Anda di halaman 1dari 31

Haemophilus

Ni Putu Puniari Eka Putri, S.Si., M.Si.


Haemophilus influenza merupakan bakteri bentuk
batang gram-negatif, pleomorfik, kecil dan
pertumbuhannya lambat. Pada cairan spinal, cairan
sendi, dan kultur primer dari bahan tersebut pada medium
yang diperkaya, bakteri ini sebagian besar berbentuk
kokobasil, berukuran lebar 0,2-0,3 (m dan panjang 0,5-0,8
(m. Kapsul dapat diperlihatkan dengan antiserum tipe-
spesiifik pada reaksi quellung. H. influenzae yang tidak
berkapsul dari sputum dan aspirat telinga, ukurannya lebih
panjang dibandingkan dengan yang berkapsul.
Epidemiologi
H. influenzae yang tidak berkapsul bisa terdapat pada nasofaring, tanpa
menimbulkan gejala penyakit. Tingkat bawaan pada anak-anak yang sehat
sekitar 60-90%, pada orang dewasa sekitar 5%. Isolat dari anak-anak, sekitar
5% berkapsul dan setengahnya merupakan tipe b. Frekuensi infeksi invasif
berbanding terbalik dengan usia; persentasi kejadian hanya sedikit pada
orang dewasa dan anak-anak berusia lebih besar. Infeksi pada bayi berusia 2
bulan jarang terjadi karena transfer transplasenta antibodi maternal.
Sebagian besar kasus meningitis, piartrosis, selulitis terjadi pada anak-anak
berusia di bawah 2 tahun, dan epiglotitis pada usia 3-5 tahun. Pada orang
dewasa H. influenzae sistemik, sebelumnya dianggap tidak ada, saat ini
diketahui terjadi peningkatan. Keseluruhan insidensi penyakit Haemophilus
invasif meningkat empat kali lipat, hal ini terjadi karena adanya perbaikan
teknik laboratorium untuk identifikasi penyakit tersebut. Penyakit H.
influenzae menyebar luas dan merupakan bagian endemik utama di alam.
Insidensi kasus sekunder meningkat, terjadi di antara anggota keluarga yang
rentan dan pusat perawatan yang terpapar kasus utama. Infeksi sistemik juga
terjadi pada daerah kumuh. Faktor inang nampaknya meningkatkan
kerentanan, termasuk defisiensi Ig, penyakit sickle cell, dan infeksi paru-paru
kronik. Pada orang dewasa, alkoholisme meningkatkan risiko pneumonia
Morfologi dan identifikasi
H. influenzae memiliki tuntutan kebutuhan nutrisi
yang tinggi dan hanya tumbuh pada medium yang
telah di perkaya oleh hemin (faktor X) dan
nicotinamide adenine dinucleotide (NAD atau faktor
V). Agar nutrien sederhana tidak mengandung faktor
X atau faktor V sedangkan H. Influenzae hanya akan
tumbuh disekitar piringan kertas yang mengandung
kedua faktor ini.
Gambar H. Influenzae dalam media perkembangbiakan (sumber: Tom Elliot (2009)
Patogenitas
H. influenzae tak bersimpai (rough) biasa diasosiasikan dengan
penyakit saluran pernafasan kronik, terutama pada orang
dewasa. H. influenzae tipe b (Hib), yang merupakan penyebab
sebagian besar penyakit invasif, termasuk penyakit pneunomia
dan meningitis bakterial akut pada bayi dan anak-anak. Infeksi
oleh H. influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang
berasal dari penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya
menyebar secara langsung saat bersin atau batuk.
Diagnosis ditegakan melalui pemeriksaan laboratorium melalui
pemeriksaan mikroskopis dari sampel klinis dan isolasi
langsung organisme dari tempat yang terinfeksi.
Morfologi
Batang, kecil, gram negatif, pleomorfik
Tumbuh pada media diperkaya yang mengandung darah atau bagian dari
darah (faktor X/hemin dan V/nicotinamide adenine dinucleotide )
Sering ditumbuhkan dalam media agar darah bersama Staphylococcus karena
Staphylococcus bisa memberikan faktor yang diperlukan Haemophillus untuk
tumbuh. Koloni Haemophillus tampak kecil di sekitar koloni Staphylococcus.
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pasteurellales
Family : Pasteurellaceae
Genus: Haemophilus
Species : H. Influenzae, H. ducreyi
Haemophillus influenzae
Flora normal pada saluran nafas atas
Penyebab penting meningitis pada anak dan infeksi
saluran nafas pada anak dan dewasa
Resisten terhadap ampisilin dan kloramfenikol
(plasmid)
Infeksi akut
Coccobacil dg panjang 1,5µm kadang berpasangan
atau berantai
Morfologi koloni tergantung pada media dan umur
perbenihan, 6-8 jam setelah ditanam pada media yang
diperkaya, bentukan coccobacil lebih dominan.
Kemudian bentuk menjadi lebih panjang, mengalami
lisis dan pleiomorfik
6-18 jam pada media diperkaya, kuman ini
membentuk kapsul yang berperan sebagai antigen (a-
f, tapi b penentu patogenitas)
Kultur
Media agar coklat : terbentuk koloni coklat abu-abu
dengan Ø 1-2 mm (24 jam)
Tidak tumbuh pada media agar darah domba kecuali
bila dieramkan bersama Staphylococcus -> satellite
phenomenon karena Stap menghasilkan NAD (faktor
V) sehingga Haemophyllus tumbuh di sekitar Stap.
Struktur Antigen
Kapsul H. Influenza terdiri dari polisakarida tipe a-f,
tipe b merupakan suatu polyribose-ribinol phospate
(PRP)
Antigen somatik terdiri dari protein membran luar
(lipooligosakarida – endotoksin) dengan struktur yang
mirip neisseria
Patogenesis
Mekanisme patogenesis belum jelas, tetapi keberadaan
kapsul yg bersifat antifagositik
H. Influenza tipe b lebih invasif dan patogen dibanding
tipe yg lain
Lipopolisakarida berperan dalam menimbulkan inflamasi
Memproduksi protease spesifik IgA1 yang berperan untuk
kolonisasi pada mukosa
Setelah usia 3-5 th darah manusia bersifak bakterisidal
terhadap H. Influenza, tetapi 25% orang AS tidak
memiliki antibodi shg rentan sakit
Infeksi oleh H influenza tipe b
Sub acute bacterial endocarditis
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik dan gejala.
Kultur darah positif pada > 50%
PRP didapatkan pada serum, cairan serebrospinal
dan urin konsentrat > 95% kasus meningitis H.
Influenza.
Cocoobacil gram negatif >80% ditemukan pada
cairan serebrospinal pada kasus meningitis.
Pewarnaan Gram bermanfaat untuk diagnosa cepat
septic arthritis dan penyakit saluran nafas bawah.
Pengobatan dan Pencegahan
Tanpa pengobatan yg benar meningitis dan epiglotitis
krn H. Influenza hampir 100% fatal
Banyak yg resisten thd ampicillin, chloramphenicol
Cephalosporin adalah drug of choice untuk 2 kasus di
atas
Penyakit lain yg disebabkan oleh H. Influenza bisa
diobati dg ampicilin (bila msh peka), trimethoprim-
sulphametoxazol, tetracyclin dan cefaclor
Vaksin Hib-C yang mengandung kapsul PRP
dikonjugasikan dengan tetanus toxoid cukup berhasil
dalam usaha preventif thd H. influenza
H. ducreyi
Penyebab penyakit chancroid di Asia dan Afrika
Pada wanita tidak menimbulkan gejala, tetapi pada
pria seminggu setelah transmisi muncul papula
eritematus di daerah genital. Lesi ini menjadi ulkus
yang nyeri disertai pembesaran kelenjar inguinal
Kuman ini lebih sulit tumbuh dibanding H. Influenza
tetapi pada media agar coklat yang ditambah dg
IsovitaleX dalam 5%-10% CO2 pertumbuhannya bisa
dilihat setelah hari ke 2-4
H. aegyptius

Bersifat oportunistik
Bisa menyebabkan penyakit yg berat pd anak
(Brazilian purpuric fever) yang ditandai dengan
conjunctivitis, diikuti dengan demam, muntah2 dan
nyeri perut. Pasien kemudian muncul petechiae,
purpura, shock dan kematian.
Patogenesis dari infeksi ini masih belum jelas.
Pertumbuhan kuman ini sama dengan H. influenza
BORDETELLA PERTUSIS

20
Pendahuluan

Penyakit infeksi pernafasan akut yang menyerang


anak
=batuk rejan, wooping cough, tussin quinta, violent
cough, batuk 100 hr

Ditemukan sejak 1578, kumannya diketahui baru th


1908 oleh Bordet & Gengou

21
Bordetella pertussis
Penyebab : Whooping cough = batuk rejan = batuk
100 hari
Morfologi :
Batang Gram negatif
Sifat :
Strict aerob
Suhu optimal tumbuh : 35-36C – 3 hari
Medium perbenihan :
Bordet-Gengou medium
Imunisasi : DPT
Epidemiologi
Sampai th 1900-an, penyebab kematian anak di AS

Th 1940-an ditemukan vaksin mk kesakitan dan kematian


turun

Angka morbiditas th 1922-1940 : 150/100.000, th 1980-1991


tinggal 1,2/100.000

Cakupan imunisasi yg tinggi d amerika latin menurunkan


kasus dr 120.000 th 1980 mjd 40.000 th 1990.

23
Angka kematian di amerika 80% pd bayi & 70%-nya
pd bayi < 6 bl.
CFR saat ini kurang dari 1 % pd bayi < 6bl
Morbiditas sedikit lebih banyak pada wanita drpd
pria
Penyebab utama kematian pd bayi & anak yang tdk
diimunisasi, malnutrisi & infeksi sal napas & cerna
Peneumoni mrp penyebab utama kematian krn
pertusis

24
Di Indonesia, sejak 1991 pertusis muncul mjd kasus
yng sering dilaporkan pd balita
Th 1996 ada 7796 kasus
40% menyerang balita, remaja & dewasa meningkat
Estimasi WHO, 600.000 kematian tjd krn pertusis.
Jabar, 4970 th 1990 dengan kematian 0,2%

25
Etiologi
Penyebab: Bordetella pertusis (Haemophilus
pertussis).

Termasuk klp kokobasilus Gram negatif, tidak


bergerak, tidak berspora

Media tumbuh: darah-gliserin-kentang yang


ditambah penisilin untuk menghambat pertumbuhan
organisme lain

Ukuran panjang: 0,5-1 mk dan diameter 0,2-0,3 mk

26
Penularan
Penularan mll droplet saat batuk, bersin, dan berbicara

Sebagian besar bayi tertular dari saudaranya dan kadang-kadang oleh


orangtuanya

Mas inkubasi 6-20 hr, rata-rata 7 hari

Manusia merupakan satu-setunya pejamu bakteri ini

Rata-rata serangan mencapai 80-100% pada kelompok rentan

27
Gejala & tanda

Pertusis: toxin-mediated disease, toksin melekat &


melumpuhkan bulu getar saluran npas (silia), sehingga

Batuk terus-menerus yang diakhiri dengan whoop yang


berlangsung s/d 1-10 minggu

Perjalanan penyakit terbagi dlam 3 fase: kataralis,


spasmodik, dan fase penyembuhan/konvancelled

28
Fase kataralis (1-2 mgg),
batuk mulanya pada malam hari, pilek, anoreksia

Fase spasmodik (2-4 mgg),


batuk makin kuat & terus-menerus, gelisah, muka
merah,diakhiri bunyi whoop. Anak dpt terkencing-kencing
bahkan sampai mata merah/mimisan. Tertawa/menangis
dpt memicu batuk

Fase penyembuhan/konvalesens (1-2 mgg),


ditandai dg berhentinya bunyi whoop&muntah. Batuk
biasanya masih & hilang dalam 2-3 mgg

29
Pengobatan

Pengobatan untuk menghentikan gejala:


Antibiotik : eritromisin atau penisilin
Suportif : pengencer batuk, oksigen bila perlu
Simtomatik lainnya

30
Pencegahan

1. Pemberian imunisasi DPT pd bayi, dan DT pada


anak SD
2. Bayi 0-1 th vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 mgg
dan selang min 1 bl
3. Diulang umur 6-7 th mll BIAS

Penundaan imunisasi sebaiknya tidak menunggu


sampai anak berusia lebih dari satu tahun

31

Anda mungkin juga menyukai