Anda di halaman 1dari 12

PERTUSIS PADA ANAK

Pengertian
• Pertussis artinya batuk yang intensif, merupakan penyakit
infeksi saluran pernafasan akut yang dapat menyerang
setiap orang yang rentan seperti anak-anak yang tidak
diimunisasi atau pada orang dewasa dengan kekebalan
menurun.
• Istilah pertussis (batuk kuat) pertama kali diperkenalkan
oleh Sydenham pada tahun 1670. dimana istilah ini lebih
disukai dari “batuk rejan (whooping cough)”.
• Selain itu sebutan untuk pertussis di Cina adalah “batuk
100 hari”.
Etiologi
• Bordetella pertusis.

cocobacillus gram (-).


Terbaik dibiak pada “glycerin-
potato-blood agar media
(border-gengou)”. Organisme
yang didapat umumnya tipe
virulen (disebut fase I).
Strain fase I berperan untuk
penularan penyakit dan
menghasilkan vaksin yang
efektif.
Stadium kataral : 1-2 minggu
• Gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas
predominan
• rinore, “conjuctival injection”, lakrimasi, batuk ringan,
panas tidak begitu tinggi.
• Pada stadium ini biasanya diagnosis pertussis belum
dapat ditetapkan.
Stadium paroksismal : 2-4 minggu
• Jumlah dan berat batuk bertambah.
• Khas, ada ulangan 5-10 batuk kuat selama ekspirasi yang
diikuti oleh usaha inspirasi masif yang mendadak yang
menimbulkan “whoop” ( udara dihisap secara kuat melalui
glotis yang sempit).
• Mukanya merah atau sianosis, mata menonjol, lidah
menjulur, lakrimasi, salivasi dan distensi vena leher
selama serangan.
• Pada stadium paroksismal dapat terjadi petekia pada
kepala dan leher atau perdarahan konjungtiva.
Stadium Konvalesens : 1-2 minggu
• Episode paroksimal batuk dan muntah sedikit demi sedikit
menurun dalam frekuensi dan beratnya.
• Batuk dapat menetap untuk beberapa bulan.
• Pada stadium paroksismal dapat terjadi petekia pada
kepala dan leher atau perdarahan konjungtiva.
• Pada beberapa penderita terjadi ronki difus.
Diagnosis
• Pertusis dapat didiagnosis selama stadium paroksismal.
• Sukar pada bayi-bayi yang sangat muda, adolesens, dan
pada orang lansia
• Riwayat kontak dengan kasus-kasus pertusis sangatlah
menolong, tetapi umumnya riwayat ini negatif pada
populasi yang telah banyak mendapat imunisasi.
• Batuk lebih dari 2 minggu dengan emesis sesudah batuk
mempunyai nilai diagnostik yang penting.
• Leukositosis (20.000-50.000/mm³ darah) dengan
limfositosis absolut khas, pada bayi-bayi jumlah leukosit
tidak dapat menolong untuk diagnosis, oleh karena
respon limfositosis terdapat pula pada banyak infeksi.
Pemeriksaan penunjang
• Foto toraks dapat memperlihatkan infiltrat perihiler, atelaktasis
atau empiema.
• Diagnosis serologis dapat dilakukan dengan penentuan
antibodi toksin pertussis dari sepasang serum.
• ELISA dapat dipakai untuk menentukan IgM, IgG, dan IgA
serum terhadap “filamentous hemoaglutinin (FHA)” dan toksin
pertussis (TP). IgG langsung terhadap toksin pertussis
merupakan test yang paling sensitif dan spesifik untuk infeksi
akut. IgA-FHA dan IgA-TP kurang sensitif daripada IgG-TP
tetapi sangat spesifik untuk infeksi natural dan tidak terlihat
sesudah imunisasi pertussis.
• Kultur paling positif pada fase kataral dan awal paroksimal dan
seharusnya dilakukan pada semua kasus yang tersangka.
Komplikasi :
• Pneumonia komplikasi paling sering terjadi pada ±90%
kematian pada anak-anak B.Pertussis
• Perdarahan subkonjungtiva, hematoma, perdarahan
epidural, perdarahan intrakranial, ruptura diafragma,
hernia umbikalis, hernia inguinalis, prolapsus rekti,
dehidrasi dan gangguan nutrisi.
Pencegahan :
• Imunisasi aktif : Dosis total 12 unit protektif vaksin
pertussis dalam 3 dosis yang seimbang dengan jarak 8
minggu. Imunisasi dilakukan dengan menyediakan
toksoid pertussis, difteria dan tetanus (kombinasi)
• jika pertusis bersifat prevalen dalam masyarakat,
imunisasi dapat dimulai pada waktu berumur 2 minggu
dengan jarak 4 minggu.
• Kontak :
• Eritromisin : 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis,
peroral selama 14 hari. Anak yang berumur > 7 tahun
yang telah mendapatkan imunisasi juga diberikan
eritromisin profilaksis.
Pengobatan :
• eritromisin : 50 mg/kg BB/hari selama 114 hari dapat
mengeliminasi organisme pertussis dari nasofaring dalam
3-4 hari. Eritromisin biasanya tidak memperbaiki gejala-
gejala jika diberikan terlambat.
• Oksigen diberikan pada distres pernapasan akut/kronik.
• Betametason dan salbutamol (albuterol) dapat
mengurangi batuk paroksismal yang berat walaupun
kegunaannya belum dibuktikan melalui penelitian kontrol.
KESIMPULAN
• Pertusis merupakan salah satu penyakit menular yang
menyerang saluran pernapasan bagian atas, disebabkan
terutama oleh Bordetella pertussis.
• Pertusis ditandai dengan batuk lama dan kadang-kadang
terdengar seperti menggonggong (whooping cough)
• Pertusis sering menyerang bayi dan anak-anak kurang dari 5
tahun, terutama yang belum diimunisasi lebih rentan, demikian
juga dengan anak lebih dari 12 tahun dan orang dewasa.
• Stadium penyakit pertusis meliputi 3 stadium yaitu kataral,
paroxsismal, dan konvalesen. Masing2 berlangsung selama 2
minggu.
• Pada bayi, gejala menjadi lebih jelas justru pda stadium
konvalesen. Sedangkan pada orang dewasa mencapai
puncaknya pada stadium paroxsismal.
• Terapi yang dapat diberikan antibiotic eritromisin
50mg/kgB/hari dibagi 4 dosis selama 14 hari, dan suportif.

Anda mungkin juga menyukai