Penyusun
i
PERTANYAAN UNTUK KELOMPOK 4
1. Frininda dari kelompok II ( di jawab oleh muh.ramadhan )
Pada pemeriksaan TBC selama 6 bulan,apakah pengobatan Tb INI harus di
awasi atau tidak? Dan jelaskan mekanismenya
3. Muh.rachman harami jamil dari kelompok III ( di jawab oleh Yolanda aprilia
olelejap)
Bagaimana cara/tindakan dari puskesmas poasia untuk menanggulangi jika
pada salah satu keluarga terkena TB ,bagaimana agar si pasien TB tidak
menularnkan penyakitnya kepada keluargnya?
Jawaban
1. Pertama di lakukan pemeriksaan TB pada suspek penyakit TB,setelah itu
di lakukan pendaftaran beberapa saja TB(+) dan terdapat di wilayah kerja
puskesmas mana saja setelah data lengkap kemudian di lakukan
pemberian obat selama 6 bulan. Hal ini di awasi oleh programmer P2 TB
puskesmas poasia setiap minggunya.
ii
3. Adapun tindakan puskesmas terhadap keluarga yang salah satu anggota
keluarganya (+) yaitu dengan pemberian edukasi terhadap keluarga dan
penderita adapun pembagian edukasi terhadap keluarga yaitu pertama
terkait pengawasan menelan obat (PMO) yaitu agar keluarga penderita
mengonsumsi obatnyasecara teratur. Kedua, hindari kontak langsung
dengan penderita, misalnya menggunakan alat pelindung diri seperti
masker.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
iv
3.2 PENGUMPULAN DATA ...................................................................... 15
LAMPIRAN ............................................................................................................. 30
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti. Untuk kedisiplinan pasien
dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat
yang tinggal serumah, yang setiap saat dapat mengingatkan penderita untuk
minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita
sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis
menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.
Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia. Dibeberapa
negara telah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya, Angka kematian
berkisar dari kurang 5 - 100 kematian per 100.000 penduduk pertahun. Angka
kesakitan dan kematian meningkat menurut umur. Di Amerika Serikat pada tahun
1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per 100.000 penduduk. Di Sumatera
Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita dengan BTA positif. Dari
hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan
tahun 1999/2000 ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita
tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah penduduk. Dengan catatan dari balai
pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545 kasus tuberkulosis
pada setiap tahun.
Berdasarkan hasil pengambilan data di puskesmas Poasia, dalam kurun waktu
1 tahun (Juni 2018-Mei 2019) didapatkan kasus TBC paru BTA Positif sebanyak
31 kasus dengan angaka insidensi sebesar 22,98 per 100.000 penduduk.Jumlah
penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 16 orang (51,61%) dan perempuan
sebanyak 15 orang (48,38%).Dari hasil wawancara dengan programmer TB di
puskesmas Poasia, kasus tuberkolosis banyak terjadi pada rumah tangga yang
personal higienenya tidak memenuhi syarat PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat),
perilaku penderita adalah perokok, dan tingkat pengetahuan tentang penyakit TB
masih rendah.Adapun upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak puskesmas
baik dari segi promotif preventif melalui penyuluhan, maupun kuratif melalui
pemeriksaan dahak dan pemberian obat.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Gambaran Umum Mengenai Penyakit Tuberculosis ?
2. Bagaimana Gambaran Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut Waktu Pada
Puskesmas Poasia ?
3. Bagaimana Gambaran Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut Jenis
Kelamin Pada Puskesmas Poasia ?
4. Bagaimana Gambaran Distribusi Penyakit Tuberkulosis Menurut Umur Pada
Puskesmas Poasia?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Bakteri Mycobacterium Tuberculosa berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan (Basil Tahan Asam),
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Kuman Tuberkulosis cepat
mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup selama
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Di dalam jaringan tubuh
kuman ini dapat Dormant, tertiduur lama selama beberapa tahun. Kuman
dapat disebarkan dari penderita Tuberkulosis Basil Tahan Asam positif (TB
BTA positif) kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak
erat. Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang
penderita Tuberkulosis dapat menularkan penyakit kepada 10 orang di
sekitarnya. Di sebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis),
sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya. (Zulkifli Amin, 2006)
2.2 TANDA DAN GEJALA TUBERKULOSIS
5
Gejala khusus
1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara nafas melemah yang
disertai sesak.
2) Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru),
dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai
tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk
3) saluran dan bermuara pada kulit atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus
otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak),
gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang- kejang.
2.3 CARA PENULARAN
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar
oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si
penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber
infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini
masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi
banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah),
Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh
darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya
organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar
getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru
menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah terjadi
pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan
reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri
6
TBC ini melalui mekanisme alamianya membentuk jaringan parut.
Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti
yang tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo
rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik,
bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada
orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri
ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah
ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber
produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya
memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang
mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.
2.4 EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO prevalens kasus TB diseluruh dunia tahun 2006
ada 14,4 juta (WHO,2008). Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan
kematianya (98%) terjadi dinegara-negara berkembang. Diantara mereka 75%
berada 7 di usia produktif. Karena penduduknya yang padat dan tingginya
prevalensi, 65% dari kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul
terjadi diasia (zulkifli,2007). TB merupakan salah satu masalah kesehatan
penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara
dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China.
Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % dari total jumlah pasien
TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB
baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia
pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih
dari 70% usia produktif (Depkes RI,2007).
2.5 ETIOLOGI
TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat
7
kaitanya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat. Tuberkulosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa,
mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering
disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa (Ikeu,2007). Penyakit ini
ditularkan melalui udara yaitu percikan ludah, bersin dan batuk. Penyakit TB
paru biasanya menyerang paru akan tetapi dapat menyerang organ tubuh lain
(Aditama, 2002). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbetuk
batang dan memiliki sifat kusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
Oleh karena itu disebut pula sebagai bakteri Tahan Asam ( BTA ) (Depkes
RI,2007). Pada tahun 1982 robert Koch mengidentifikasi basil tahan asam
Mycobacterium tuberculosis untuk pertama kali sebagai bakteri penyebab TB
paru (Zulkifli,2007).
2.6 PENGOBATAN
Obat yang digunakan untuk TBC di golongkan atas dua kelompok yaitu
1. Obat Primer: INH (Isoniazid), Rifampisin, Streptomisin, Pirasinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang dapat di
tolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat- obat
ini.
2. Obat Sekunder: Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin, dan Kanamisin.
Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu
menggunakan tiga obat yaitu INH, Rifampisin, dan Pirasinamid pada
bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat
TBC primer ini.(Kapita Selekta, 2000)
2.7 PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit TB dengan cara yaitu : Pola hidup sehat adalah
kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC.
Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk
memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman
TBC tidak akan timbul gejala. Pola hidup sehat adalah dengan mengkonsumsi
makanan yang bergizi, selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup
8
kita, rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak lembab), dll.
Selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.
Metode : Ziehl-nelson
Prinsip Kerja : Basil tuberkulosis akan luntur oleh asam sehingga tetap
merah dari carbol fuchsin
Uraian Umum :
1. Pra Analitik
a. Persiapan Sampel :
Penganbilan sampel dahak penderita dilakukan 2 kali yaitu dahak
sewaktu-pagi(SP), terjadi perubahan dulu kita gunakan dahak sewakt-
pagi -sewaktu (SPS) sekarang tidak lagi digunakan
(S) sewaktu: Kumpulkan spesiemen pertama pada saat penderita
diambil dahaknya dan diberi pot dahak untuk keperluan
pengunmpulan.
(P) Pagi: Penderita mengumpulkan dahak dirumah pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan dibawah kelaboratorium
b. Persiapan pasien
Menjelaskan pada pasien cara pengumpulan dahak sebagai berikut :
Tarik nafas dalam -dalam 2 sampai 3 kali
Batukkan dengan keras dari dalam dada
9
Letakkan pot yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan
keluarkan dahak kedalam pot
Tutup pot dengan rapat dengan cara memutar tutupnya.
c. Persiapan alat dan bahan
Alat :
Lampu Spritus
Rak pewarnaan
Mikroskop
Ose
Objek Glass
Pensil Glass
Bahan :
10
1) Letakkan sediaan diatas rak tabung dengan jarak minimal 1 jari
telunjuk
2) Tuangkan Carbol fuchsin menutupi semua permukaan sediaan
3) Panaskan sediaan dengan sulut api sampai keluar uap (jangan
sampai mendidih), kemudian dinginkan selama 10 meni
4) Buang Carbol fuchsin dari sediaan satu persatu perlahan-lahan
dengan cara dibilas menggunakan air mengalir mulai dari bagian
slide yang bekuan tebal
5) Tuangkan Larutanasam Alkohol pada sediaan, biarkan selama 3
menit, lalu bilas dengan air mengalir sampai bersih (tidak tampak
sisa zat warna merah
6) Tuangkan Larutan Methilen Blue dan biarkan selama 60 detik
7) Buang Larutan Methilen Blue dengan cara bilas dengan Air
mengalir
8) Keringkan sediaan pada rak pengering
9) Periksa sediaan basil tahan Asam (BTA) dibawah mikroskop
dengan pembesaran objektif 100x dengan bantuan oil imersi.
3. Paca Analitik
Basil Tahan asam yang oleh pengecatan berwarna merah, berbentuk
batang dasar warna biru.
Pelaporan hasil :
0 BTA /100 LP : BTA negatif
1-9 BTA/100 LP : Scanty (tulis Jumlah BTA yang ditemukan )
10-99 BTA/ 100 LP : +1 (posistif Satu)
1-10 BTA / 1 LP Periksa min. 50 LP : +2 (positif Dua)
> 10 BTA /LP periksa min. 20 LP : +3 (positif tiga )
11
Teknik mikroskopik tidak tepat
Masalah perwarnaan (BTA pucat, kontras latar belakang kurang jelas
Mikroskop yang kurang baik
Kesalahan menyalin laporan hasil
b) Positif Palsu tinggi (kesalahan Besar )
Artefak (sediaan kotor, endapan atau kristal reagen ) dibaca sebagai
BTA
Kontaminasi BTA dalam Oil imersi dari sediaan positif sebelumnya
kesalahan menyalin laporan
c) Kesalahan Menghitung
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan terlalu singkat kurang dari 100
LP
Tekhnisi tidak mengerti skala pelaporan BTA
Tekhnik pewarnaan yang jelek
Mikroskop yang kurang baik
12
BAB III
ANALISIS SITUASI
13
3.1.2 Jumlah dan distribusi penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poasia pada tahun 2019
sebanyak 30.460 jiwa yang tersebar di 5 wilayah kelurahan.
Tabel.1
Distribusi Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Berdasarkan Kelurahan Tahun 2015
1 Anduonohu 10000
2 Rahandouna 3920
3 Anggoeya 7800
5 Wundumbatu 2325
TOTAL 30.460
14
3.2 PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari buku registrasi Puskesmas poasia.
3.3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang kami peroleh diolah secara manual dan di analisis
menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur,menurut waktu yang
merupakan saat kejadian dan tempat yang menjadi lokasi kejadian dari
penderita Penyakit Tuberkulosis yang ada pada Puskesmas poasia.
15
BAB 1V
SURVEILANS PENYAKIT
16
10 BESAR JENIS PENYAKIT DI PUSKESMAS POASIA
MEI
TAHUN: 2019
17
4.1.3 Analisis Dan Interprestasi Data
data yang telah disusun selanjutnya di analisis dan dilakukan
interprestasi untuk memberikan gamabaran yang jelas tentang kondisi
suatu penyakit yang terjadi didalam masyarakat.
a. Distribusi penyakit menurut waktu
Tabel 1: Tabel kasus tbc paru positif berdasarkan waktu (juni 2018 - mei 2019)
KELURAHAN
NO BULAN ANDUON RAHANDO WUNDUMBAT ANGGO MATABU
OHU UNA U EYA BU
1 Jun-18 1 - 1 - -
2 Jul-18 - - 1 - -
3 Ag-18 2 - - - -
4 Sep-18 2 1 - 1 -
5 Okt-18 - - 2 3 -
6 Nov-18 3 1 - 1 -
7 Des-18 - 2 - - 1
8 Jan-19 1 - 1 -
9 Feb-19. 1 - - 1 -
10 Mar-19 2 - - - -
11 Apr-19 2 - - - -
12 Mei-19 1 - - - -
JUMLA
15 4 5 6 1
H
18
Diagram Garis Penderita TBC Paru Positif Berdasarkan
Waktu dan Peta Wilayah Kerja di Puskesmas Poasia
(Juni 2018-Mei 2019)
8
6
Jumlah Kasus
0
Jun-18 Jul-18 Ag-18 Sep-18 Okt-18 Nov-18 Des-18 Jan-19 Feb-19. Mar-19 Apr-19 Mei-19
Bulan/Tahun
19
b. Distribusi penyakit menurut jenis kelamin
Tabel 2: Tabel kasus tbc paru positif berdasarkan jenis kelamin (juni 2018 - mei
2019)
JENIS KELAMIN
NO BULAN
L P
1 JUN-18 1 1
2 JUL-18 1 -
3 AG-18 - 2
4 SEP-18 1 3
5 OKT-18 3 2
6 NOV-18 4 1
7 DES-18 2 1
8 JAN-19 1 1
9 FEB-19. 1 1
10 MAR-19 1 1
11 APR-19 1 1
12 MEI-19 - 1
TOTAL 16 15
Sumber: data sekunder 2018 s/d 2019
Laki-Laki
48% 52%
Perempuan
20
Berdasarkan data di atas di ketahui bahwa jumlah penderita tuberkulosis
pada puskesmas Poasia menurut jenis kelamin tertinggi adalah laki-laki yaitu
terdapat 16 penderita (51,61 %). Sedangkan penderita terendah adalah perempuan
yaitu terdapat 55 penderita (48,38%).
21
Diagram Batang Penderita Penyakit TBC Paru
Positif Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Poasia
6
(Juni 2018-Mei 2019)
5
4 > 70 Th
Jumlah
3 60-69 Th
2 55-59 Th
1 45-54 Th
0 20-44 Th
15-19 Th
Bulan/Tahun
22
dilakukan.Adapun kelemahan dari pendekatan ini, yaitu tingkat pelaporan dan
Kelengkapan laporan rendah , dikarenakan waktu petugas terbagi dengan
tanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
masing-masing.Maka dari itu, untuk mengatasi masalah tersebut Kamu
membuat pertanyaan Atau quisionernya sesederhana mungkin.
4.3 PELAKSANAKAN SURVEILANS
Dalam pelaksanaan surveians dilakukan oleh petugas surveilans itu sendiri
yang terdiri dari:
4.3.1 Tehnik pengumpulan data
Dalam pengumpalan data, petugas surveilans menggunakan
metode wawancara dan mereview data dimana petugas surveilans dapat
menanyakan langsung kepada penderita terkait identitas (seperti nama, umur,
pekerjaan, tempat tinggal dan penggunaan asuransi), gejala atau keluhan
penyakit yang diderita. Serta petugas surveilans dapat mereview data pasien
terkait penyakit ain yang diderita yang di tunjukan dengan hasil pemeriksaan
laboratorium atau data kunjungan di tempat pelayanan kesehatan.
4.3.2 Instrumen survei
Dalam pengumpulan data, petugas surveilans menggunakan
lembar quisioner, atau lembar ceklis.
4.3.3 Pengolaan dan penyajian data
Dalam pengelolahan data, petugas surveilans melakukan
secara manual dan komputerisasi. Dimana pada awalnya pasien di data secara
manual(melalui buku ) dan setiap 1 minggu data tersebut dikirim melalui W2
atau SMS online lansung di KEMENKES. Kemudian setiap satu bulan
petugas surveilans akan melakukan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
(SKDR) yang merupakan system yang memiliki kemampuan untuk
melakukan deteksi dini terhadap ancaman kejadian luar biasa (KLB) penyakit
menular.
Untuk pengolaan data khusus TB diolah oleh pihak program
TB yang ada di puskemas Poasia.Pengolaan data dilakukan secara manual
(melalui buku) dan disajikan dalam bentuk tabel.
23
4.3.4 Tabulasi Dan Analisis Data
Dalam analisis data, 2 orang petugas surveilans bertanggung
jawab dalam mendata pasien yang datang melakukan pemeriksaan di
laboratorium, pengobatan, hingga pasien sembuh.
4.3.5 Perhitungan Rate Dan Ratio
1. Insidence Rate (IR), yaitu jumlah Kejadian Baru yang terjadi di dalam
suatu populasi pada suatu periode waktu tertentu dibagi jumlah
keseluruhan orang-orang yang terpapar risiko selama periode yang sama.
Diketahui :
1) Jumlah kasus TBC paru Positif baru (Januari 2019-Mei 2019) = 7
kasus
Ditanyakan : IR =...?
Penyelesaian:
IR jumlahKasusTBPositifPeriodewaktutertentu
populasitotal
10.000
7
IR 100.000
30.460
22,98
2. Attack Rate (AR), yaitu suatu rate kejadian kumulatif terhadap suatu
populasi berisiko pada periode waktu tertentu
Diketahui :
24
2) Populasi total dari wilayah kerja puskesmas poasia = 30.460 orang
Ditanya : AR =...?
Penyelesaian :
JumlahPenderitayangditemukan
AR 100.000
JumlahPendudukBerisi ko
10
AR 100.000
30.460
AR 32,83 2
AR 16,41
Diketahui:
1) Jumlah penderita TBC paru positif pada kurun waktu tertentu (Juni
2018-Mei 2019) di puskesmas Poasia adalah 31 kasus.
2) Populasi penduduk dari wilayah kerja puskesmas Poasia = 30.460 orang
Ditanya : PR =...?
Penyelesaian :
25
4.3.6 Program kerja puskesmas
1. Preventif :
Melaksanakan penyuluhan, baik dalam dan luar gedung, tentang
penyakit TBC paru dengan menggunakan media leaflet (lembar
Balik), poster, dan standing banner.Ini dilaksanakan oleh Puskesmas
bersama lintas program, diantaranya Program Promkes, Program
P2M, dan program surveilans.
2. Kuratif :
26
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan data penderita penyakit tuberkulosis pada
puskesmas poasia kecamatan poasia dapat di simpulkan bahwa:
27
5.2 SARAN
1. Bagi puskesmas
Kinerja puskesmas sudah sangat baik, saran kami hanya lebih
meningkatkan lagi kinerjanya agar lebih baik lagi.
2. Bagi masyarakat
Senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan agar terhindar dari penyakit
Tuberkulosis. Maupun penyakit lainnya
3. Bagi Mahasiswa
Untuk mahasiswa berikutnya yang akan melakukan pendataan di
puskesmas hendaknya lebih mempersiapkan hal-hal apa saja yang
diperlukan untuk melakukan pendataan ke puskesmas, agar data yang
diperlukan dapat lebih lengkap.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
A. Proses pengambilan Data dan wawancara dengan Programmer surveilans
30
C. Wawancara dan foto bersama Programmer TB
31