Anda di halaman 1dari 18

Penyakit melalui Kontak langsung

Penyakit menular seringkali menyebar melalui kontak langsung. Jenis kontak langsung antara lain sebagai
berikut.

1. Kontak orang ke orang

Penyakit menular umumnya ditularkan melalui kontak langsung dari orang ke orang. Penularan terjadi
ketika penderita penyakit menular menyentuh atau bertukar cairan tubuh dengan orang lain. Hal ini bisa
terjadi sebelum mereka menyadari penyakitnya. Penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi saluran
cerna dapat ditularkan melalui cara ini.

Orang hamil juga dapat menularkan penyakit menular ke janinnya melalui plasenta. Beberapa PMS,
termasuk gonore , dapat ditularkan dari orang tua kehamilan ke bayinya saat melahirkan.

2. Penyebaran tetesan

Percikan droplet saat batuk dan bersin dapat menyebarkan penyakit menular. Anda bahkan dapat
menulari orang lain melalui tetesan yang tercipta saat Anda berbicara. Karena tetesan jatuh ke tanah
dalam jarak beberapa kaki, jenis penularan ini memerlukan jarak yang dekat.

Beberpa penyeakit menular langsung, antara lain :

1.Difteri
Difteri adalah penyakit menular yang dapat disebarkan melalui batuk, bersin, atau luka terbuka.
Gejalanya termasuk sakit tenggorokan dan masalah pernapasan. Penyebab utama difteri adalah infeksi
bakteri Corynebacterium diphteriae, yang menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta
dapat memengaruhi kulit.

Penyakit ini dapat menyerang orang-orang dari segala usia dan berisiko menimbulkan infeksi serius yang
berpotensi mengancam jiwa. Pengobatannya meliputi antibiotik dan antitoksin untuk mematikan bakteri.
Salah satu langkah pencegahan difteri yang paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri.

a.Penyebab Difteri

Difteri disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphteriae. Infeksi ini dapat menular melalui
partikel di udara, benda pribadi, peralatan rumah tangga yang terkontaminasi, serta menyentuh luka yang
terinfeksi kuman difteri.Selain penularan difteri juga bisa terjadi melalui air liur seseorang. Bahkan jika
orang yang terinfeksi tidak menunjukkan tanda atau gejala difteri, mereka masih dapat menularkan
bakteri hingga enam minggu setelah infeksi awal.

Bakteri paling sering menginfeksi bagian hidung dan tenggorokan. Setelah menginfeksi, bakteri
melepaskan zat berbahaya yang disebut racun yang kemudian menyebar melalui aliran darah dan
menyebabkan lapisan abu-abu tebal.
Lapisan ini umumnya terbentuk di area hidung, tenggorokan, lidah dan saluran udara. Dalam beberapa
kasus, racun ini juga dapat merusak organ lain, termasuk jantung, otak, dan ginjal, sehingga berpotensi
menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa.

b.Faktor Risiko Difteri

Risiko penularan difteri meningkat pada orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi. Faktor lain
yang dapat meningkatkan risiko penularan, yaitu:

Berkunjung ke daerah dengan cakupan imunisasi difteri yang rendah.Sistem kekebalan tubuh yang lemah,
seperti penderita HIV/AIDS Gaya hidup yang tidak sehat.Lingkungan dengan kebersihan dan sanitasi
yang buruk.Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang tua di atas usia 60 tahun.Tinggal di pemukiman
padat penduduk.Bepergian ke daerah yang tinggi kasus penyakit ini.Gejala Difteri

Umumnya gejala penyakit difteri akan muncul 2–5 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri
Corynebacterium diphteriae. Setelah itu, bakteri menyebar ke aliran darah dan menimbulkan gejala di
bawah ini:

a Terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi amandel dan tenggorokan.

b Demam dan menggigil.

c Nyeri tenggorokan dan suara serak.

d Sulit bernapas atau napas yang cepat.

e Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.

f Lemas dan lelah.

g Pilek yang awalnya cair, tetapi dapat sampai bercampur darah.

h Batuk yang keras.

i Rasa tidak nyaman.

j Gangguan penglihatan.

k Bicara melantur.

l Tanda-tanda syok, seperti kulit yang pucat dan dingin, berkeringat, dan jantung berdebar cepat.

Pada beberapa orang, penyakit ini bersifat ringan atau tidak ada tanda dan gejala yang jelas sama sekali.
Dalam kasus seperti ini, mereka tetap tidak menyadari penyakitnya dan masih bisa menularkannya ke
orang lain.

c.Pengobatan Difteri

Difteri adalah salah satu penyakit yang berpeluang fatal sehingga perlu diobati sesegera mungkin dan
secara agresif. Pertama-tama, dokter perlu memastikan jalan napas tidak terhalang atau tersumbat.
Dalam beberapa kasus, dokter perlu memasang tabung pernapasan di tenggorokan untuk menjaga jalan
napas tetap terbuka sampai peradangan pada jalan napas berkurang.

Setelah itu, dokter akan berfokus untuk membasmi bakteri penyebab difteri dengan memberikan
perawatan berikut.

Antibiotik. Pemberian antibiotik, seperti penisilin atau eritromisin dapat membantu membunuh bakteri
dan membersihkan infeksi. Antibiotik juga dapat mencegah penularan dari pengidap difteri ke orang lain.

Antitoksin. Dokter juga akan memberikan obat untuk menetralkan racun difteri dalam tubuh (antitoksin).
Obat ini diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau otot. Sebelum memberikan antitoksin, dokter
perlu melakukan tes alergi kulit untuk memastikan orang yang terinfeksi tidak memiliki alergi terhadap
antitoksin. Jika seseorang memiliki alergi, kemungkinan besar dokter tidak akan memberikan antitoksin
dan mencari pengobatan alternatif lain.

Anak-anak dan orang dewasa yang mengidap difteri sering kali perlu dirawat di rumah sakit dan disolasi
di unit perawatan intensif. Ini karena, difteri dapat menyebar dengan mudah kepada siapa saja yang tidak
divaksinasi penyakit tersebut.

d.Pencegahan Difteri

Satu-satunya pencegahan difteri yang paling efektif adalah mendapatkan vaksinasi difteri. Di Indonesia,
vaksin difteri adalah salah satu vaksinasi yang wajib diberikan untuk balita. Vaksinasi difteri umumnya
dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Nah, vaksin ini lebih dikenal sebagai
imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis).

Imunisasi DPT diberikan sebanyak lima kali saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan
usia 4–6 tahun. Setelah ini, anak-anak perlu mendapatkan booster yang diberikan lewat imunisasi Td atau
Tdap untuk anak usia di atas 7 tahun dan harus diulang setiap 10 tahun sekali, termasuk untuk orang
dewasa.Selain mendapatkan vaksin, kebersihan lingkungan pun perlu diperhatikan, terutama pada
pemukiman padat penduduk dan sanitasi yang kurang bersih.

2 Pertusis
Batuk rejan atau pertusis disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi paru-paru dan saluran pernapasan.
Bordetella pertussis adalah jenis bakteri yang menjadi penyebab utama batuk rejan. Gejala khas dari
batuk rejan adalah batuk keras yang tidak terkendali sampai pengidapnya kesulitan bernapas.

Setelah batuk sembuh, pengidap pertusis sering kali perlu menarik napas dalam-dalam yang
menghasilkan suara “rejan”. Penyakit ini sangat menular dan lebih rentan menyerang anak-anak. Jika
menyerang anak-anak dan lansia, batuk rejan dapat berakibat fatal, terutama pada bayi yang belum cukup
umur untuk mendapatkan vaksin pertusis.

a.Pengertian Batuk Rejan

Batuk rejan atau pertusis disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi paru-paru dan saluran pernapasan.
Bordetella pertussis adalah jenis bakteri yang menjadi penyebab utama batuk rejan. Gejala khas dari
batuk rejan adalah batuk keras yang tidak terkendali sampai pengidapnya kesulitan bernapas.
Setelah batuk sembuh, pengidap pertusis sering kali perlu menarik napas dalam-dalam yang
menghasilkan suara “rejan”. Penyakit ini sangat menular dan lebih rentan menyerang anak-anak. Jika
menyerang anak-anak dan lansia, batuk rejan dapat berakibat fatal, terutama pada bayi yang belum cukup
umur untuk mendapatkan vaksin pertusis.

b.Faktor Risiko Batuk Rejan

Pemberian vaksin DPT adalah satu-satunya cara untuk menurunkan risiko batuk rejan. Seseorang yang
tidak mendapatkannya lebih berisiko terinfeksi bakteri Bordetella pertussis. Kelompok individu berikut
ini lebih rentan terserang batuk rejan karena belum cukup umur untuk mendapatkan vaksin atau mengidap
kondisi tertentu:

a Ibu hamil saat trimester terakhir kehamilan.

b Bayi baru lahir.

c Bayi yang berusia di bawah 1 tahun dan belum mendapatkan vaksinasi DPT secara lengkap.

d Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

e Orang yang mengidap penyakit kronis seperti asma atau gagal jantung.

f Anak-anak berusia di bawah 10 tahun yang belum divaksin DPT.

c.Penyebab Batuk Rejan

Penyebab batuk rejan adalah infeksi bakteri Bordetella pertussis yang bisa menyebar melalui udara.
Mulanya, bakteri ini menyerang dinding trakea dan bronkus (percabangan trakea yang menuju ke paru-
paru kanan dan kiri). Kemudian saluran udara membengkak sebagai hasil reaksi dari infeksi bakteri.
Alhasil, pembengkakan saluran udara membuat pengidap harus menarik napas dengan kuat melalui mulut
karena kesulitan bernapas. Hasil tarikan napas yang kuat inilah yang memunculkan bunyi dengkingan
yang panjang.Saat bakteri menginfeksi dinding saluran udara, maka tubuh akan memproduksi lendir
kental. Inilah mengapa tubuh akan merangsang pengidap untuk mengeluarkan lendir kental tersebut
dengan cara batuk.

d.Gejala Batuk Rejan

Umumnya, gejala batuk rejan dapat muncul antara 7 hingga 21 hari setelah bakteri bordetella pertussis
masuk ke dalam saluran pernapasan. Gejala batuk rejan dapat terbagi menjadi tiga tahapan terutama pada
bayi dan anak-anak, yaitu:

1. Tahap Pertama

Pada tahap awal ini, gejala yang muncul masih termasuk ringan, seperti bersin-bersin, hidung berair dan
tersumbat, mata berair, radang tenggorokan, batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung
hingga dua minggu, dan di tahap inilah, pengidap batuk rejan berisiko menularkannya ke orang-orang di
sekelilingnya.
2. Tahap Kedua

Tahap ini ditandai dengan meredanya semua gejala-gejala flu, tetapi batuk justru bertambah parah dan tak
terkontrol. Pengidap kemudian akan batuk keras terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat
mulut. Setelah serangan batuk, bayi dan anak-anak yang mengalami batuk rejan bisa mengalami muntah
serta tubuh mengalami kelelahan. Kondisi ini bisa berlangsung sekitar 2-4 minggu atau lebih.

3. Tahap Ketiga

Nah, di tahap inilah tubuh mulai membaik, tetapi gejala batuk rejan tetap ada bahkan bisa batuk lebih
keras. Tahap pemulihan ini bisa bertahan hingga dua bulan atau lebih tergantung dari pengobatan. Berikut
beberapa kondisi yang harus segera ditangani oleh dokter:

1 Bayi berusia 0-6 bulan yang terlihat sangat tidak sehat.

2 Pengidap mulai mengalami kesulitan untuk bernapas.

3 Pengidap mengalami komplikasi serius, seperti kejang atau pneumonia.

4 Pengidap mengeluarkan bunyi saat menarik napas.

5 Pengidap muntah akibat batuk rejan yang parah.

6 Tubuh menjadi memerah atau membiru.

e.Pencegahan Batuk Rejan

Cara terbaik untuk mencegah batuk rejan adalah dengan mendapatkan vaksinasi pertusis. Biasanya vaksin
ini diberikan bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, polio (vaksin DPT) dan Hib. Ibu hamil juga perlu
mendapatkan vaksinasi pertusis untuk mencegah infeksi pertusis pada bayi di minggu-minggu awal usai
kelahiran. Vaksinasi pertusis akan ditawarkan pada semua wanita hamil saat usia kehamilan mencapai 28-
38 minggu.

3.Polio
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menular. Paparan virus ini memicu cedera
saraf yang berisiko menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, hingga kematian.

Meskipun penyakit ini sangat rentan dialami oleh anak-anak, bukan berarti orang dewasa tidak berisiko
terpapar penyakit polio. Melakukan pencegahan yang tepat menjadi tindakan yang efektif untuk
menghindari paparan virus penyebab polio.

a.Penyebab Polio

Penyakit ini disebabkan oleh virus polio. Biasanya, penularan terjadi melalui kontak langsung atau
mengonsumsi air dan makanan yang telah terkontaminasi dengan feses yang mengandung virus polio.
Meskipun tidak memiliki gejala, tetapi pengidap polio tetap bisa menularkan virus polio kepada orang
lain.
b.Gejala dari polio tipe non-paralisis:

1 Demam.

2 Nyeri menelan.

3 Nyeri kepala.

4 Muntah.

5 Lemas.

6 Meningitis.

c.Gejala dari polio tipe paralisis:

Gejala awal yang muncul dapat menyerupai polio tipe non-paralisis namun setelah satu minggu, gejala
lainnya akan mengikuti.

1 Kehilangan refleks.

2 Nyeri otot dan kram otot yang parah.

3:Kaki menjadi terkulai.

4 Paralisis yang terjadi tiba-tiba, hal ini dapat bersifat temporer maupun permanen.

5 Kelainan ekstremitas bawah, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.

d.Pengobatan Polio

Saat ini belum ada obat yang bisa mengobati penyakit polio. Namun, penyakit ini bisa diatasi dengan
melakukan beberapa perawatan yang sesuai dengan anjuran dokter, seperti:

1 Melakukan bed rest.

2 Memberikan obat untuk mengurangi rasa nyeri.

3 Obat antispasmodic untuk membuat otot menjadi rileks.

4 Antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih.

5 Mesin yang membantu pernapasan.

6 Fisioterapi.

e.Pencegahan Polio

Pencegahan dari penyakit polio ini adalah dengan vaksinasi. Vaksinasi polio sendiri sudah ditemukan
sejak tahun 1957 dan menjadi salah satu upaya pencegahan yang paling efektif. Vaksinasi diberikan
sebanyak 3x dan ditambah dengan 1x booster. Vaksinasi perlu diberikan pada anak di usia 2 bulan, 4
bulan, 6-18 bulan dan booster-nya di antara usia 4-6 tahun.

4.Yellow fever(Demam kuning)


Demam kuning atau yellow fever adalah penyakit serius yang berpotensi mematikan yang dapat menular
pada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Kuning dalam nama penyakit ini mengarah pada
gejala yang akan dialami oleh pengidap yaitu penyakit kuning.

Penyakit ini paling banyak ditemukan di negara tropis seperti Afrika, serta Amerika Tengah dan Selatan.
Demam kuning tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah dengan mendapatkan vaksin demam kuning.

a.Penyebab Demam Kuning

Demam kuning disebabkan oleh virus yang berasal dari genus Flavivirus. Virus ini ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk jenis Aedes Aegypti yang terinfeksi. Manusia juga dapat terinfeksi virus ini jika
t.ertular melalui kontak darah seperti dari jarum yang sudah terkontaminasi darah pengidap.

b.Gejala Demam Kuning

Gejala dari demam kuning terbagi menjadi tiga fase, yaitu:

1. Fase Inkubasi

Fase ini berlangsung selama 1-3 hari setelah terinfeksi virus. Pada fase ini, tubuh belum menunjukkan
tanda atau gejala.

2. Fase Akut

Fase ini berlangsung selama 3-4 hari atau pada hari ketiga dan keempat setelah terinfeksi. Gejala akan
dirasakan timbul dan menghilang. Ada beberapa keluhan kesehatan yang kerap dialami oleh pengidap
demam kuning di fase akut, seperti:

1 Demam.

2 Pusing.

3 Mata, wajah, atau lidah kemerahan.

4 Nyeri kepala.

5 Silau terhadap cahaya.

6 Nafsu makan menurun.

8 Nyeri otot.

9 Mual dan muntah.


3. Fase Toksik

Fase ini dialami ketika gejala demam kuning kembali dirasakan oleh pengidap tetapi dengan tingkat
keparahan yang lebih serius. Gejala yang dialami dapat berupa:

a Kulit dan sklera (bagian putih mata) menguning.

b Denyut jantung melambat.

c Nyeri perut.

d Muntah yang terkadang disertai darah.

e Mimisan, gusi berdarah, dan perdarahan dari mata.

f Penurunan jumlah urine dan gagal ginjal.

g Gagal hati.

h Penurunan fungsi otak, meliputi delirium, kejang, hingga koma.

c.Pencegahan

Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah demam kuning:

1.Vaksinasi terutama bagi yang ingin bepergian ke daerah yang berisiko, seperti Afrika, Amerika Latin,
dan Kepulauan Karibia. Vaksinasi ini sebaiknya dilakukan paling tidak 3-4 minggu sebelum
keberangkatan.

2.Gunakan baju lengan panjang dan celana panjang.

3.Hindari banyak beraktivitas di luar ruangan, terutama pada sore hari hingga subuh.

4.Lengkapi jendela dengan kawat nyamuk.

5.Gunakan pendingin ruangan.

6.Gunakan kelambu saat tidur.

7.Gunakan krim anti nyamuk. Jika ingin menggunakan krim anti nyamuk terhadap bayi dan anak-anak,
gunakan produk yang memang diperuntukkan untuk bayi dan anak-anak.

8.Gunakan bahan alami, seperti minyak kayu putih, untuk memberi perlindungan terhadap gigitan
nyamuk.

5.penyakit Meningitis
a.Pengertian Meningitis

Meningitis adalah penyakit yang terjadi karena ada peradangan atau inflamasi pada selaput otak yang
bernama meningen. Selaput ini merupakan lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang
belakang. Kondisi ini seringkali sulit untuk dikenali karena gejala yang muncul pada awal penyakit
terjadinya cenderung menyerupai flu, demam, atau sakit kepala.

Umumnya, penyebab utama meningitis adalah virus, jamur, dan bakteri. Namun, ada pula penyebab
lainnya, seperti reaksi imunologi, penyakit sistematik, hingga lupus. Kondisi yang menyebabkan sistem
imun melemah juga bisa menjadi penyebab terjadinya penyakit ini.

b.Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Meningitis

Penyebab penyakit meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Sementara, untuk kondisi
meningitis purulenta, paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus
influenzae. Lalu, penyebab utama penyakit meningitis serosa adalah mycobacterium tuberculosis dan
virus. Pneumococcus menjadi salah satu penyebab meningitis terparah dari semua jenis bakteri yang
menjadi penyebab penyakit ini.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini adalah lingkungan dengan kebersihan yang buruk
dan padat serta terjadi kontak atau hidup serumah dengan pengidap infeksi saluran pernapasan. Risiko
penularan meningitis Meningococcus akan meningkat pada lingkungan yang padat, seperti asrama atau
perkemahan. Faktor usia juga bisa meningkatkan risiko penyakit. Meningitis virus lebih sering terjadi
pada anak berusia di bawah 5 tahun, semenatara meningitis bakteri rentan menyerang orang di bawa usia
20 tahun

c.Gejala Penyakit Meningitis

Penyakit meningitis umumnya menimbulkan beragam gejala, seperti sakit kepala dan demam. Sementara
itu, gejala yang timbul pada bagian neurologis umumnya berupa kejang, gangguan sensorik, dan
gangguan perilaku pada pengidap.

Saat terserang meningitis, pengidap juga bisa mengalami penurunan kesadaran dan edema otak. Jika
dibiarkan tanpa penanganan, bisa berujung pada herniasi otak.

d.Pengobatan Penyakit Meningitis

Pengobatan penyakit meningitis diberikan sesuai dengan penyebabnya. Berikut penjelasan dan cara
mengobati meningitis:

1. Meningitis Virus

Kondisi ini bisa pulih dengan sendirinya. Namun, virus meningitis yang parah biasanya akan ditangani
dengan konsumsi obat golongan antiviral. Pengobatan perlu dilengkapi dengan cukup beristirahat dan
banyak minum air putih.

2. Meningitis Bakteri

Pada kondisi ini, pengobatan dilakukan dengan konsumsi antibiotik atau kortikosteroid untuk membunuh
bakteri penyebab penyakit.
3. Meningitis Jamur

Peradangan yang disebabkan oleh jamur diatasi dengan konsumsi obat antijamur. Jangan lupa juga untuk
melengkapinya dengan istirahat dan menerapkan gaya hidup sehat

e.Pencegahan Penyakit Meningitis

Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit meningitis adalah memberikan
imunisasi pada bayi agar kekebalan tubuh dapat terbentuk.

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengurangi kontak langsung dengan pengidap dan mengurangi
tingkat kepadatan di lingkungan tempat tinggal; barak, sekolah, tenda, dan kapal.

Selain itu, penerapan gaya hidup sehat harus dilakukan, seperti rajin cuci tangan untuk membantu
menghambat penyebaran virus, jamur, dan juga bakteri yang menyebabkan meningitis.

Tidak berbagi makanan dan minuman kepada orang lain juga salah satu yang dilarang. Selain itu,
pemakaian barang yang bersifat personal, misalnya bertukar sisir, alat makan, contohnya sendok, sikat
gigi, juga seharusnya tidak dilakukan.

6.Tetanus
A.Pengertian Tetanus

Tetanus adalah penyakit serius yang terjadi pada sistem saraf. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
penghasil racun. Gejalanya dapat berupa kontraksi otot, terutama otot rahang dan leher. Tetanus juga
dikenal sebagai lockjaw.

Tetanus yang parah dapat mengakibatkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Hingga saat ini belum
ada obat yang dapat menyembuhkan tetanus. Adapun perawatan berfokus pada pengelolaan gejala dan
komplikasi sampai efek toksin tetanus teratasi.

B.Penyebab Tetanus

Tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Spora Clostridium tetani dapat bertahan lama di luar
tubuh. Mereka paling sering ditemukan di kotoran hewan dan tanah yang terkontaminasi, tapi
kemungkinan ada hampir di mana saja.Ketika Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh, mereka
berkembang biak dengan cepat dan melepaskan tetanospasmin, yaitu suatu neurotoksin. Ketika
tetanospasmin memasuki aliran darah, bakteri dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh, sehingga
menyebabkan gejala tetanus.

Tetanospasmin mengganggu sinyal perjalanan dari otak ke saraf di sumsum tulang belakang, kemudian
ke otot, sehingga menyebabkan kejang otot dan kekakuan. Bakteri penyebab tetanus masuk ke dalam
tubuh terutama melalui luka potong atau tusukan kulit. Itulah pentingnya membersihkan luka secara
menyeluruh untuk mencegah berkembangnya infeksi agar tidak menjadi tetanus.Meskipun kini sudah ada
vaksin tetanus, tapi penyakit ini tetap menjadi ancaman bagi orang-orang yang belum mengikuti
perkembangan vaksin.
C.Gejala Tetanus

Waktu rata-rata dari infeksi hingga munculnya tanda dan gejala (masa inkubasi) adalah 10 hari. Masa
inkubasi dapat berkisar 3 hingga 21 hari. Jenis tetanus yang paling umum disebut tetanus umum. Tanda
dan gejalanya muncul secara bertahap, kemudian semakin memburuk selama dua minggu. Gejala
biasanya muncul dari rahang dan berkembang semakin ke bawah tubuh.

Tanda dan gejala tetanus umum meliputi:

1.Kejang otot yang menyakitkan dan otot kaku yang tidak dapat digerakkan (kekakuan otot) di rahang.

2.Ketegangan otot di sekitar bibir, terkadang menyebabkan pengidap menyeringai secara kuat.

3.Kejang dan kekakuan yang menyakitkan pada otot leher.

4.Kesulitan menelan.

5.Otot perut kaku.

Perkembangan tetanus menyebabkan kejang berulang yang menyakitkan, seperti kejang yang berlangsung
selama beberapa menit. Biasanya gejala dapat berupa:

1.Leher dan punggung melengkung.

2.Kaki menjadi kaku.

3.Lengan ditarik ke atas.

4.Tangan mengepal.

Kekakuan otot di leher dan perut dapat menyebabkan pengidap kesulitan bernapas. Kejang yang parah ini
dapat dipicu oleh peristiwa kecil yang merangsang indra, seperti suara, sentuhan fisik, angin, atau cahaya.

Seiring berkembangnya penyakit, tanda dan gejala lain yang mungkin muncul yaitu:

1 Tekanan darah tinggi.

2 Tekanan darah rendah.

3 Detak jantung cepat.

4 Demam

5 Keringat ekstrim

D.Pencegahan Tetanus

Langkah utama untuk mencegah tetanus adalah dengan vaksinasi. Di negara kita, vaksin tetanus masuk ke
dalam daftar imunisasi wajib pada anak. Imunisasi tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT
(Difteri, Pertusis, dan Tetanus). Proses vaksinasi ini harus diberikan dalam lima tahap, yaitu pada usia 2,
4, 6, 18 bulan, dan 4-6 tahun.
Untuk anak anak di atas 7 tahun, tersedia vaksin Td yang bisa melindungi diri dari serangan tetanus dan
difteri. Hal yang perlu diingat, vaksinasi ini mesti diulang tiap 10 tahun. Tujuannya untuk meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap infeksi difteri dan tetanus.

Selain dengan vaksinasi, pencegahan tetanus juga dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan,
terutama ketika merawat luka agar tidak terkena infeksi.

7.Kolera
a.pengertian kolera

Kolera merupakan penyakit akibat infeksi bakteri yang biasanya menyebar melalui air yang
terkontaminasi. Penyakit ini akan menyebabkan pengidapnya mengalami diare parah dan dehidrasi. Jika
tidak diobati, kolera bisa berakibat fatal dalam beberapa jam saja, bahkan pada orang yang sebelumnya
sehat.

Menurut World Health Organization (WHO), terdapat antara 1,3 hingga 4 juta kasus kolera di seluruh
dunia setiap tahun, yang menyebabkan 21.000 hingga 143.000 kematian. Negara yang terkena dampak
perang, kemiskinan, dan bencana alam berada pada risiko terbesar wabah kolera. Pasalnya, kondisi
tersebut cenderung memaksa masyarakat untuk tinggal di kawasan pada penduduk tanpa sanitasi yang
layak.

bPenyebab Penyakit Kolera

Bakteri yang disebut Vibrio cholerae menyebabkan infeksi kolera. Efek mematikan dari penyakit ini
adalah hasil dari racun yang dihasilkan bakteri di usus kecil. Toksin menyebabkan tubuh mengeluarkan
sejumlah besar air, menyebabkan diare, dan kehilangan cairan dan garam (elektrolit) dengan cepat.

Bakteri kolera mungkin juga tidak menyebabkan penyakit pada orang yang terpapar. Namun mereka ia
bisa menyebarkan bakteri tersebut melalui tinja, yang kemudian dapat mencemari persediaan makanan
dan air.

Pasokan air yang terkontaminasi adalah sumber utama infeksi kolera. Nah, bakteri ini dapat ditemukan di:

-Permukaan Air atau Air Sumur

Sumur umum yang terkontaminasi sering menjadi wabah kolera skala besar. Orang yang hidup dalam
kondisi padat tanpa sanitasi yang memadai sangat berisiko terpapar bakteri ini.

-Makanan Laut

Mengonsumsi makanan laut mentah atau setengah matang, terutama kerang yang berasal dari perairan
yang tercemar dapat membuat seseorang terkena bakteri.

-Mengonsumsi Buah dan Sayuran Mentah

Buah dan sayuran mentah yang tidak dikupas sering menjadi sumber infeksi kolera di daerah yang rentan
kolera. Di negara berkembang, pupuk kandang yang tidak dikomposkan atau air irigasi yang mengandung
limbah mentah dapat mencemari produk makanan.
-Biji-bijian

Di daerah di mana kolera sangat sering terjadi, biji-bijian seperti beras bahkan bisa terkontaminasi
bakteri. Ini karena setelah disimpan pada suhu kamar semalam, bakteri tetap dapat tumbuh.

c.Gejala Kolera

Kebanyakan pengidap kolera tidak menunjukkan gejala sama sekali atau gejala ringan hingga sedang.
Gejala kolera mungkin dapat berupa:

1 Diare mendadak

2 Mual

3 Muntah

4 Dehidrasi ringan sampai berat.

Dehidrasi yang terkait dengan kolera seringkali parah dan dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti:

a Kelelahan.

b Murung.

c Mata cekung.

d Mulut kering.

e Kulit keriput.

fHaus yang ekstrim.

g Jumlah urin berkurang.

hDetak jantung tidak teratur.

iTekanan darah rendah.

Dehidrasi dapat menyebabkan hilangnya mineral dalam darah, yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Gejala pertama dari ketidakseimbangan elektrolit adalah kram otot yang
parah. Ketidak seimbangan elektrolit pada akhirnya dapat menyebabkan syok.
Sementara itu, anak-anak yang mengidap kolera biasanya memiliki gejala yang sama dengan orang
dewasa. Anak-anak juga mungkin mengalami:

1 Mengantuk parah.

2 Demam .

3 Kejang.

4 Koma.

d.Pencegahan Kolera

Tindakan pencegahan kolera yang dapat diupayakan yaitu:

Sering-sering mencuci tangan dengan sabun dan air. Terutama setelah menggunakan toilet sebelum
memegang makanan. Jika tidak ada air, gunakan pembersih tangan berbasis alkohol.

Minumlah air yang aman, misalnya air kemasan atau air yang direbus hingga mendidih.

Hindari menambahkan es ke minuman kecuali kamu membuatnya sendiri menggunakan air matang.

Konsumsi makanan yang benar-benar matang dan panas. Hindari membeli makanan yang terlihat tidak
higienis.

Pilih buah dan sayuran yang bisa dikupas sendiri. Misalnya pisang, jeruk, dan alpukat.

Lakukan vaksin kolera, namun vaksin ini hanya tersedia di beberapa negara saja.

8.Hepatitis
a.pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah penyakit yang memiliki gejala berupa peradangan pada organ hati. Kondisi ini bisa
terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum alkohol, paparan zat beracun atau obat-obatan tertentu.

Jenisnya terbagi dua berdasarkan sifatnya, yaitu akut dan kronis. Jenis akut terjadi bisa secara tiba-tiba
dalam kurun waktu yang cenderung singkat.

Sementara yang kronis berkembang perlahan dan merupakan kondisi jangka panjang. Sialnya, keduanya
sama-sama mengganggu berbagai fungsi tubuh, terutama yang berkaitan dengan metabolisme.

Hal ini terjadi karena hati berperan penting dalam metabolisme tubuh, seperti menghasilkan empedu,
mengurai berbagai zat, menetralisir racun, mengaktifkan enzim dan lain sebagainya.

b.Gejala Pertama Hepatitis

Penyakit ini tak selalu menunjukan gejala. Gejalanya baru timbul setelah tubuh terjadinya kerusakan yang
dapat memengaruhi fungsi hati.Apabila bersifat akut, tanda dan gejalanya dapat muncul dengan cepat.

Adapun sejumlah gejala yang umumnya terjadi pada pengidap penyakit ini, yaitu:
1 Mengalami gejala seperti flu, mual, muntah, demam, dan lemas.

2 Feses berwarna pucat.

3 Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan.

4 Nyeri di bagian perut.

5 Turun berat badan.

6 Urine menjadi gelap seperti teh.

7 Kehilangan nafsu makan.

c Apa Penyebab dari Penyakit Hepatitis?

Kondisi ini dapat terjadi karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Ada pun jenis-jenis virus yang
patut kamu waspadai, seperti:

1. Hepatitis A

2. Hepatitis B

3. Hepatitis C

4. Hepatitis D

5. Hepatitis E

6. Hepatitis Autoimun

7. Hepatitis Neonatal

8. Hepatitis Alkoholik

9. Toxic Hepatitis

10. Hepatitis Akibat Cacing Hati

11. Hepatitis Akut Misterius

d.Pencegahan Hepatitis

Ada beberapa cara yang dapat kamu alakukan untuk mencegah atau menurunkan risiko untuk terserang
penyakit ini.

Namun, semua ini tergantung dari jenis penyakit ini yang menyerang.

Contohnya, pastikan untuk tidak banyak mengonsumsi atau mengurangi konsumsi alkohol.
Berikut ini pencegahan kondisi ini yang dapat kamu lakukan:

1 Melakukan vaksinasi. Sekarang ini sudah ada vaksin yang bisa mencegah hepatitis A dan B, tapi belum
ada vaksin untuk hepatitis C.

2 Mengurangi konsumsi alkohol.

3 Menjaga kebersihan sumber air.

4 Mencuci bahan makanan yang kamu konsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.

5 Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.

6 Tidak menyentuh darah tanpa sarung tangan pelindung.

7 Melakukan hubungan seksual yang aman. Misalnya, menggunakan kondom atau tidak berganti-ganti
pasangan (setia pada satu pasangan).

9 Virus Ebola
a.Pengertian Virus Ebola

Virus Ebola adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dan dapat berakibat fatal jika tidak segera
ditangani. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Afrika pada 1976. Virus Ebola sendiri awalnya hidup
pada tubuh hewan, kemudian menjangkiti manusia melalui darah hewan yang sudah terkontaminasi virus.

Ebola adalah salah satu dari beberapa jenis virus penyebab demam berdarah, yang disebabkan oleh
infeksi virus dari famili Filoviridae, genus Ebolavirus. Tingkat kematian akibat Ebola bervariasi
tergantung pada jenisnya. Misalnya, Ebola-Zaire dapat memiliki tingkat kematian hingga 90 persen.
Sementara Ebola-Reston tidak pernah menyebabkan kematian pada

b.Penyebab Ebola

Penyakit ini disebabkan oleh virus Ebola yang awalnya ditemukan pada hewan, seperti monyet, simpanse,
dan primata lainnya. Virus Ebola disebarkan melalui kontak langsung darah atau cairan tubuh pengidap
seperti urine, tinja, air liur, serta air mani, dengan hidung, mata, mulut, atau luka terbuka pada orang
sehat.

Infeksi ditularkan melalui:

1 Kontak langsung dengan darah.

2 Cairan tubuh.

3 Jaringan hewan atau manusia yang terinfeksi.

Pasien yang sakit parah membutuhkan perawatan suportif intensif. Penyakit virus Ebola (EVD) sering
ditandai dengan timbulnya demam secara tiba-tiba, kelemahan yang hebat, nyeri otot, sakit kepala, dan
sakit tenggorokan.Ebola cenderung menyebar dengan cepat melalui keluarga, lingkungan sekitar, dan
kerabat terdekat. Interval waktu dari infeksi Ebola hingga timbul gejala berkisar antara 2 hingga 21 hari.

c.Penularan Ebola Antar Manusia

Seseorang dapat tertular ebola melalui beberapa cara yaitu:

1.Kontak langsung melalui kulit yang luka dan selaput lendir dengan darah, organ tubuh, atau cairan
tubuh lain dari orang yang terinfeksi.

2.Kontak tidak langsung dengan lingkungan yang terkontaminasi dengan cairan tersebut.

3.Paparan benda yang terkontaminasi, seperti jarum.

4.Upacara pemakaman di mana pelayat berkontak langsung dengan tubuh pasien.

5.Paparan air mani orang yang terinfeksi Ebola atau yang telah pulih dari penyakit. Pasalnya, virus masih
dapat ditularkan melalui air mani hingga 7 minggu setelah sembuh dari penyakit.

6.Kontak dengan pengidap yang diduga atau dikonfirmasi terinfeksi Ebola.

7.Hingga kini belum ada bukti bahwa Ebola dapat menyebar melalui gigitan serangga.

d.Gejala Ebola

Gejala yang ditimbulkan virus Ebola umumnya dirasakan pengidap dalam 5-10 hari setelah terinfeksi.
Beberapa gejalanya, antara lain:

1.Demam.

2.Nyeri kepala yang berat.

3.Menggigil.

4.Lemah.

5.Mual dan muntah.

6.Diare yang dapat disertai darah.

7.Mata merah.

8.Ruam pada kulit.

9.Nyeri dada.

10.Batuk.

11.Penurunan berat badan.

12.Perdarahan dari mata, telinga, hidung, dan anus.


Beberapa pasien mungkin mengalami gejala lain, seperti:

1.Cegukan.

2.Sakit tenggorokan.

3.Sakit dada.

4.Sulit bernapas.

5.Kesulitan menelan.

6.Pendarahan di dalam dan di luar tubuh.

Tes laboratorium mungkin juga menunjukkan jumlah sel darah putih dan trombosit yang rendah dan
peningkatan enzim hati. Selama darah dan sekresi pengidap mengandung virus, maka ia dapat menular.
Faktanya, virus ebola diisolasi dari air mani pria yang terinfeksi 61 hari setelah munculnya penyakit.

e.Pencegahan Ebola

Pencegahan terpenting adalah dengan mencegah penularan virus Ebola, salah satunya adalah dengan tidak
bepergian ke negara-negara di Afrika saat Ebola sedang mewabah. Sementara itu pencegahan penularan
dilakukan dengan:

1.Memastikan semua petugas kesehatan memakai pakaian pelindung.

2.Menerapkan tindakan pengendalian infeksi, seperti sterilisasi peralatan lengkap dan penggunaan
desinfektan secara rutin.

3.Mengisolasi pengidap ebola dari kontak dengan orang yang tidak terlindungi.

4.Sterilisasi menyeluruh dan pembuangan jarum yang tepat di rumah sakit sangat penting dalam
mencegah infeksi lebih lanjut dan menghentikan penyebaran wabah.

5.Sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air. Bila perlu gunakan alkohol pembersih tangan jika
tidak ada sabun.

6.Pastikan buah dan sayuran dicuci dan dikupas sebelum dimakan.

7.Hindari kontak fisik dengan siapapun yang memiliki kemungkinan gejala infeksi.

Anda mungkin juga menyukai