I. JUDUL PENELITIAN
BAJI MAKASSAR
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
global dengan prevalens dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis
yang buruk dan biaya yang tinggi [ CITATION Inf17 \l 1057 ] . Meningkatnya
Menurut Global Burden of Disease (2015), sekitar 1,7 juta orang setiap
penyakit ginjal[ CITATION Luy18 \l 1033 ]. Data RISKESDAS tahun 2018, yang
didiagnosis penyakit gagal ginjal kronis menurut provinsi pada tahun 2018
1
2
terdapat di Daerah DKI Jakarta sebesar 38,7% dan terendah terdapat pada
Pra14 \l 1033 ]. Oleh karena itu, dialisis bisa digunakan sebagai pengobatan
ini membatasi pengidap gagal ginjal kronik sehingga dapat berdampak pada
faktor agresif yang memicu stres, isolasi sosial serta keterbatasan pada
kondisi pasien selama hemodialisa salah satunya pengelolaan diet nutrisi. Self
manajemen diri harian dari penyakit mereka. Program manajemen diri adalah
ureum dan kreatinin, kalium, tekanan darah normal dan kulit gatal berkurang.
bahwa jumlah pasien yang menjalani hemodialisa pada tahun 2016 sebanyak
231 pasien meningkat pada tahun 2017 sebanyak 246 pasien meningkat
kembali pada tahun 2018 sebanyak 256 pasien, sedangkan pada bulan Januari
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
2. Manfaat institusi
3. Manfaat praktis
1. Pengertian
ginjal lanjut secara bertahap. Gagal ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah
transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban
dan menunggu beberapa tahun. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap
dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal ginjal kronik merupakan
beberapa tahun. Gagal ginjal kronik adalah sindrom klinis yang umum pada
stadium lanjut dari semua penyakit ginjal kronik yang ditandai oleh
lebih dari 3 bulan. PGK ditandai dengan satu atau lebih tanda kerusakan
2. Anatomi ginjal
Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi
tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga
kesebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
kandung kemih urine terkumpul dan siap untulk tikeluarkan setelah mencapai
Bila sebuah ginjal kita iris memanjang, akan tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula),
3. Etiologi
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu, ada
beberapa penyebab lainnya dari ginjal kronik, yaitu[ CITATION Pra14 \l 1057 ]:
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis pada pasien gagal ginjal kronik dikarenakan
keseimbangan sirkulasi dan fasomotor. Berikut ini adalah tanda dan gejala
1033 ].
9
penurunan kesadaran (somnolen) dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari
a. Kardiovaskuler
b. Respiratory Sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung, dan
sesak napas.
c. Gastrointestinal
lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian sekunder
d. Integumen
10
e. Neurologis
pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks
pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan
metabolik encephalophaty.
f. Endokrin
g. Hematopoitiec
h. Muskuloskeletal
5. Pemeriksaan
11
1033 ]:
a. Biokimiawi
keratinin plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi
b. Urinalisis
c. Ultrasonografi ginjal
mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal ginjal. Pada klien gagal ginjal
biasanya menunjukan adanya obstruksi atau jaringan parut pada ginjal. Selain
6. Penatalaksanaan
dan meningkatkan harapan hidup klien. Oleh karena itu, beberapa hal yang
tambah kering.
Lakukan perawtan oral hygiene melalui sikat gigi denga bulu sikat yang
dan terdapat edema betis ringan. Pengawasan dlakukan melalui berat badan,
pelepasan kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kadar
lengan dan abdomen, dan diarea. Selain itu pemantauan hiperkalemia dengan
ada/tidaknya crackles pada auskultasi paru. Selain itu, status hidrasi bisa
dilihat dari keringat berlebihan pada aksila, lidah yang kering, hipertensi, dan
14
i. Latih klien napas dalam dan batuk efektif untuk mencegah terjadinya
j. Jaga kondisi septic dan aseptic setiap prosedur perawatan (pada perawatan
luka operasi).
harus dipantau secara ketat. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
dapat diatasi dengan membatasi cairan, diet rendah natrium, diuretik, preparat
dialysis.
15
n. Laporkan segera jika ditemui tanda-tanda perikarditis (friction rub dan nyeri
dada).
7. Komplikasi
a. Penyakit tulang
pathologis.
b. Penyakit kardiovaskuler
c. Anemia
d. Disfungsi seksual
16
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita, dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
1. Pengertian
dari peredaran darah manusia sperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
dari peredaran darah manusia sperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeable
sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
2. Peralatan hemodialisa
adalah:
17
a. Dialiser (Dialyzer)
darah. Semua faktor ini menentukan potensi efisiensi dialiser, yang mengacu
1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dalam arus darah
ultrafiltrasi).
Dialisat atau bath adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama
dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air keran
dan bahan kimia disaring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena
bakteri terlalu besar untuk melewati membran dan potensial terjadi infeksi
Bath standar umumnya digunakan pada unit kronis, tetapi dapat dibuat
Pada kedua sistem, suatu alat pembagian proporsi otomatis dan alat pengukur
c. Asesori peralatan
pompa darah, pompa infus untuk pemberian heparin, alat monitor untuk
d. Gagal Jantung
4. Keunggulan hemodialisa
2) Kedua, cairan dibiarkan dalam rongga perut untuk selama periode waktu
c. Ketiga proses diatas dilakukan beberapa kali tergantung kebutuhan dan bisa
dilakukan oleh pasien sendiri secara mandiri setelah dilatih dan tidak perlu ke
rumah sakit.
a. Hipotensi.
b. Kram otot.
d. Sakit kepala.
e. Sakit dada.
f. Gatal-gatal.
h. Kejang
6. Prosedur hemodialisa
ke sistem sirkulasi dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula
atau tandur arteriovenosa (AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua
20
fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang dipasang baik pada vena
Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh
dalamnya sebagai darah yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan
tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah yang mengalir
dari penderita dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem
pada keadaan ini dan dibiarkan menetes, dibantu pompa darah. Infus heparin
pertukaran cairan dan zat sisa. Darah yang meninggalkan dialiser melewati
detector udara dan foam yang mengklem dan menghentikan pompa darah bila
terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap obat-obat yang akan
21
Rud13 \l 1033 ].
atau selang post dialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialisis
Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib digunakan oleh perawat
1. Pengertian
1033 ].
ada empat tahap untuk menerapkan teknik self management ini, yaitu:
a. Tahap monitor atau observasi diri, pada tahap ini subjek atau siswa dengan
b. Mengatur lingkungan, pada tahap ini lingkungan perlu diatur, sehingga dapat
c. Tahap evaluasi diri, pada tahap ini subjek membandingkan apa yang tercatat
pengukuhan apa yang perlu segera dihadirkan atau perilaku mana yang segera
dihapus dan bahkan hukuman diri sendiri apa yang harus segera diterapkan.
Melalui teknik self management dengan empat tahap itulah agresifitas remaja
diharapkan berubah.
sebaya, dan tim medis yang dapat memberikan arahan yang dapat
a. Edukasi
merubaha gaya hidup. Harapan dari edukasi ini adalah agar pasien dapat lebih
penyakit mereka sehingga mereka dapat merasakan kualitas hidup yang lebih
baik.
25
c. Kebudayaan
d. Dukungan keluarga
yang sehat meliputi komunikasi yang baik, perilaku saling mendukung seperti
mengenai efek negatif terhadap individu dalam mengurus diri mereka. Pasien
menjadi tidak tertarik dan tidak ingin membuat keputusan untuk mampu
menyelesaikan pengobatan.
D. Penelitian Terkait
Tabel 1
Sintesa Hasil Penelitian Sebelumnya
Populasi dan
Judul penelitian Jenis Hasil
sampel
Purba, Deskriptif Populasi dalam Hasil penelitian
Emaliyawati, & kuantitatif penelitian ini menunjukkan self
Sriati [CITATION adalah semua efficacy pada pasien
Pur183 \n \l 1033 ] pasien dengan dengan gagal ginjal
gagal ginjal kronik kronis dengan
dengan hemodialisis tinggi
hemodialisis (54,7%) dan perilaku
dengan jumlah self management
sampel melibatkan berada dalam kategori
75 pasien. baik (53,3%).
Wijayanti, Analitik Populasi pada Hasil penelitian
Dinarwiyata, & dengan penelitian ini menunjukkan self
Tumini [CITATION pendekatan adalah 60 pasien care management
Wij172 \n \l 1033 ] cross hemodialisis yang pasien penyakit ginjal
sectional terjadwal perhari, kronik yang menjalani
yang berobat di hemodialisa di RSUD
poli hemodialisa Dr. Soetomo Surabaya
RSUD Dr.Soetomo sebagian besar
Surabaya dengan (53,8%) telah
jumlah sampel mencapai kategori
sebanyak 52 orang. sedang.
Jasitasari & Bahri Deskriptif Populasi adalah Hasil penelitian
[CITATION Jas \n \l eksploratif semua pasien menunjukkan bahwa
1033 ] hemodialisa di Unit perilaku mengontrol
Dialisis Rumah cairan di Rumah Sakit
Sakit Umum Umum Daerah dr.
27
V. KERANGKA KONSEP
Keterangan :
Kriteria Objektif :
A. Jenis Penelitian
1. Lokasi
Baji Makassar.
2. Waktu
Desember 2019.
1. Populasi
2. Sampel
[ CITATION Don15 \l 1057 ] . Sampel dalam penelitian ini adalah pasien chronic
Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
D. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti dari subjek
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
2. Instrumen
management terdiri 6 (enam) item pertanyaan yang terbagi atas 1 (satu) item
agak yakin, 3 = yakin, dan 4= sangat yakin. Dimensi self care confidence
tidak yakin, 2= agak yakin, 3= yakin, dan 4= sangat yakin. Hasil skor
3. Prosedur penelitian
dahulu buku register RSUD Labuang Baji Makassar. Setelah data terkumpul,
E. Pengolahan Data
1. Editing
melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau tenyata masih
ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan
untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor
4. Tabulasi
F. Analisis Data
Soe \t \l 1057 ].
G. Penyajian Data
H. Etika Penelitian
permohonan ijin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Ketua
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan.
Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 7 (1), 42-50.
Astuti, P., Herawati, T., & Kariasa, I. M. (2018). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Self Management pada Pasien Hemodialisis di
Kota Bekasi. Healthcare Nursing Journal, Vol 1 No 1, 1-12.
Barbosa, J., Moura, E., Lira, C., & Marinho, P. (2017). Quality of Life and
Duration of Hemodialysis in Patients with Chronic Kidney Disease
(CKD): A Cross-Sectional Study. Fisioter. Mov. Curitiba, Vol. 30, No. 4,
781-788.
Costa, G., Pinheiro, M., Medeiros, S., Costa, R., & Cossi, M. (2016). Quality of
Life of Patients With Chronic Kidney Disease Undergoing Hemodialysis.
Enfermeria Global Nº 43, 87-99.
Dinkes Sulsel. (2015). Profil Kesehatan Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2014. Makassar: Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan.
Gerasimoula, K., Lefothea, L., Maria, L., Victoria, A., Paraskevi, T., & Maria, P.
(2015). Quality of Life in Hemodialysis Patients. Mater Sociomed.
Volume 27 (5), 305-309.
Haryono, R. (2018). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Havas, K., Bonner, A., & Douglas, C. (2016). Self-Management Support for
People with Chronic Kidney Disease: Patient Perspectives. Journal of
Renal Care 42 (1), 7-14.
Hermawati. (2016). Pengaruh Self Management Dietary Counseling (SMDC)
Terhadap Kemampuan Self Care dan Status Nutrisi pada Pasien
Hemodialisa. Tesis Program Magister Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Hermawati, Hidayati, T., & Chayati, N. (2016). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Self Care Diet Nutrisi Pasien Hemodialisa di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. GASTER Vol. XIV No. 2, 38-49.
Hidayati, W. (2013). Metode Perawatan Pasien Gangguan Sistem Perkemihan
(Aplikasi Konsep Orem "Self Care Deficit" dan Studi Kasus). Jakarta:
Kencana.
Infodatin. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta Selatan: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Luyckx, V. A., Tonelli, M., & Stanifer, J. W. (2018). The Global Burden of
Kidney Disease and The Sustainable Development Goals. Bulletin of the
World Health Organization, Volume 96, Number 6, 414-422D.
Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Pawenrusi, E. P., Syatriani, S., Efendi, S., & Bustan, M. N. (2017). Pedoman
Penulisan Skripsi. Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar.
Peñarrieta, M. I., Barrios, F. F., Gómez, T. G., Martínez, S. P., Gonzalez, E. R., &
Valle, L. Q. (2015). Self-Management and Family Support in Chronic
Diseases. Journal of Nursing Education and Practice, Vol. 5, No. 11, 73-
80.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Purba, A. K., Emaliyawati, E., & Sriati, A. (2018). Self-Management and Self-
Effcacy in Hemodialysis Patients. Journal of Nursing Care, Volume 1
Issue 2, 129-139.
Rendy, M. C., & Margareth. (2017). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sa’diyah, H., Chotim, M., & Triningtyas, D. A. (2016). Penerapan Teknik Self
Management untuk Mereduksi Agresifitas Remaja. Jurnal Ilmiah
Counsellia, Volume 6 No. 2, 67-78.
Salmiati, & Astuti, N. (2018). Penerapan Teknik Self Management Dalam
Mengurangi Tingkat Perilaku Agresif Siswa. Jurnal Konseling Andi
Matappa, Volume 2 Nomor 1, 67-71.
Setiawan, D., & Prasetyo, H. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Vassalotti, J. A., Centor, R., Turner, B. J., Greer, R. C., Choi, M., & Sequist, T. D.
(2016). Practical Approach to Detection and Management of Chronic
Kidney Disease for the Primary Care Clinician. The American Journal of
Medicine, Vol 129, No 2, 153-162.
Wijaya, A., & Putri, Y. (2013). KMB 2: Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijayanti, D., Dinarwiyata, & Tumini. (2017). Self Care Management Pasien
Hemodialisa Ditinjau dari Dukungan Keluarga di RSUD Dr.Soetomo
Surabaya. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 6 No. 1, 109-117.