Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Difteri adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Corynebacterium

diphtheria, suatu bakteri Gram positif fakultatif anaerob. Penyakit ini ditandai

dengan sakit tenggorokan, demam, malaise dan pada pemeriksaan ditemukan

pseudomembran pada tonsil, faring, dan / atau rongga hidung.

Difteri adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung atau

droplet dari penderita. Pemeriksaan khas menunjukkan pseudomembran

tampak kotor dan berwarna putih keabuan yang dapat menyebabkan

penyumbatan karena peradangan tonsil dan meluas ke struktur yang

berdekatan sehingga dapat menyebabkan bull neck. Membran mudah

berdarah apabila dilakukan pengangkatan. (Edi Hartoyo, 2018)

Kuman C.diphtheria sendiri berbiak dan berkolonisasidi saluran nafas

atas, tidak menyebar, namundapat menimbulkan sumbatan jalan nafas atas,

hingga kematian.

Gejala klinis difteri bervariasi dariringan hingga berat, dan tergantung

padaorgan yang terkena. Difteri pada rongga mulut (tonsil-faring-laring)

merupakan bentukan paling sering (> 90%). Gejalanya seringkali tidak khas:

diawali nyeri telan, demam ringan,tidur ngorok, pembesaran kelenjar getah

bening leher dengan atau tanpa bullneck, stridor hingga tanda-tanda sumbatan

jalan nafas atas. Pemeriksaan fisik yang teliti dengan melihat rongga mulut
2

penderita adalah hal mutlakdalam mendiagnosis difteri, terutama

difteritonsil/faring (Buescher, 2007).

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sampai dengan

November 2017, ada 95 Kab/kota dari 20 provinsi melaporkan kasus Difteri.

Sementara padakurun waktu Oktober November 2017 ada 11 provinsi yang

melaporkan terjadinya KLB Difteri di wilayah kabupaten/kota-nya, yaitu 1)

Sumatera Barat, 2) JawaTengah, 3) Aceh, 4) Sumatera Selatan, 5) Sulawesi

Selatan, 6) Kalimantan Timur, 7) Riau, 8) Banten, 9) DKI Jakarta, 10) Jawa

Barat, dan 11) Jawa Timur.Dalam menyikapi terjadinya peningkatan kasus

Difteri, masyarakat dianjurkan untuk memeriksa status imunisasi putra-

putrinya untuk mengetahui apakah statusimunisasinya sudah lengkap sesuai

jadwal.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan difteri

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala difteri pada anak

3. Untuk mengetahui cara pencegahan

C. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud difteri?


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Definisi Difteri

Difteri adalah penyakit saluran nafasatas akut sangat menular yang

disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae (C.diphtheria).

Kuman ini menghasilkan toksin yang menyebar sistemik dan

menyebabkan kerusakan pada epitel saluran nafas, jantung, ginjal, saraf

otak dan saraf tepi. Kuman C.diphtheria sendiri berbiak dan

berkolonisasidi saluran nafas atas, tidak menyebar, namun dapat

menimbulkan sumbatan jalan nafas atas, hingga kematian. Gejala klinis

difteri bervariasi dariringan hingga berat, dan tergantung pada organ

yang terkena. Difteri pada rongga mulut (tonsil-faring-laring) merupakan

bentukan paling sering (> 90%). Gejalanya seringkali tidak khas: diawali

nyeri telan, demam ringan, tidur ngorok, pembesaran kelenjar getah

beningleher dengan atau tanpa bullneck, stridor hingga tanda-tanda

sumbatan jalan nafas atas. Pemeriksaan fisik yang teliti dengan melihat

rongga mulut penderita adalah hal mutlak dalam mendiagnosis difteri,

terutama difteritonsil/faring (Buescher, 2007).

2. Etiologi

Difteri disebabkan oleh Corynebacterium diphteria, bakteri gram

positif yang bersifat polimorf, tidak bergerak dan membentuk spora,

aerobic dan dapat memproduksi eksotoksin (Sudoyo Aru, dkk 2009)


4

3. Jenis-Jenis Difteri

Berikut ini adalah beberapa jenis difteri menurut lokasinya.

a. Difteri saluran napas

Fokus infeksi primer yang sering, yaitu pada tonsil atau pharynx

kemudian hidung dan larynx. Infeksi dari nares anterior lebih sering

terjadi pada bayi, menyebabkan sekret serosanguinis, purulen, dan

rhinitis erosiva dengan pembentukan membran.

b. Difteri hidung

Difteria hidung pada awalnya menyerupai common cold dengan

gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan. Sekret

hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian

mukopurulen, menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas.

c. Difteri tonsil dan faring

Gejala difteria tonsil-faring adalah anoreksia, malaise, demam

ringan, dan nyeri menelan. Dalam 1-2 hari kemudian timbul

membran yang mudah perdarah, melekat, berwarna putih-kelabu

dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan

palatum molle atau ke bawah ke laring dan trakea. Dapat terjadi

limfadenitis servikalis dan submandibular, bila limfadenitis terjadi

bersamaan dengan edema jaringan lunak leher yang luas timbul

bullneck.
5

d. Difteri laring

Difteria laring biasanya merupakan perluasan difteria faring.

Pada difteria laring gejala toksik kurang jika dibandingkan difteri

faring karena mukosa laring mempunyai daya serap toksin yang

rendah dibandingkan mukosa faring sehingga gejala obstruksi saluran

nafas atas lebih mencolok.

e. Difteri kulit

Difteria kulit merupakan infeksi nonprogresif yang ditandai

dengan ulkus superfisial, ektima, indolent dengan membran coklat

kelabu di atasnya, sulit dibedakan dengan impetigo akibat

Stapyllococcus/ Streptococcus dan biasanya bersamaan dengan

infeksi kulit ini.

f. Difteri pada tempat lain

C.diphteriae dapat menyebabkan infeksi mukokutaneus pada

tempat lain, seperti di telinga (otitis eksterna), mata (purulen dan

ulseratif konjungtivitis) dan traktus genitalis (purulen dan ulseratif

vulvovaginitis).

4. Tingkat Keparahan Penyakit Difteri

Tergantung pada berbagai faktor, manifestasi penyakit ini bisa

bervariasi dari tanpa gejala sampai keadaan berat dan fatal. Sebagai

faktor primer adalah imunitas pejamu, virulensi serta toksigenitas C.

diphteriae (kemampuan kuman membentuk toksin) dan lokasi penyakit

secara anatomis. Difteria mempunyai masa tunas 2-6 hari.


6

Menurut Sudoyo Aru, dkk 2009 tingkat keparahannya dibagi

menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Infeksi ringan, apabila pseudomembrane hanya terdapat pada

mukosa hidung dengan gejala hanya pilek dan nyeri waktu menelan

b. Infeksi sedang, apabila pseudomembrane telah menyerang sampai

faring dan laring sehingga keadaan pasien terlihat lesu dan agak

sesak

c. Infeksi berat, apabila terjadi sumbatan nafas yang berat dan adanya

gejala-gejala yang ditimbulkan oleh oksotoksin seperti miokarditis,

paralisis dan nefritis.

5. Manifestasi Klinis

Difteri terjadi tergatung kepada :

a. Lokasi infeksi

b. Imunisasi penderitanya

c. Ada/tidaknya toksin yang beredar dalam sirkulasi darah

Secara sehari-hari periksa hidung dan tenggorokan anak, terlihat

warna keabuan pada selaputnya, yang sulit dilepaskan. Kahati-hatian

sanagat diperlukan untuk pemeriksaan tenggorokan karena dapat

mencetuskan obstruksi total saluran napas. Pada anak adengan difteri

faring terlihat jelas bengkak pada leher (bull neck).

Keluhan-keluhan :

1. Demam yang tidak tinggi sekitar 38 derajat

2. Kerongkongan sakit dan suara parau


7

3. Perasaan tidak enak, mual, muntah, dan lesu

4. Sakit kepala

5. Rinorea, berlendir kadang-kadang bercampur darah.

6. Diagnosis

Diagnosis Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan pemeriksaan

klinis dan laboratorium. Ditemukan kuman difteria dengan pewarnaan

Gram secara langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat

adalah dengan identifikasi secara flourescent antibody technique, tetapi

untuk ini diperlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C.

diphteriae dengan pembiakan pada media Loeffler atau dengan media baru

Amies dan Stewart dilanjutkan dengan tes toksinogenitas secara in vivo

(marmut) dan in vitro (tes Elek). Beberapa definisi yang dipakai untuk

memudahkan dilapangan: Kasus suspek difteri adalah orang dengan gejala

laryngitis, nasofaringitis atau tonsillitis ditambah pseudomembran putih

keabuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah di faring, laring,

tonsil. Kasus probable difteri adalah suspek difteri ditambah salah satu

dari:

a) Pernah kontak dengan kasus (<2minggu),

b) Berasal dari daerah endemis difteri,

c) Stridor, bullneck, perdarahan submukosa atau ptekie pada kulit

d) Gagal jantung, gagal ginjal akut, miokarditis dan kelumpuhan

motorik 1 s/d 6 minggu setelah awitan,


8

e) Kematian. Kasus konfirmasi difteri adalah kasus probable yang hasil

isolasi ternyata positif C.difteriae toksigenik (dari usap hidung,

tenggorok, ulkus kulit, jaringan, konjungtiva, telinga, vagina) atau

serum antitoksin meningkat 4 kali lipat a tau lebih (hanya bila kedua

sampel serum diperoleh sebelum pemberian toksoid difteri atau

antitoksin).7 Sementara kasus karier adalah orang yang tidak

menunjukan gejala klinis, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium

menunjukan positif C. diphtariae.

7. Cara Pencegahan

a. Vaksin DPT

b. Biasakan hidup bersih dan selalu menjaga kebersihan

lingkungan

c. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan yang

mengandung nutrisi seimbang, berolahraga dan cukup istrahat

serta mengurangi stress.

d. Mengetahui gejala dan bahaya yang disebabkan difteri

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian

 Identitas : dapat terjadi pada semua golongan umur tapi sering

dijumpai pada anak (usia 1-10 tahun)


9

 Keluhan utama : biasanya klien dating dengan keluhan kesulitan

bernafas pada waktu tidur, nyeri pada waktu makan, dan

bengkak pada tenggerokan /leher.

 Riwayat kontak dengan keluarga perlu dikaji.

 Pemeriksaan fisik

 Pada difteri tonsil-terdapat malise, suhu tubuh >

38,9˚C, terdapat pscudomembran pada tonsil dan

dinding faring, serta bullnek.

 Pada difteri laring terdapat stidor, suara parau dan

batuk kering, sementara pada obstruksi laring

yang besar terdapat retraksi supra stema, sub

costal, dan supra clavikular.

 Pada difteri hidung terdapat pilek ringan, secret

hidung yang serosauinus sampai mukopuruen dan

membrane putih pada septum nasi.

 Pemeriksaan laboratorium

Untuk menentukan diagnosis pasti diperlukan sedian

langsung dengan kultur dan pemeriksaan toksigenitas.

2. Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi

jalan nafas.

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan dengan penurunan intake makanan.


10

 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengatuhi sumber

informasi

 Hiperttermi berhubungan dengan proses penyakit.

Diagnosa
No Tujuan Intervensi
keperawatan
1 Bersihkan jalan NOC NIC
nafas tidak efektif Setelah diberikan 1. Berikan pasien
berhubungan askep selama posisi semi atau
dengan obstruksi 3×24 jam fowler.
jalan nafas. diharapkan 2. Ajarkan cara
bersihan jalan batuk efektif
nafas pasien 3. Catat
efektif dengan kemampuan
criteria hasil: untuk
1. Orang tua mengeluarkan
klien secret, catat
mengatakan karakter ,
sesak jumlah sputum ,
anaknya ada atau tidak
berkurang. hemoptisis.
2. Tidak ada 4. Kaji fungsi
retraksi dada pernafasan
3. RR : 15- klien, (bunyi
30×/menit nafas,
4. Penurunan kecepatan, dan
produksi irama nafas
sputum pasien.)
5. Tidak 5. Kolaborasi
sianosis dengan dokte
11

6. Batuk pemberian obat


efektif. bronkodilator
dan mukolitik.
6. Bersihkan
secret dari
saluran
pernafasan
dengan suction
bila perlu.
2 Ketidaksimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Setelah diberikan 1. Berikan kalori
kebutuhan tubuh askep selama sesuai kebutuhan
berhubungan 3×24 jam nutrisi.
dengan penurunan diharapkan 2. Kaji BB klien.
intake makanan. kebutuhan nutrisi 3. Monitor turgor
pasien terpenuhi kulit.
dengan criteria 4. Monitor kalori
hasil : dan intake
1. Adanya nutrisi.
peningkatan 5. Monitor nafsu
berat badan makan klien.
sesuai tujuan. 6. Monitor
2. Nafsu makan pertumbuhan dan
pasien perkembangan.
meningkat. 7. Kolaborasi
3. Berat badan dengan ahli gizi
ideal sesuai untuk
tinggi badan. menentukan
4. Tidak terjadi jumlah kalori
penurunan dan nutrisi yang
berat badan diperlukan klien.
12

yang berat.
5. Mampu
mengidentifik
asi kebutuhan
nutrisi.
6. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
pemberian
makanan yang
tepat.
7. Turgor kulit
elastic
3 Kurang NOC NIC
pengetahuan Setelh diberikan 1. Jelaskan kepada
berhubungan askep 1×60 menit klien dan keluarga
dengan tidak diharapkan klien tentang gejala,
mengetahui sumber dan keluarganya pengobatan,
dapat memahami proses penyakit,
tentang cara penanganan
penyakitnya tentang penyakit
dengan criteria yang dialami
hasil : klien.
1. Pasien dan 2. Sediakan sumber
keluaraga informasi yang
menyatakan tepat tentang
paham tentang kondisi pasien.
penyakit yang 3. Instruksikan
di pasien mengenai
deritanya,kond tanda dan gejala
isi prognosis, yang terjadi untuk
13

dan program dilaporkan pada


pengobatan. perawat.
2. Pasien dank
lien klien
mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan
dengan benar.
3. Pasien dank
lien mampu
menjelaskan
kembali apa
yang telah
dijelaskan
oleh perawat
atau tim
kesehatan
yang lainya
4 Hipetermi NOC NIC
berhubungan Setelah diberikan 1. Monitor suhu
dengan proses askep 2×24 jam pasien
penyakit diharapkan suhu 2. Monitor warna
badan klien ada kulit pasien
dalam rentang 3. Monitor WBC ,
normal dengan dan Hb pasien
criteria hasil : 4. Kompres pasien
1. Suhu badan pada lipat paha
pasien dalam dan aksila
rentang 5. Kolaborasi
normal yaitu pemberian
14

36-38˚C antibiotic sesuai


2. Badan pasien indikasi dokter.
sudah tidak
hangat lagi
3. Warna kulit
pasien normal,
yaitu tidak
kemerahan.

PATHWAY
Corynebacterium Diphteria

Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminas

Bakteri masuk lewat saluran pernafasan atau saluran pernafasan

Menempel di saluran pernafasan atas

Setelah inkubasi selama 2-3 jam

Corynebacterium Diphteria mengeluarkan toksin (eksotoksin)

Toksin ini diabsorbsi oleh membrane sel

Kuman mengeluarkan enzum penghancur NAD


(Nicotinamide Adenine Dinucleotide)

Sintesa Protein Terputus

Nekrosis Sel dan Jaringan


15

Terjadi pembentukan eksudat

Produksi toksin meningkat sehingga infeksi meluas

Terjadi pembentukan eksudat fibrin, perlengkapan dan membentuk membrane


berwarna abu-abu sampai kehitaman

DIFTERI Paparan Informasi


Kurang

Hipotalamus Inflamasi
KURANG
PENGETAHUAN
PG Naik Peningkatan secret di paru-paru

BERSIHAN JALAN NAFAS


Suhu Naik HIPETERMI Obstruksi TIDAK EFEKTIF

Metabolisme Meningkat Sesak Nafas ANSIETAS

Pemecahan KH, Protein, Sianosis


Lemak, & adanya
Penekanan pada saraf pusat POLA NAFAS TIDAK
EFEKTIF
Lapar di otak

Nafsu makan menurun

Asupan Kurang

BB Turun

KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH
16

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus  : Anak L usia 6 tahun di bawa ke rumah sakit karena sesak nafas dan

demam. Dari pemeriksaan fisik anak L, di diagnosa difteri laring dan

faring. Kemudian dari hasil EKG didapatkan tachicardi. Anak L rewel

dan tidak mau makan, sehingga di pasang NGT dan juga terpasang nasal

kanul dengan 3 Ipm.

A. Anamnesa             :

- Sesak Nafas

- Demam/Hipertermi

-  Takikardi

-  Disfagia/sakit menelan

- Tidak nafsu makan

B. Identitas pasien     :

Nama                           : An.

Usia                             : 6 Tahun

Jenis Kelamin              : Laki-laki

C. Riwayat Kesehatan Klien

1. Keluhan Utama     :

Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya sesak nafas dan

demam.

2. Riwayat Penyakit Sekarang          :


17

Anak L demam, sesak nafas dan tidak mau makan. Sehingga anak L

dipasang NGT dan juga terpasang nasal kanul. Dari hasil EKG

didapat takikardi.

3. Riwayat penyakit masa lalu          : -

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

1.  Riwayat penyakit keluarga           : -

E. Pemeriksaan Fisik :

1. B1 / Breathing (Respiratory System) :

RR tak efektif (Sesak nafas) . RR : 33X/menit

2. B2 / Blood (Cardiovascular system) :

Tachicardi

3. B3 / Brain (Nervous system) :

Normal

4. B4 / Bladder (Genitourinary system) :

Normal/ berkemih atau tidak ada  masalah

5. B5 / Bowel (Gastrointestinal System) :

Anorexia, nyeri menelan, kekurangan nutrisi

6. B6 / Bone (Bone-Muscle-Integument) :

Lemah pada lengan, turgor kulit pucat, terkadang tampak sianosis


18

F. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Data Subjektif : Obstruksi jalan napas akibat Ketidakefektifan pola

          Keluarga klien mengatakan pembengkakan/edema laring napas

klien sesak napas

Data Objektif :

          Klien tampak sesak

          Terdapat penumpukan

sputum/sekret saat dilakukan

pemeriksaan

          Klien tampak menggunakan

otot bantu pernafasan

2 Data Subjektif : Peradangan pada faring Gangguan menelan

          Klien mengatakan terasa

sakit saat menelan

          Klien mengatakan tidak

nafsu makan karena sakit saat

menelan

Data Objektif :

          Klien tampak kesulitan

menelan

          Klien tampak kesakitan saat

menelan

          Hipertermi
19

3 Data Subjektif : Perubahan volume sekuncup, Penurunan curah

          (-) Perubahan kontraktilitas jantung

Data Objektif jantung

          Pada hasil permeriksaan

EKG didapatkan hasil

Takikardi

4 Data Subjektif : Proses Inflamasi Hipertermi

          Keluarga klien mengatakan

suhu tubuh nya meningkat

Data Objektif :

          Saat dilakukan pemeriksaan

fisik suhu tubuh klien di atas

normal

          Kulit terasa hangat

          RR cepat

5 Data Subjektif : Kurang pengetahuan, Ansietas

          Keluarga klien mengatakan Kesulitan menelan

cemas akan kondisi klien

          Keluarga klien mengatakan

takut/cemas saat dilakukan

tindakan pemasangan NGT

Data Objektif :

          Keluarga klien tampak


20

cemas

          Klien  tampak ketakutan

saat dilakukan tindakan

          Klien tampak gelisah

          Klien tampak susah tidur

          Klien meringis kesakitan

6 Data Subjektif : Ketidakmampuan menelan Resiko

          Keluarga klien mengatakan makanan, gangguan menelan ketidakseimbangan

klien rewel tidak mau makan nutrisi kurang dari

          Klien mengatakan sakit saat kebutuhan tubuh

menelan

Data Objektif :

          Klien tampak rewel saat di

beri makan

          Klien tampak gelisah

          Klien tampak kesakitan saat

menelan

7 Data Subjektif : Proses Penyakit/Inflamasi Resiko Infeksi

          Klien mengatakan sakit

pada bagian tenggorokan

          Klien mengatakan sakit saat

menelan

Data Objektif
21

          Suhu tubuh meningkat/

Hipertermi

          RR cepat

G. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Obstruksi jalan nafas

akibat pembengkakan/edema laring

2. Gangguan menelan berhubungan dengan Peradangan pada faring

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan volume

sekuncup, Perubahan kontraktilitas jantung

4. Hipertermi berhubungan dengan Proses Inflamasi

5. Ansietas berhubungan dengan Kurang pengetahuan, Kesulitan

menelan

6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan, gangguan

menelan

7. Resiko Infeksi berhubungan dengan Proses Penyakit/Inflamasi

H. Intervensi Keperawatan

1. Dx : Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Obstruksi jalan

nafas akibat pembengkakan/edema laring

Tujuan       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24

jam, sesak klien berkurang sampai hilang dengan Kriteria Hasil :

- Sesak berkurang sampai hilang

- Mampu bernafas tetap pada batas normal


22

- Tidak terjadi obstruksi jalan nafas

Intervensi Keperawatan    :

1) Ajarkan klien posisi nyaman/fowler/semi fowler

Rasional          : Posisi Fowler/Semi Fowler mempermudah klien

untuk bernapas dan untuk memaksimalkam ventilasi

2) Monitor status oksigen klien

Rasional          : Untuk mengetahui kebutuhan oksigen klien

3) Pemasangan mayo

Rasional          : Untuk membuka jalan nafas klien

4) Lakukan fisioterapi dada

Rasional          : Mencegah penumpukan sekret, Membantu

membersihkan sekret, Klien dapat bernapas dengan bebas dan

tubuh mendapatkan oksigen yang cukup.

5) Ajarkan batuk efektif

Rasional          : Membantu mengeluarkan sekret

6) Kolaborasi       : Berikan terapi oksigen dengan indikasi (nasal

kanul 3 lpm)

Rasional          : Untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh klien

7) Kolaborasi       : Terapi nebulizer jika perlu

Rasional          : Dapat mengencerkan dahak sehingga dahak mudah

dikeluarkan.

2. Dx : Gangguan menelan berhubungan dengan Peradangan pada faring


23

Tujuan       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam, nyeri

pada saat menelan/gangguan menelan klien berkurang sampai hilang

dengan Kriteria Hasil :

- Mampu menelan adekuat

- Nyeri berkurang sampai hilang

- Suhu tubuh menurun

Intervensi Keperawatan    :

1) Pantau tingkat kemampuan menelan klien

Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan menelan/

gangguan menelan pada klien

2) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan lembut

Rasional : Mencegah terjadinya keparahan pada daerah yang

terjadi peradangan

3) Anjurkan klien untuk beristirahat

Rasional : Mempertahankan kondisi kesehatan klien

4) Tinggikan bagian kepala 30 – 40 derajat saat makan

Rasional : Memudahkan saat menelan makanan, mengurangi

nyeri .

5) Kolaborasi : Pemberian anti nyeri , Antibiotik

Rasional : Mengurangi/ mengilangkan nyeri pada saat

menelan

3. Dx : Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan volume

sekuncup, Perubahan kontraktilitas jantung


24

Tujuan       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan 1 X

24 jam, tanda tanda vital dalam rentang normal dengan Kriteria

Hasil        :

- TTV normal (TD, Nadi, RR)

- Dapat mentoleransi aktivitas

- Tidak ada penurunan kesadaran

Intervensi Keperawatan    :

1) Monitor TTV klien

Rasional : Mengetahui perubahan tanda-tanda vital klien

apakah ada penurunan kesadaran atau tidak

2) Evaluasi adanya nyeri dada (Intensitas, lokasi, durasi)

Rasional : Untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan

jika terdapat adanya nyeri dada

3) Monitor balance cairan

Rasional : Mengetahui kebutuhan cairan klien

4) Ajarkan terapi rileksasi nafas dalam

Rasional : Agar mampu mengontrol nyeri

5)  Kolaborasi : Pemeriksaan EKG

Rasional : Mengatahui sistem kelistrikan di jantung apakah

ada gangguan atau tidak

4. Dx : Hipertermi berhubungan dengan Proses Inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24

jam, suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria Hasil          :


25

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal

- Tidak ada sakit kepala

- Tidak ada perubahan warna kulit

-  Tidak terjadi dehidrasi

Intervensi Keperawatan    :

1) Monitor suhu sesering mungkin

Rasional : Untuk engetahui status suhu badan klien

2) Monitor tekanan darah, nadi, dan RR

Rasional : Observasi tanda-tanda vital klien untuk

mengetahui perkembangan dari keadan klien apakah terjadi

perubahan yang signifikan atau tidak.

3) Monitor penurunan tingkat kesadaran

Rasional :  Jika terjadi pernurunan kesadaran akan cepat

dilakukan tindakan selanjutnya

4) Kompres hangat

Rasional : Untuk melebarkan pembuluh darah dan

memperlancar peredaran darah

5) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Rasional : Cairan dan nutrisi yang cukup dapat membantu

mengembalikan/ mempertahankan kondisi kesehatan klien.

6) Kolaborasi : Pemberian cairan intravena, Pemberian obat

penurun panas, Pemberian obat anti-inflamasi


26

Rasional : Untuk mempertahankan kondisi klien agar tidak

terjadi penurunan kesadaran

5.  Dx : Ansietas berhubungan dengan Kurang pengetahuan, Kesulitan

menelan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24

jam, cemas berkurang sampai hilang dengan Kriteria Hasil         :

- Klien mampu mengungkapkan kecemasannya

- Klien mampu menunjukan teknik untuk mengontrol cemas

- TTV dalam batas normal

- Ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan

berkurangnya cemas

Intervensi Keperawatan    :

1) Berikan pendekatan dan komunikasi terapeutik yang

menenangkan

Rasional : Membina hubungan saling percarya

2) Jelaskan prosedur tindakan dan apa yang akan dirasakan selama

tindakan

Rasional : Memberi  informasi tentang prosedur yang akan di

lakukan dapat mengurangi cemas klien

3) Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi

takut

Rasional : Membuat pasien merasa lebih percarya, memberi

rasa aman dan mendengar ketakutan klien


27

4) Ajarkan klien menggunakan teknik rileksasi

Rasional : Teknik relaksasi digunakan supaya llien mampu

mengontrol ketakutan/cemas yang dirasakan

6. Dx : Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Ketidakmampuan menelan makanan, gangguan

menelan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24

jam, tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan dengan

Kriteria Hasil:

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang signifikan

- Nutrisi klien tercukupi

- Berat badan tetap ideal sesuai dengan tinggi badan

- Klien mau makan

Intervensi Keperawatan    :

1) Berikan klien makanan yang lunak, sedikit tapi sering

Rasional : Memepertahankan kebutuhan asupan nutrisi klien,

makanan lembut dapat lebih mudah dicerna untuk mengurangi rasa

sakit saat menelan.

2) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Rasional : Informasi yang diberikan dapat memacu klien

untuk tetap makan agar nutrisi nya tetap terpenuhi

3) Monitor adanya penurunan berat badan


28

Rasional : Untuk mengetahui apakah terjadi penuruan berat

badan yang berarti

4)  Kolaborasi : Pemasangan NGT, cairan Intra Vena

Rasional : Untuk mempermudah pemasungan cairan dan

nutrisi pada klien

5) Kolaborasi : Pemberian analgetik dan antibiotik

Rasional : Meminimalisir nyeri, mencegah infeksi

7. Resiko Infeksi berhubungan dengan Proses Penyakit/Inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24

jam, tidak ada menunjukan Infeksi yang berat dengan Kriteria Hasil :

- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

- Jumlah leukosit dalam batas  normal

Intervensi Keperawatan    :

1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomnial

2) Anjurakan keluarga untuk mencuci tangan saat berkunjung

Rasional : Mencegah terjadinya penularan kuman dan bakteri

dari luar .

3) Pertahankan kebersihan selang NGT

Rasional : Mempertahankan selang tetap dalam keadaan

bersih mengurangi berkembang nya kuman,virus.

4) Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi


29

Rasional : Mengetahui jika terjadi tanda dan gejala infeksi,

agar cepat dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi yang

lebih berat

5) Kolaborasi pemberian antibiotik

Rasional : Mencegah terjadinya Infeksi


30

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri

penghasil racun Corynebacterium diphtheria, dan lebih sering

menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran

pernafasan, terutama laring, tonsil dan faring. Tetapi tidak jarang

juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakan saraf.

Pada serangan difteri beratakan ditemukan psudomembran, yaitu

lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri

dan bahan lainnya, didekat tonsil dan bagian faring yang lain.

Membrane ini tidak mudah robek dan berwarna keabu-abuan. Jika

membrane ini dilepaskan secara paksa maka lapisan lender

dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab

penyempitan saluran udara secara tiba-tiba bisa terlepas dan

menyumbat saluran udara sehingga anak mengalami kesulitan

bernafas.

Berdasarkan gejala dan ditemukannya membran inilah diagnosis

ditegakkan. Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir

difaring. Sedangkan untuk kelainan jantung yang terjadi akibat

penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri

dapat melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita,


31

melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan

sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.

Tetapi sejak diperkenalkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus),

penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan

pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar

tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak

mendapatkan vaksin akan lebih rentan terhadap penyakit yang

menyerang saluran pernafasan ini.

B. Saran

Karena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka

disarankan untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin

DPT yang merupakan wajib pada anak, tetapi kekebalan yang

diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang

dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10

tahun sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian

mengobati carier difteri.

Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum

es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan

dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan

terasa sakit. Juga menjaga kebersihan badan, pakaian, dan

lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang


32

buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang

dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 4 sehat 5 sempurna.

Sedangkan untuk perawat, penderita dengan difteri harus diberikan

isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan

langsung menunjukkan tidak terdapat lagi C.diphtheria 2x berturut-

turut. Gunakan prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak

langsung dengan anak (APD)


33

Daftar Pustaka

Amin Nurarif, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA Jilid 1.Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Hartoyo, Edi. 2018. “Difteri Pada Anak” dalam Sari Pediatri, Vol.19 No. 5.
Banjarmasi: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas
Lambungmangkurat.
Dwiyanti Puspitasari, dkk.2011. “Gambaran Klinis Penderita Difteri Anak Di
RSUD Dr.Soetomo. Surabaya : Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD
Dr.Soetomo Surabaya.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2017, 03 Desember). Imunisasi
Efektif Cegah Difteri. Dikutip 17 April 2019 dari www.depkes.go.id
Riadi, Slamet (2012, 09 Desember). Makalah Difteri Pada Anak. Dikutip 17 April
2019 dari https://www.scribd.com/doc/125354784/makalah-difteri-pada-
anak
Martini, Garfield (xxxx). Lp Difteri. Dikutip 19 April 2019 dari
https://www.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai