi di paru-paru, berupa pneum
onia yaitu infeksi sekunder bakteri seperti Streptococus Pneumonia, Haemofilus Influe
nza dan Stafilococus Aureus. Komplikasi pneumonia primer virus Influenza jarang terj

6
adi, bila ada resiko kematian tinggi. Pneumonia karena virus H5N1 menyebabkan keru
sakan paru yang parah berupa Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), seperti p
ada Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pada jantung, dapat terjadi fibrilasi a
trium dan myokarditis. Pada otot, dapat terjadi myositis dan rabdomyositis. Pada saraf
pusat, dapat terjadi myelitis dan ensepalitis. Kerusakan hati yang parah, disertai perle
makan hati dapat terjadi. Pada ginjal, dapat terjadi gagal ginjal akut karena kerusakan t
ubulus.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Daulay tiga prinsip penatalaksanaan pasien flu burung adalah:
1. Implementasi dini dalam mengontrol infeksi untuk meminimalisasi penyebaran no
socomial
2. Penatalaksanaan secara tepat untuk mencegah semakin beratnya penyakit dan men
cegah kematian
3. Identifikasi dini dan pemantauan terhadap risiko infeksi untuk mempermudah inter
vensi dini dengan terapi antiviral untuk mengurangi mordibitas dan mortalitas serta
membatasi penyebaran penyakit
Saat ini antiviral yang direkomendasikan penggunaannya pada flu burung adalah oselt
amivir. Oseltamivir harus diberikan 48 jam setelah awitan gejala.selain pemberian anti
viral, pasien dengan infeksi flu burung juga di beri terapi berupa anti biotik.
Menurut Almutaali & Anugrah (2023) prinsip penatalaksanaan avian influenza ada
lah istirahat, peningkataan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiot
ic, perawatan respirasi, anti inflamasi, imunomodulators.Untuk penatalaksanaan umum
dapat dilakukan pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan dan di rumah sakit rujuka
n flu burung.
1. Untuk pelayanan di fasilitas kesehatan non rujukan flu burung diantaranya adalah
a. Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75 mg (jika anak,
sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS rujukan flu burung.
b. Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan oseltamivir sesuai s
koring di bawah ini, sementara pada puskesmas yang tidak terpencil pasien lan
gsung dirujuk ke RS rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem sk
oring, dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case Management” & pen
gembangan laboratorium regional Avian Influenza
Skor Gejala 1 2
7
a) Demam < 380C > 380C
b) RR N > N
c) Ronki Tidak ada Ada
d) Leukopenia Tidak ada
e) Ada Kontak Tidak ada
Jumlah Skor :6 – 7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan oselt
amivir > 7 = diberi oseltamivir.
Batasan Frekuensi Napas :
a) < 2bl = > 60x/menit
b) 2bl - 50x/menit
c) >1 th - 40x/menit
d) 5 th - 12 th = > 30x/menit
e) >13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien dianggap seba
gai leukopeni (skor = 2)
2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan
Pasien Suspek H5N1, probabel, dan konfirmasi dirawat di ruang isolasi.
a) Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien ke ruang peme
riksaan. Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan APD da
n melakukan kewaspadaan standar.
b) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
c) Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin (hematologi dan kimia) diulang s
etiap hari sedangkan HI diulang pada hari kelima dan pada waktu pasien pulan
g.
d) Pemeriksaan PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
e) Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang setiap lima hari.
Penatalaksanaan di ruang rawat inap
3. Klinis
a) Perhatikan : Keadaan umum, Kesadaran, Tanda vital (tekanan darah, nadi, frek
uensi napas, suhu), Bila fasilitas tersedia pantau saturasi oksigen dengan alat p
ulse oxymetry.
b) Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll. Mengenai antiviral maka anti
viral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapu
n pilihan obat :
8
1. Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). De
ngan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari. 2.
2. Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir
(tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.
Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai beri
kut :
a. Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simpto
matik dan antibiotik jika ada indikasi.
Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, ant
ibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dan atipikal, dan steroid jika pe
rlu seperti pada kasus pneumonia berat, ARDS. Respiratory care di ICU sesuai in
dikasi. Sebagai profilaksis, bagi mereka yang beresiko tinggi, digunakan Oseltami
vir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).

I. PENANGANAN
Pengobatan flu burung pada ternak virus flu burung yang dapat menyerang pad
a hewan saat ini belum diketahui obat maupun vaksin yang tepat untuk mengobatinya.
Pemberian obat maupun vaksin dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak men
ular kepada hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Beberapa langkah yang dapat d
itempuh dalam penanggulangan pengobatan flu burung antara lain sebagai berikut:
1. Biosekuriti
Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga
keamanan hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhada
p individu yang dilindungi. Usaha ini antara lain:
a. Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan, k
otoran, bulu, dan alas kandang.
b. Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk peternak
an.
c. Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian pel
indung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.
d. Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar.
2. Depopulasi
Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang
tertular virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran peny

9
akit lebih luas. Cara pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah m
enyembelih semua unggas yang sakit dan yang sehat dalam satu kandang (peternak
an). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara disposal, yaitu membakar dan me
ngubur unggas mati, sekam dan pakan yang tercemar, serta bahan dan peralatan ya
ng terkontaminasi.
3. Vaksinasi
Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui
ada virus flu burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine)
yang resmi dari pemerintah.
Pengobatan flu burung pada manusia Flu burung pada manusia belum ada obat
nya. Meskipun tidak semua penderita mengalami kematian, flu burung tetap harus
diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan mengalami mutasi menjadi lebih g
anas.
Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai flu burung:
1. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.
2. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentuka
n kekebalan tubuh yang optimal.
3. Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.
4. Hindari berkunjung ke peternakan.
5. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan mulut.
6. Cukup istirahat.
7. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.
Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil
adalah:
a. Tidak panik, tapi tetap waspada.
b. Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.
c. Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas Kesehatan
setempat supaya ditindaklanjuti.
d. Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum tentu t
ertular. Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar manusia.
Penanggulangan di rumah sakit :
a. Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).
b. Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90%
c. Hidrasi

10
d. Antibiotika, anti inflamasi, obat-obatan imunomodulator
Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika, mukolitik,
dekongestan.

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang menurut Daulay ada dua yaitu:
a. Pemeriksaan Laboratorium
Kelainan laboratorium yang sering dijumpai adalah: leukopenia, limfopeni, trombo
sitopeni dan peningkatan kadar aminotransferase. Di Thailand peningkatan risiko k
ematian berhubungan dengan penurunan jumlah leukosit, limfosit, dan trombosit.
b. Radiologi
Kelainan radiologi pada Avian Influenza berlangsung sangat progresif dan terdiri d
ari infiltrate yang difus dan multifocal, infiltrate pada interstisial dan konsolidasi p
ada segmen atau lobus paru dengan air bronchogram. Kelainan radiologi biasanya
dijumpai 7 hari setelah demam. Efusi pleura jarang dijumpai, data mikrobiologi ya
ng terbatas menyatakan bahwa efusi pleura terjadi apabila terdapat infeksi sekunde
r bakteri Ketika dirawat di RS.

Menurut Almutaali & Anugrah (2023) pemeriksaan penunjang flu burung sebagai beri
kut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas dianjurkan untuk ses
egera mungkin dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah ruti
n (Hb, Leukosit, Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi naso
faringeal. Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :
1) Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) untuk H5.
2) Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
3) Uji Serologi :
a) Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen
konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut ( diambil 1/80.
b) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diam
bil pada hari ke >14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji s
erologi lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot
spesifik H5 positif.
11
c) Uji penapisan
1. Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
2. ELISA untuk mendeteksi H5N1.
2. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya dit
emukan leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.
3. Pemeriksaan Kimia darah Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kr
eatin Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan albumin, pening
katan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan kreatinin, peningkatan Kreatin Ki
nase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesu
ai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.
4. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu b
urung. Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus denga
n gejala klinik flu burung tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnosti
k dini.
5. Pemeriksaan Post Mortem
Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan
untuk mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), s
pecimen dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien

12
Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir,umur, jenis kelamin, agama,
alamat, pendidikan dan status perkawinan.
b. Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, p
endidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang terjadi adalah sesak nafas yang merupakan salah satu tanda
terjadi infeksi di paru-paru, batuk, pilek, nyeri otot, peningkatakan suhu tu
buh dan sakit tenggorokan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami demam (suhu >38℃), sesak nafas, sakit tengg
orokan, batuk, pilek.
c. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah ada riwayat sakit paru-paru atau tidak. Serta mengkaji ri
wayat perjalanan dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunj
ungan ke daerah atau tempat tinggal diwilayah yang terjangkit flu burung,
mengkonsumsi unggas sakit, kontak dengan unggas atau orang yang positi
f flu burung
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit flu burung tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan ap
akah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga yang lainnya seba
gai faktor predisposisi penularan didalam rumah.
e. Riwayat alergi
Mengkaji adanya riwayat alergi pada makanan atau obat-obatan tertentu y
ang dialami pasien.
f. Genogram
Skema keturunan keluarga pasien. Untuk menggambarkan hubungan kelu
arga pasien dan hubungan riwayat penyakit keluarga.

3. Pengkajian Fungsi Gordon


a. Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
b. Pola nutrisi dan metabolic

13
Bagaimana pola makan dan minum pada saat sehat dan selama perawatan
di rumah sakit, apakah ada perbedaan yang dialaminya.
c. Pola eliminasi
Pengkajian mengenai pola eliminasi yang terjadi selama sebelum sakit dan
selama sakit.
d. Pola aktivitas dan Latihan
Meliputi data aktivitas dan latihan yang ditemukan pesien sebelum sakit d
an selama sakit
No. Aktivitas Sebelum sakit Selama sakit
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
1. Makan dan minum
2. Mandi
3. Toileting
4. Berpakaian
5. Berpindah
6. Personal hygiene
Keterangan
0 : Mandiri
1 : Dengan alat bantu
2 : Dengan bantuan orang lain
3 : Dibantu orang lain dan alat
4 : Tergantungan total
e. Pola tidur dan istirahat
Dikaji untuk menanyakan dengan adanya penyakit yang di derita klien , a
pakah menyebabkan kenyamanan tidur yang mengakibatkan terganggunya
pola istirahat dan tidur.
f. Pola kognitif perceptual
Pola ini berisi tentang fungsi dari pancaindera.
g. Pola persepsi diri
Pola ini berisi tentang sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampu
an, gambaran diri, harga diri, ideal diri, peran diri, dan identitas diri.
h. Pola hubungan dan peran

14
Pola ini berisi hubungan antara pasien dengan keluarga, sistem pendukung
pasien, dan hubungan pasien dengan orang lain.
i. Pola produksi seksual
Pola ini berisi tentang masalah dalam seksualitas dan reproduksi.
j. Pola mekanisme koping stress
Pola ini berisi kemampuan pasien untuk menangani stress.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pola ini berisi tentang spiritualitas dan nilai kepercayaan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksan umum
1) Keadaan umum
Tampak lemah, demam, radang tenggorokan
2) Tingkat Kesadaran : Composmentis/apatis/somnolen/spoor/koma
GCS : Verbal, Psikomotor, Mata.
3) TTV
a) TD : pasien flu burung terjadi peningkatan tekanan darah
b) Nadi : takikardi dan dipsneu
c) Suhu : lebih dari 38℃
d) RR : biasanya melebihi batas normal
e) SpO2
4) Pemeriksaan Nyeri (P,Q,R,S,T,U,V)
a) P (Provoking) : Apakah yang menyebabkan gejala? Apa saja yang
dapat mengurangi dan memperberatnya?
b) Q (Quality) : Bagaimana gejala (nyeri) dirasakan, Sejauh mana An
da merasakannya sekarang?
c) R (Region) : Dimana lokasi nyeri dirasakan?Apakah menyebar?
d) S (Seeverity) : Seberapa keparahan dirasakan (nyeri dengan skala b
erapa)? (1- 10)
e) T (Time) : Kapan mulai timbul? Seberapa sering gejala terasa?Apa
kah tiba- tiba atau bertahap?
f) U (Understanding) : Usaha meredakan nyeri.Tanyakan tindakan ap
a yang dilakukan pasien untuk mengatasi nyerinya?
g) V (Values) : Tujuan dan harapan untuk nyeri yang diderita pasien.
5) Tinggi Badan (TB)

15
6) Berat Badan (BB)
b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
1) Kepala dan muka
Inspeksi: mengamati ekpresi muka, amati warna dan keadaan rambut m
engenai kebersihan, amati apakah terdapat edema atau bekas luka Palpa
si: kaji kerontokan dan kebersihan rambut, kaji pembengkakan pada m
uka, lihat apakah ada benjolan (masa).
2) Mata
Inspeksi: mengamati kelopak mata mengalami peradangan atau tidak, s
imetris kanan dan kiri, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva (merah/konj
ungtivitis atau anemis atau tidak) dan scela (ikterik/tidak), pupil (isokor
kanan dan kiri/normal), reflek pupil terhadap cahaya miosis/mengecil.
Palpasi: mengkaji apakah adanya nyeri tekan atau peningkatan tekanan
intraokuler pada kedua bola mata. Lihat pergerakan bola mata searah/ti
dak.
3) Hidung
Inspeksi: Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan, tonsil ta
mpak kemerahan dan edema, biasanya terdapat secret atau lendir pada
daerah hidung, hidung tampak kemerahan.
Palpasi: mengkaji apakah adanya nyeri tekan pada hidung, mengkaji ad
anya sinusitis, raba dorsumnasi apakah ada pembengkakan.
4) Telinga
Inspeksi: mengamati kesimetrisan telinga kanan dan kiri, warna telinga
dengan daerah sekitar, ada atau tidaknya luka, kebersihan telinga amati
ada tidaknya serumen dan otitis media.
Palpasi: mengkaji apakah ada nyeri tekan pada tulang mastoid.

5) Mulut dan gigi


Inspeksi: mengamati bibir apa ada kelainan kongenital (bibir sumbing),
warna, kesimetrisan, sianosis atau tidak, pembengkakan, lesi, amati ada
nya stomatitis pada mulut, amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berluban
g, warna, plak dan kebersihan gigi.
Palpasi: mengkaji terdapat nyeri tekan pada gigi dan mulut bagian dala
m.

16
6) Leher
Inspeksi: mengamati adanya luka, kesimetrisan, masa abnormal.
Palpasi: mengkaji adanya distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar t
iroid, ada nyeri telan/tidak.
7) Thorak:
a. Paru-paru
Inspeksi: kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuen
si, irama, kedalaman dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot b
antu pernafasan), lesi, edema, pembengkakan.
Palpasi: simetris, pergerakan dada, masa dan lesi, nyeri, vocal vre
mitus apakah normal kanan dan kiri.
Perkusi: normalnya berbunyi sonor.
Auskultasi: normalnya terdengar vesikuler pada kedua paru.
b. Jantung
Inspeksi: mengamati pulsasi ictus cordis.
Palpasi: teraba atau tidaknya pulsasi.
Perkusi: normalnya terdengar pekak.
Auskultasi: normalnya terdengar tunggal suara jantung pertama da
n suara jantung kedua.
c. Abdomen
Inspeksi: apakah ada peradangan pada umbilikus/tidak.
Auskultasi: dengarkan bising usus apakah normal atau tidak
Palpasi: adanya nyeri tekan atau tidak
Perkusi: kaji suara apakah timpani atau hipertimpani.

8) Ekstremitas
a. Atas
Inspeksi: terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya tahan tubu
h
Palpasi : biasanya penderita mengalami nyeri tekan
b. Bawah
Inspeksi: terjadi kelemahan otot karena kurangnya daya tahan tubu
h
Palpasi: biasanya penderita mengalami nyeri tekan

17
9) Perineum dan genitalia
Meliputi pemeriksaan apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan pada
genetalia
10) Integument
Inspeksi : kulit kehitaman atau keabuan
Palpasi : turgor kulit >2 detik.

B. ANALISA DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalah pasien.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masala
h kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian vi
tal dalam menentukan asuhan kepeawatan yang sesuai untuk membantu klien mencap
ai kesehatan yang optimal (SDKI DPP PPNI, 2017).
Adapun diagnosis yang muncul pada pasien dengan flu burung adalah sebagai berikut:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas (D. 0001)
2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003)
3. Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130)
4. Hipovolemi b.d evaporasi (D. 0023)
5. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)
6. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot (D. 0054)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Bersihan jalan nafa Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
s tidak efektif b.d keperawatan selama …X 24 Observasi
obstruksi jalan naf jam diharapkan bersihan 1. Monitor pola napas (frekuensi,
as jalan nafas meningkat, kedalaman, usaha napas)
dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
1. Batuk efektif meningkat (mis. gurgiling, mengi, wheezing,
2. Produksi sputum menurun ronkhi kering)

18
3. Mengi menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
4. Wheezing menurun aroma)
Mekonium (pada Terapeutik
neonatus) menurun 1. Pertahanan kepatenan jalan napas
5. Dipsnea menurun dengan head-tift dan chin-lift (jaw-
6. Ortopnea menurun thrust jika curiga trauma servikal)
7. Sulit bicara menurun 2. Posisikan Semi-Fowler atau Fowler
8. Sianosis menurun 3. Berikan minuman hangat
9. Gelisah menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
10. Frekuensi napas membaik 5. Lakukan penghisapan lendir kurang
(Tuliskan angka/nilainya) dari 15 detik
11. Pola napas membaik 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat
dengan proses McGill
8. Berikan Oksigen, Jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, Jika tidak komtraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, Jika perlu

Gangguan pertukar Setelah dilakukan Tindakan Pemantauan Respirasi (I.01014)


an gas b.d ketidaks keperawatan selama …X 24 Observasi
eimbangan ventila jam diharapkan pertukaran 1. Monitor frekuensi, irama,
si-perfusi gas meningkat, dengan kedalaman dan upaya napas
kriteria hasil: 2. Monitor pola napas (seperti
1. Tingkat kesadaran bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
meningkat kussmaul, Cheyne-Stokes, biot,
2. Dispnea menurun ataksik)

19
3. Bunyi napas menurun 3. Monitor kemampuan bantuk efektif
4. Takikardi menurun 4. Monitor adanya produksi sputum
5. Pusing menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan
6. Penglihatan kabur napas
menurun 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Diaforesis menurun 7. Auskultasi bunyi napas
8. Gelisah menurun 8. Monitor saturasi oksigen
9. Napas cuping hidung 9. Monitor nilai AGD
menurun 10. Monitor hasil x-ray toraks
10. PCO2 membaik Teraupetik
11. PO2 membaik 1. Atur interval pemantauan respirasi
12. pH arteri membaik sesuai kondisi pasien
13. sianosis membaik 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
14. pola napas membaik Edukasi
15. warna kulit membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Hipertermi b.d pro Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Hipertermia (I.15506)


ses penyakit keperawatan selama …X 24 Observasi
jam diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipotermia
termoregulasi membaik, (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan
dengan kriteria hasil: panas, penggunaan inkubator)
1. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun 3. Monitor kadar elektrolit
3. Kejang menurun 4. Monitor haluaran urine
4. Akrosianosis menurun 5. Monitor komplikasi akibat
5. Konsumsi oksigen hipertermia
menurun Terapeutik
6. Piloereksi menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Vasokontriksi perifer 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
menurun 3. Basahi dan kipas permukaan tubuh

20
8. Kutis memorata menurun 4. Berikan cairan oral
9. Pucat menurun 5. Ganti linen setiap hari atau lebih
10. Takikardia menurun sering jika mengalami hiperhidrosis
11. Takipnea menurun (keringat berlebih)
12. Bradikardia menurun 6. Lakukan pendinginan eksternal
13. Dasar kuku sianotik (mis. selimut hipotermia atau
menurun kompres dingin pada dahi, leher,
14. Hipoksia menurun dada, abdomen, aksila)
15. Suhu tubuh membaik 7. Hindari pemberian antipiretik atau
16. Suhu kulit membaik aspirin
17. Kadar glukosa tubuh 8. Berikan oksigen, jika perlu
membaik Edukasi
18. Pengisian kapiler 1. Anjurkan tirah baring
membaik Kolaborasi
19. Ventilasi membaik 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
20. Tekanan darah membaik elektrolit intravena, Jika perlu

Hipovolemi b.d ev Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Hipovolemia (I.03116)


aporasi keperawatan selama …X 24 Observasi
jam diharapkan status cairan 1. Periksa tanda dan gejala
membaik, dengan kriteria hipovolemia (mis. frekuensi nadi
hasil : meningkat, nadi teraba lemah,
1. Kekuatan nadi meningkat tekanan darah menurun, tekanan
2. Output urine meningkat nadi menyempit, turgor kulit
3. Membran mukosa lembap menurun, membran mukosa kering,
meningkat volume urine menurun, hematokrit
4. Pengisian vena meningkat meningkat, haus, lemah)
5. Ortopnea menurun 2. Monitor intake dan output cairan
6. Dispnea menurun Terapeutik
7. Paroxysmal nocturnal 1. Hitung kebutuhan cairan
dyspnea (PND) menurun 2. Berikan posisi modified
8. Edema anasarka menurun Trendelenburg
9. Edema perifer menurun 3. Berikan asupan cairan oral

21
10. Berat badan menurun Edukasi
11. Distensi vena jugularis 1. Anjurkan memperbanyak asupan
menurun cairan oral
12. Suara napas tambahan 2. Anjurkan menghindari perubahan
menurun posisi mendadak
13. Kongesti paru menurun Kolaborasi
14. Perasaan lemah menurun 1. Kolaborasi pemberian cairan IV
15. Rasa haus menurun isotonis (mis. NaCl, RL)
16. Konsentrasi urin menurun 2. Kolaborasi pemberian cairan IV
17. Frekuensi nadi membaik hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
18. Tekanan darah membaik 0,4%)
19. Tekanan nadi membaik 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
20. Turgor kulit membaik (mis. albumin, plasmanate)
21. Jugular venous pressure 4. Kolaborasi pemberian produk darah
(JVP) membaik
22. Hemoglobin membaik
23. Hematokrit membaik
24. Central venois pressure
membaik
25. Reluks hepatojugular
membaik
26. Berat badan membaik
27. Hepatomegali membaik
28. Oliguria membaik
29. Intake cairan membaik
30. Status mental membaik
31. Suhu tubuh membaik

Nyeri akut b.d age Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
n pencedera fisiolo keperawatan selama …X 24 Observasi
gis jam diharapkan Tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri menurun, dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri

22
1. Kemampuan menuntaskan 2. Identifikasi skala nyeri
aktivitas meningkat 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang
3. Meringis menurun memperberat dan memperingan
4. Sikap protektif menurun nyeri
5. Gelisah menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
6. Kesulitan tidur menurun keyakinan tentang nyeri
7. Menarik diri menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya
8. Berfokus pada diri sendiri terhadap respon nyeri
menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
9. Diaforesis menurun kualitas hidup
10. Perasaan depresi (tertekan) 8. Monitor keberhasilan terapi
menurun komplementer yang sudah
11. Perasaan takut mengalami diberikan
cedera berulang menurun 9. Monitor efek samping penggunaan
12. Anoreksia menurun analgetik
13. Perineum terasa tertekan Terapeutik
menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis
14. Uterus teraba membulat untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
menurun TENS, hipnosis, akupresure, terapi
15. Ketegangan otot menurun musik, biofeedback, terapi pijat,
16. Pupil dilatasi menurun aromaterapi, teknik imajinasi
17. Muntah menurun terbimbing, kompres hangat atau
18. Mual menurun dingin, terapi bermain)
19. Frekuensi nadi membaik 2. Kontrol lingkungan yang
20. Pola napas membaik memperberat rasa nyeri (mis. suhu
21. Tekanan darah membaik ruangan, pencahayaan, kebisingan)
22. Proses berpikir membaik 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
23. Fokus membaik 4. Pertimbangkan jenis dan sumber
24. Fungsi berkemih membaik nyeri dalam pemilihan strategi
25. Perilaku membaik meredakan nyeri
26. Nafsu makan membaik Edukasi
27. Pola fikir membaik 1. Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
23
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan mobilita Setelah dilakukan Tindakan Dukungan Ambulasi (I.06171)


s fisik b.d penurun keperawatan selama …X 24 Observasi
an kekuatan otot jam diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau
fisik meningkat, dengan keluhan fisik lainnya
kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik
1. Pergerakan ekstremitas melakukan ambulasi
meningkat 3. Monitor frekuensi jantung dan
2. Kekuatan otot meningkat tekanan darah sebelum memulai
3. Rentang gerak meningkat ambulasi
(ROM) 4. Monitor kondisi umum selama
4. Nyeri menurun melakukan ambulasi
5. Kecemasan menurun Terapeutik
6. Kaku sendi menurun 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
7. Gerakan tidak alat bantu (mis.tongkat, kruk)
terkoordinasi menurun 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi
8. Gerakan terbatas menurun fisik, jika perlu
9. Kelemahan fisik menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
ambulasi

24
2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilaku
kan secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawa
t bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan ber
orientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tin
dakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang su
dah dibuat.

F. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara memb
andingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Eval
uasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawa
tan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki peng
etahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, k
emampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kema
mpuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil.
Adapun komponen SOAP yaitu:
S: Subjektif
Data berdasarkan keluhan yang disampaikan pasien.
O: Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada pasien.
A: Analisa
P: Perencanaan

25
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Virus influenza A adalah bagian dari keluarga Orthomyxoviridae. Flu burung atau
Avian Influenza, penyakit ini disebabkan oleh virus Influenza Tipe A. Virus Avian
Influenza Tipe A diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu low pathogenic (LPAI)
atau highly pathogenic (HPAI) berdasarkan molekul genetik dan kriteria
patogenesitasnya.
2. Virus flu burung (AIVs) menyebabkan penyakit pada manusia ketika suatu strain
virus beradaptasi dengan inang manusia baik melalui reassortment dengan virus
influenza dari spesies lain atau melalui antigenic drift atau keduanya. Mutasi genetik

26
virus avian influenza seringkali terjadi sesuai dengan kondisi dan lingkungan
replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri akan tetapi juga
dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya.
3. Pengobatan flu burung harus dilakukan secepat mungkin. Karena jika tidak, penyakit
ini sangat berpotensi menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal seperti sindrom
gagal napas akut, gangguan jantung, disfungsi ginjal, dan pneumothorax. Salah satu
bentuk pengobatan flu burung adalah dengan pemberian obat maupun vaksin
dilakukan lebih ke arah pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain
maupun manusia di sekitarnya.

4. Dari analisa data dapat ditegakkan beberapa diagnosa dari pasien dengan flu burung
yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas (D. 0001), gangguan
pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003), hipertermi b.d pro
ses penyakit (D.0130), hipovolemi b.d evaporasi (D. 0023), nyeri akut b.d agen penc
edera fisiologis (D.0077), dan gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot
(D. 0054).

B. SARAN
1. Bagi Perawat di Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan
kepada klien pada kasus flu burung sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang optimal dan profesional kepada klien.
2. Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan mampu mengerti dan memahami tentang
penyakit flu burung dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan tepat
kepada klien.

27
DAFTAR PUSTAKA

Almutaali, M., & Anugrah, E. 2023. Avian Influenza Virus A Subtype H5N1. UMI Medical
Journal, 8(1), 26-34.
Daulay, R. S., & Ked, S. 2008. Avian Influenza. USU e-Repository, Medan. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2020/1/08E00076.pdf.

Dyah, A.H, Ni Lu, P. 2019. Identifikasi Flu Burung H5N1 pada Unggas di Sekitar Kasus Flu
Burung pada Manusia Tahun 2011 di Bekasi. Jurnal Veteriner. Vol.15. No.1: 6
8-78.

Ilham, N., & Yusdja, Y. 2010. Dampak flu burung terhadap produksi unggas dan kontribusi us
aha unggas terhadap pendapatan peternak skala kecil di Indonesia. Jurnal Agro
Ekonomi, 28(1), 39-68.

28
Rajutidesli. 2020. Penerapan Metode Case Based Reasoing Dan Certainty Factor Dalam Pera
ncangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Flu Burung Berbasis Web. Jurnal Bu
didarma, KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer ).
4(1), 345-350.

Russel CJ and Webster RG. 2015. The genesis og a pandemic influenza virus. Cell.
Septa, Bayu. 2019. Makalah Keperawatan Medikal Bedah Flu Burung. Diakses pada 6
Februari 2024 dari https://www.academia.edu/39509855/MAKALAH_
KEPERAWATAN_MEDIKAL_BEDAH _FLU_BURUNG.
Subuh, M. 2017. Pedoman Penanggulangan Flu Burung. Kementrian Kesehatan Republik In
donesia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Pera
wat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervsni Keperawatan Indonesia: Definisi dan Ti
ndakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Pera
wat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kr
iteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan P
erawat Nasional Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai