Latar Belakang. Kortisol memiliki peran ganda dalam Gangguan Depresi Mayor (GDM). Ritme diurnal
terganggu, ada peningkatan resistensi terhadap mekanisme umpan balik glukokortikoid, kortisol berlebih
bisa menginduksi GDM, kadar basalnya dapat lebih tinggi dan peningkatan kortisol setelah bangun pagi
lebih tinggi pada mereka yang berisiko mengalami GDM. Apakah hal ini membuka jalan untuk cara baru
meneliti GDM atau manajemen klinis yang baru?
Metode. Literatur yang relevan ditelaah.
Hasil. Kortisol berkontribusi terhadap variasi genetik yang berisiko mengalami GDM dan bagaimana
lingkungan meningkatkan risiko tersebut. Pengaruh kortikoid dimulai pada prenatal, namun berlanjut
hingga dewasa. Dampak kortisol pada setiap fase tergantung tidak hanya pada interaksinya dengan faktor
lain, seperti sifat psikologis dan variasi genetik, namun juga pada kejadian yang terjadi baik sebelum atau
sesudahnya.
Kesimpulan. Tinjauan ini menyimpulkan bahwa ini waktu yang tepat untuk mempertimbangkan peran
kortisol dalam situasi klinis. Estimasi dari kadar kortisol dan bentuk dari siklus diurnal dapat membantu
pemahaman subtype GDM dan memberikan indicator tambahan untuk terapi optimal. Pasien dengan
gangguan irama kortisol akan terbantu dengan mengembalikan fungsi irama tersebut; hal ini berbeda
dengan mereka yang memiliki kadar kotisol tinggi yang lebih membutuhkan penghambat kortisol. Kadar
tinggi kortisol berisiko terhadap munculnya depresi. Apakah sebaiknya manipulasi kortisol atau
reseptornya digunakan sebagai tindakan preventif pada mereka yang berisiko tinggi mengalami GDM,
atau apakah sebaiknya digunakan untuk menurunkan efek samping lain yang berhubungan dengan
kortisol seperti penurunan kemampuan kognitif jangka panjang?
Pendahuluan
Kortisol memiliki peranan penting dalam onset dan perjalanan penyakit Gangguan Depresi
Mayor (GDM), namun masih belum jelas bagaimana pastinya peran tersebut. Siklus diurnal kortisol
terganggu pada setidaknya setengah kasus episode depresi mayor; terdapat peningkatan resistensi
terhadap mekanisme umpan balik glukokortikoid pada aktivitas aksis hipotalamus-pituitari-adrenal;
peningkatan kortisol setelah bangun pagi lebih tinggi pada mereka yang berisiko mengalami GDM;
produksi kortisol berlebih, baik yang endogen (seperti pada Cushing syndrome) maupun eksogen
(terapeutik) bisa mengakibatkan depresi; dan bila kadar kortisol pada pagi hari tergolong tinggi menjadi
risiko depresi. Apakah kita bisa memahami temuan-temuan terpisah ini? Apakah perubahan kortisol ini
menjadi sebuah epifenomena depresi, atau apakah ia memiliki bobot dalam onset, perbaikan, dan
perjalanan sebuah episode depresi? Dalam arti lain, apakah ia penyebab atau akibat? Apakah penilaian
kortisol dilakukan dalam manajemen rutin GDM? Apakah penggunaannya untuk diagnostic atau
terapeutik?
Makna asli dari peran kortisol sejauh ini hanya jelas terlihat dalam konteks skema perkembangan
GDM. Skema ini terbatas oleh definisi GDM yang masih tidak pasti, yang akan tetap seperti itu selama
gejala saja yang digunakan untuk mendefinisikannya, dan dibatasi pula oleh keraguan akan validitas
konsep psikologis yang digunakan untuk mendeskripsikan pola risiko, kurangnya atribut fisiologis yang
khas pada GDM, serta sulitnya menggabungkan berbagai hasil pengukuran menjadi satu laporan yang
menggambarkan perjalanan menuju GDM. Skema apapun, oleh karena itu, jelas inakurat dan tidak
sempurna. Meskipun begitu, kita tetap perlu melihat sejauh mana kita bisa menambahkan kortisol ke
dalam skema tersebut. Pada tinjauan ini kami membahas pertanyaan berikut:
(1) Bisakah informasi mengenai kadar kortisol dan variannya sehari-hari membantu memahami
subtype GDM dan memberikan indicator tambahan untuk terapi?
(2) Apakah perbaikan dari ritme kortisol yang terganggu atau hambatan pada reseptor kortisol
menjadi terapi dari berbagai tipe GDM?
(3) Apakah manipulasi kortisol pada mereka yang berisiko mengalami GDM dapat dijadikan
metode preventif?
Beberapa prinsip membawahi peran kortisol dalam GDM: (i) ada beberapa faktor predisposisi
(salah satunya kortisol) GDM yang saling berinteraksi; (ii) faktor-faktor ini bisa berpengaruh terus
menerus seumur hidup; (iii) cara setiap faktor bekerja, dan pengaruhnya, dapat berubah pada tahap
kehidupan yang berbeda; (iv) respon otak terhadap agen seperti kortisol (atau faktor lingkungan lain)
dapat berubah seiring usia. Oleh karena itu terdapat serantai kemungkinan yang, secara berurutan, dapat
meningkatkan maupun menurunkan risiko GDM. Bagaimana mereka dipengaruhi oleh kortisol?