Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN EPIDEMIOLOGI

“ SURVEILANS DATA PENYAKIT TUBERCOLOSIS”


DI PUSKESMAS POASIA
KENDARI SULAWESI TENGGARA

 ERIN SYAHRANI (P00341017062)


 ISPAN AL IBRAHIM (P00341017072)
 MUH. RAMADHAN (P00341017080)
 SITTI MASYITHA (P00341017093)
 SITI NUR KHOLIFAH (P0034101709)
 SRI RAHAYU PUSPITA (P00341017095)
 SRI MULYA ELNI NANINGSIH (P0034101709)
 SUCI RAHMAWATI (P0034101709)
 VERMI (P00341017098)
 WILDAYANTI (P00341017099)
 YOLANDA APRILLIA OLEOLEJAP (P00341017100)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan epidemiologi yang berjudul
“SURVEILANS DATA PENYAKIT TUBERCOLOSIS” ini dengan seksama dan
tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah EPIDEMIOLOGI dan menambah pengetahuan bagi
para pembacanya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu The, M.Kes sebagai dosen mata
epidemilogi yang telah membimbing kami, dan ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan
makalah ini.
Kami menyusun makalah ini menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami meminta maaf atas segala
keterbatasan waktu dan kemampuan kami dalam menyelesaikan makalah ini. Segala
kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan, dan dosen senantiasa kami
harapkan demi peningkatan kualitas makalah ke depan.

Kendari, 06 Juli 2019

Penyusun

i
PERTANYAAN UNTUK KELOMPOK 4
1. Frininda dari kelompok II ( di jawab oleh muh.ramadhan )
Pada pemeriksaan TBC selama 6 bulan,apakah pengobatan Tb INI harus di
awasi atau tidak? Dan jelaskan mekanismenya

2. Rahmatia dari kelompok III (di jawab oleh vermin)


Pada saat program edukasi ketika di tuliskan pasien (+) terkena TB apakah
tindakan yang di lakukan oleh pihak puskesmas poasia?

3. Muh.rachman harami jamil dari kelompok III ( di jawab oleh Yolanda aprilia
olelejap)
Bagaimana cara/tindakan dari puskesmas poasia untuk menanggulangi jika
pada salah satu keluarga terkena TB ,bagaimana agar si pasien TB tidak
menularnkan penyakitnya kepada keluargnya?

4. Muh.sukri rusnadi dari kelompok I (di jawab oleh suci rahmawati )


Pada peta wilayah poasia manakah wilayah yang paling tinggi terkena TBC
dan jelaskna mengapa wilayah tersebut tinggi terkena penyakit TBC?

Jawaban
1. Pertama di lakukan pemeriksaan TB pada suspek penyakit TB,setelah itu
di lakukan pendaftaran beberapa saja TB(+) dan terdapat di wilayah kerja
puskesmas mana saja setelah data lengkap kemudian di lakukan
pemberian obat selama 6 bulan. Hal ini di awasi oleh programmer P2 TB
puskesmas poasia setiap minggunya.

2. Terdapat 3 tahap yaitu


 Jika ada dugaan (+) TB maka di lakukan pemeriksaan untuk
mengonfirmasi dugaan tersebut
 Jika (+) maka akan di lanjutkan pada tahap pemberian edukasi
terhadap keluarga yang anggota keluarganya terkena TB
 Setelah itu di lakukan pemberian obat kepada pasien penderita TB
tersebut yang awasi oleh program P2 TB puskesmas poasia

ii

3. Adapun tindakan puskesmas terhadap keluarga yang salah satu anggota
keluarganya (+) yaitu dengan pemberian edukasi terhadap keluarga dan
penderita adapun pembagian edukasi terhadap keluarga yaitu pertama
terkait pengawasan menelan obat (PMO) yaitu agar keluarga penderita
mengonsumsi obatnyasecara teratur. Kedua, hindari kontak langsung
dengan penderita, misalnya menggunakan alat pelindung diri seperti
masker.

Selanjutnya pemberian edukasi terhadap penderita seperti apabila


batuk,penderita menutip mulutnya menggunakan tissue dll.

4. Wilayah terbanyak di andonohu berjumlah 15 orang. Karena di andonohu


memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 10.000 jiwa, di karenakan
personal hygene yang tidak memenuhi syarat PHBS,perilaku penderita
yang perokok,dan tingkat pengetahuankan yang rendah terkait peyakit
TBC paru.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 3

1.3 TUNJUAN MAKALAH ........................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

2.1 DEFINISI TUBERKOLOSIS ............................................................... 4

2.2 TANDA DAN GEJALA TUBERKOLOSIS ........................................ 5

2.3 CARA PENULARAN ............................................................................ 6

2.4 EPIDEMIOLOGI ................................................................................... 7

2.5 ETIOLOGI ............................................................................................. 7

2.6 PENGOBATAN ..................................................................................... 8

2.7 PENCEGAHAN ..................................................................................... 8

2.8 DIAGNOSA LABORATORIUM ......................................................... 9

BAB III ANALISIS SITUASI ................................................................................ 13

3.1 GAMBARAN UMUM PUSKESMAS POASIA .................................. 13

3.1.1 Letak Geografis Dan Jangkauan ................................................ 13

3.1.2 Jumlah Dan Distribusi Penduduk .............................................. 14

iv
3.2 PENGUMPULAN DATA ...................................................................... 15

3.3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ........................................... 15

BAB IV SURVEILANS PENYAKIT .................................................................... 16

4.1 KOMPONEN SURVEILANS ............................................................... 16

4.1.1Pengumpulan Data ....................................................................... 16

4.1.2 Pengolahan Data ......................................................................... 16

4.1.3 Analisis Dan Interpretasi Data ................................................... 18

4.2 PENDEKATAN SURVEILANS ........................................................... 22

4.3 PELAKSANAAN SURVEILANS ........................................................ 23

4.3.1 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 23

4.3.2 Instrumen Survei ......................................................................... 23

4.3.3 Pengolaan Dan Penyajian Data .................................................. 23

4.3.4 Tabuulasi Dan Analisis Data ...................................................... 24

4.3.5 Perhitungan Rate Dan Rasio ...................................................... 24

4.3.6 Program Kkerja Puskesmas ....................................................... 26

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 27

5.1 KESIMPULAN ....................................................................................... 27

5.2 SARAN .................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 29

LAMPIRAN ............................................................................................................. 30

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia,
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling
tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina
yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan
penderita 583.000 orang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama
Mycobacterium tuberkulosis.
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil berkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air
ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam
paru-parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.
Menurut WHO (1999), di Indonenia setiap tahun terjadi 583 kasus baru
dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya.
Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, jumlah kematian yang
disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian
kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok
masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini
disebabkan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri
individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal. Pada tahun 1995
pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderita tuberkulosis secara
gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah penderita tuberkulosis
dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara

1
rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti. Untuk kedisiplinan pasien
dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat
yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk
minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita
sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis
menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.
Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia. Dibeberapa
negara telah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya, Angka kematian
berkisar dari kurang 5 - 100 kematian per 100.000 penduduk pertahun. Angka
kesakitan dan kematian meningkat menurut umur. Di Amerika Serikat pada tahun
1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per 100.000 penduduk. Di Sumatera
Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita dengan BTA positif. Dari
hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan
tahun 1999/2000 ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita
tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah penduduk. Dengan catatan dari balai
pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545 kasus tuberkulosis
pada setiap tahun.
Berdasarkan hasil pengambilan data di puskesmas Poasia, dalam kurun waktu
1 tahun (Juni 2018-Mei 2019) didapatkan kasus TBC paru BTA Positif sebanyak
31 kasus dengan angaka insidensi sebesar 22,98 per 100.000 penduduk.Jumlah
penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (51,61%) dan perempuan
sebanyak 15 orang (48,38%).Dari hasil wawancara dengan programmer TB di
puskesmas Poasia, kasus tuberkolosis banyak terjadi pada rumah tangga yang
personal higienenya tidak memenuhi syarat PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat),
perilaku penderita adalah perokok, dan tingkat pengetahuan tentang penyakit TB
masih rendah.Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak puskesmas
baik dari segi promotif preventif melalui penyuluhan, maupun kuratif melalui
pemeriksaan dahak dan pemberian obat.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Gambaran Umum Mengenai Penyakit Tuberculosis ?
2. Bagaimana Gambaran Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut Waktu Pada
Puskesmas Poasia ?
3. Bagaimana Gambaran Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut Jenis
Kelamin Pada Puskesmas Poasia ?
4. Bagaimana Gambaran Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut Umur Pada
Puskesmas Poasia?

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui gambaran umum penyakit tuberculosis
2. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut waktu Pada
Puskesmas Poasia
3. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut Jenis Kelamin
Pada Puskesmas Poasia
4. Untuk mengetahui Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut umur Pada
Puskesmas Poasia

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI TUBERCOLOSIS


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri
ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut di beri nama Baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC dan paru-paru kadang di sebut sebagai Koch
Pulmonum (KP). (Kapita Selekta Kedokteran, 2000) Penyakit TBC
(Tuberkulosa) merupakan penyakit kronis (menahun) telah lama di kenal oleh
masyarakat luas dan ditakuti, karena menular. Namun demikian TBC dapat
disembuhkan dengan memakan obat anti TB dengan betul yaitu teratur sesuai
petunjuk dokter atau petugas kesehatan lainnya. (Depkes RI, 2003)
Kerentanan penyakit Tuberkulosis terjadi karena daya tahan tubuh
yang rendah yang disebabkan oleh karena gizi yang buruk, terlalu lelah,
kedinginan, dan cara hidup yang kurang teratur. Kelompok umur yang biasa
diserang berada dalam kelompok usia produktif antara 16-64 tahun, yang
memiliki pola hidup tidak sehat serta kurang gizi. Sehingga biasanya penyakit
ini menyerang masyarakat rendah yang berada golongan sosial
ekonomi rendah, dimana keadaan sosial ekonomi rendah, terdapat
kemiskinan dan kurangnya pengetahuan tentang cara-cara hidup yang sehat.
Akan tetapi bukan berarti masyarakat golongan menengah keatas dapat
terbebas dari penyakit Tuberkulosis. (Depkes RI, 2003Kuman Tuberkulosis:

4
Bakteri Mycobacterium Tuberculosa berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam),
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Kuman Tuberkulosis cepat
mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup selama
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Di dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat Dormant, tertiduur lama selama beberapa tahun. Kuman
dapat disebarkan dari penderita Tuberkulosis Basil Tahan Asam positif (TB
BTA positif) kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak
erat. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang
penderita Tuberkulosis dapat menularkan penyakit kepada 10 orang di
sekitarnya. Di sebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis),
sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. (Zulkifli Amin, 2006)
2.2 TANDA DAN GEJALA TUBERKULOSIS

 Gejala sistemik atau umum


1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam kadang-
kadang serangan dalam seperti influenza dan bersifat
hilang-timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah. (Zulkifli Amin, 2006)

5
 Gejala khusus
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara nafas melemah yang
disertai sesak.
2) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru),
dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai
tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk
3) saluran dan bermuara pada kulit atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang- kejang.
2.3 CARA PENULARAN
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar
oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si
penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber
infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini
masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi
banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah),
Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya
organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar
getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru
menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi
pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan
reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri

6
TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut.
Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti
yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo
rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik,
bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada
orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri
ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah
ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya
memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang
mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.

2.4 EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO prevalens kasus TB diseluruh dunia tahun 2006
ada 14,4 juta (WHO,2008). Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan
kematianya (98%) terjadi dinegara-negara berkembang. Diantara mereka 75%
berada 7 di usia produktif. Karena penduduknya yang padat dan tingginya
prevalensi, 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul
terjadi diasia (zulkifli,2007). TB merupakan salah satu masalah kesehatan
penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara
dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien
TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB
baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia
pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih
dari 70% usia produktif (Depkes RI,2007).

2.5 ETIOLOGI
TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat

7
kaitanya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. Tuberkulosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa,
mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering
disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa (Ikeu,2007). Penyakit ini
ditularkan melalui udara yaitu percikan ludah, bersin dan batuk. Penyakit TB
paru biasanya menyerang paru akan tetapi dapat menyerang organ tubuh lain
(Aditama, 2002). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbetuk
batang dan memiliki sifat kusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu disebut pula sebagai bakteri Tahan Asam ( BTA ) (Depkes
RI,2007). Pada tahun 1982 robert Koch mengidentifikasi basil tahan asam
Mycobacterium tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri penyebab TB
paru (Zulkifli,2007).
2.6 PENGOBATAN
Obat yang digunakan untuk TBC di golongkan atas dua kelompok yaitu
1. Obat Primer: INH (Isoniazid), Rifampisin, Streptomisin, Pirasinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang dapat di
tolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat- obat
ini.
2. Obat Sekunder: Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin, dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu
menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin, dan Pirasinamid pada
bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat
TBC primer ini.(Kapita Selekta, 2000)
2.7 PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit TB dengan cara yaitu : Pola hidup sehat adalah
kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC.
Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk
memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman
TBC tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup

8
kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll.
Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.

2.8 DIAGNOSA LABORATORIUM


Posedur Tetap Pemeriksaan BTA Metode Ziehl-nelson
Nama pemeriksaan : Pemeriksaan BTA

Metode : Ziehl-nelson

Tujuan : Menentukan ada tidaknya kuman BTA dalam Sputum

Prinsip Kerja : Basil tuberkulosis akan luntur oleh asam sehingga tetap
merah dari carbol fuchsin

Uraian Umum :

 Registrasi : Pencatatan data penderita, pemberian nomor spesiemen


 Persiapan Pasien : Penjelasan tentang apa yang akan dilakukan oleh
petugas laboratorium pada penderita

1. Pra Analitik
a. Persiapan Sampel :
Penganbilan sampel dahak penderita dilakukan 2 kali yaitu dahak
sewaktu-pagi(SP), terjadi perubahan dulu kita gunakan dahak sewakt-
pagi -sewaktu (SPS) sekarang tidak lagi digunakan
 (S) sewaktu: Kumpulkan spesiemen pertama pada saat penderita
diambil dahaknya dan diberi pot dahak untuk keperluan
pengunmpulan.
 (P) Pagi: Penderita mengumpulkan dahak dirumah pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan dibawah kelaboratorium
b. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien cara pengumpulan dahak sebagai berikut :
 Tarik nafas dalam -dalam 2 sampai 3 kali
 Batukkan dengan keras dari dalam dada

9
 Letakkan pot yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan
keluarkan dahak kedalam pot
 Tutup pot dengan rapat dengan cara memutar tutupnya.
c. Persiapan alat dan bahan
Alat :
 Lampu Spritus
 Rak pewarnaan
 Mikroskop
 Ose
 Objek Glass
 Pensil Glass

Bahan :

 Methilen Blue 0,1%


 Carbon fuchsin 1%
 Aquadest
 Asam Alkohol 3%
 Sputum
 oil Imersi
 Xilol
2. Analitik
a. Pembuatan sediaan sputum:
1) Objek Glass diberi label yang berisi Kode kabupaten/kode UPK/
nomor sediaan/waktu pengumpulan dahak
2) Ose dipijarkan lalu didinginkan kemudian sputum diambil sedikit
dengan menggunakan ose/stik
3) Ratakan diatas objek glass dengan ukuran 2x3 cm. apusan dahak
janga terlalu tebal atau terlalu tipis.
4) keringkan pada suhu kamar lalu siap untuk diwarnai.
b. Cara pewarnaan sediaan Sputum

10
1) Letakkan sediaan diatas rak tabung dengan jarak minimal 1 jari
telunjuk
2) Tuangkan Carbol fuchsin menutupi semua permukaan sediaan
3) Panaskan sediaan dengan sulut api sampai keluar uap (jangan
sampai mendidih), kemudian dinginkan selama 10 meni
4) Buang Carbol fuchsin dari sediaan satu persatu perlahan-lahan
dengan cara dibilas menggunakan air mengalir mulai dari bagian
slide yang bekuan tebal
5) Tuangkan Larutanasam Alkohol pada sediaan, biarkan selama 3
menit, lalu bilas dengan air mengalir sampai bersih (tidak tampak
sisa zat warna merah
6) Tuangkan Larutan Methilen Blue dan biarkan selama 60 detik
7) Buang Larutan Methilen Blue dengan cara bilas dengan Air
mengalir
8) Keringkan sediaan pada rak pengering
9) Periksa sediaan basil tahan Asam (BTA) dibawah mikroskop
dengan pembesaran objektif 100x dengan bantuan oil imersi.
3. Paca Analitik
Basil Tahan asam yang oleh pengecatan berwarna merah, berbentuk
batang dasar warna biru.
Pelaporan hasil :
 0 BTA /100 LP : BTA negatif
 1-9 BTA/100 LP : Scanty (tulis Jumlah BTA yang ditemukan )
 10-99 BTA/ 100 LP : +1 (posistif Satu)
 1-10 BTA / 1 LP Periksa min. 50 LP : +2 (positif Dua)
 > 10 BTA /LP periksa min. 20 LP : +3 (positif tiga )

Faktor -faktor kesalahan pada pemeriksaan BTA

a) Negatif Palsu Tinggi (kesalahan Besar )


 Pemeriksaan Mikroskopis dilakukan terlalu singkat kurang dari 100
LP

11
 Teknik mikroskopik tidak tepat
 Masalah perwarnaan (BTA pucat, kontras latar belakang kurang jelas
 Mikroskop yang kurang baik
 Kesalahan menyalin laporan hasil
b) Positif Palsu tinggi (kesalahan Besar )
 Artefak (sediaan kotor, endapan atau kristal reagen ) dibaca sebagai
BTA
 Kontaminasi BTA dalam Oil imersi dari sediaan positif sebelumnya
 kesalahan menyalin laporan
c) Kesalahan Menghitung
 Pemeriksaan mikroskopis dilakukan terlalu singkat kurang dari 100
LP
 Tekhnisi tidak mengerti skala pelaporan BTA
 Tekhnik pewarnaan yang jelek
 Mikroskop yang kurang baik

12
BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1 GAMBARAN UMUM PUSKESMAS POASIA

3.1.1 Letak geografis dan jangkauan


Puskesmas Poasia terletak di Kecamatan Poasia Kota kendari, sekitar 9
KM dari Ibukota Propinsi. Sebagian besar wilayah kerja merupakan dataran
rendah dan sebagian merupakan perbukitan sehingga sangat ideal untuk
pemukiman. Di bagian utara berbatasan dengan Teluk Kendari yang sebagian
besar berupa hamparan empang. Pada bagian barat yang mencakup 2
kelurahan (Kelurahan Anduonohu dan Kelurahan Rahandouna) merupakan
daerah dataran yang ideal untuk pemukinan sehingga sebagian besar
penduduk bermukin di kedua kelurahan tersebut. Pada bagian timur
merupakan daerah perbukitan, yang semua daerah tersebut dapat dilihat pada
penjelasan dibawah ini:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari


b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu.
Luas wilayah kerja Puskesmas Poasia sekitar 4.175 Ha atau 44.75. KM
2
atau 15,12 % dari luas daratan Kota Kendari terdiri dari 4 Kelurahan
definitif, Yaitu Anduonohu luas 1.200 Ha, Rahandouna luas 1.275 Ha,
Anggoeya luas 1.400 Ha dan Matabubu luas 300 Ha. dengan 82 RW/RK
dengan jumlah penduduk 25.474 jiwa serta tingkat kepadatan penduduk 49
orang/m 2 atau 490 orang/KM 2 , dengan tingkat kepadatan hunian rumah rata-
rata 5 orang/rumah.

13
3.1.2 Jumlah dan distribusi penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poasia pada tahun 2019
sebanyak 30.460 jiwa yang tersebar di 5 wilayah kelurahan.
Tabel.1
Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Berdasarkan Kelurahan Tahun 2015

NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK

1 Anduonohu 10000

2 Rahandouna 3920

3 Anggoeya 7800

4 Mata Bubu 6415

5 Wundumbatu 2325

TOTAL 30.460

Sumber: Pendataan Tingkat Puskesmas Poasia Tahun 2019

14
3.2 PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari buku registrasi Puskesmas poasia.
3.3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang kami peroleh diolah secara manual dan di analisis
menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur,menurut waktu yang
merupakan saat kejadian dan tempat yang menjadi lokasi kejadian dari
penderita Penyakit Tuberkulosis yang ada pada Puskesmas poasia.

15
BAB 1V

SURVEILANS PENYAKIT

4.1 KOMPONEN SURVEILANS

4.1.1 Pengumpulan Data


data yang dikumpulkan adalah data penyakit yang mejadi sasaran
surveilans. Pengumpulan data penyakit di puskesmas Poasia dilakukan
pada 10 jenis penyakit, yaitu :
1. Infek.akut.pd sal.pern.bag.atas : 495 kasus
2. Penyakit lain-lain : 344 kasus
3. Gastritis : 298 kasus
4. Peny sistim otot,tulang,radang,sendi : 175 kasus
5. Peny.pulpa dan jar.palpikal : 132 kasus
6. Peny tekanan darah tinggi : 123 kasus
7. Penyakit kulit alergi : 106 kasus
8. Peny. Lain pd sal. Pernapasan bag. Atas : 100 kasus
9. Gangg.gigi dan jar.penyanggah gigi : 86 kasus
10. Tonsillitis : 63 kasus

4.1.2 Pengelolaan Data


Data yang dimasukkan adalah data yang terdiagnosis positif
penyakit tuberculosis yang terdiri dari jenis data berdasarkan waktu, jenis
kelamin dan umur di puskesmas poasia pada bulan Juni 2018- Mei 2019.

16
10 BESAR JENIS PENYAKIT DI PUSKESMAS POASIA
MEI
TAHUN: 2019

Sumber : Data Sekunder Puskesmas Poasia Tahun 2019

17
4.1.3 Analisis Dan Interprestasi Data
data yang telah disusun selanjutnya di analisis dan dilakukan
interprestasi untuk memberikan gamabaran yang jelas tentang kondisi
suatu penyakit yang terjadi didalam masyarakat.
a. Distribusi penyakit menurut waktu

Tabel 1: Tabel kasus tbc paru positif berdasarkan waktu (juni 2018 - mei 2019)

KELURAHAN
NO BULAN ANDUON RAHANDO WUNDUMBAT ANGGO MATABU
OHU UNA U EYA BU

1 Jun-18 1 - 1 - -

2 Jul-18 - - 1 - -

3 Ag-18 2 - - - -

4 Sep-18 2 1 - 1 -

5 Okt-18 - - 2 3 -

6 Nov-18 3 1 - 1 -

7 Des-18 - 2 - - 1

8 Jan-19 1 - 1 -

9 Feb-19. 1 - - 1 -

10 Mar-19 2 - - - -

11 Apr-19 2 - - - -

12 Mei-19 1 - - - -

JUMLA
15 4 5 6 1
H

Sumber: data sekunder 2018 s/d 2019

18
Diagram Garis Penderita TBC Paru Positif Berdasarkan
Waktu dan Peta Wilayah Kerja di Puskesmas Poasia
(Juni 2018-Mei 2019)
8

6
Jumlah Kasus

0
Jun-18 Jul-18 Ag-18 Sep-18 Okt-18 Nov-18 Des-18 Jan-19 Feb-19. Mar-19 Apr-19 Mei-19
Bulan/Tahun

ANDUONOHU RAHANDOUNA WUNDUMBATU ANGGOEYA MATABUBU

Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa distribusi penyakit TBC paru


Positif menurut waktu tertinggi pada bulan Oktober dan November 2018.
Sedangkan distribusi penyakit TBC paru Positif menurut waktu terendah yaitu
pada Juli 2018 dan Mei 2019. Berdasarkan wawancara dengan programmer TBC
paru di puskesmas Poasia tingginya kasus TBC paru di bulan Oktober dan
November 2018 dikarenakan personal higiene yang tidak memenuhi syarat PHBS
(Perilaku Hidup Bersih Sehat), perilaku penderita yang perokok, dan tingkat
pengetahuan yang rendah terkait penyakit TBC paru .Sedangkan terjadi
penurunan kasus di bulan Mei 2019, hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat
tentang penyakit TBC paru maka mereka segera memeriksakan diri ke pusat
pelayanan kesehatan dan setelah di periksa positif terkena TBC Paru.

19
b. Distribusi penyakit menurut jenis kelamin
Tabel 2: Tabel kasus tbc paru positif berdasarkan jenis kelamin (juni 2018 - mei
2019)
JENIS KELAMIN
NO BULAN
L P
1 JUN-18 1 1

2 JUL-18 1 -

3 AG-18 - 2

4 SEP-18 1 3

5 OKT-18 3 2

6 NOV-18 4 1

7 DES-18 2 1

8 JAN-19 1 1

9 FEB-19. 1 1

10 MAR-19 1 1

11 APR-19 1 1

12 MEI-19 - 1

TOTAL 16 15
Sumber: data sekunder 2018 s/d 2019

Diagram Pie Penderita Penyakit TBC Paru


Positif Berdasarkan Jenis Kelamin di
Puskesmas Poasia
(Juni 2018-Mei 2019)

Laki-Laki
48% 52%
Perempuan

20
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa jumlah penderita tuberkulosis
pada puskesmas Poasia menurut jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki yaitu
terdapat 16 penderita (51,61 %). Sedangkan penderita terendah adalah perempuan
yaitu terdapat 55 penderita (48,38%).

c. Distribusi penyakit menurut umur


Tabel 3 : Kasus tbc paru positif berdasarkan umur (juni 2018 - mei 2019)
GOLONGAN UMUR
TOT
45- 55- 60- AL
NO BULAN 15-19 20-44 > 70
54 59 69
Th Th Th
Th Th Th
1 JUN-18 2 - - - - - 2
2 JUL-18 - - - - 1 - 1
3 AG-18 - 1 1 - - - 2
4 SEP-18 - 2 2 - - - 4
5 OKT-18 - 3 1 1 - - 5
6 NOV-18 - 3 1 1 - - 5
7 DES-18 - 3 - - - - 3
8 JAN-19 - 1 1 - - - 2
9 FEB-19. - 2 - - - - 2
10 MAR-19 - 1 1 - - - 2
11 APR-19 - 2 - - - - 2
12 MEI-19 - 1 - - - - 1
TOTAL 2 19 7 2 1 - 31
Sumber: data sekunder 2018 s/d 2019

21
Diagram Batang Penderita Penyakit TBC Paru
Positif Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Poasia
6
(Juni 2018-Mei 2019)
5
4 > 70 Th
Jumlah

3 60-69 Th
2 55-59 Th
1 45-54 Th
0 20-44 Th
15-19 Th

Bulan/Tahun

Berdasarkan data tersebut kelompok umur tertinggi adalah kelompok


umur 20-44 tahun yaitu terdapat 19 penderita (61,29 %). Sedangkan penderita
terendah terdapat pada kelompok umur 60-69 Tahun yaitu terdapat 1 penderita
(3,22 %). Hal ini Karena pada kelompok umur 20-44 merupakan usia produktif.
Adapun beberapa hal yang mempengaruhi meningkatnya penderita pada
kelompok umur ini karena :
1. Kebiasaan merokok
2. Pekerjaan
3. Tingkat pendidikan
4. Status gizi
5. Keadaan sosial ekonomi
6. Perilaku

4.2 PENDEKATAN SURVEILANS


Pendekatan surveilans yang dilakukan yaitu pendekatan pasif, dimana
pendekatan ini menggunakan data penyakit yang dilaporkan atau yang tersedia
di fasilitas pelayanan kesehatan, yang dalam hal ini adalah puskesmas.Alasan
kami memilih pendekatan ini karena relatif murah dan mudah

22
dilakukan.Adapun kelemahan dari pendekatan ini, yaitu tingkat pelaporan dan
Kelengkapan laporan rendah , dikarenakan waktu petugas terbagi dengan
tanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
masing-masing.Maka dari itu, untuk mengatasi masalah tersebut Kamu
membuat pertanyaan Atau quisionernya sesederhana mungkin.
4.3 PELAKSANAKAN SURVEILANS
Dalam pelaksanaan surveians dilakukan oleh petugas surveilans itu sendiri
yang terdiri dari:
4.3.1 Tehnik pengumpulan data
Dalam pengumpalan data, petugas surveilans menggunakan
metode wawancara dan mereview data dimana petugas surveilans dapat
menanyakan langsung kepada penderita terkait identitas (seperti nama, umur,
pekerjaan, tempat tinggal dan penggunaan asuransi), gejala atau keluhan
penyakit yang diderita. Serta petugas surveilans dapat mereview data pasien
terkait penyakit ain yang diderita yang di tunjukan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium atau data kunjungan di tempat pelayanan kesehatan.
4.3.2 Instrumen survei
Dalam pengumpulan data, petugas surveilans menggunakan
lembar quisioner, atau lembar ceklis.
4.3.3 Pengolaan dan penyajian data
Dalam pengelolahan data, petugas surveilans melakukan
secara manual dan komputerisasi. Dimana pada awalnya pasien di data secara
manual(melalui buku ) dan setiap 1 minggu data tersebut dikirim melalui W2
atau SMS online lansung di KEMENKES. Kemudian setiap satu bulan
petugas surveilans akan melakukan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
(SKDR) yang merupakan system yang memiliki kemampuan untuk
melakukan deteksi dini terhadap ancaman kejadian luar biasa (KLB) penyakit
menular.
Untuk pengolaan data khusus TB diolah oleh pihak program
TB yang ada di puskemas Poasia.Pengolaan data dilakukan secara manual
(melalui buku) dan disajikan dalam bentuk tabel.

23
4.3.4 Tabulasi Dan Analisis Data
Dalam analisis data, 2 orang petugas surveilans bertanggung
jawab dalam mendata pasien yang datang melakukan pemeriksaan di
laboratorium, pengobatan, hingga pasien sembuh.
4.3.5 Perhitungan Rate Dan Ratio
1. Insidence Rate (IR), yaitu jumlah Kejadian Baru yang terjadi di dalam
suatu populasi pada suatu periode waktu tertentu dibagi jumlah
keseluruhan orang-orang yang terpapar risiko selama periode yang sama.
Diketahui :
1) Jumlah kasus TBC paru Positif baru (Januari 2019-Mei 2019) = 7
kasus

2) Populasi total dari wilayah kerja puskesmas Poasia tahun 2019 =


30.460 orang

Ditanyakan : IR =...?

Penyelesaian:

IR  jumlahKasusTBPositifPeriodewaktutertentu
populasitotal
10.000

7
IR  100.000
30.460
 22,98

2. Attack Rate (AR), yaitu suatu rate kejadian kumulatif terhadap suatu
populasi berisiko pada periode waktu tertentu

Diketahui :

1) Jumlah Penderita TBC paru Positif (paling banyak) yang ditemukan


pada waktu tertentu (Oktober 2018 dan November 2018 )adalah 10
kasus.

24
2) Populasi total dari wilayah kerja puskesmas poasia = 30.460 orang

Ditanya : AR =...?

Penyelesaian :

JumlahPenderitayangditemukan
AR  100.000
JumlahPendudukBerisi ko
10
AR  100.000
30.460
AR  32,83  2
AR  16,41

3. Prevalence Rate (PR) adalah jumlah keseluruhan dari jumlah seluruh


individu yang menampakkan gejala atau menderita penyakit tertentu pada
suatu poin (periode) tertentu dalam waktu tertentu pada populasi berisiko.

Diketahui:

1) Jumlah penderita TBC paru positif pada kurun waktu tertentu (Juni
2018-Mei 2019) di puskesmas Poasia adalah 31 kasus.
2) Populasi penduduk dari wilayah kerja puskesmas Poasia = 30.460 orang

Ditanya : PR =...?

Penyelesaian :

Jumlah keseluruha n penderita TB paru positif pada kurun wakt u tertentu


PR  100.000
populasi penduduk dalam kurun wakt u yang sama
31
PR  100.000
30.460
PR  101,77.

25
4.3.6 Program kerja puskesmas

1. Preventif :
Melaksanakan penyuluhan, baik dalam dan luar gedung, tentang
penyakit TBC paru dengan menggunakan media leaflet (lembar
Balik), poster, dan standing banner.Ini dilaksanakan oleh Puskesmas
bersama lintas program, diantaranya Program Promkes, Program
P2M, dan program surveilans.

Melaksanakan penemuan dini penyakit TB

Mengadakan edukasi terhadap anggota keluarga penderita dalam


hal PENGAWAS MINUM OBAT (PMO).Ini dilakukan langsung
oleh programer P2 TB Puskesmas Poasia.

2. Kuratif :

Memberikan pengobatan sampai tuntas selama 6 bulan.Ini


dilakukan langsung oleh programmer P2 TB Puskesmas Poasia.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita penyakit tuberkulosis pada
puskesmas poasia kecamatan poasia dapat di simpulkan bahwa:

1. Berdasarkan data tersebut di ketahui bahwa distribusi penyakit TBC paru


Positif menurut waktu tertinggi pada bulan Oktober dan November 2018.
Sedangkan distribusi penyakit TBC paru Positif menurut waktu
terendah yaitu pada Juli 2018 dan Mei 2019. Berdasarkan wawancara
dengan programmer TBC paru di puskesmas Poasia tingginya kasus TBC
paru di bulan Oktober dan November 2018 dikarenakan personal higiene
yang tidak memenuhi syarat PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat),
perilaku penderita yang perokok, dan tingkat pengetahuan yang rendah
terkait penyakit TBC paru .Sedangkan terjadi penurunan kasus di bulan
Mei 2019, hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat tentang penyakit
TBC paru maka mereka segera memeriksakan diri ke pusat pelayanan
kesehatan dan setelah di periksa positif terkena TBC Paru.
2. Berdasarkan data tersebut kelompok umur tertinggi adalah kelompok
umur 20-44 tahun yaitu terdapat 19 penderita (61,29 %). Sedangkan
penderita terendah terdapat pada kelompok umur 60-69 Tahun yaitu
terdapat 1 penderita (3,22 %). Hal ini Karena pada kelompok umur 20-44
merupakan usia produktif. Adapun beberapa hal yang mempengaruhi
meningkatnya penderita pada kelompok umur ini karena :Kebiasaan
merokok, Pekerjaan, Tingkat pendidikan, Status giziKeadaan sosial
ekonomi an Perilaku
3. Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa jumlah penderita tuberkulosis
pada puskesmas Poasia menurut jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki
yaitu terdapat 16 penderita (51,61 %). Sedangkan penderita terendah
adalah perempuan yaitu terdapat 55 penderita (48,38%).

27
5.2 SARAN
1. Bagi puskesmas
Kinerja puskesmas sudah sangat baik, saran kami hanya lebih
meningkatkan lagi kinerjanya agar lebih baik lagi.
2. Bagi masyarakat
Senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan agar terhindar dari penyakit
Tuberkulosis. Maupun penyakit lainnya
3. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa berikutnya yang akan melakukan pendataan di
puskesmas hendaknya lebih mempersiapkan hal-hal apa saja yang
diperlukan untuk melakukan pendataan ke puskesmas, agar data yang
diperlukan dapat lebih lengkap.

28
DAFTAR PUSTAKA

Junawar, sultan. 2017. Profil Puskesmas Poasia Terbaru.


https://id.scribd.com/document/344578597/profil-puskesmas-poasia-terbaru.
Diakses pada tanggal 06 juli 2019.
Tri lrt. 2015. Laporan Surveilans Epidemiologi Penyakit Tuberculosis Di
Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau.
https://www.academia.edu/30534341/laporan_surveilance_epdemiologi-
_penyakit_tuberkulosis_di_puskesmas_wajo_kota_baubau_tahun. Diakses
pada tanggal 06 juli 2019.
Yanti, fitri.2019. Modul epidemiologi penyakit tropis. Program Studi Analis
Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari.

29
LAMPIRAN
A. Proses pengambilan Data dan wawancara dengan Programmer surveilans

B. Foto bersama petugas laboratorium di Puskesmas Poasia setelah


wawancara

30
C. Wawancara dan foto bersama Programmer TB

D. Foto bersama Kelompok 4 di Puskesmas Poasia

31

Anda mungkin juga menyukai