Anda di halaman 1dari 17

Pertusis

Whooping Cough
Pengertian
• Pertusis (batuk rejan/whooping cough) adalah penyakit saluran
pernapasan atas akut yang disebabkan oleh Bordetella pertussis,
sebuah bakteri kokobasil gram negatif dengan host khusus manusia.
• Pada tahun 1696, Sydenham menamai Pertusis dari bahasa latin
yang artinya “batuk yang intensif”.
• Sebelum vaksin ditemukan, penyakit ini sering sekali menyerang
anak-anak di bawah usia 10 tahun.
• Manifestasi klinisnya berupa batuk berkepanjangan dengan satu
atau lebih gejala klasik berikut; bunyi melengking saat inspirasi
(inspiratory whoop), batuk paroksismal, dan emesis post-tusif.
Gejala-gejala klasik ini lebih sering ditemukan pada anak-anak
dibandingkan pasien dewasa.
Etiologi Kokobasil gram (-), tidak motil,
tidak berspora, berkapsul
• Bordetella pertusis. Perwarnaan toluidine blue:
tampak granula metakromatik
bipolar

Organisme yang didapat


umumnya tipe virulen (disebut
fase I).

Strain fase I berperan untuk


penularan penyakit dan
menghasilkan vaksin yang efektif.
Epidemiologi
• Angka kejadian tinggi di negara berkembang dengan cakupan
imunisasi rendah
• Indeks penularan Bordetella mencapai 75 – 100%, yaitu jika terdapat
sumber infeksi dan kontak dengan tidak adanya kekebalan, kasus
penyebarannya akan sangat luas hingga mencapai 100%
• Satu kasus primer Pertusis dapat menyebabkan 17 kasus sekunder
pada subjek yang rentan, penularan terutama sering terjadi di dalam
keluarga.
• Reservoir utama dari patogen di alam dan sumber infeksi adalah
tubuh manusia, utamanya pada usia anak-anak 3-6 tahun.
• Di negara dengan 4 musim, musim gugur dan musim dingin adalah
masa penularan meningkat.
Cont’
• Pertusis merupakan penyakit berat dengan mortalitas yang tinggi
terutama di kalangan anak-anak dan bayi. Vaksinasi Pertusis yang
luas menurunkan insiden penyakit sekitar 80%.
• Insiden Pertusis secara global pada tahun 2015 menurut WHO
adalah 24,1 juta kasus Pertusis, di mana 142.512 kasus berujung
pada kematian.
• Angka kematian: di negara maju seperti di USA sebesar 5 dari 1000
bayi lahir hidup, sedangkan di negara berkembang sejak tahun 1980,
berdasarkan Expanded Programme on Immunization (EPI) tahun
1992 angka kematian pertusis anak lebih dari 7 per 1000 kelahiran.
Bagaimanapun angka kesakitan dan kematian setelah usaha EPI
1992 berkurang 60% (WHO,1996).
Penularan
• Penularan melalui droplet saat batuk, bersin, dan berbicara

• Masa inkubasi 6-20 hr, rata-rata 7 hari

• Manusia merupakan satu-satunya pejamu bakteri ini

• Rata-rata serangan mencapai 80-100% pada kelompok rentan

6
Patogenesis
Droplet mengandung B. Pertussis  menempel pada epitel
saluran napas atas dengan toksis FHA (filamentous
hemagglutinin)  mulai replikasimenghasilkan toksintoksin
AB (toksin B merusak sel dan menginjeksikan toksin A ke dalam
sel)peningkatan adenylate cyclasepeningkatan
cAMPpeningkatan produksi mukus, kerusakan silia, infiltrasi
PMNrespon batuk, stasis mukusbatuk berkepanjangan
Gejala & tanda

• Pertusis: toxin-mediated disease, toksin melekat & melumpuhkan


bulu getar saluran napas (silia)

• Batuk terus-menerus yang diakhiri dengan whoop yang berlangsung


s/d 1-10 minggu

• Perjalanan penyakit terbagi dalam 3 fase: kataralis, spasmodik, dan


fase penyembuhan
8
• Fase kataralis (1-2 mgg),
batuk mulanya pada malam hari, pilek, anoreksia

• Fase spasmodik (2-4 mgg),


batuk makin kuat & terus-menerus, gelisah, muka
merah,diakhiri bunyi whoop. Anak dpt terkencing-kencing
bahkan sampai mata merah/mimisan. Tertawa/menangis dpt
memicu batuk

• Fase penyembuhan/konvalesens (beberapa minggu-bulan),


ditandai dg berkurangnya bunyi whoop & muntah. 9
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah perifer lengkap
• Kultur
• Rontgen Thorak
• Serologi ELISA
Diagnosis Banding:
• Common cold
• TB
• Pneumonia
• Asma
• Bronkiolitis
Diagnosis
Anamnesis
• Lebih sering terjadi pada anak kurang dari 10 tahun
• Curiga pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, batuk paroksismal diikuti suara
whoop saat inspirasi, sering disertai muntah
• Periode inkubasinya antara 1 – 3 minggu namun biasanya antara 7 – 10 hari
• Anak-anak di atas usia balita, remaja, dan dewasa tidak menunjukkan fase yang jelas.
• Orang dewasa yang sudah divaksinasi umumnya mengalami bronkitis tanpa whoop, di mana
gejala itu akan muncul ditambah dengan muntah paska batuk pada orang dewasa yang
belum tervaksinasi.
• Riwayat vaksinasi juga perlu ditanyakan untuk mengarahkan kecurigaan ke arah Pertusis.
• Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertusis
• Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, akan tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas
atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk
• Perdarahan subkonjungtiva
Pemeriksaan Penunjang
Leukositosis (20.000-50.000/mm³ darah) dengan limfositosis absolut khas,
pada bayi-bayi jumlah leukosit tidak dapat menolong untuk diagnosis, oleh
karena respon limfositosis terdapat pula pada banyak infeksi.
Baku emas: kultur dengan sampel diambil pada 2 minggu pertama
Tatalaksana
• Eritromisin 50 mg/kg/hari PO (14 DAY)
• Azitromicin , claritromicin ,TMP-SMZ
• Salbutamol
• O2
• Suction nasofaring
• Cairan IV
• No Immunoglobulin’No Antitussive drugs’No Steroid
Pencegahan :
• Imunisasi aktif : imunisasi saat bayi berusia 2, 3, 4 bulan
• Jika pertusis bersifat prevalen dalam masyarakat,
imunisasi dapat dimulai pada waktu berumur 2 minggu
dengan jarak 4 minggu.
• Kontak :
Eritromisin : 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis,
peroral selama 14 hari. Anak yang berumur > 7 tahun yang
telah mendapatkan imunisasi juga diberikan eritromisin
profilaksis.
Komplikasi :
• Pneumonia komplikasi yang paling sering terjadi
• Perdarahan subkonjungtiva, hematoma, perdarahan epidural,
perdarahan intrakranial, ruptura diafragma, hernia umbikalis,
hernia inguinalis, prolapsus rekti, dehidrasi dan gangguan
nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai