Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT DHF DAN MALARIA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1
Dosen Pembimbing : Ibu Ns. Yanti Susanti, M.Kep

Disusun Oleh : Putra Perdana Kusuma


NIM : 4416020037
Tingkat :2

AKADEMI KEPERAWATAN BUNTET PESANTREN CIREBON


Jl. Buntet Pesantren Cirebon, Kec. Astanajapura, Kab. Cirebon
Telp/ Fax : (0231)635747/636985
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan
tugas Makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang
kesehatan. Yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi dan
referensi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Cirebon , 20 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan .................................................................................. 2
C. Metode penulisan ................................................................................. 2
D. Sisteatika penulisan............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian DHF dan Malaria................................................................ 3
B. Anatomi dan Fisiologi Hematologi....................................................... 3
C. Etiologi DHF dan Malaria.................................................................... 9
D. Klasifikasi DHF dan Malaria................................................................ 9
E. Patofisologi DHF dan Malaria.............................................................. 9
F. Manifestasi Klinis DHF dan Malaria.................................................... 14
G. Pemeriksaan penunjang ....................................................................... 14
H. Penatalaksanaan ................................................................................... 14
I. Komplikasi DHF dan Malaria............................................................... 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ............................................................................................ 19
B. Diagnosa .............................................................................................. 29
C. Intervensi ............................................................................................. 30
D. Implementasi ........................................................................................ 33
E. Evaluasi ................................................................................................ 33
BAB IV PENUTUP
A. Kesilmpulan ......................................................................................... 54
B. Saran .................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti (Nursalam, dkk, 2008). Penyakit ini dapat menyerang semua orang
dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Nursalam, dkk, 2008).
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) adalah virus dengue (Nursalam, dkk, 2008). Demam Berdarah Dengue
(DBD) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama, yaitu demam tinggi, fenomena
hemoragik, sering dengan hepatomegali, dan pada kasus berat, terjadi tanda – tanda
kegagalan sirkulasi (WHO, 1999).
Menurut WHO (1999), pada tahun 1996, 2500 – 3000 juta orang tinggal di area
yang secara potensial beresiko terhadap penularan virus dengue. Setiap tahun,
diperkirakan terdapat 20 juta kasus infeksi dengue yang mengakibatkan kira – kira 24 juta
kematian (WHO, 1999).
Penyakit ini mempunyai pola epidemik berdasarkan musiman dan siklus dengan
wabah besar terjadi pada interval 2 – 3 tahun. Selama periode 1960 – 1970, 1.070.207
kasus dan 42.808 kematian dilaporkan dan sebagian besar adalah anak – anak (WHO,
1999). Selama hampir sepanjang tahun 1980-an, pada negara – negara endemik, seperti
Cina, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, DHF / DSS
menyebar secara perifer dan menyerang daerah pedesaan. Wabah yang sangat luar biasa
besar yang terjadi di Vietnam (354.517 kasus pada tahn 1987) dan Thailand (174.285
kasus pada tahun 1987). Jumlah total orang yang terjangkit dan meninggal karena DHF /
DSS dilaporkan di semua negara Pasifik Barat dan Asia Tenggara selama dekade 1980 –
an diperkirakan 1.946.965 dan 23.793.
Dari data – data di atas, maka penulis mencoba menyusun makalah tentang
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan DHF sehingga diharapkan mahasiswa/i dapat
lebih memahami tentang penyakit DHF dan pada akhirnya dapat menurunkan angka
kejadian penyakit DHF di Indoensia.
A. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i tingkat II AKPER BUNTET PESANTREN CIREBON mampu
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF dan Malaria.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i tingkat II AKPER BUNTET PESANTREN CIREBON mampu :
a. Menjelaskan pengertian DHF dan Malaria dengan baik
b. Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem hematologi dengan baik
c. Menyebutkan etiologi DHF dan Malaria dengan tepat
d. Menyebutkan klasifikasi DHF dan Malaria dengan tepat
e. Menjelaskan patofisiologi dengan baik
f. Menyebutkan manifestasi klinis DHF dan Malaria dengan tepat
g. Menyebutkan komplikasi DHF dan Malaria dengan tepat
h. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik untuk DHF dan Malaria dengan tepat
i. Menyebutkan penatalaksanaan pasien dengan DHF dan Malaria dengan tepat
j. Menjelaskan konsep dasar keperawatan DHF dan Malaria yang terdiri atas :
pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi dengan baik
k. Melakukan pengkajian pada pasien DHF dan Malaria dengan baik
l. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien DHF dan Malaria dengan tepat
m. Membuat intervensi pada pasien DHF dan Malaria dengan tepat
n. Melaksanakan implementasi pada pasien DHf dan Malaria dengan baik
o. Membuat evaluasi pada pasien DHF dan Malaria dengan tepat
B. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus dan kepustakaan yang didapt dari buku – buku sumber yang
tersedia serta proses konsultasi kepada pembimbing praktek bagian (PPB) dan
pembimbing dari pendidikan.
C. Sistematika penulisan
Makalah ini tersusun menjadi lima bab, yaitu bab satu pendahuluan yang berisi
latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab dua tinjauan teori yang berisi pengertian, anatomi dan fisiologi sistem
hematologi, etiologi DHF dan Malaria, klasifikasi DHF dan Malaria, patofisiologi DHF
dan Malaria, manifestasi klinis DHF dan Malaria, komplikasi DHF dan Malaria,
pemeriksaan diagnostik DHF dan Malaria, penatalaksanaan pasien DHF dan Malaria, dan

2
konsep dasar keperawatan DHF dan Malaria yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, serta intervensi.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR MEDIS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER ( DHF )


A. Pengertian
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Effendy, 1995)
Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)) adalah penyakit
yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot
dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Noer, 1999)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan
disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan
hemostatis, dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein.
(Behrman, et al, 2000)
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti. (Nursalam, dkk, 2008)
Jadi, Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti (betina) dan terdapat pada anak dan dewasa.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi Plasmodium. Dalam tubuh manusia
Plasmodium berkembangbiak dihati, kemudian menginfeksi sel-sel darah merah (WHO,
2012). Malaria sudah diketahui sejak zaman Yunani. Kata malaria terdiri dari dua kata, yaitu
mal = busuk dan aria = udara (Sorontou, 2013).
Nama malaria diambil dari kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak
diderita masyarakat yang tinggal di sekitar rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Safar,
2010 dalam Nurmaulina, 2017).

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi


 Pembuluh Darah

4
 Struktur
Dinding arteri terdiri atas tiga lapis, yaitu :
Tunika adventisia, lapisan terluar yang terdiri atas jaringan ikat yang fibrus
Tunika media, lapisan tengah yang berotot dan elastik
Tunika intima, lapisan dalam yang endotelial
 Jenis – Jenis
Arteri dan Arteriol
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang membawa darah keluar
dari jantung, selalu membawa darah segar berisi O 2, kecuali arteri pulmoner
yang membawa darah ’kotor’ yang memerlukan oksigenasi.
Arteri yang besar disebut Aorta yang diameternya ± 25 mm (1 inchi) dan
memiliki banyak sekali cabang. Arteri dan arteriol berukuran 4 mm (0,16
inchi) saat mencapai jaringan.
Arteri dan arteriol memperoleh perdarahan dari sebuah sistem pembuluh
yang khusus, yang dikenal sebagai vasa vasorum; keduanya juga disarafi oleh
serabut – serabut saraf yang ramping yang melingkari dinding pembuluh darah.

 Vena dan Venula

Vena dan venula membawa darah ke arah jantung dan selalu membawa
darah yang miskin akan oksigen, kecuali vena pulmoner.
Struktur dinding vena yang tipis dan sedikit ototnya memungkinkan dinding
vena mengalami distensi lebih besar dibanding arteri.

5
Sistem saraf simpatis yang mempersarafi otot vena dapat merangsang vena
untuk berkontriksi sehingga menurunkan volume vena dan menaikkan volume
darah dalam sirkulasi umum.
 Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol berakhir
dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler membentuk jalinan pembuluh
darah bercabang – cabang di dalam sebagian besar jaringan tubuh.
Dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan tersusun
hanya oleh satu lapis sel endotel. Diameter kapiler ± 5 – 10 µm. Struktur
dinding kapiler yang tipis ini memungkinkan transpor nutrisi yang cepat dan
efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme.

 Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe merupakan sistem kmpleks pembuluh berdinding tipis yang
mirip dengan kapiler darah. Pembuluh limfe berfungsi untuk mengumpulkan
cairan limfa dari jaringan dan organ serta mengangkat cairan tersebut ke
sirkulasi vena.

 Sirkulasi Darah

Sirkulasi darah dalam tubuh ada dua, yaitu :


 Sirkulasi Sistemik
Darah dari ventrikel kiri (jantung) → aorta → arteri → arteriola → kapiler
→ venula → vena cava inferior dan superior → atrium kanan (jantung)
 Sirkulasi Pulmonal

6
Darah dari ventrikel kanan (jantung) → arteri pulmonalis → paru – paru
kanan dan kiri → vena pulmonalis → atrium kiri (jantung)

 Kebutuhan Sirkulasi Jaringan


Presentasi aliran darah yang diterima oleh organ atau jaringan tertentu
ditentukan oleh kecepatan metabolisme jaringan, ketersediaan oksigen, dan
fungsi jaringan. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme, pembuluh
darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran O2 dan nutrisi ke jaringan.
Apabila pembuluh darah gagal berdilatasi, maka akan terjadi ischemic
jaringan.
 Aliran Darah
Aliran darah terjadi disebabkan karena perbedaan tekanan darah antara
sistem arteri (± 100 mmHg) dan vena (± 4 mmHg) dan cairan selalu mengalir
dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah.
 Tahanan Hemodinamika
Faktor terpenting pada sistem vaskuler yang menentukan tahanan adalah
jari – jari pembuluh darah. Peningkatan hematokrit yang sangat tinggi dapat
meningkatkan kekentalan darah dan menurunkan aliran darah kapiler.

 Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa. Cairan
darah tersusun atas komponen – komponen, yaitu :

 Serum Darah / Plasma


Serum atau plasma darah terdiri atas :
 Air (91,0 %)
 Protein (8,0 %) : Albumin, Globulin, Protrombin, dan Fibrinogen
 Mineral (0,9 %) : NaCl, Na2CO2, garam dan kalsium, P, Mg, Fe
 Bahan organik : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol,
asam amino
 Gas : O2 dan CO2
 Hormon – hormon
 Enzim

7
 Antigen
 Sel Darah
Sel darah dibagi menjadi :
 Sel darah merah (Eritrosit)
Bentuk eritrosit adalah cakram bikonkaf, cekung pada kedua sisinya
sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang
saling bertolak belakang. Diameternya ± 8 µm.
Volume eritrosit sekitar 90 m3 dan membrannya sangat tipis
sehingga O2 dan CO2 dapat dengan mudah berdifusi. Eritrosit tersusun
terutama oleh hemoglobin, yaitu protein yang kaya akan zat besi (Pearce,
1997 : 134) sehingga memungkinkan dapat menjalankan fungsi utamanya
sebagai transport O2 antara paru dan jaringan.
Rata – rata panjang hidup eritrosit ± 115 hari. Sel menjadi usang
dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelial, terutama dalam limfa
dan hati. Bila terjadi perdarahan, maka eritrosit dan Hb hilang. Pada
perdarahan sedang, eritrosit diganti dalam waktu beberapa minggu
berikutnya. Namun, apabila kadar Hb turun sampai 40 % atau di
bawahnya, maka perlu transfusi darah. Nilai normal eritrosit adalah
4.500.000 – 5.500.000 / mm3.

 Sel darah putih (Leukosit)


Nilai normal leukosit adalah 5.000 – 10.000 / mm3. Leukosit berfungsi
untuk melindungi tubuh terhadap invasi bakteri atau benda asing. Leukosit
dibagi dalam dua kategori, yaitu :
 Granulosit (60 %)
Granulosit ditentukan oleh adanya granula dalam
sitoplasmanya. Diameternya 2 – 3 kali dari eritrosit. Granulosit dibagi
dalam tiga sub grup, yaitu :
- Eosinofil: granula berwarna merah terang dalam sitoplasmanya
- Basofil : granula berwarna biru
- Netrofil : granula berwarna ungu pucat
Eosinofil dan Basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai
material biologis kuat, seperti histamin, serotonin, dan heparin.

8
2. Leukosit Mononuklear (Agranulosit) (40 %)
Agranulosit merupakan leukosit dengan inti satu lobus dan
sitoplasmanya bebas granula. Agranulosit terdiri atas :
1. Limfosit
Dalam darah orang dewasa terdapat 30 % limfosit. Limfosit
diproduksi oleh nodus limfe dan jaringan limfoid usus, limfa, dan
kelenjar timus dari sel prekursor yang berasal sebagai sel stem
sumsum. Limfosit berfungsi untuk menghasilkan substansi yang
membantu penyerangan benda asing. Limfosit dapat dikelompokan
menjadi :
a. Limfosit T yang berfungsi untuk membunuh sel secara langsung
atau menghasilkan berbagai limfokin, yaitu suatu substansi yang
memperkuat aktivitas sel fagositik.
b. Limfosit B yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi.
Monosit
Dalamdarah orang dewasa terdapat 5 % monosit. Monosit
diproduksi oleh sumsum tulang dan dapat berubah menjadi histiosit
jaringan, termasuk sel Kupfer di hati, makrofag peritoneal,
makrofag alveolar, dan komponen lain sistem retikuloendotelial.

b. Butir pembeku (Trombosit)


Nilai normal trombosit adalah 150.000 – 450.000 / mm 3. Trombosit
merupakan partikel kecil dengan diameter 2 – 4 µm yang terdapat dalam
sirkulasi plasma darah. Trombosit dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa
sumsum tulang (megakariosit) dan produksi trombosit diatur oleh
tromboprotein.
Trombosit berperan dalam mengontrol perdarahan. Apabila terjadi
cedera vaskuler, maka trombosit menggumpal pada tempat cedera tersebut.
Substansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya
menyebabkan trombosit menmpel satu sama lain dan membentuk tambalan
/ sumbatan. Substansi lain dilepaskan dari trombosit untuk mengaktifasi
faktor pembekuan dalam plasma darah.

Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah


ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah
9
(Smeltzer & Bare, 2001 : 930). Bekuan darah tersusun terutama oleh sel – sel
darah yang terperangkap dalam jaring – jaring fibrin. Faktor pembekuan darah
terdiri dari :
- Faktor I : Fibrinogen
- Faktor II : Protrombin
- Faktor III : Tromboplastin jaringan
- Faktor IV : Kalsium
- Faktor V : Labil
- Faktor VII : Faktor stabil
- Faktor VIII : Faktor antihemofilik
- Faktor IX : Faktor Christmas
- Faktor X : Faktor Stuart – Power
- Faktor XI : (anteseden) Plasma tromboplastin
- Faktor XII : Faktor Hageman

MALARIA
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berada dalam ruang vascular,
karena perannya sebagai media komunikasi atar sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar
karena fungsinya membawa oksigen dari paru-paru kejaringan ke karbondioksida dari jaringan ke
paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrient dari saluran cerna kejaringan kemudian
menghantarkan hormone dan matei-mteri pembekuan darah (Tarwoto, 2008)

B. Etiologi
Etiologi dari DHF adalah virus dengue tipe1 – 4 (golongan enthropoda bome
golongan B) yang berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70OC yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada manusia menginfeksi
eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pemberian aseksual dijaringan hati dan di erittrosit.
Pemberian seksual terjadi pada tubuh nyamuk yaitu anopheles betina (Harijanto, 2011)
Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang mempunyai keunikan karena
memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai
hospes definitif. Genus plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi medik,
yaitu : Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna) menyebabkan malaria tropika yang

10
sering menyebabkan penyakit malaria berat/malaria otak dengan kematian. Plasmodium vivax
penyebab malaria tertiana benigna. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.
Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya
banyak di Afrika dan Pasifik Barat (Muslim,2011).

C. Klasifikasi DHF
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) diklasifikasikan berdasarkan derajat
beratnya penyakit, secara klinis terbagi menjadi : ( WHO, 1986 )
 Derajat I:demam, mual, muntah, anorexia, tanpa perdarahan spontan,
uji torniquet positif, trombositopenia, dan hemokonsentrasi.
 Derajat II: derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat
lain.
 Derajat III :ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah,
tekanan darah lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut,
hidung, dan ujung jari (tanda dini renjatan).
 Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur.

D. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal – pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa
(splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi
dan renjatan (syok).
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, maka akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis, dan kematian.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut tiga faktor, yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi.

11
Patofisiologi munculnya gejala pada malaria berkaitan dengan siklus eritrositik
parasit. Parasitemia meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan ruptur skizon eritrosit yang
melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan zat sisa metabolik ke sirkulasi darah.
Tubuh yang mengenali antigen tersebut kemudian melepaskan makrofag, monosit, limfosit,
dan berbagai sitokin, seperti tumor necrosis factor alpha (TNF- α).[2,3,11]
Sitokin TNF-α dalam sirkulasi darah yang sampai ke hipotalamus akan menstimulasi demam.
Demam bertahan selama 6–10 jam, lalu suhu tubuh kembali normal, dan meningkat kembali
setiap 48–72 jam saat siklus eritrositik lengkap. Selain TNF-α, ditemukan juga sitokin
proinflamasi lainnya, seperti interleukin 10 (IL-10) dan interferon γ (IFN- γ). Pada fase
infeksi lanjutan, tubuh memproduksi antibodi yang membantu proses pembersihan parasit
melalui jalur makrofag-sel T-sel B.[2,3,12-15]

Parasitemia pada malaria falciparum lebih hebat dibandingkan parasitemia spesies


lain. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat menginvasi semua fase
eritrosit, sedangkan Plasmodium vivax lebih dominan menginfeksi retikulosit
dan Plasmodium malariae menginvasi eritrosit matur. Tingkat parasitemia biasanya
sebanding dengan respons tubuh manusia dan keparahan gejala klinis. Anemia pada malaria
terjadi akibat proses hemolisis dan fagositosis eritrosit, baik yang terinfeksi maupun normal
oleh sistem retikuloendotelial pada limpa. Peningkatan aktivitas limpa menyebabkan
splenomegali. Anemia berat juga dipengaruhi oleh gangguan respons imun monosit dan
limfosit akibat hemozoin (pigmen toksik hasil metabolisme Plasmodium), sehingga terjadi
gangguan eritropoiesis dan destruksi eritrosit normal.[15,18]
Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primaquine pada orang dengan
defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) herediter. Pigmen yang keluar ke dalam
sirkulasi saat hemolisis dapat terakumulasi di sel retikuloendotelial limpa, sehingga folikelnya
menjadi hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik. Pigmen juga dapat mengendap dalam sel
Kupffer hati, sumsum tulang, otak, dan berbagai organ lain.[15] Hemolisis dapat
meningkatkan serum bilirubin sehingga menimbulkan jaundice. Malaria falciparum dapat
disertai hemolisis berat yang menyebabkan hemoglobinuria (blackwater fever).

12
PATOFLOW
Infeksi Dengue Heterologus Sekunder

Replikasi Virus Respon Antibodi Anamnesti

Kompleks Antibodi Virus

Demam,mual, Agregasi trombosit Aktivasi koagulasi Aktivasi komplemen


Muntah
Komplemen ↑

Gangguan fungsi Pembersihan trombosit Pelepasan Trombosit Faktor Hageman Anafilatoksin ( C3a C5a )
Trombosit oleh RES faktor III diaktivasi
Ptekie
Kadar histamin
Trombositopenia Ekimosis Koagulapati dalam urine 24 jam ↑
Konsumtif Sistem Kinin
Epistaksis

Dehidrasi Faktor pembekuan ↓ Kinin Permeabilitas vaskular ↑

Ht ↑
FDP ↑
Kebocoran Na+ ↓
Plasma
Efusi serosa

13
Edema
Perpindahan cairan
dari IVF ke interstitial Hepatomegali

Splenomegali

Perdarahan yang berlebihan

Hipovolemia

Syok

Hipoksia jaringan

DIC Asidosis Metabolik

Perdarahan Masif

Kematian

14
15
16
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi antara 13 – 15 hari, antara lain :
a. Demam akut (suhu meningkat tiba – tiba)
b. Perdarahan pada kulit (ptekie, ekimosis, hematom)
c. Perdarahan, seperti epistaksis, hematemesis, hematuri, dan melena
d. Keluhan pada saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
e. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anorexia, diare, konstipasi
f. Keluhan sistem tubuh lain : nyeri atau sakit kepala; nyeri otot, tulang, dan sendi;
nyeri otot abdomen; nyeri ulu hati; pegal; kemerahan pada kulit; kemerahan pada
muka (flushing); pembengkakan sekitar mata, lakrimasi, dan fotopobia; otot – otot
sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal
g. Renjatan

Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan splenomegali.


Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium (tabel 1). Keluhan prodromal
dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa : kelesuhan, malaise, sakit kepala, merasa
dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia (hilang nafsu makan),
perut tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin. Keluhan prodromal sering
terjadi pada Plasmodium vivax dan ovale, sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae
keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal secara berurutan :
periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi
saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas:
penderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti
dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat : penderita berkeringat banyak
dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada
infeksi plasmodium vivax, pada plasmodium falcifarum menggigil dapat berlangsung berat
ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada plasmodium falcifarum, 36
jam pada plasmodium vivax dan ovale, 60 jam pada plasmodium malariae.

F. Pemeriksaan penunjang
DHF
17
 Darah
 Trombosit menurun
 Hb meningkat lebih 20%
 Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
 Protein darah rendah
 Uerun PH bias meningkat
 Na dan CI rendah
 Ontegen thorax
 Uji torniket (positif )

MALARIA
a. Uji tourniquet : Dikatakan positif jika hasilnya terdapat lebih dari 10 petekia, percobaan
ini yang sering dinamakan Rumpel lead.
b. Hemoglobin: pada hari hari pertama biasanya akan normal atau sedikit menurun, tetapi
akan naik mengikuti peningakatan hemokomsentrasi
c. Hematokrit: biasanya mulai meningkat pada hari ke tiga dari perjalanan
penyakit demam berdarah
d. Trombosit: nilai trombosit biasanya menurun (<100.000/uL)

Pemeriksaan malaria ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum


penderita, meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
leukosit, eritrosit, dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia
darah (gula darah, SGOT, SGPT) serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk
melihat apakah terjadi pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya
sesuai indikasi (Widoyono,2013).

G. Penatalaksanaan (Nursalam, 2008)


DHF
a. Keperawatan
Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan sirkulasi darah, resiko
terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh, akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa amman
dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
 Kegagalan sirkulasi darah

18
Dengan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan ekstrovaskular,
yang pncaknya terjadi pada saat renjatan akan terliht pada tubh pasien mnjadi sembab
(edema) dan drah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD, suhu dan pernafasan)
perlu dilakakan secara kontinu, bila perlu setiap jam. Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai
permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien
kencing / tidak.
 Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
merupakan faktor penyebab terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal.
Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat atau daerah
retrosternal. Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu diukur. Karena
melihat seberapa banyak darah yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum
pasien perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus segera dipasang sang.
Formulir permintaan darah disediakan. Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita
syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya / warnanya serta
waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya
dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
 Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-
7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan
suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika
dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat
dapat diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang
mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut
halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat
secara baik dan memberitahu dokter.
 Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat
tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah
Ht, trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya
mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan
tenang, yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya
dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas
19
hematom di beberapa tempat. Jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu
tersedia set venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).
a. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
 DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan harus. Pada
pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi
sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang
resiko terjadi perdarahan. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
sang. Formulir permintaan darah disediakan. Perawatan selanjutnya seperti pasien yang
menderita syok. Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat banyaknya /
warnanya serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami pendarahan
gastrointestinal biasanya
dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari lambung.
 Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-
7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang. Peningkatan
suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika
dan anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar tidak meningkat
dapat diberikan kompres dingin, yang perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang
mendadak disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi lembut
halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat
secara baik dan memberitahu dokter.
 Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena penyakitnya dan akibat
tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah
Ht, trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta ukurannya
mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan
tenang, yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel / kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya
dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena dan meninggalkan bekas

20
hematom di beberapa tempat. Jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu
tersedia set venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).
b. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
 DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan harus. Pada
pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi
sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan sonde karena merangsang
resiko terjadi perdarahan. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan
dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun
diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi.
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya mendahului munculnya
secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya
nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang
diduga menderita DHF harus diperiksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari mlai
hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1 sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang
menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
 DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang infus sebagai penganti cairan
yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika
pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20
sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur
dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,
amplitudo nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10
liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka pemberian infus
dipertahankan sampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik. Pada pasien
21
renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central Venous Pressure (CVP) untuk
mengukur tekanan vena sentral melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien
dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinalyang
berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai
hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sedikit tidak
kelihatan.Dengan memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan keadaan
ini dianjurkan pemberian darah.

MALARIA
 Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan, dansuhu)
 Cairan danelektrolit

Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan


malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah
terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang tidak adekuat akan
menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian cairan
yang berlebihan dapat menyebabkan udema paru. Cairan yang biasa
digunakan adalah dextrose 5% untuk menghindari hipoglikemi khususnya
pada pemberian kina. Bila dapat diukur kadar elektrolit (natrium),
dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.
 Nutrisi
 Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit lunak
yang diberikan mengandung protein, energy dan zat gizi lainnya.
Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna , rendah serat
dan tidak mengandung bumbu yangtajam.
 Eliminasi
 Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi
tapi pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK yaitu
hemoglobinuria dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
 Aktifitas dan istirahat
 Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang
dibatasi, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.
 Bila terjadi anemia diberi tranfusidarah.
 Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol

22
dan air es) dan bila pasien menggigil berikanselimut.

Penatalaksanaan non medis


 Menggunakan kelambu pada waktutidur.
 Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
 Menggunakan pembasmiserangga.
 Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal diusahakan
jauh dari kandangternak.
 Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar
lebihjauh.
 Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas
sarangnyamuk.
 Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan
serta genanganair.
 Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau menebarkan ikan
pemakanjentik.
 Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang pantai (Irianto,
2011)

Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria terhadap
obat malaria, maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :
 Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamindapat membasmi parasit
praeritrosit, sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam eritrosit; digunakan
sebagai profilaksiskausal.
 Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmiparasit daur eksoeritrosit
dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale dan digunakan untuk
pengobatan radikal infeksi ini bagi antirelaps
 Skizontisida darah; membasmi parasit yang berhubungan dengan
penyakit akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai
penyembuhan klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium.
Skizontisida darah juga membunuh bentuk eritrosit stadium seksual
plasmodium vivax, ovale dan malariae. Skizontisida darah yang
ampuh adalah kina, klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan yang

23
efeknya terbatas adalah proguanil dan pirimetamin.
 Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk
stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi
perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina.
Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin adalah
gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina, klorokuin, dan
amodiakuin adalah gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale
danmalariae.
Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah untuk membentuk ookista
dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles. Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan
disebut juga obat anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini ialah
primakuin dan poquanil.

H. Komplikasi
Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung

24
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengambilan Data : 21 Juni 2020
MRS : 20 Juni 2020
Ruang : Inap anak
Reg : 522707
1. Identitas Pasien
Nama : An.D
Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 29 Februari 2006
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah / Ibu : Dalimin / Sariyus Mahera
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga ( IRT )
Alamat : Jorong Bateh Sariak , Nagari Nan Tujuah Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam.
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
Biaya Ditanggung Oleh : BPJS
2. Alasan Masuk
Klien datang ke IGD tanggal 20 Juni 2020 jam 12.30 dengan keluhan demam sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit, mimisan satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit, muntah 2 kali,
dan BAB susah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan demam sejak 4 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu
klien mengatakan klien buang air besar tidak ada sejak hari minggu sebelum masuk rumah sakit,
klien mengatakan terasa pusing saat duduk dan berdiri, klien mengatakan badan terasa letih,ibu
klien mengatakan nafsu makan menurun, minum kurang, ibu klien mengatakan trombosit klien
menurun.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien pernah di rawat pada umur 4 tahun di RSUD Achmad Mochtar
dengan penyakit ssama.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

1
Ibu klien mengatakan keluarga klien ada yang sedang
mengalami penyakit yang sama yaitu kakak klien, ibu mengatakan ibu memiliki penyakit vertigo,
dan tidak ada keluarga lainnya yang memiliki penyakit hipertensi, DM, jantung dan penyakit
lainnya

GENOGRAM

Keterangan :
a. Laki – Laki :
b. Perempuan :
c. Klien :
d. Meinggal : X
e. Serumah : -----
6. Riyawat Kehamilan dan Kelahiran
1) Prenatal
Ibu klien mengatakan saat hamil klien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan 1 x 1 bulan ke
bidan. Ibu klien tidak ada mengkonsumsi obat-obatan saat hamil
2) Natal
Ibu klien melahirkan klien secara normal di RS. Achmad Mochtar, usia kehamilan saat lahir 9
bulan 15 hari. Berat Badan 4 Kg, Panjang Badan 47 cm.

2
3) Post Natal
Keadaan ibu saat pasca melahirkan tidak ada mengalami perdarahan, ASI ibu dapat keluar dan
banyak.
7. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh : klien tinggal di kos bersama kakaknya, kakaknya saying dengan adiknya.
Dan orang tua klien sering ke kosan klien dan orang tua klien sangat sayang dengan klien
2. Hubungan dengan keluarga : saat di rumah sakit ibu dan ayah klien selalu nemanin klien dan
anggota keluarga yang lain bergntian untuk menjaga klien seperti adik dari ibunya klien.
3. Hubungan dengan teman sebaya : baik
4. Pembawaan secara umum : pada saat komunikasi dengan perawat klien tampakk malu tapi
klien sangat kooperatif dan mudah akeab
5. Lingkungan rumah : Bersih, aman dan nyaman
8. Kebutuhan Dasar
A. Makanan yang disukai / tidak disukai
Klien mengatakan suka makan ayam, ikan, nasi goring, manga, pisang, dan makanan yang
tidak disukai klien nenas.
B. Pola Tidur
Klien mengatakan tidur siang hanya 4 jam semenjak sakit dan tidur malam hanya 6 jam.
C. Mandi
Klien saat sehat rajin mandi,klien mandi 2 kali sehari tetapi semenjak sakit klien tidak ada
mandi atau hanya di lap dengan waslap basah.
D. Aktivitas Bermain
Klien waktu sehat sering bermain dengan teman sebayanya, tapi saat sakit sekarang klien tidak
ada bermain.
E. Eliminasi
BAB : Klien belum ada BAB semenjak sakit ini.
BAK : buang air kecil klien lancar, frekuensi 4x sehari, bau pesing,warna kuning, konsistensi cair
dan tidak ada kesulitan dalam BAK.
9. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
BB / TB : 45 Kg / 130 Cm
Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg N : 64 x/m P : 20 x/m S : 36,5 ˚C
1) Kepala

3
- Rambut
I : Rambut klien tampak hitam, rambut klien berminyak dan lepek, tidak ada ketombe,
tidak ada kutu
P : Tidak ada terdapat udem dan pembengkakan pada kepala
- Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan, Pupil isokor, sclera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, tidak ada gangguan penglihatan.
- Telinga
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran.
- Hidung
Bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman.
- Mulut dan Gigi
Bersih, mukosa bibir kering, , gigi rapi, bibir simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan.
2) Leher
Tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tida ada kelainan pada leher.
3) Thorak
- Paru – Paru
I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada menggunakan otot bantu pernafasan.
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fremitus sama, tidak ada oedem
P : Sonor
A : Irama pernafasan vesikuler
- Jantung
I : simetris kiri dan kanan, Ictus cordis Terlihat, tidak ada palpitasi
P : Ictus Cordis
P : Suara jantung vesikuler
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup
4) Abdomen
I : Perut klien tampak simetris, Tidak ada bekas operasi, tidak ada lesi
A : Bising usus 12 x/menit
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem atau masa, pembesaran hepar tidak ada
P : Tympani
5) Punggung : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada kelainan pada punggung
6) Esktremitas

4
Atas : CRT < 2 detik, Klien terpasang infus RL 30 tts/m ditangan sebelah kiri. Bawah : Klien
tidak terpasang kateter
Kekuatan otot :
5555 5555

5555 5555
7) Genetalia
tampak bersih, tidak ada kelainan pada genetalia
8) Integument
warna kulit sawo matang, kulit ada bintik-bintik merah, turgor kulit jelek.
10. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a) Kemandirian dan Bergaul
Klien sangat mandiri saat bermain, klien sudah mampu mandi atau memakai pakaian
sendiri dan berinteraksi dengan keluarga secara baik.
b) Motorik Halus
Klien mampu membaca,menggambar dan belajar sendiri
c) Motorik Kasar
Klien mampu berjalan mundur dan melangkah, klien mampu bermain aktif saat sehat dan
tidak ada kendala saat berjalan dan bermain.
d) Kognitif dan Bahasa
Klien mampu menjawab dengan benar dan berbahasa Indonesia atau bahasa minang dengan
benar. Klien mampu mengucapkan kata-kata lebih dari 2 kata atau mengucapkan dengan
baik.
11. Data Penunjang
- Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2019 Jam 09.51 wib
Tabel 3.1 Laboratorium
No Nama Jumlah Satuan Niali
Pemeriksa Normal
1. HGB 14.6 [g/dl] 13.0-16.1
2. RBC 4.90 [10^6/uL] 4.5-5.5
3. HCT 41.2 [%] 40.0-48.0
WBC 2.95 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
EO% 1.7 [10^3/uL] 1-3

5
BASO% 0.3 [10^3/uL] 0-1
NEUT 24.1 [10^3/uL] 50-70
LYMPH 65.1 [10^3/uL] 20-40
MONO% 8.8 [10^3/uL] 2-8
PLT 19* [10^3/uL] 150-400

Laboratorium tanggal 21 Juni 2019 jam 16.57 WIB


Tabel 3.2

No. Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal


1. HGB 14.6 [g/dl] 13.0-16.1
2. RBC 4.74 [10^6/uL] 4.5-5.5
3. HCT 40.7 [%] 40.0-48.0
4. WBC 3.44 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1-3
6. BASO% 0.3 [10^3/uL] 0-1
7. NEUT 22.1* [10^3/uL] 50-70
8. LYMPH 66.9 [10^3/uL] 20-40
9. MONO% 8.4* [10^3/uL] 2-8
10. PLT 16* [10^3/uL] 150-400

Laboratorium tanggal 22 Juni 2019


Tabel 3.3
No. Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal
1. HGB 14.6 [g/dl] 13.0-16.1
2. RBC 4.92 [10^6/uL] 4.5-5.5
3. HCT 42.4 [%] 40.0-48.0
4. WBC 3.69 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1-3
6. BASO% 0.8 [10^3/uL] 0-1
7. NEUT 23.3* [10^3/uL] 50-70
8. LYMPH 64.5* [10^3/uL] 20-40
9. MONO% 9.5 [10^3/uL] 2-8
6
10. PLT 12* [10^3/uL] 150-400

Laboratorium tanggal 23 Juni 2019


Tabel 3.4
No. Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal
1. HGB 13.7 [g/dl] 13.0-16.1
2. RBC 4.65 [10^6/uL] 4.5-5.5
3. HCT 40.4 [%] 40.0-48.0
4. WBC .67 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. PLT 23* [10^3/uL] 150-400
12. Data Pengobatan
a. Paracetamol tablet 3x500 mg
b. Infus RL 30 tts/menit
13. Data Fokus
a. Data Subjektif
1) Ibu klien mengatakan klien kurang minum
2) Ibu klien mengatakan klien letih
3) Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien turun naik
4) Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun
5) Klien mengatakan pusing saat berdiri dan duduk
6) Ibu klien mengatakan klien tadi siang muntah
7) Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari tidak BAB
8) Ibu klien mengatakan kurang pengatuhuan tengtang penyakitnya
9) Ibu tampak mengatakan kurang informasi tentang penyakit anaknya
10) Ibu klien mengatakan trombosit anaknya menurun
11) Klien mengatakan lemah
b. Data Objektif
1) Klien tampak letih
2) Klien tampak ada bintik-bintik merah di tangan klien, pada tangan ( + )
TD : 100/70
P : 24 x/m
N : 64 x/m
S: 36,5 ˚C

7
- Input : 1170 cc
- Output : urine : 1300 cc
- IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam = 110,8 cc
- Balance Cairan : - 240,8 cc
3) Klien tampak tidak nafsu makan
4) Klien hanya menghabiskan 3 sendok dari porsi yang diberikan
5) Mukosa bibir klien tampak pucat
6) Ibu klien tampak bingung
7) Ibu klien tampak sering bertanya tentang penyakit anaknya
8) Trombosit : 19* [10^3/uL]

ANALISA DATA
Tabel 3.5
No Data Masalah Etiologi
1. DS : Hipovolemia Peningkatan
- Ibu klien permeabilitas
mengatakan klien kapiler
kurang minum
- Ibu klien
mengatakan klien
letih
- Ibu klien
mengatakan klien
tadi siang muntah 2x
- Ibu klien
mengatakan suhu
tubuh klien turun naik
DO :
- Klien tampak letih
- Klien tampak ada
bintik
bintik merah di tangan
klien
- TD : 100/70 P : 24

8
x/m
N : 64 x/m
S: 36,5 ˚C
- Pteke pada tangan
(+)
Input : 1170 cc
Output : urine : 1300
cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2
jam =
110,8 cc
Balance Cairan : -
240,8 cc
2. DS : Deisit nutrisi Psikologis (keengganan untuk
- Ibu klien makan)
mengatakan nafsu
makan klien
berkurang.
- Klien mengatakan
pusing saat
berdiri dan duduk
- Ibu klien
mengatakan klien adi
siang muntah
- Ibu klien
mengatakan klien
sudah 3 hari tidak
BAB
DO :
- Klien tampak tidak
nafsu
makan
- Klien hanya
menghabiskan 3

9
sendok dari porsi yang
diberikan
- Mukosa bibir klien
tampak
pucat
- TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 24 x/m
S : 36,5 °C
BB : 38 Kg TB : 1 cm
IMT : BB / TB²
38 / (144)² = 18,3
3. DS : Defisit pengetahuan Gangguan fungsi kognitif
- Ibu klien
mengatakan kurang
pengatuhuan tengtang
penyakitnya
- Ibu tampak
mengatakan
kurang informasi
tentang
penyakit anaknya
DO :
- Ibu klien tampak
bingung
- Ibu klien tampak
sering
bertanya tentang
penyakit
anaknya
4. DS : Resiko perdarahan Gangguan koagulasi
- Ibu klien (penerusan trombosit )
mengatakan trombosit
klien menurun

10
- Pasien mengatakan
lemas
DO :
- Trombosit klien 19*
[10^3/uL]
- Pasien tampak lemah

14. Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) makanan ditandai
dengan berat badan menurun
3. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai dengan kurang
informasi
4. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi (penurunan trombosit)
ditandai dengan trombositopenia

15. INTERVENSI (RENCANA KEPERAWATAN )


No. Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
berhubungan dengan tindakan Observasi :
Peningkatan keperawatan 3 x 24 - Periksa tanda dan gejala
permeabilitas kapiler jam diharapkan hipovolemik ( tekanan darah
ditandai dengan mukosa hipovolemia menurun, membrane mukosa
bibir membaik. kering, hematocrit meningkat )
kering Kriteria Hasil : - Monitor intake dan output
Status Cairan cairan
Turgor kulit Terapeutik :
Perasaan lemah - Berikan asupan cairan oral
Intake cairan Edukasi :
membaik - Anjurkan memperbanyak
Suhu tubuh asupan
cairan oral

11
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan
IV
isotonis ( misalnya : RL )
Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Berikan cairan intravena
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
diuretik
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakuan Manajemen nutrisi
berhubungan tindakan Observasi :
dengan psikologis keperawatan 3 x 24 - Identifikasi alergi
(keengganan jam diharapkan - Identifikasi makanan yang
untuk makan) ditandai ketidakseimbangan disukai
dengan berat nutrisi kurang Terapeutik :
badan menurun dari kebutuhan tubuh - Berikan makanan tinggi serat
terpenuhi. untuk mencegah konstipasi
Kriteria Hasil : Edukasi :
Status Nutrisi - Anjurkan posisi duduk jika
Porsi makanan yang Mampu
dihabiskan Kolaborasi :
sedang - kolaborasi dengan ahli gizi
Frekuensi makan untuk
Nafsu makan cukup menentukan jumlah kalori dan
membaik jenis nutrien yang dibutuhkan
Mermban mukosa Pemantauan nutrisi
sedang Observasi :
- Identifikasi kelainan pada
kulit

12
- Identintifikasi kelainan
eliminasi
- Monitor mual dan muntah
Terapeutik :
- Timbang berat badan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi

3. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan


berhubungan tindakan Observasi :
dengan fungsi kognitif keperawatan 3 x 24 - Identifikasi kesiapan dan
ditandai dengan kurang jam diharapkan deficit kemampuan menerima
informasi pengetahuan informasi
meningkat. - Identifikasi faktor-faktor yang
Kriteria Hasil : dapat meningkatkan dan
Tingkat Pengetahuan menurunkan motivasi perilaku
- Kemampuan hidup bersih dan sehat
menjelaskan Terapeutik :
pengetahuan tentang - Sediakan materi dan media
suatu pendidikan kesehatan
topik meningkat - Berikan kesempatan bertanya
- Pertanyaan tentang Edukasi :
masal;ah - Jelaskan faktor risiko yang
yang dihadapi dapat
meningkat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup sehat
Resiko Perdarahan Setelah dilakukan Mencegahan Perdarahan
berhubungan tindakan Observasi :
dengan gangguaan keperawatan 1 x 24 - Monitor tanda dan gejala
koagulasi jam diharapkan Perdarahan
(penurunan trombosit) tingkat perdarahan - Monitor nilai hematokrit /

13
ditandai menurun . hemoglobin sebelum dan
dengan trombositopenia Kriteria Hasil : sesudah
Tingkat Perdarahan kehilangan darah
Kelembapan Terapeutik :
membran - Pertahankan bedrest selama
mukosa perdarahan
Suhu tubuh Edukasi :
meningkat - Jelaskan tanda dan gejala
Hematokrit perdarahan
membaik - Anjurkan meningkatkan
asupan
untuk menghindari konstipasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu

16. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi keperawatan (Kozier, 2011).
Implementasi proses keperawatan terdiri rangkaian aktivitas keperawatan dari hari ke hari yang harus
dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan pengawasan terhadap efektifitas
intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan
atau hasil yang diharapkan. Bagian dari pengumpulan data ini mempraksarai tahap evaluasi proses
keperawatan. Pada tahap ini, perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana
keperawatan. Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat dalam format tindakan keperawatan
(Dinarti et al., 2013) Dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai
dengan rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Pada pelaksanaannya terdapat tiga
jenis implementasi keperawatan, antara lain independent implementation, collaborative implementation
dan dependent implementation (Ayunda, 2014).

17. EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap
diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose keperawatan meliputi data subyektif (S) data
obyektif (O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P)

14
berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses. Semua itu dicatat pada
formulir catatan perkembangan (progress note) (Dinarti etal.,2013).

15
PENGKAJIAN MALARIA
Pengkajian
a. identitas diri
Terdiri dari : nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat serta penanggung
jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh seorang yang tinggal di daerah atau
lingkungan endemicmalaria.
b. Data riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji : demam yang hilang
timbul, menurunnya nafsu makan, sakit kepala,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise,
nyeri sendi dan tulang, berkeringat.
 Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien pernah
mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat malaria, apakah pernah
bepergian dan bermalam didaerah endemik.
 Riwayat kesehatankeluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami penyakit malaria,
riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam keluarga.
 Riwayat kebiasaansehari-hari
- Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah terus menerus, sering juga
muntah darah.

- Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi seperti teh, dan volume air kencing
yang berkurang sampai tidak keluar air kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.

- Pola istirahat dan tidur


Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan istirahat dan tidur yang
disebabkan oleh nyeri kepala, mual, muntah dan demam menggigil.

- Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau kelelahan saat

23
melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami mual, muntah dan nyeri kepala.

- Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih cukup baik dan
bersih.
o Pemeriksaan Fisik
(Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
o Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran.Terjadi gangguan kesadaran, kelemahan atau
kelumpuhan otot.
o Tanda-tanda vital
Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan darah, nadi berjalan
cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
o Pemeriksaan fisik
- Pernapasan
Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada simetris/tidak dan ada/tidak
benjolan atau bekas luka.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak benjolan dan nyeritekan.
Perkusi : Resonan.

- Pencernaan
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen simetris/tidak, ada/tidak luka
operasi.
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak pembesaran hepar atau limfa.
Perkusi: Timpani
- Penglihatan
Inspeksi: Konjungtiva palpebra pucat
Palpasi: Ada/tidak benjolan dan nyeritekan.
Pengecapan: Mulut terasapahit

- Pendengaran

Tidak ada gangguan pada pendengaran

24
- Kardiovaskuler
Inspeksi: ada/tidak bekas operasi danbenjolan.
Palpasi: Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
Perkusi: Redup pada bagianjantung.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.

- Perkemihan
volume air kencing berkurang, warna seperti teh.

- Reproduksi
Tidak ada masalah pada sistemreproduksi.

- Moskuloskeletal
Terjadi kelemahan pada otot.

- Intergument
Warna ikterik/ kekuningan / tampakpucat.

- Riwayat Psikologis dan Spiritual


• Psikologi

Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang di alami, cemas


dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari orang - orang terdekat pasien.
• Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan sejauh mana
kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan pasien.
- Pemeriksaan penunjang
USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaranlimpa
Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat pembesaran hati dan limpa.
- Laboratorium
 Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-10.000 mm3)
 Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria berat (n : 150.000-
400.000sel/mm3)

25
 Laju endap darah sangat tinggi (>5-15mm/jam)
 Hemoglobin darah rendah (<10gr/dl)
 Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR(+).

DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan
gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
 Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
 Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak dekuat ; anorexia,
mual/muntah.
 Aktual/risiko tinggi gangguan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik,
diaforesis.
 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme, efek langsung
sirkulasi kuman padahipotalamus.
 Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
 Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan respons inflamasi sistemik,
mialgia, artralgia.

INTERVENSI
Resiko penularan penyakit malaria berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit malaria,
kebersihan lingkungan dan pola hidup.

 Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang dipeerlukan untuk pengiriman
oksigen dan nutrient dalam tubuh

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakann keperawatan selama 2x24 jam diharapkan perfusi jaringan teratasi dengan
kriteria hasil:
 Kelemahan otot membaik
 Tekanan darah sistolik membaik
 Tekanan darah diastolic membaik

Rencana tindakan :
Observasi: Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin

26
Teurapeutik: Hindari pemakaian benda – benda yang berlebihan suhunya
Edukasi: Anjurkan penggunaan terrmometer untuk menguji suhu air
Kolaborasi: Kolaborassi pemberrian obat analgetik, jika perrlu

 Defisit nutrisi b.d intake yang tidak adekuat: anoreksia,mual/muntah

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakann keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi teratasi dengan kriteria
hasil:
 Nafsu makan membaik
 Frekuensi makan membaik

Rencana tindakan :
Observasi: Monitor asupan makan
Terapeutik: Berikan suplemen makan, jika perlu
Edukasi: Anjurkan posisi duduk,jika perlu
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu

 Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d diuresis osmotic, diaphoresis.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakann keperawatan selama 2x24 jam diharapkan elektrolit teratasi dengan kriteria
hasil:
 Serum natrium meningkat
 Serum kalium meningkat

Rencana tindakan :
Observasi: Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik: Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian diuretic,jika perlu

 Hipertermia b.d peningkatan metabolisme, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakann keperawatan selama 2x24 jam diharapkan suhu tubuh teratasi dengan
kriteria hasil:

27
 Pola makan membaik
 Kesulitan makan membaik

Rencana tindakan :
Obsevasi: Monitor suhu tubuh
Terapeutik: Sediakan lingkungan yang hangat
Edukasi: Anjurkan makan/minum hangat

 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakann keperawatan selama 2x24 jam diharapkan aktivitas teratasi dengan kriteria
hasil:

 Tekanan darah membaik


 Frekuensi nadi membaik

Rencana tindakan :
Observasi: Monitor kelelahan fisik dan emosional
Terapeutik: Berikan aktivitas distrak yang menyenangkan
Edukasi: Anjurkan tirah baring
Kolaborasi: Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara peningkatan asupan makanan

 Defisit pengetahuan b.d pengetahuan tentang penyakit malaria, kebersihan lingkungan dan pola
hidup

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakann keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kurag pengetahuan teratasi
dengan kriteria hasil:
 Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik membaik
 Perilaku membaik

Rencana tindakan :
Observasi: identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik: Sediakan materi dan media Pendidikan kesehatan
Edukasi: Ajarkan perilaku hidup sehat

28
b) IMPLEMENTASI

Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi keperawatan


(Kozier, 2011).
Implementasi proses keperawatan terdiri rangkaian aktivitas keperawatan dari hari ke hari
yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat melakukan
pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Bagian dari
pengumpulan data ini mempraksarai tahap evaluasi proses keperawatan. Pada tahap ini,
perawat harus melaksanakan tindakan keperawatan yang ada dalam rencana keperawatan.
Tindakan dan respon pasien tersebut langsung dicatat dalam format tindakan keperawatan
(Dinarti et al., 2013)
Dalam melakukan implementasi keperawatan, perawat dapat melakukannya sesuai dengan
rencana keperawatan dan jenis implementasi keperawatan. Pada pelaksanaannya terdapat
tiga jenis implementasi keperawatan, antara lain independent implementation, collaborative
implementation dan dependent implementation (Ayunda, 2014).

c) EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan
setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnose keperawatan meliputi data
subyektif (S) data obyektif (O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta
perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini disebut juga
evaluasi proses. Semua itu dicatat pada formulir catatan perkembangan (progress note)
(Dinarti et al., 2017)

29
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan
spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi
cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan
dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan
kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia,
Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah,
Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet,
perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.

Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang bersifat akut maupun
kronik dan menyerang eritrosit. disebabkan oleh parasit malaria yang merupakan golongan
Plasmodium. Parasitprotozoa penyebab penyakit malaria ini ditularkan melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan yang lebih lengkap
sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien tersebut, karena

30
akan di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan malaria dan komplikasi
lain yang mengakibatkan fatal pada klien. Hendaknya penyuluhan kesehatan
ini di jadikan suatu program di ruangan guna meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan
melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam
berdarah yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas, membersihkan lingkungan
rumah dan sekitarnya.

31
DAFTAR PUSTAKA
Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di
Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta
Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Mauliana Y, dkk 2018. Makalah Family Center Care. Mataram.
https//id.scribe.com
Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi
Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika

32

Anda mungkin juga menyukai