Anda di halaman 1dari 7

Dea Firstianty Hendarman

PSPD A 2013

04011181320081

ANALISIS MASALAH
1. Apa hubungan jenis kelamin dan usia dengan keluhan yang dialami Doni?
Jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan keluhan Doni. Usia Doni (18 tahun)
merupakan usia dengan prevalensi kasus demam tifoid tertinggi (sekitar 70-80%) yang
kemungkinan besar dikarenakan pola makan yang tidak sehat.
2. Mengapa demam meningkat pada malam hari dan turun di siang hari?
Karena sistem imun kita kerjanya menurun pada saat malam hari. Hal inilah yang
menyebabkan aktivitas Salmonella typhii lebih baik dan menghasilkan pirogen endogen.
Pirogen endogen ini yang nantinya menyebabkan demam. Tetapi sistem imun kita tetap
bekerja, terutama pada saat tidur di mana sistem imun akan bekerja lebih kuat karena
inaktivitas tubuh ini dijadikan kesempatan untuk membuang toksin dari dalam tubuh. Itulah
mengapa pada saat siang hari demam pada Doni sudah menurun.
3. Apa penyebab dari:
a) Nafsu makan menurun
Nafsu makan menurun disebabkan oleh nausea yang dialami oleh Doni.
b) Konstipasi
Infeksi dari Salmonella typhi yang menyerang mukosa usus dan menyebabkan
immotilitas brush border. Akibatnya penyerapan makanan terganggu dan menyebabkan
konstipasi.
4. Mengapa muntahnya baru terjadi satu hari yang lalu padahal sebelumnya tidak muntah?
Pada stadium awal infeksi Salmonella typhi, terjadi reaksi inflamasi yang melepas suatu
senyawa yang disebut bradykinin. Bradikinin adalah senyawa peptide yang dihasilkan secara
alami oleh tubuh untuk men-dilatasi kan pembuluh darah yang dalam hal ini agar leukosit
bisa cepat sampai ke tempat dimana bakteri menyerang. Dengan kata lain, bradikinin
menyebabkan reaksi vasodilatasi. Reaksi vasodilatasi pada organ abdomen (dalam hal ini
adalah usus) inilah yang membuat rasa nyeri pada perut dan mual. Seseorang yang mual
biasanya memiliki nafsu makan yang menurun dan karena area infeksinya belum berat pada
stadium awal, mual yang terjadi tidak terlalu hebat. Oleh karena itu, besar kemungkinan area
infeksi meluas pada hari sebelumnya sehingga Doni akhirnya muntah.
5. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik Doni?
TD: 110/80. Normal: 120/80; tekanan darah normal
RR: 24x/menit. Normal: 12-20x/menit; RR sedikit di atas normal (tachypnea)
Nadi: 92x/menit. Normal: 60 100x/menit; nadi normal.

Dea Firstianty Hendarman

PSPD A 2013

04011181320081

Suhu: 38,5C. Normal: 37C; suhu di atas normal (demam)

6. Bagaimana patogenesis demam tifoid?


Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.
Invasi dilakukan melalui endositosis, transfer (konjugasi), atau eksositosis. Bila
respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel
epitel jejunum terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman
berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat
hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri
ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus
torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan
sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua
kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
Perkembangan dari demam tifoid selanjutnya dibagi menjadi empat tahap, setiap
tahap kurang lebih satu minggu.
a. Tahap pertama: Suhu naik perlahan dan berfluktuasi, disertai dengan malaise, kepala
pusing, dan batuk. Jumlah sel darah putih berkurang (leukopenia) dan apabila dites
kultur darah akan menunjukkan positif terhadap Salmonella typhi.
b. Tahap kedua: Suhu pasien akan meningkat sekitar 40 C dan bisa mulai mengalami
delirium. Terkadang muncul bercak merah di dada bagian bawah dan abdomen serta
terdengar ronki di paru. Diare mulai terjadi pada fase ini, disertai dengan konstipasi. Ciri
utama dari demam tifoid yaitu suhu naik pada sore/malam hari dan turun pada pagi/siang
hari terjadi pada tahap kedua.
c. Tahap ketiga: Muncul komplikasi tambahan akibat invasi Salmonella typhi, seperti
hemorrhage di intestinal, perforasi pada ileum distal, dan abses.

Dea Firstianty Hendarman

d.

PSPD A 2013

Tahap keempat: Panas menurun dengan sendirinya.

Sumber:
Medical Microbiology, Kayser.
CDC.gov (web): Typhoid Fever

04011181320081

Dea Firstianty Hendarman

PSPD A 2013

04011181320081

DEMAM TIFOID
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran.
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari
Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk spora, motil,
berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup
sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini
0

dapat mati dengan pemanasan (suhu 60 C) selama 15 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinisasi.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis
terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan
sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid
adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standart hygiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah.
Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang nyata
antara insiden pada laki-laki dan perempuan. Insiden pasien demam tifoid dengan usia 12 30
tahun 70 80 %, usia 31 40 tahun 10 20 %, usia > 40 tahun 5 10 %.
Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia
kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat
hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum
distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus

Dea Firstianty Hendarman

PSPD A 2013

04011181320081

kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan
bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh
terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah
lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala
penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan
gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat.
Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan
suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh
berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
b. Ganguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden) .
Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai
tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi
mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Diagnosis
Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3

Dea Firstianty Hendarman

PSPD A 2013

04011181320081

metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :


a. Diagnosis klinik
Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis yang khas pada
demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga ditemukan pada penyakit lain.
Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan karena pada penyakit dengan demam
beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan diagnosis demam tifoid.
b. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman
Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90%
penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positip dalam minggu pertama. Hasil ini menurun
drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip menjadi 40%. Meskipun
demikian kultur sum-sum tulang tetap memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90% positip. Pada
minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85%
dan 25% berturut-turut positip pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masih dapat
ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan
kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama.
c. Uji Serologis
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita demam tifoid,
pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang yang pernah mendapatkan
vaksin demam tifoid.
Antigen yang digunakan pada uij Widal adlah suspensi Salmonella typhi yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya
aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam tifoid.
Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar pula kemungkinan
didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada infeksi yang aktif, titer aglutinin akan
meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu paling sedikit 5 hari.
Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis
demam tifoid.

Dea Firstianty Hendarman

PSPD A 2013

04011181320081

Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut:


a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut
b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah
menderita infeksi
c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

Anda mungkin juga menyukai