Anda di halaman 1dari 17

DIFTERI

Anggota Kelompok 1

o Tasya Reilan Cendra Tandiampang


o Novi Yulianti Nuraerni
o Syavira
o Ricky Muhammad Munawar
o Nissa
Pokok Bahasan

 Pengertian Difteri
 Etiologi Difteri
 Patofisiologi Difteri
 Epidemiologi Difteri
 Penanganan Difteri
Pengertian Difteri

Difteri adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium


diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan,
serta dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk
infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
Penyebaran dan penyebaran difteri sendiri bisa melalui partikel di udara,
benda pribadi, peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, serta menyentuh
luka yang terinfeksi kuman difteri.
Etiologi Difteri

Etiologi penyakit difteri adalah infeksi bakteri gram positif,


Corynobacterium diphtheria. C. diphtheria adalah bakteri basilus, nonmotil,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Terdapat strain yang patogenik dan tidak
patogenik. Kuman difteri dapat menular melalui droplet respiratorik seperti
dari batuk atau bersin atau kontak langsung dengan sekret respiratorik, dari
lesi kulit yang terinfeksi, dan dari barang-barang yang sudah terkontaminasi
oleh bakteri difteri. C. Basil difteria mempunyai sifat membentuk
pseudomembran yang sukar diangkat,mudah berdarah,dan berwarna putih
keabu-abuan,Mengeluarkan eksotoksin yang sangat ganas dan dapat
meracuni jaringan.
Tanda dan Gejala
■ Tenggorokan dilapisi selaput tebal berwarna abu-abu
■ Radang tenggorokan dan serak
■ Pembengkakan kelenjar pada leher
■ Masalah pernapasan dan saat menelan
■ Cairan pada hidung, ngiler
■ Demam dan menggigil
■ Batuk yang keras
■ Perasaan tidak nyaman
■ Perubahan pada penglihatan
■ Bicara yang melantur
Patofisiologi Difteri

Corynebacterium diphteriae masuk ke saluran pernapasan


menempel pada lapisan superficial lesi kuklit atau mukosa
pernapasan membentuk pseudomembran dan melepaskan
eksotoksin polipeptida 62-KD kuat dan menginduksi reaksi
radang lokal kelenjar getah bening membengkak dan
mengandung toksin.Terjadi nekrosis jaringan lokal infeksi saluran
pernapasan
Manifestasi klinis Umum

Membentuk
tonsil pada
lokasi yang
Radan
terkena g lokal.
difteri

Demam
kurang dari
38,9C
Manifestasi klinis

1. Difteri hidung
Sesuai namanya, difteri hidung menginfeksi organ hidung dengan gejala pilek
ringan dan adanya lendir ingus yang bewarna. Terdapat membran putih di selaput
dalam hidung.
2. Difteri faring
Gejala difteri yang menyerang organ faring, antara lain demam ringan,
lemas, dan nyeri menelan. Setelah dua hari terinfeksi kuman bakteri, muncul
selaput bewarna putih/kelabu yang menutup amandel dan faring.
3. Difteri laring
Jika sudah menderita difteri faring dan tidak segera ditangani, maka akan
berlanjut kepada difteri laring. Gejala yang muncul antara lain suara serak,
batuk kering, gangguan pernapasan dan kematian mendadak.
4. Difteri kulit
Difteri kulit jarang terjadi dengan gejala adanya luka di area kulit dan
terdapat selaput bewarna putih atau kelabu di atas lukanya.
5. Difteri mata
Difteri mata mempunyai gejala mata memerah, bengkak, dan adanya selaput
bewarna putih pada area mata.
Epidemiologi Difteri
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tetapi paling sering menyerang
anak-anak yang belum di imunisasi.Penderita difteri umumnya anak-
anak,usia di bawah 15 tahun. Penyakit ini juga di jumpai pada daerah
penduduk dengan tingkat sanitasi rendah, oleh karena itu menjaga kesehatan
dan kebersihan lingkungan sangatlah penting.lingkungan buruk merupakan
sumber permulaan penyakit.sejak di perkenalkan vaksin DPT
(Dyphtheria,Pertusis, dan Tetanus) penyakit difteri mulai jarang di
jumpai.vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut.
Penanganan
 Pencegahan
A. Isolasi penderita
Penderita difteria harus di isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan
sedia langsung menunjukan tidak terdapat lagi corynebacteriumdiphtheriaere
B. Imunisasi
Pencegahan dilakaukan dengan memberikan imunisasi DPT (Difteria,Pertusis,dan
Tetanus) pada bayi dan vaksin DT (Dikteria,Tetanus)Pada anak-anak usia Sekolah
Dasar
C. Pencarian dan Kemudian pengobatan karier difteria
 Pengobatan umum dan khusus meliputi:
Pengobatan Umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok
negatif 2 kali berturut-turut.Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3
minggu.Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu. Khusus pada
difteria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara
dengan menggunakan humidifier
Pengobatan Khusus
o Antitoksin : Anti Diptheriar Serum (ADS)
Antitoksin harus diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria.
o Antibiotik
Antibiotik diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin, melainkan
untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin. Pengobatan
untuk difteria digunakan eritromisin , Penisilin, kristal aqueous pensilin
G, atau Penisilin prokain. 
o Kortikosteroid
Dianjurkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai
gejala.

Anda mungkin juga menyukai