Anda di halaman 1dari 9

GAGAL GINJAL KRONIK

A. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolic

tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin

menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan

gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit, serta asam basa.

Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan

fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, meneybabkan

uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).

Pada derajat awal, PGK belum menimbulkan gejala dan tanda, bahkan hingga laju

filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik namun sudah terjadi

peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Kelainan secara klinis dan laboratorium baru

terlihat dengan jelas pada derajat 3 dan 4. Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%,

keluhan seperti badan lemah, mual, nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan

mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala dan tanda uremia yang nyata saat

laju filtrasi glomelurus kurang dari 30%.

Penyakit ginjal kronik dapat disebabkan oleh:

- Diabetes mellitus

- Hipertensi

- Glomerulonefritis kronis

- Nefritis intersisial kronis

- Penyakit ginjal polikistik


- Obstruksi -infeksi saluran kemih

- Obesitas

- Tidak diketahui

B. DIAGNOSA DAN KLASIFIKASI PENYAKIT

1. Diagnosa Penyakit

Tetapi jika penyakit ginjal kronik dapat dikenali secara dini, maka pengobatan dapat

segera dimulai, dengan demikian komplikasi akibat penyakit ini dapat dicegah. Demikian

pula pengenalan dan pengobatan hipertensi dan Diabetes Melitus secara awal serta

berkesinambungan dapat mencegah penyakit ginjal kronik. Pemeriksaan fungsi ginjal

penting dilakukan untuk mengidentifikasi adanya penyakit ginjal sedini mungkin agar

penatalaksanaan yang efektif dapat diberikan. Untuk mengetahui penurunan fungsi ginjal

sejak dini dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah dan urin.

 Pemeriksaan darah dengan melihat kadar kreatinin, ureum, Laju Filtrasi Glomerulus

(LFG)

 Pemeriksaan urin dengan melihat kadar albumin atau protein

2. Klasifikasi Penyakit

Pengukuran fungsi ginjal terbaik adalah dengan mengukur Laju Filtrasi

Glomerulus (LFG). Melihat  nilai laju filtrasi glomerulus ( LFG ) baik

secara langsung atau melalui  perhitungan berdasarkan nilai

pengukuran kreatinin,  jenis kelamin dan umur seseorang. Pengukuran

LFG tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi hasil estimasinya

dapat dinilai melalui bersihan ginjal dari suatu penanda filtrasi. Salah
satu penanda tersebut yang sering digunakan dalam praktik klinis

adalah kreatinin serum.

Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes (CKD

KDIGO) proposed classification, dapat dibagi menjadi :

Berdasarkan albumin didalam urin (albuminuia), penyakit ginjal kronis

dibagi menjadi :

* berhubungan dengan remaja dan dewasa

** termasuk nephrotic syndrom, dimana biasanya ekskresi albumin >

2200mg/ 24 jam

C. UPAYA PENCEGAHAN

Dilakukan pada populasi sehat dengan perilaku “ CERDIK ” yaitu

C: Cek kesehatan secara berkala,

E: Enyahkan asap rokok,

R: Rajin aktifitas fisik,


D: Diet sehat dengan kalori seimbang,

I: Istirahat yang cukup dan

K: Kelola stress

Tanda dan gejala yang timbul karena penyakit ginjal biasanya

sangat umum (juga tampak pada penyakit lain) seperti :

 Tekanan darah tinggi

 Perubahan jumlah kencing dan berapa kali kencing dalam

sehari

 Adanya darah dalam kencing

 Rasa lemah serta sulit tidur

 Kehilangan nafsu makan

 Sakit kepala

 Tidak dapat berkonsentrasi

 Gatal

 Sesak

 Mual dan muntah

 Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki,bengkak

pada kelopak mata waktu bangun tidur pagi hari

D. PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM KEPERAWATAN

Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki peranan yang sangat penting dalam

epidemiologi, hal ini dapat dilihat dalam penerapan community health nursing (CHN)
atau keperawatan kesehatan masyarakat, yang merupakan ilmu pengetahuan

epidemiologi sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar

untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi.

Metode epidemiologi dapat digunakan sebagai standard kesehatan, disajikan

sebagai alat untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat. Kemudian metode

epidemiologi juga dapat digunakan untuk melakukan monitoring perubahan status

kesehatan masyarakat, evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan.

Perawat menggunakan hasil riset/studi epidemiologi sebagai informasi awal

dalam membuat kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi

masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan,

karena riset epidemiologi dapat memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge)

termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi

terjadinya penyakit. Adapun program yang dapat dilakukan perawat berdasarkan riset

epidemiologi adalah Program utama pencegahan difokuskan pada menjaga jarak

perantara penyakit dari host/tuan rumah yang rentan, pengurangan kelangsungan hidup

agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian hubungan host, agent, dan

lingkungan. Kedua, program mengurangi resiko dan screening, ketiga : strategi mencegah

pada pribadi perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset epidemiologi,

sebagai dasar untuk pengkajian individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi

perencanaan perawatan.

Setelah paparan tinjauan secara umum di atas, secara khusus peran epidemiologi

gagal ginjal kronik bagi keperawatan dapat memberikan gambaran mengenai prevalensi
gagal ginjal kronik baik secara global maupun nasional sebagai acuan dasar pikiran

dalam melirik sebuah permasalah yang perlu dicari solusinya melalui dan berdasarkan

riset.

E. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa

prevalensi penduduk Indonesia yang menderita Gagal Ginjal sebesar 0,2% atau 2 per

1000 penduduk dan prevalensi Batu Ginjal sebesar 0,6% atau 6 per 1000 penduduk.

Prevalensi Penyakit Gagal Ginjal tertinggi ada di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar

0,5%.

Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi gagal Ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih

tinggi dibandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur

prevalensi tertinggi pada kategori usia di atas 75 tahun (0,6%), dimana mulai terjadi

peningkatan pada usia 35 tahun ke atas. Berdasarkan strata pendidikan, prevalensi gagal

Ginjal tertinggi pada masyarakat yang tidak sekolah (0,4%). Sementara Berdasarkan

masyarakat yang tinggal di pedesaan (0,3%) lebih tinggi prevalensinya dibandingkan di

perkotaan (0,2%).

Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2016, sebanyak 98%

penderita gagal Ginjal menjalani terapi Hemodialisis dan 2% menjalani terapi Peritoneal

Dialisis (PD). Penyebab penyakit Ginjal kronis terbesar adalah nefropati diabetik (52%),

hipertensi (24%), kelainan bawaan (6%), asam urat (1%), penyakit lupus (1%) dan lain-

lain.

Jumlah pasien hemodialisis baik pasien baru maupun pasien aktif sejak tahun

2007 sampai 2016 mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan usia, pasien hemodialisis terbanyak adalah kelompok usia 45 64 tahun, baik

pasien baru maupun pasien aktif.

DAFTAR PUSTAKA

Kemkes.2018. diagnosis klasifikasi pencegahan terapi gagal ginjal kronis.


http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/diagnosis-klasifikasi-pencegahan-
terapi-penyakit-ginjal-kronis.html 1 Januari 2020 16.00

Depkes. 2018. Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal dengan CERDIK dan PATUH.
http://www.depkes.go.id/article/view/18030700007/cegah-dan-kendalikan-penyakit-
ginjal-dengan-cerdik-dan-patuh.html 27 Agustus 2019 17.00
TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah : Epidemiologi

Dosen : Sri Syatriani, SKM. M.Kes

MAKALAH EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS

DI SUSUN
NAMA : SHOAHIR

KELAS : F NON REGULER

NIM :21806200
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MAKASSAR
2019

Anda mungkin juga menyukai