Anda di halaman 1dari 12

Pertusis

by kelompok 4
Apa itu pertusis?

Pertusis, juga disebut Batuk Rejan, disebabkan oleh


bakteri, Bordetella pertussis, yang mengobarkan
saluran udara utama dengan “ekskresi” yang sedikit
beracun. Ketika jumlah bakteri bertambah, semakin
banyak racun yang dilepaskan, saluran udara
menjadi meradang dan lendirnya berkurang sehingga
menyebabkan orang yang terinfeksi batuk hebat.

Bordetella Pertussis
lanjutan
Sekitar 5-10 hari setelah terpapar, seseorang yang tertular Pertusis akan mengalami
hidung berair, jernih, dan tenggorokan sedikit gatal tanpa disertai demam. Batuk
berkembang secara bertahap. Pada awalnya penyakit ini ringan, namun setelah
beberapa minggu, penyakit ini bisa menjadi sangat serius. Pertusis disebut “batuk
100 hari” karena batuknya bisa berlangsung berbulan-bulan. Pada orang dewasa,
batuk umumnya tidak mematikan namun bisa cukup parah, pada orang lanjut usia
bisa sampai muntah-muntah. Pada Anak-anak terkadang batuk begitu keras hingga
matanya menghitam karena pembuluh darahnya pecah.
lanjutan
Yang lebih berbahaya lagi, Batuk Rejan dapat dengan
mudah membunuh bayi. Saluran pernapasan mereka
sangat kecil sehingga pembengkakan membuat mereka
rentan mengalami sesak napas saat batuk hebat.
Mereka tidak bisa bernapas. Di antara bayi yang masih
hidup, bakteri tersebut terkadang menyebabkan
komplikasi jangka panjang pada sistem kekebalan dan
fungsi otaknya. Pertusis digambarkan sebagai
“penyakit yang sangat menular melalui udara,”
pencegahan

Pemberian Imunisasi DPT pada bayi, dan


DT pada anak SD

Bayi 0-1 tahun vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 minggu dan
selang minimal 1 bulan

Diulang umur 6-7 tahun melalui BIAS


(Bulan Imunisasi Anak Sekolah)

*penundaan imuninsasi sebaiknya tidak menunggu sampai anak berusia lebih dari
satu tahun
penularan

Penularan B. pertusis terjadi dari orang ke orang melalui tetesan


pernapasan aerosol atau melalui kontak langsung dengan sekret
pernapasan.
apa saja gejalanya?
• Pertusis biasanya mulai seperti pilek saja, dengan hidung beringus, rasa
lelah dan ada kalanya demam parah.
• Kemudian batuk terjadi, biasanya sebagai serangan batuk, diikuti dengan
tarikan napas besar (atau “whoop”). Ada kalanya penderita muntah setelah
batuk.
• Pertusis mungkin serius sekali di kalangan anak kecil. Mereka mungkin
menjadi biru atau berhenti bernapas ketika serangan batuk dan mungkin
perlu ke rumah sakit.
• Anak yang lebih besar dan orang dewasa mungkin menderita penyakit
yang kurang serius, dengan serangan batuk yang berlanjut selama
berminggu-minggu tanpa memperhatikan perawatan.
bagaimana penyakit ditularkan?

Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan dari batuk atau
bersin. Tanpa perawatan, penderita pertusis dapat menularkannya
kepada orang lain sampai tiga minggu setelah batuk mulai terjadi.
Waktu antara eksposur dan jatuh sakit biasanya tujuh sampai sepuluh
hari, tetapi mungkin sampai tiga minggu.
ada 3 fase pertusis

1. fase kataral
Fase kataral merupakan fase awal penyakit dimana toksin
pertusis telah menyebabkan inflamasi sehingga mulai
memunculkan gejala pada penderita. Gejala pada fase awal ini
non-spesifik dan hanya seperti infeksi saluran pernapasan atas
pada umumnya. Fase kataral berlangsung 1-2 minggu dan
merupakan fase yang paling infeksius (tingkat penularan tinggi)
2. fase paroksismal

Fase paroksismal terjadi setelah fase kataral dan berlangsung selama 1-6 minggu (pada
beberapa kasus hingga 10 minggu). Gejala klasik pertusis muncul pada fase ini, yaitu
whooping cough.
Whooping cough adalah batuk keras dan kuat dengan pengeluaran udara yang cepat dari
paru-paru sehingga batuk terkesan pendek-pendek/terputus-putus, yang kemudian diikuti
oleh inspirasi kuat dengan suara whooping yang keras dan bernada tinggi akibat udara
melewati saluran pernapasan sempit yang tersumbat mukus kental.
Whooping cough terjadi secara paroksismal akibat efek toksin pertusis atau pengentalan
mukus di trakeobronkial yang susah dikeluarkan. Episode paroksismal biasa terjadi pada
malam hari dan dapat dipicu oleh stimulus seperti menangis, tertawa, makan, ataupun
lingkungan (suhu dingin, suara bising).
3. fase konvalesen
Fase konvalesen terjadi setelah fase paroksismal dan berlangsung
selama 2-3 minggu. Pada fase ini terjadi pemulihan secara bertahap
dalam 2-3 minggu. Namun, gejala batuk paroksismal dapat kambuh
kembali jika terjadi infeksi saluran pernapasan lain saat fase ini
sekian Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai