Disusun Oleh :
Kelompok 3
Latifah
Amalia Octaviani
Wafa Nur’azizah
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1.5 Metode
BAB II PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Pertusis
2.2.1 Pengertian Pertusis
Pertusis adalah batuk rejan yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Bordetella pertussis. Gejala pertusis biasanya dimulai dengan pilek, hidung
beringus, rasa lelah dan adakalanya demam parah.
Pertusis adalah penyakit yang biasanya menyebar di tempat padat
penduduk dan biasanya dapat berupa epidemik pada anak. Epidemik adalah
kondisi penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat melebihi keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu.
2.2.2 Epidemiologi
epidemiologi mengenai kasus pertusis dan kontak dekat diperoleh
dari dokumen sampel dan laporan laboratorium tahunan sebagai bagian
dari surveilans berbasis kasus pertusis di Indonesia dari tahun 2016 hingga
2020. Semua sampel dikumpulkan dari pasien dengan diagnosis klinis
pertusis dan kontak dekat. disampaikan kepada Laboratorium Riset
Penyakit Menular Prof. Dr. Sri Oemijati, Jakarta, Indonesia, sebagai
Laboratorium Rujukan Nasional Pertusis. Berdasarkan pedoman WHO,
kasus klinis atau kasus suspek didefinisikan sebagai seseorang dengan
batuk yang berlangsung selama ≥ 2 minggu, atau dengan durasi berapa pun
pada bayi atau orang lain dalam situasi wabah, tanpa diagnosis yang lebih
mungkin dan dengan setidaknya salah satu dari gejala-gejala paroxysms
(pas) batuk, rejan inspirasi, muntah post-tussive.
2.2.3 Gejala Penyakit Pertusis
Gejala batuk rejan berbeda, dan tergantung stadium atau fase yang
dialami. Berdasarkan stadiumnya, pertusis dibagi menjadi stadium kataral,
paroksismal, dan konvalesen.
Fase tersebut biasanya berlangsung selama tiga bulan. Karena itu, orang
Indonesia sering menyebutnya sebagai batuk 100 hari.
Tanda dan gejala batuk rejan (pertusis)
Gejala batuk rejan atau pertusis bisa berbeda-beda, sesuai dengan stadium
yang dialami oleh pasien. Berikut penjelasannya:
a. Gejala stadium 1 (stadium kataral)
-Pilek
-Demam, tapi suhu badan tidak tinggi
-Batuk ringan yang jarang, namun semakin lama bisa semakin berat dan
lebih sering
b. Gejala stadium 2 (stadium paroksismal)
-Batuk yang sering dan cepat. Batuk disertai dengan bunyi 'whoop' di tiap
akhir batuk. Inilah alasan pertusis disebut whooping cough.
Serangan batuk paroksismal ini biasanya terjadi pada malam hari, dengan
rata-rata 15 kali serangan tiap 24 jam. Frekuensi batuk akan meningkat
dalam 1-2 minggu pertama dan menetap selama 2-3 minggu. Setelah itu,
frekuensi batuk perlahan-lahan akan berkurang.
Selain frekuensi batuk yang sering, stadium paroksismal juga bisa memicu
sianosis (kulit dan bibir menjadi biru), muntah, dan rasa lelah yang
berlebihan.
c. Gejala stadium 3 (stadium konvalesen)
-Gejala pertusis akan membaik
-Batuk paroksismal mulai berkurang dalam 2-3 minggu setelah stadium 2
2.2.4 Penyebab Pertusis
Batuk pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Bakteri ini
dapat masuk kemudian menempel pada dinding-dinding saluran
pernapasan. Bordetella pertussis yang menempel di dinding saluran
pernapasan setelahnya melepaskan racun yang dapat merusak dan
menyebabkan pembengkakan pada jalur keluar masuknya udara.
Bakteri penyebab pertusis sangat mudah menular. Saat pengidap pertusis
batuk atau bersin, cairan saluran pernapasan dapat keluar ke udara. Cairan
ini membawa bakteri Bordetella pertussis dan berisiko terhirup oleh orang
di sekitar. Penularan bahkan bisa terjadi bahkan sebelum pengidap batuk
rejan menunjukkan gejala hingga 2 minggu setelah batuk mulai muncul.