Disusun Oleh :
NAMA : SAYATI
NIM : 14098
TINGKAT : 2B
SURAKARTA
2015/2016
A. Pengertian
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran
pernafasan di atas laring,tetapi kebanyakan,penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah
secara simultan atau berurutan.(Nelson,edisi 15).
B. Etilogi
1. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus
dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
2. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
3. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko serangan ISPA.
4. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
5. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
C. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas
bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh
laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran
pernafasan.
- Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa
- Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa karena nya tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
- Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
- Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
D. Pathways
E. Manifestasi Klinis
- Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
a. Batuk
b. Nafas cepat
c. Bersin
d. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
e. Nyeri kepala
f. Demam ringan
g. Tidak enak badan
h. Hidung tersumbat
i. Kadang-kadang sakit saat menelan
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak,
napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan
wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah proses yang paling sering digunakan dalam menegakkan
diagnosis pada gangguan pernapasan atas.
termasuk di dalamnya pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CT Scan, pemeriksaan dengan zat kontras
dan MRI (pencitraan resonansi magnetik). Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian
integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi.
G. Penatalaksanan
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA
yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus
mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan
penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
- Immunisasi.
- Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
- Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
- Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
Penatalaksanaan Medis
- Medikasi : gunakan semprot hidung atau tetes hidung dua atau tiga kali sehari atau sesuai yang
diharuskan untuk mengatasi gejala hidung tersumbat.
H. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak
terjadi invasi kuman lainnya.
1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal
belum tumbuh.Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri
tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan maksilaris.Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan foto rontgen dan transiluminasi pada anak besar. Proses sinusitis sering menjadi
kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-
kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai
secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila didapatkan pernafasan mulut yang
menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang dipikirkan
terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan
antibiotik.
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus langsung
kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada anak
kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan
kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang
telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya
bayi akan menangis keras). Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi
pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan kejang
demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika keadaan tidak membaik.Parasentesis (penusukan
selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media
perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan anak adalah :
a. Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi penyaluran sekret.
b. Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan perembesan infeksi juga
merintangi penyaluran sekret.
c. Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga tengah walau jarang dapat
berlanjut menjadi mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).
3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis
dan bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis
purulenta.
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan, agama,
alamat, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi,
nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya
c. Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
- Tanda vital :
- Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
- Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak,
keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan
- Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan
yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman
- Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada
kesulitan dalam berbicara.
- Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis
- Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada
Pengkajian Sistem Pernafasan
- Inspeksi
- Palpasi
Adanya demam
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
- Perkusi
- Auskultasi
- Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri
tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah
terjadi peningkatan bising usus/tidak.
- Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat
keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
- Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah
ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
- Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
adanya sekret.
b. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret,proses inflamasi,peningkatan produksi sekret.
c. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
a. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan,adanya sekret.
Intervensi:
- Observasi tanda vital, adanya cyanosis serta pola kedalaman dalam pernafasan
Rasional:sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
- Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Rasional:semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru dan memperbaiki ventilasi
- Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas
Rasional:untuk memperbaiki ventilasi
- Anjurkan untuk tidak memberikan minum dalam periode tachypnea
Rasional:agar tidak terjadi aspirasi
- Pemberian oksigen
Rasional:untuk memenuhi kebutuhan oksigen
- Nebulizer
Rasional:mengencerkan sekret memudahkan pengeluaran sekret
b. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret,proses inflamasi, peningkatan produksi sekret
Tujuan:Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
KH:jalan nafas yang bersih dan patent,meningkatnya pengeluaran sekret,suara nafas bersih
Intervensi:
- Kaji bersihan jalan nafas klien
Rasional:sebagai indikator dalam menentukan tindakan selanjutnya
- Auskultasi bunyi nafas
Rasional:ronchi menandakan sekret pada jalan nafas
- Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional:membantu mengeluarkan sekret
- Pemberian antibiotik
Rasional:mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi sekret
c. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan:nyeri terkontrol atau menghilang
KH:Nyeri terkontrol di tandai dengan klien mengatakan nyeri menghilang,ekspresi wajah
rileks,klien tidak gelisah dan rewel
Intervensi:
- Kaji nyeri yang di rasakan klien, perhatikan respon verbal dan non verbal
Rasional:sebagai indikator dalam menentukan intervensi selanjutnya
- Anjurkan keluarga untuk memberi klien minum air hangat
Rasional:mengurangi nyeri pada tenggorokan
- Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional:meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan pola istirahat
- Pemberian ekspectoran
Rasional:memudahkan pengeluaran sekret sehingga mengurangi rasa sakit saat
batuk
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan:Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
KH:Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang
Intervensi:
- Kaji peningkatan suhu tubuh yang di alami oleh klien
Rasional:sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
- Observasi tanda-tanda vital
Rasional:pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan
keperawatan selanjutnya
- Anjurkan keluarga untuk kompres hangat dingin daerah dahi dan ketiak
Rasional:dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses
konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiuretik
Rasional:untuk mengontrol panas
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarths. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta :
EGC.
Mansjoer Arif, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.
Price A, Sylvia, dkk, 2012. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. EGC:
Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC,
kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.