Anda di halaman 1dari 3

ILMU PENYAKIT UMUM

PERTUSSIS

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. dr. Johan Harlan, SSI, MSC.

Disusun oleh:

Chelsea Andriyanto

NPM. 31718525

PRODI D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK
PERTUSSIS

Pertussis (whooping cough; batuk rejan; batuk 100 hari) adalah penyakit infeksi saluran
pernapasan yang sangat menular, disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis, menimbulkan
batuk yang parah sehingga penderita sukar bernapas. Penyakit ini menyerang bayi dan anak
kecil, dapat bersifat fatal terutama pada bayi. Pertusis ditularkan melalui droplet.

Gejala pertussis akan muncul antara 7-21 hari usai bakteri Bordetella pertussis masuk
dalam saluran pernapasan seseorang. Perkembangan gejala pertussis ada tiga tahap, yaitu:

 Tahap pertama (masa gejala awal) ditandai dengan munculnya gejala-gejala ringan,
seperti hidung berair dan tersumbat, bersin-bersin, mata berair, radang tenggorokan,
batuk ringan, hingga demam. Tahap ini bisa berlangsung hingga dua minggu, dan di
tahap inilah penderita berisiko menularkan batuk rejan ke orang di sekelilingnya.
 Tahap kedua (masa paroksismal) ditandai dengan meredanya semua gejala-gejala flu,
namun batuk justru bertambah parah dan tidak terkontrol. Di tahap inilah terjadi batuk
secara terus-menerus yang diawali tarikan napas panjang lewat mulut (whoop). Usai
serangan batuk, penderita bisa mengalami muntah, dan kelelahan. Tahap ini bisa
berlangsung dua hingga empat minggu atau lebih.
 Tahap ketiga (masa penyembuhan) tubuh penderita mulai membaik. Tahap pemulihan ini
bisa berlangsung hingga dua bulan atau lebih, tergantung dari pengobatan.

Di Indonesia vaksin DPT yang mengandung antigen pertussis mulai diperkenalkan pada
tahun 1976. Imunisasi yang mengandung antigen pertussis diberikan pada bayi berupa vaksin
DTP atau DTP/HB (difteria, tetanus, pertussis, dan hepatitis B). Vaksin ini diberikan mulai usia
dua bulan sebanyak tiga dosis dengan interval satu bulan. Observasi epidemiologi menunjukkan
bahwa proteksi yang ditimbulkan imunisasi hanya untuk waktu yang terbatas dan menurun
secara bertahap. Hanya 46% anak yang masih protektif terhadap pertussis setelah tahun ketujuh.
Pada penelitian lain hanya 76% bayi masih protektif terhadap pertussis pada akhir tahun kedua
setelah imunisasi dasar. Literatur lain menyatakan bahwa kekebalan rata-rata setelah imunisasi
DTP (whole cell) akan turun lebih dari 50% dalam 6–12 tahun.
Pertussis kini dikenal sebagai salah satu penyakit yang tergolong sebagai reemerging
disease. Secara global diperkirakan sebanyak 17,6 juta kasus pertusis timbul di dunia, 90% di
antaranya terjadi di negara berkembang dan 279.000 pasien meninggal pada tahun 2003.

Ada beberapa langkah pencegahan yang perlu dilakukan untuk menghindari penularan
pertussis, di antaranya:

 Bayi dan anak yang mengalami pertussis akan ditempatkan di ruang isolasi untuk
menghindari penyebaran infeksi.
 Anak akan diresepkan antibiotik sedikitnya selama 5 hari sebelum mereka kembali ke
sekolah. Jika tidak bisa mengonsumsi antibiotik, penderita dianjurkan masuk sekolah
setelah 21 hari usai merasakan gejala pertama batuk rejan.
 Penderita remaja dan dewasa dianjurkan untuk mengonsumsi antibiotik sedikitnya selama
5 hari sebelum berdekatan dengan anak-anak atau pergi beraktivitas.
 Penderita dianjurkan untuk menutup mulut dan hidung ketika batuk.
 Orang yang menangani atau merawat penderita disarankan untuk mencuci tangan mereka
secara rutin dengan sabun.

Penderita pertussis berisiko mengalami komplikasi. Komplikasi yang mungkin terjadi


pada penderita pertussis:

 Napas tersengal-sengal.
 Dehidrasi dan penurunan berat badan akibat muntah secara berlebihan.
 Pneumonia.
 Tekanan darah rendah.
 Mengalami kejang-kejang.
 Kerusakan otak karena kurangnya pasokan oksigen menuju ke otak.
 Gagal ginjal.

Anda mungkin juga menyukai