Anda di halaman 1dari 42

SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2023


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

DENGUE HEMORAGIC FEVER GRADE 3 IN PREGNANCY

Oleh:
Yohana Alvionita Trixie, S.Ked
2108020046

Pembimbing:
dr. Hendriette I. Mamo, Sp.OG(K)FM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus ini diajukan oleh :

Nama : Yohana Alvionita Trixie, S.Ked

NIM : 2108020046

Bagian : Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

Laporan kasus ini disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian komprehensif di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

Pembimbing Klinik

dr. Hendriette I. Mamo, Sp.OG(K)FM .....................................

Ditetapkan di : Kupang
Waktu : April 2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat, perlindungan, dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul Dengue Hemoragic Fever Grade 3 In Pregnancy di Bagian Ilmu
Kebidanan dan Kandungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes-Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana. Penulisan laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan,
dukungan, dan bimbingan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. Hendriette I. Mamo, Sp.OG(K)FM sebagai pembimbing klinik yang
telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dalam
menyusun laporan kasus ini.
2. Segenap Staf Medis Fungsional (SMF) Bagian Ilmu Kebidanan dan
Kandungan RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes-Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana.
3. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan
kasus.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini jauh dari kata sempurna
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang.

Kupang, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 4

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 10

2.1 Definisi ......................................................................................................... 10

2.2 Epidmiologi .................................................................................................. 10

2.3 Patofisiologi.................................................................................................. 11

2.4 Dampak Demam Berdarah Dengue Pada Kehamilan .................................. 12

2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................... 16

2.6 Diagnosis ...................................................................................................... 18

2.7 Tatalaksana ................................................................................................... 21

BAB 3 LAPORAN KASUS ....................................................................................... 25

2.1 Identitas Pasien ............................................................................................. 25

2.2 Anamnesis .................................................................................................... 25

2.3 Pemeriksaan Fisik......................................................................................... 27

4
2.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 28

2.5 Diagnosis ...................................................................................................... 30

2.6 Tatalaksana ................................................................................................... 30

2.7 Follow Up ..................................................................................................... 31

BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................................. 37

BAB 5 KESIMPULAN ............................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 41

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Manajemen Demam Berdarah Berdasarkan Panduan WHO ....... 22

Gambar 2.2 Alogaritma Tatalaksana DBD Menurut WHO ............................. 24

6
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode Diagnostik Laboratorium untuk Deteksi Infeksi Dengue ... 20

Tabel 2.2 Pedoman Tatalaksana DBD Group A, B dan C ............................... 22

7
BAB 1

PENDAHULUAN

Infeksi dengue adalah penyakit demam yang disebabkan oleh empat serotipe

virus dengue yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 dari genus Flavivirus,

famili Flaviviridae. Demam berdarah adalah penyakit virus yang menyebar oleh

nyamuk Aedes aegypti(1). Tingkat keparahan klinis penyakit ini memiliki spektrum

yang luas dan menurut World Health Organization (WHO) infeksi dengue

diklasifikasikan ke dalam infeksi dengue dengan atau tanpa tanda-tanda bahaya dan

dengue berat. Infeksi dengue merupakan penyakit endemik di Asia Tenggara. Infeksi

dengue biasanya terjadi pada anak-anak, namun akhir-akhir ini kejadiannya semakin

meningkat di dewasa termasuk jumlah ibu hamil yang terjangkit demam berdarah

meningkat(1,2).

Menurut WHO, demam berdarah terjadi pada lebih dari 100 negara di daerah

tropis dan paratropis. Setiap tahun, terdapat 50 juta kasus baru demam berdarah. Pada

tahun 2010, diperkirakan terjadi 390 juta infeksi dengue di seluruh dunia, dengan 96

juta presentasi klinis dan mengakibatkan 21.000 kematian(2). Infeksi virus dengue

(DENV), meningkat secara substansial dalam beberapa tahun terakhir dengan jumlah

kasus hampir dua kali lipat dalam satu decade. Presentase kejadian diperkirakan dari

2,4 juta di 2010 menjadi 4,2 juta kasus pada 2019(3).

Demam Berdarah Dengue (DBD) endemik di wilayah geografis Tenggara

Asia yakni Brunei, Myanmar, Kamboja, Timor-Leste, Indonesia, Laos, Malaysia,

Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Secara global, kejadian DBD meningkat

8
dari 30.668.000 (1990) menjadi 56.879.000 (2019). Di Asia Tenggara terdapat

7.700.000 kasus DBD pada tahun 2019. Berdasarkan data ini, angka kejadian DBD

lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dengan rasio kejadian

wanita dibandingkan dengan pria pria sebesar 1,08 pada tahun 2019(4).

Berdasarkan data DBD yang tinggi pada Asia Tenggara terutama wanita,

maka daerah endemis DBD sangat berisiko tinggi terjadi pada wanita usia subur

terutama ibu hamil. Risiko kejadian pada ibu hamil yang meningkat, dapat

mengakibatkan hasil janin yang merugikan seperti kelahiran prematur, berat badan

lahir rendah, lahir mati dan keguguran telah dikaitkan dengan infeksi DENV pada ibu

selama kehamilan(4). Kehamilan terjadi pada kelompok 15 – 49 tahun dan dengan

kejadian yang lebih tinggi pada wanita sangat penting untuk memiliki pemahaman

yang jelas tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan dan perkembangan alami

demam berdarah untuk menghindari terjadinya potensi komplikasi demam berdarah

dalam kehamilan(4).

Demam berdarah pada kehamilan paling sering diobati secara konservatif.

Infeksi DBD di kehamilan dapat mengakibatkan morbiditas ibu dan mortalitas. Usia

kehamilan terjadinya demam berdarah tampaknya memiliki peran awal atau akhir

kehamilan memiliki prognosis yang buruk. Perawatan untuk infeksi dengue pada

kehamilan bersifat suportif dan perlu perhatian keseimbangan cairan, menjaga

normotermia, jumlah trombosit dan pemantauan shock dan pertimbangan manajemen

persalinan(2,4).

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Infeksi dengue merupakan penyakit demam akut dengan gejala yang termasuk

tinggi terus menerus demam 3 hari atau lebih, sakit kepala, retroorbital sakit perut,

mialgia, sakit perut dan muntah. Infeksi dengue merupakan penyakit demam yang

disebabkan oleh empat serotipe virus dengue yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3,

dan DENV-4 dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Tanda-tanda yang ada

meliputi perdarahan petekie, gusi berdarah, ruam umum dan hepatomegali(1,2).

Pada tahun 1997, demam berdarah simptomatik dibagi menjadi Dengue Fever

(DF) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)/ Dengue Hemoragic Fever (DHF). DBD

disubklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya menjadi empat tingkatan

(Kelas I - IV), dengan kelas III dan IV dikenal sebagai DSS (Dengue Shock

Syndrome). Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila mengalami demam, manifestasi

hemoragik, trombositopenia, dan bukti adanya kebocoran plasma(1,2).

2.2 Epidmiologi

Terdapat 5,6 juta kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2019 secara global.

Angka ini meningkat 8 kali lipat dari tahun 2000, dimana hanya terdapat 505.430

kasus yang dilaporkan. Angka kematian pun menjadi meningkat dari 960 pada tahun

2000 menjadi 4032 pada tahun 2015(1,3). Walaupun diketahui bahwa 70% kasus DBD

berasal dari Asia, faktor risiko seperti perjalanan meningkatkan penyebaran di

wilayah lain. Data Asia Tenggara menunjukkan bahwa 7.700.000 kasus DBD

10
dilaporkan pada tahun 2019. Angka kejadiannya meningkat 36,5% dari 1990, dengan

4.890.000 kasus. Meskipun demikian, tidak ada data yang tersedia untuk melihat

kejadian hamil wanita dengan demam berdarah di Asia Tenggara(1,3).

2.3 Patofisiologi

Dengue merupakan suatu sindrom dan patogenesisnya saling mempengaruhi

antara virus dan faktor inang yang belum dapat dipaham secara pasti. Seringkali,

lebih dari satu jenis DENV di wilayah geografis pada satu waktu, dianggap sebagai

salah satu faktor risiko untuk perkembangan penyakit yang lebih berat pada suatu

populasi. Pada kondisi terjadinya pemulihan dari infeksi, diyakini memberikan

kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tertentu. Akan tetapi nfeksi selanjutnya

(infeksi sekunder) oleh serotipe lain akan meningkatkan risiko berkembang menjadi

demam berdarah yang berat(5,6).

Dasar patofisiologi untuk dengue berat multifaktorial. Kondis patologis

tergantung pada keseimbangan antara genetik dan imunologi inang serta faktor virus

dan lingkungan. Penyebab infeksi dengue karena adanya aktivasi sistem kekebalan

untuk melepaskan sitokin dan kemokin, autofagositosis sel endotel dan apoptosis sel

T sehingga menyebabkan disfungsi sel endotel serta menyebabkan kebocoran plasma,

kontraksi volume intravaskular dan kehilangan cairan. Penipisan volume

intravaskular menyebabkan syok dan hipoperfusi berbagai organ serta hipoksia di

berbagai sistem organ yang menyebabkan syok dan disfungsi multiorgan dan menjadi

penyebab kematian di demam berdarah. Peningkatan risiko penyakit di infeksi

sekunder adalah adanya antibodi non-neutralizing, cross-reactive yang ditimbulkan

11
oleh infeksi primer mengikatkan virus yang kemudian memiliki potensi lebih besar

untuk menginfeksi sel pembawa reseptor Fc. Fenomena ini disebut Antibody-

Dependent Enhancement (ADE)(5,6).

2.4 Dampak Demam Berdarah Dengue Pada Kehamilan

2.4.1 Dampak Pada Maternal

Catatan rutin kasus demam berdarah yang dikonfirmasi ke catatan kematian

ibu (yang memiliki kelahiran hidup) menunjukkan bahwa demam berdarah selama

kehamilan meningkatkan risiko tiga kali lipat kematian ibu. Demam berdarah

meningkatkan risiko kematian ibu sebesar 450 kali bila dibandingkan dengan

kematian ibu hamil tanpa DBD. Peningkatan risiko ini terjadi kebanyakan selama

demam berdarah akut. Preeklampsia adalah penyebab kematian pada 25% pasien

dengan demam berdarah dibandingkan dengan 19% pada kelompok tanpa DBD(7,8).

Mekanisme hubungan antara DBD dan kematian ibu tidak jelas. Satu

penjelasan yang mungkin adalah aspek klinis penyakit PEB yang meningkatkan

kerentanan terhadap DBD. Hipotesis lain adalah perubahan fisiologis selama

kehamilan seperti hemokonsentrasi dan kesulitan dalam membedakan antara demam

berdarah dan kondisi kebidanan umum mungkin telah menyebabkan misdiagnosis

dan keterlambatan dalam pengobatan penyakit yang dapat berkembang menjadi syok

hipovolemik. Sebuah meta-analisis dari efek infeksi pada kehamilan menunjukkan

bahwa infeksi virus dapat meningkatkan risiko pre-eklampsia, meskipun demam

berdarah tidak disebutkan secara khusus dalam penelitian. Kemungkinan itu adalah

12
virus dengue mengarah ke jalur etiologi yang sama dari modifikasi inflamasi dari

jaringan plasenta(7,8).

2.4.2 Dampak Pada Fetal

1. Transmisi Vertikal(7,8)

Meskipun penularan demam berdarah secara vertikal dapat terjadi, namun

jarang terjadi, terutama jika ibu tidak menunjukkan gejala. Namun, sebuah studi yang

melibatkan 54 partisipan di Guyana Prancis melaporkan transmisi vertikal sekitar

18,5-22,7%. Dengue dideteksi oleh IgM atau virus dalam plasenta, tali pusat atau

darah tepi bayi baru lahir. Tingkat penularannya lebih tinggi pada trimester ketiga.

Sedangkan perinatal, demam berdarah ditularkan melalui plasenta. Bukti baru

menunjukkan bahwa virus juga dapat ditularkan melalui ASI. Presentasi klinis

transmisi vertikal demam berdarah pada neonatus dapat ringan (demam) hingga berat

(DBD, DSS, kematian), dengan gejala berupa demam, ruam, diikuti hepatomegali,

trombositopenia, dan kebocoran plasma.

2. Fetal Malformation(7,8)

Tidak ada hubungan antara DBD dengan malformasi janin. Pada trimester

pertama, transmisi vertikal dapat menimbulkan cacat organogenesis. Artikel

penelitian mencatat bahwa demam selama kehamilan berdampak pada kesehatan

anak, dengan peningkatan risiko 1,5 hingga hampir 3 kali lipat mengembangkan cacat

tabung saraf, cacat jantung bawaan, dan cacat celah mulut pada ibu dengan demam d

trimester pertama.

13
3. Neurodevelopmental Disorder(7)

Gangguan perkembangan saraf (NDD) pada keturunan yang terpapar dengan

ibu bergejala demam selama kehamilan meningkat dengan risiko 1,24.

4. Fetal Growth Restriction(7)

Iskemia plasenta dapat mempengaruhi pertumbuhan janin akibat adanya

sindrom kebocoran kapiler dan permeabilitas kapiler, menyebabkan pembuluh darah

tidak dapat memberikan pasokan ke janin sehingga terjadi cedera hipoksia

(kehilangan epitel trofoblas, edema pada stroma vili, chorangiosis, infark) dan

inflamasi (villitis, desiduitis, choriodeciduitis). Kondisi dapat berlanjut menjadi Berat

badan lahir rendah yang merupakan dampak negatif yang paling umum pada janin

dengan ibu yang menderita demam berdarah selama kehamilan sebesar 20%.

5. Stillbirth(6,7)

Ada beberapa kasus demam berdarah yang dilaporkan menyebabkan kematian

janin setelah penularan virus secara vertikal. Studi yang dilakukan di Guyana Prancis

menunjukkan bahwa risiko lahir mati meningkat ketika ibu memiliki gejala infeksi

dengue, sementara di Thailand menunjukkan risiko lahir mati yang lebih tinggi.

Setelah usia kehamilan 20 minggu, pemantauan gawat janin perlu dilakukan. Sebagai

tambahan menentukan status janin, mungkin merupakan indikasi pertama kebocoran

plasma ibu. Janin takikardia diamati dengan hipoksia janin.

6. Fetal Distress, Delivery, and Maternal Mortality(6,7)

Pada penelitian di Indonesia terhadap 41 peserta dengan demam berdarah

yang dikonfirmasi selama kehamilan, wanita dengan infeksi sekunder memiliki hasil

14
ibu dan bayi yang lebih buruk. Studi lain yang dilakukan di Meksiko menunjukkan

bahwa demam berdarah meningkatkan risiko persalinan sesar dan kematian ibu pada

trimester ketiga kehamilan.

Menurut pedoman Malaysia, wanita hamil yang memiliki persalinan

pervaginam saat menderita demam berdarah tidak memiliki peningkatan risiko hasil

yang merugikan. Namun, infeksi selama persalinan meningkatkan kemungkinan

kebutuhan intervensi bedah. Intervensi bedah seperti operasi caesar dan persalinan

pervaginam dengan alat bantu akan meningkatkan risiko perdarahan. Infeksi selama

persalinan juga akan meningkatkan risiko gawat janin. Perbedaan dalam hasil ini

menunjukkan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian sebelum yang lebih pasti

kesimpulan dapat dibuat pada apakah demam berdarah mempengaruhi hasil neonatal

dan ibu.

7. Miscarriage and Preterm Delivery(6,7)

Pada penelitian di Laos, 76 wanita dengan dengue yang dikonfirmasi diteliti

dan didapatkan Enam mengalami keguguran dan sembilan mengalami kelahiran

prematur. Satu peserta dengan demam berdarah berat meninggal. Sedangkan di

Indonesia dari 41 peserta, satu berkembang menjadi kematian dan yang lain

mengalami keguguran. Tujuh wanita melahirkan sebelum waktunya. Dalam studi

deskriptif lain di Brazil, semuapasien demam berdarah pada awalnya trimester

mengalami keguguran karena perubahan inflamasi plasenta.

Dalam studi di Thailand terdapat peningkatan risiko dua kali lipat untuk

kelahiran prematur. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara

15
demam berdarah dan keguguran/pelahiran prematur. Pedoman Malaysia juga

mencatat hubungan antara infeksi pada trimester ketiga dan kelahiran prematur. Pada

saat yang sama, pedoman Thailand menyatakan kemungkinan hubungan antara

demam berdarah dan kontraksi rahim premature.

DBD meningkatkan risiko kelahiran prematur sebesar 10%. Apalagi jika

pasien dalam fase kritis DBD. Jika memungkinkan, persalinan harus ditunda

menggunakan obat tokolitik sampai kebocoran plasma teratasi. Steroid biasanya

digunakan untuk mempercepat pematangan paru-paru janin pada persalinan prematur.

Namun, tidak ada bukti yang cukup untuk membuktikan penggunaan steroid dalam

pengobatan demam berdarah.

8. Placental Abruption and Hemorrhage(6,7)

Solusio plasenta dapat terjadi kapan saja setelah 20 minggu kehamilan.

Indonesia melaporkan satu-satunya solusio plasenta yang terjadi pada usia kehamilan

35 minggu karena DBD. Menurut pedoman Thailand, demam berdarah dapat

meningkatkan risiko perdarahan intrapartum dan post partum.

2.5 Manifestasi Klinis

Dengue merupakan penyakit sistemik dan dinamis dengan klinis yang luas

mulai dari asimptomatik, klinis ringan hingga berat. Gambaran klinis infeksi DENV

berupa sindrom mirip flu ringan, disebut sebagai demam berdarah (DF) hingga

dengue shock syndrome (DSS) yang berpotensi mengancam jiwa. Gejala DF

termasuk demam, mual, muntah, ruam, nyeri dan nyeri, Sedangkan pada DSS

perdarahan hebat dan syok dapat terjadi. Jika tidak diobati, angka kematian mencapai

16
20%. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan penyakit demam

berdarah terdiri dari tiga kategori penyakit berupa demam yang tidak berdiferensiasi,

DF dan demam berdarah dengue (DBD)(9,10).

DBD selanjutnya diklasifikasikan menjadi empat tingkat keparahan yakni

Kelas I – IV, dengan tingkat III dan IV didefinisikan sebagai DSS. Klasifikasi kasus

WHO yang direvisi diperkenalkan pada tahun 2009 yang menggantikan klasifikasi

sebelumnya dengan kemungkinan demam berdarah, demam berdarah tanpa tanda

peringatan, demam berdarah dengan tanda peringatan (nyeri perut, muntah terus-

menerus, penumpukan cairan, perdarahan mukosa, lesu, pembesaran hati,

peningkatan hematokrit dengan penurunan trombosit) dan berat (dengue dengan

kebocoran plasma berat, perdarahan hebat atau kegagalan organ). Sekitar 25% pasien

yang terinfeksi akan mengalami gejala, yaitu mayoritas akan mengalami demam

berdarah yang bersifat self limiting disease(9,10).

DF klasik didefinisikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia sebagai penyakit

demam akut dengan 2 atau lebih dari tanda-tanda atau gejala berikut:(9,10)

• Sakit kepala hebat

• Nyeri retro-orbital

• Myalgia

• Arthralgia

• Ruam

• Leukopenia dan

17
• Perdarahan

Gejala mulai 5–7 hari (dengan kisaran 3–10 hari) setelah gigitan dari nyamuk

infektif. Viremia dapat dimulai 1-5 hari sebelum timbulnya gejala dan dapat bertahan

hingga 1 minggu. Sebagian kecil penderita demam berdarah (5% atau kurang)

berkembang menjadi demam berdarah yang berat. Fase kritis terjadi sekitar waktu

penurunan suhu tubuh, biasanya pada hari ke 3-7, dan berhubungan dengan

peningkatan kebocoran kapiler dan perdarahan. Sebagian kecil yang terinfeksi

berkembang menjadi demam berdarah (DBD), yang ditandai dengan demam,

trombositopenia, perdarahan, dan peningkatan permeabilitas vaskular dengan

kebocoran plasma terutama ke dalam rongga pleura dan peritoneum. Gambaran klinis

utama yang membedakan DF dari DBD dan sindrom syok dengue (DSS) adalah

peningkatan permeabilitas vaskular, yang jika tidak dikenali atau tidak ditangani

dapat mengakibatkan syok hipovolemik, gangguan organ dan kematian(5,8).

2.6 Diagnosis

Diagnosis infeksi Dengue secara klinis sangat menantang karena keragaman

dalam presentasi klins. Oleh karena itu, tes laboratorium dapat dapat digunakan untuk

membantu diagnosis. Namun konfirmasi laboratorium infeksi DBD sangat penting

sebagai spektrum yang luas dari presentasi klinis, mulai dari penyakit demam ringan

hingga sindrom berat, bisa membuat diagnosis yang akurat menjadi sulit. Jenis tes

yang dilakukan tergantung pada tahapan penyakit(11,12). Selama infeksi awal (<5 hari),

demam berdarah mungkin didiagnosis dengan isolasi virus, deteksi RNA (NAAT:

18
asam nukleat tes amplifikasi) atau deteksi antigen seperti NS1. Setelah periode ini

(>5 hari setelah infeksi), DENV RNA dan antigen dapat tidak lagi dapat dideteksi

karena respons antibodi. Deteksi antibodi spesifik menggunakan metode serologis

(IgM atau IgG) sesuai pada tahap ini. Antigen NS1 mungkin terdeteksi pada beberapa

pasien selama beberapa hari setelah penurunan suhu(11,12).

1. Isolasi Virus

Isolasi virus sangat spesifik dan dapat mengkonfirmasi diagnosis DENV.

Spesimen klinis yang digunakan untuk isolasi virus berupa darah lengkap, serum,

plasma atau jaringan homogen(11,12).

2. Nucleic Acid Amplification Tests

Tes amplifikasi asam nukleat dapat digunakan untuk mendiagnosis demam

berdarah selama fase akut infeksi (<5 hari) dan dapat mendeteksi DENV RNA dalam

spesimen klinis dalam waktu 24-48 jam setelah infeksi. Teknik ini termasuk RT-

PCR, RT-PCR real-time, atau metode amplifikasi isotermal. Meskipun metode

berbasis PCR cepat dan akurat, dibutuhkan nilai laboratorium dengan spesialisasi

peralatan dan staf terlatih untuk melakukan analisis(11,12).

3. Detection of antigens

Tes ELISA dan imunokromografi cepat (IC) seperti target NS1 mampu

mendeteksi infeksiDENV primer dan sekunder hingga 9 hari setelah onset penyakit.

Secara umum, NS1 memiliki utilitas diagnostik yang baik untuk skrining dan

konfirmasi infeksi DENV. Tes ini memiliki sensitivitas rendah selama infeksi

sekunder, untuk DENV-4 dan DENV-2 (dibandingkan dengan DENV-1)(11,12).

19
4. Serological tests

Tes serologis seperti uji penghambatan hemaglutinasi (HI) dan ELISA untuk

mendeteksi IgM dan IgG lebih banyak digunakan untuk diagnosis demam berdarah di

negara berkembang, karena mudah dilakukan, relatif murah dan spesimen yang

dibutuhkan stabil pada suhu kamar. Tes ini digunakan dari akhir minggu pertama dan

seterusnya. Serokonversi antibodi IgM atau IgG adalah standar secara serologis untuk

mengkonfirmasi infeksi dengue. Kehadiran IgM atau tingginya IgG dalam serum

yang dikumpulkan dari tersangka kasus dengue akut, menunjukkan kemungkinan

infeksi dengue karena kinetika yang bervariasi dari setiap biomarker. Hingga saat ini,

tidak ada tes tunggal yang bisa mendiagnosis infeksi pada berbagai tahap. Pendekatan

kombinasi telah menunjukkan sensitivitas 100% dari awal penyakit hingga

pemulihan. Tes kombinasi termasuk deteksi antigen NS1 dikombinasikan dengan IgG

dan IgM(9,11).

Tabel 2.1 Metode Diagnostik Laboratorium untuk Deteksi Infeksi Dengue


Clinical Diagnostic Methodology Time to
Sample Approach Results
Virus and Acute serum Virus isolation Mosquito or mosquito 1 wk or
virus product (1–5 d of Nucleic acid cell culture more
detection fever) and detection inoculation 1–2 d
necropsy Antigen RT-PCR and real- Minutes
tissue detection time RT-PCR 1d
NS1 Ag rapid test 2–5 d
NS1 Ag capture 1–2 d
ELISA >7 d
mmunohistochemistry
Serological Paired sera _ IgM or IgG ELISA HI 1–2 d
response S1: acute seroconversion Plaque reduction Minutes
serum from 1– (S1 to S2) neutralization test 1–2 d
5 d _ S2: Minutes
convalescent MAC-ELISA
serum 15–21 d IgM detection IgM rapid tests
Serum after (lateral flow)
day 5 of fever

20
IgG ELISA HI
IgG detection IgG rapid tests
(lateral flow)
Abbreviations: Ag, antigen; ELISA, enzyme-linked immunosorbent assay; HI,
hemagglutination inhibition assay; IgG, immunoglobulin G; IgM, immunoglobulin M;
MAC, immunoglobulin M antibody capture; NS1, nonstructural protein 1; RT-PCR,
reverse-transcription polymerase chain reaction.

2.7 Tatalaksana

Saat ini tidak ada perawatan atau obat khusus untuk demam berdarah. Pilihan

pengobatan bersifat suportif dan bertujuan untuk membatasi komplikasi dan

keparahan gejala. Terapi cairan adalah salah satu terapi dalam manajemen demam

berdarah, berupa penggantian cairan secara oral pada DF ataupun pada demam

berdarah yang berat pemberian cairan intravena harus dilakukan untuk mencegah

terjadinya perdarahan(10,12). Berdasarkan pedoman WHO, terdapat alogaritma yang

membantu dalam memberikan peringatan klinis yang jelas sebagai tanda prediksi

onset penyakit. Meskipun tidak semua tanda-tanda peringatan muncul di awal

penyakit, jika implementasikan di klinik cepat dan tepat, dengan laboratorium yang

akurat mengarahkan diagnosis, maka pedoman WHO memberikan kerangka kerja

yang kuat untuk pemantauan yang efektif mengenai DBD yang tampak pada Gambar

2.1(10,12).

21
Gambar 2.1 Manajemen Demam Berdarah Berdasarkan Panduan WHO

Berdasarkan pedomah WHO yang membagi manajemen DBD kedalam 3

grup, maka dijelaskan pada Tabel 2.2 Dan Gambar 2.1 sebagai berikut :(10,12)

Tabel 2.2 Pedoman Tatalaksana DBD Group A, B dan C


Group Pemantauan Penatalaksanaan
DF tanpa tanda • Grafik suhu 4 jam • Parasetamol 500-650 /6 jam
peringatan (Grup A) • denyut nadi • Peringatkan pasien bahwa demam
• Tekanan Darah dan mungkin belum mereda, tetapi dosis tidak
Tekanan Nadi melebihi 4 gram/24 jam.
• Pastikan produksi urine • Tidak dianjurkan pemberian NSAID
minimal 4-6 jam(minimal (ibuprofen dan diklofenak Sodium)
100 cc/4jam) • Pertahankan asupan Oral (larutan
• Waktu pengisian kapiler rehidrasi, air kelapa, Kanji, jus)
• Intake Output terekam dianjurkan selain dari rutinitas makanan.
• Laboratorium : Hitung • Targetkan minimal 2,5 liter.
Darah Lengkap Harian • Jika mual/muntah pada kehamilan, maka
asupan oral digantikan dengan cairan IV
(NS) 100 cc/jam
DBD dengan tanda • Periksa tanda vital setiap • Resusitasi cairan intensif. (Normal salin)
Awas (Grup B) jam Bolus 5-10 ml/kg/jam diberikan selama 1-
• Pantau tekanan nadi 2 jam
• Kateterisasi untuk • Diikuti dengan 3-5ml/Kg/Jam sebagai
mengetahui produksi urin pemeliharaan

22
setiap jam (normal : • Hindari induksi persalinan/operasi pada
0,5ml/kg/jam) fase ini
DBD dengan syok (Grup • Ambil darah untuk, untuk • Pasien membutuhkan manajemen di
C) mengetahui HCT, SGOT, ICCU
SGPT, Elektrolit dan gula • Manajemen cairan untuk mencegah
darah komplikasi lebih lanjut
• Cairan Bolus diberikan berupa NS 10cc
/kg selama 15 menit sebelum transfusi
dan bolus kedua sebanyak 10ml/kg untuk
1 berikutnya jam selama transfuse
• Transfusi trombosit profilaksis tidak
direkomendasikan kecuali persalinan
tidak dapat dihindari dari tiba dengan
kurung waktu 6 jam dan jumlah trombosit
> 50000/CC, dan 75000/cc untuk
persalinan operatif
• Stabil secara klinis dengan jumlah
trombosit yang rendah atau sangat rendah
pada fase kritis / pemulihan tidak
membutuhkan transfusi trombosit
• Transfusi trombosit umumnya dihindari
kecuali ada perdarahan yang signifikan
atau jumlah trombosit < 20.000
• Persalinan operatif hanya atas indikasi
kebidanan.
• Hindari induksi dan pembedahan karena
adanya luka/trauma selama fase kritis
demam berdarah dengan trombositopenia
dan kebocoran plasma merupakan risiko
terjadinya pendarahan
• Persalinan harus dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas darah/komponen darah
dan tim dokter kandungan terampil dan
serta tersedianya neonatologis

23
Gambar 2.2 Alogaritma Tatalaksana DBD Menurut WHO

24
BAB 3

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Ni Ketut Kartika Dewi

Umur : 28 tahun

Status : Menikah

Alamat : Oesapa

Agama : Hindu

No MR : 568584

Masuk Rumah Sakit : 20/03/2023

Triase : 18.00 WITA

VK : 20.50 WITA

3.2 Anamnesis

2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien rujukan dari Rs Dedari dengan

diagnosis G3P1-11 33-34 minggu T/H + Syok hipovolemik+ Anemia+ Suspek DF dd

DHF + Abdominal pain. Awalnya pasien mengeluhkan demam sejak 3 hari yang lalu

(18/03/2023) pada sore hari. Keluhan Demam dirasakan hilang timbul, disertai

dengan keluhan nyeri menelan, nyeri ulu hati dan pandangan kabur. Keesokan

harinya (19/03/2023) demam yang dirasakan tidak kunjung membaik, sehingga

pasien meminum obat paracetamol tablet dan demam pasien sempat menurun.

Namun keluhan demam muncul kembali keesokan harinya (20/03/2023) pukul 10.00

pagi dan saat diukur suhu dirumah 39.1 C, disertai dengan perdarahan yang keluar

25
dari gusi sehingga pasien pergi ke RS Dedari jam 11.00 Wita. Keluhan saat di triase :

Lemas (+) sesak (+) nyeri sendi (+), pandangan kabur (+) nyeri ulu hati (+) mual (-)

muntah (-) perut kencang-kencang (-), nyeri perut tembus belakang(-), keluar air air

tak tertahankan (-), keluar lendir darah (-), gerak janin dirasa aktif

2.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)

2.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)

2.2.4 Riwayat Pengobatan : IVFD RL 500 cc, guyur 2 kolf,

PCT 500 mg tab

2.2.5 Riwayat ANC : PKM Oesapa 1x, Sp.OG 4x

2.2.6 Riwayat Kontrasepsi :-

2.2.7 Riwayat Imunisasi :-

2.2.8 Menarche : 14 tahun

2.2.9 Siklus haid : siklus 28 hari, lama 7 hari

2.2.10 Riwayat persalinan :

1. Abortus/Janin tidak berkembang/Rs Bali/Kuretase/2019

2. 9 bulan/spontan belakang kepala/RS Bali/Bidan/2020/P/2950 gram/Sehat

3. Hamil ini :

HPHT : 04/08/2022

TP : 11/05/2023

UK : 33-34 minggu

26
3.3 Pemeriksaan Fisik

2.3.1 Tanda – Tanda Vital

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis (GCS E4V5M6)

VK → Triase

TD : 92/51 mmHg → 90/50 mmHg

N : 108 x/menit → 106 x/menit

RR : 23x/ menit → 25x menit

Suhu : 37.50C → 37.30C

SpO2 : 96% → 96%

2.3.2 Status Generalis

a. Mata : Konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-

b. Leher : Pembesaran KGB -/-, pembesaran kel.tiroid (-)

c. Thoraks

Cor : S1S2 Tunggal/Reguler, gallop (-), murmur (-)

Pulmo : Vesikuler+/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

d. Abdomen : Cembung, BU(+), nyeri tekan(+), regio

epigastrium, asites (-)

e. Ekstremitas : Akral hangat (+/+), Edema esktremitas bawah

-/- , CRT < 2”

27
2.3.3 Status obstetrik

Leopold 1 : bulat lunak, TFU 30cm

Leopold 2 : punggung kanan

Leopold 3 : bulat kera

Leopold 4 : belum masuk PAP

DJJ : 154 dpm

HIS : -

VT (jam 18.50) : pembukaan 0 cm, effacement sde, bagian terendah janin

kepala, denominator sde, KK (+), belum masuk bidang Hodge.

3.4 Pemeriksaan Penunjang

2.4.1 USG

Pemeriksaan USG Selama Kehamilan


USG 31/01/2023
Janin T/H
UK 25w1d
TP : 15/05/2023

28
USG 14/03/2023
Janin T/H, perempuan
UK 33-34 minggu
TP : 29/04/2023

USG 20/03/2023
Janin T/H
UK 34w3d
TP : 28/04/2023

2.4.2 Darah Lengkap

Pemeriksaan Darah Lengkap 20/03/2023


Hasil Satuan Interpretasi
Hemoglobin 7.7 g/dL 12.0 – 16.0
Hematocrit 24.3 % 37.0 – 47.0
MCV 90.3 fL 81.0 – 96.0
MCH 28.6 pg 27.0 – 36.0
Leukosit 5.62 103/ul 4.0 – 10.0
Trombosit 124 103/ul 150.0 – 400.0
GDS 105.00 mg/dL 70 – 150
Urea N 4.60 mg/dL 6.00 – 20.00
Kreatinin 0.37 mg/dL 0.00 – 1.10
PT 9.40 detik 10.80-14.40
APTT 26.90 detik 26.40-37.60
Na 140 mmol/L 132 – 147
K 2.88 mmol/L 3.50 – 4.50
Cl 105 mmol/L 96 – 111
Ca Ion 1.06 mmol/L 1.12 – 1.32
Total Ca 2.37 mmol/L 2.20-2.25

29
Rapid Test HIV 1 Non Reaktif Non Reaktif
HBsAg Rapid Test Non Reaktif Non Reaktif
Syphilis Ab test Negatif Negatif

3.5 Diagnosis

G3P1-11 33-34 minggu T/H + Syok hipovolemik perbaikan ec DBD grade III +

Anemia+ Hipokalemia+ TBJ 2790 gram

3.6 Tatalaksana

DPJP :

• Konsul penyakit dalam

• Antibiotik tunggu hasil UL

• Rencana USG besok pagi

• Cek albumin, malaria

Sp.PD :

• Drip Kcl 25 meq dalam NS 500 cc

• Omeprazole 2x40 mg

• Antibiotik sesuai DPJP

• Bila MAP dibawa 70 bisa pakai drip NE (90/60)

• Tranfusi PRC 1 bag perhari dengan premidikasi inj difanhidramin 1 amp

• Cek DL ulang pasca transfuse

• Livron B plex 2x1

• Asam folat 2x1

30
3.6 Follow Up

Pemeriksaan Urine Lengkap (20/03/2023)


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Kristal Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Warna Kuning Jernih
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1.025 1.000 – 1.030
pH 6.5 4,5 – 8,0
Leukosit esterase Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Protein +1 Negatif
Keton +1 Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif
Darah Negatif Negatif
Sedimen
Eritrosit Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Silinder Negatif Negatif
Sel Epitel 6-8 0-2
Bakteri Negatif Negatif

Pemeriksaan Laboratorium RSUDWZJ (20/03/2023)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Albumin 3.25 g/dl 3.40-5.20
Malaria mikroskopis Negatif Negatif

Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter


21/03/2023 S/ Mual (-).Lemas (+) sesak (-) perut kencang- P/
kencang (-), nyeri perut tembus belakang(-), keluar DPJP :
air air tak tertahankan (-), keluar lendir darah (-), Tx cairan dan lain sesuai Ts Sp.PD
gerak janin dirasa aktif Cefotaxim 3x1 gr IV
Dexamethason 2x6 mg IM (2 hari)
O/ KU : Tampak sakit ringan CTG
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg Sp.PD :
S : 36.0 °C Drip KCL lanjut
N : 100 x/menit Inj. OMZ 2x40 mg
RR : 22 x/menit Tranfusi PRC 1 bag/hari
SpO2 : 99 % Premed inj dipenhiramin 1 amp
DJJ: 143 dpm Livron B plex 2x1 tab
HIS : - Chana 3x1
Gerak janin aktif Asam folat 2x1

31
Mata: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-)
Leher: Pemb. KGB (-), pemb. Tiroid (-)
Paru: Ves (+/+), rh (-/-), wh(-/-)
Cor: S1S2 T/R, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: Cembung, BU (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 dtk, edema (-/-)

A/ G3P1-11 33-34 minggu T/H + Syok hipovolemik


perbaikan ec DBD grade III + Anemia on terapi +
Hipokalemia on terapi + Hipoalbumia ringan + TBJ
2790 gram

USG Complete Abdomen 21/03/2023


• Hydronephosis grade 1 /
grade 1-2 bilateral curiga ec
penekanan uterus pada
ureter distal
• Cystitis
• Janin tunggal hidup,
presentasi bokong,
punggung di ventrolateral
kiri, biometri janin sesuai
masa gestasi 32 w 3 d ± 1 w,
EFW 2207 ± 331 g, FHR
140 bpm
Plasenta grade 2-3, di
ventral, tidak menutupi OUI,
Cenderung
olygohidramnion, AFI 5-6
cm

32
CTG 21/03/2023

Base line : 150 dpm


Variabilitas : 5-10 dpm
Akselerasi : (-)
Deselerasi : (-)
Gerak janin : 13 ×20’
Kontraksi : -
Kesimpulan : reassuring

Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter


22/03/2023 S/ Lemas (+) sesak (-) perut kencang-kencang (-), P/
nyeri perut tembus belakang(-), keluar air air tak DPJP :
tertahankan (-), keluar lendir darah (-), gerak janin Tx cairan dan lain sesuai Ts Sp.PD
dirasa aktif Cefotaxim 3x1 gr IV
Dexamethason 2x6 mg IM (2 hari)
O/ KU : Tampak sakit ringan

33
Kesadaran : Compos Mentis Sp.PD :
TD : 110/70 mmHg Drip KCL lanjut
S : 36.4°C Inj. OMZ 2x40 mg
N : 86 x/menit Tranfusi PRC 1 bag/hari
RR : 22 x/menit Premed inj dipenhiramin 1 amp
SpO2 : 98% Livron B plex 2x1 tab
DJJ: 128 dpm Chana 3x1
HIS : - Asam folat 2x1
Gerak janin aktif
Mata: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-)
Leher: Pemb. KGB (-), pemb. Tiroid (-)
Paru: Ves (+/+), rh (-/-), wh(-/-)
Cor: S1S2 T/R, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: Cembung, BU (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 dtk, edema (-/-)

A/ G3P1-11 33-34 minggu T/H + Syok hipovolemik


perbaikan ec DBD grade III + Anemia on terapi +
Hipokalemia on terapi + Hipoalbumia ringan + TBJ
2790 gram
Hasil lab RSUDWZJ (22/03/2023)
Na 140 mmol/L 132 – 147
K 2.88 mmol/L 3.50 – 4.50
Cl 105 mmol/L 96 – 111
Ca Ion 1.06 mmol/L 1.12 – 1.32
Total Ca 2.37 mmol/L 2.20-2.25

Hasil lab RSUDWZJ (22/03/2023)


Hasil Satuan Interpretasi
Hemoglobin 9.5 g/dL 12.0 – 16.0
Hematocrit 29.4 % 37.0 – 47.0
MCV 89.1 fL 81.0 – 96.0
MCH 28.8 pg 27.0 – 36.0
Leukosit 7.56 103/ul 4.0 – 10.0
Trombosit 133.00 103/ul 150.0 – 400.0

Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter


23/03/2023 S/ Lemas (-), Perut kencang-kencang (-), nyeri perut P/
tembus belakang(-), keluar air air tak tertahankan (-), DPJP :
keluar lendir darah (-), gerak janin dirasa aktif Tx cairan dan lain sesuai Ts Sp.PD
Cefotaxim 3x1 gr IV
O/ KU : Tampak sakit ringan Dexamethason stop
Kesadaran : Compos Mentis Livron Bplex 1x1 po
TD : 100/60 mmHg Pindah ruangan
S : 36.4°C
N : 81 x/menit Sp.PD :

34
RR : 20 x/menit Lansoprasol 1x30mg
SpO2 : 97% PO :
DJJ: 136 dpm Livron B plex 2x1 tab
HIS : - Chana 3x1
Gerak janin aktif Asam folat 2x1
Mata: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), Lansoprasol 1x30m
mata cekung (-/-)
Leher: Pemb. KGB (-), pemb. Tiroid (-)
Paru: Ves (+/+), rh (-/-), wh(-/-)
Cor: S1S2 T/R, murmur (-), gallop (-)
Abdomen: Cembung, BU (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 dtk, edema (-/-)

A/ G3P1-11 33-34 minggu T/H + Syok hipovolemik


perbaikan ec DBD grade III + Anemia perbaikan +
Hipokalemia perbaikan + Hipoalbumin ringan
+Trombositopenia + TBJ 2790 gram

Hasil lab RSUDWZJ (23/03/2023)


Hasil Satuan Interpretasi
Hemoglobin 10.0 g/dL 12.0 – 16.0
Hematocrit 3.47 % 37.0 – 47.0
MCV 31.6 fL 81.0 – 96.0
MCH 91.1 pg 27.0 – 36.0
Leukosit 28.8 103/ul 4.0 – 10.0
Trombosit 6.53 103/ul 150.0 – 400.0

Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter


24/03/2023 S/ Lemas (-), Perut kencang-kencang (-), nyeri perut P/
tembus belakang(-), keluar air air tak tertahankan (-), DPJP :
keluar lendir darah (-), gerak janin dirasa aktif Lansoprasol 1x30mg
PO :
O/ KU : Tampak sakit ringan Livron B plex 2x1 tab
Kesadaran : Compos Mentis Chana 3x1
TD : 110/70 mmHg Asam folat 2x1
S : 36.7°C Lansoprasol 1x30mg
N : 91 x/menit
RR : 20 x/menit Sp.PD :
SpO2 : 97% Rawat di Poli
DJJ: 135 - 137 dpm Tx cairan dan lain sesuai Ts Sp.PD
HIS : - Livron Bplex 1x1 po
Gerak janin aktif
Mata: Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-)
Leher: Pemb. KGB (-), pemb. Tiroid (-)
Paru: Ves (+/+), rh (-/-), wh(-/-)
Cor: S1S2 T/R, murmur (-), gallop (-)

35
Abdomen: Cembung, BU (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 dtk, edema (-/-)

A/ G3P1-11 33-34 minggu T/H + Syok hipovolemik


ec DBD grade III perbaikan+ Anemia perbaikan +
Hipokalemia perbaikan + Hipoalbumin ringan
+Trombositopenia + TBJ 2790 gram

36
BAB 4

PEMBAHASAN

Infeksi dengue merupakan penyakit demam yang disebabkan oleh empat

serotipe virus dengue yakni DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 dari genus

Flavivirus, famili Flaviviridae. Pada kasus didapatkan ibu hamil berusia 28 tahun

dirujuk ke RSUD W.Z. Johannes dengan diagnosis G3P1-11 33-34 minggu T/H +

Syok hipovolemik+ Anemia+ Suspek DF dd DHF + Abdominal pain. Menurut World

Health Organization (WHO) infeksi dengue diklasifikasikan ke dalam infeksi dengue

dengan atau tanpa tanda-tanda bahaya dan dengue berat. Infeksi dengue merupakan

penyakit endemik di Asia Tenggara. Infeksi dengue biasanya terjadi pada anak-anak,

namun akhir-akhir ini kejadiannya semakin meningkat di dewasa termasuk jumlah

ibu hamil yang terjangkit demam berdarah meningkat. Menurut WHO, demam

berdarah terjadi pada lebih dari 100 negara di daerah tropis dan paratropis.

Pada kasus, pasien dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang sesuai dengan standar pelayanan di RSUD. W.Z. Johannes Kupang. Pasien

datang dengan kondisi syok sehingga diberikan tatalaksana awal syok dan dilanjutkan

dengan pemberian terapi lainnya. Selama masa perawatan, pasien mengalami

perbaikan dan pasien dipulangkan setelah kondisi pasien membaik. Pada kasus ini,

walaupun telah dilakukan penanganan sesuai dengan kondisi yang dialami, akan

tetapi ditemukan beberapa permasalahan yang didapatkan pada kasus ini.

Permasalahan yang ditemukan pertama adalah langkah diagnosis pasien.

Pasien ibu hamil merupakan rujukan dari RS Dedari dengan diagnosis Suspek DF dd

37
DHF. Secara teori, diketahui bahwa langkah dalam mendiagnosis DHF melalui

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien, anamnesis

didapatkan keluhan demam hilang timbul, nyeri menelan, nyeri ulu hati dan

pandangan kabur. Kondisi pasien semakin memberat walaupun telah mengkonsumsi

obat paracetamol tablet, walaupun demam sempat menurun. Namun keluhan demam

muncul kembali dengan suhu 39.1 C, disertai dengan perdarahan yang keluar dari

gusi sehingga pasien pergi ke RS Dedari.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan kondisi yang bermakna adanya

konjungtiva anemis serta nyeri tekan abdomen. Secara klinis, kondisi pasien

mendukung kearah diagnosis Demam Berdarah, akan tetapi pasien tidak dilakukan

pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis DBD. Pada pasien hanya

dilakukan pemeriksaan Darah Lengkap, Albumin dan Pemeriksaan Malaria. Akan

tetapi tidak dilakukan pemeriksaan yang mendukung diagnosis DBD yakni

pemeriksaan deteksi antigen dan pemeriksaan serologis. Padahal berdasarkan onset

gejala demam yang dialami pasien sekitar 3-4hari merupakan waktu yang tepat untuk

dilakukan pemeriksaan NS1 atau IgM anti dengue yang akan terdeteksi.

Kondisi kedua yang ditemukan pada pasien, pasien diberikan antibiotik

Cefotaxime padahal berdasarkan alur tatalaksana DBD pada ibu hamil, pasien alur

penanganan DBD memiliki terapi utama berupa resusitasi cairan karena secara teori,

terjadi kebocoran plasma pada pasien DHF sehingga diperlukan cairan pengganti

untuk membantu kondisi kekurangan cairan yang terjadi pada pasien. Secara teori,

dijelaskan bahwa pemberian antibiotik pada pasien ibu hamil, dilakukan apabila

38
terdapat indikasi infeksi pada pasien. Namun, pada pasien ini tidak ditemukan adanya

indikasi infeksi pemberian antibiotik karena didapatkan leukosit pasien hanya

5620/mm3. Sedangkan keluhan demam yang terjadi pada pasien disebabkan oleh

demam berdarah. Pada pemeriksaan urine diketahui pula bahwa tidak menunjukkan

adanya infeksi sehingga seharusnya pemberian antibiotik pada pasien tidak

diperlukan.

39
BAB 5

KESIMPULAN

Pada kasus didapatkan ibu hamil berusia 28 tahun yang datang dirujuk ke

RSUD W.Z. Johannes dengan kondisi syok akibat kondisi Demam Berdarah yang

dialami. Pasien dilakukan pemeriksaan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosis dan target terapi yang dilakukan

pada pasien. Walaupun terdapat beberapa pemeriksaan yang belum lengkap, namun

pasien ditangani hingga mengalami perbaikan tanpa harus diterminasi diusia

kehamilan yang masih preterm.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Chong V, Tan JZL, Arasoo VJT. Dengue in Pregnancy: A Southeast Asian


Perspective. Trop Med Infect Dis. 2023;8(2):1–24.
2. Mulik V, Dad N, Buhmaid S. Dengue in pregnancy: Review article. Eur J
Obstet Gynecol Reprod Biol [Internet]. 2021;261:205–10. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ejogrb.2021.04.035
3. Tropical Med Int Health - 2022 - Rathore - Maternal and foetal‐neonatal
outcomes of dengue virus infection during pregnancy.pdf.
4. Tougma SA, Yaméogo WNZ, Dahourou DL, Salou Kagoné IA, Compaoré TR,
Kaboré A, et al. Dengue virus infection and pregnancy outcomes during the
2017 outbreak in Ouagadougou, Burkina Faso: A retrospective cohort study.
PLoS One. 2020;15(9):1–11.
5. Mulyana RS, Pangkahila ES, Pemayun T. Profile of dengue infection in
pregnancy at Sanglah Hospital Bali. BJOG An Int J Obstet Gynaecol
[Internet]. 2018;125 (Suppl:79. Available from:
http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&CSC=Y&NEWS=N&PAGE=fullte
xt&D=emexa&AN=621569620%0Ahttp://sfx.library.cdc.gov/cdc?sid=OVID:e
mbase&id=pmid:&id=10.1111%2F1471-0528.15132&issn=1471-
0528&isbn=&volume=125&issue=Supplement+1&spage=79&pages=79&date
=2018&t
6. Tuyet HTD, Khanh Trang H nguyen. Dengue Fever Haemorrhage in
Pregnancy. POJ Gynaecol Obstet Res. 2017;1(1):1–4.
7. Bhardwaj D, Chawla S, Sahoo I, Rathore P, Sharma A, Siddique N. Dengue in
pregnancy. Med J Dr DY Patil Vidyapeeth. 2020;37(4):264–7.
8. Kariyawasam S, Senanayake H. Dengue infections during pregnancy: Case
series from a tertiary care hospital in Sri Lanka. J Infect Dev Ctries.
2010;4(11):767–75.
9. MacHain-Williams C, Raga E, Baak-Baak CM, Kiem S, Blitvich BJ, Ramos

41
C. Maternal, Fetal, and Neonatal Outcomes in Pregnant Dengue Patients in
Mexico. Biomed Res Int. 2018;2018.
10. Kusuma NA, Kusuma AANJ. Dengue hemorrhagic fever in pregnancy
complicated with placenta abruption and vertical transmission: A case report.
Bali Med J. 2017;6(3):100.
11. Brar R, Sikka P, Suri V, Singh MP, Suri V, Mohindra R, et al. Maternal and
fetal outcomes of dengue fever in pregnancy: a large prospective and
descriptive observational study. Arch Gynecol Obstet [Internet].
2021;304(1):91–100. Available from: https://doi.org/10.1007/s00404-020-
05930-7
12. Rajuddin ., Nogroho L. Management for Dengue Hemorrhagic Fever in
Pregnancy: A Case Report. 2020;183–7.

42

Anda mungkin juga menyukai