Departemen Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Specific Learning Objectives
1. Menjelaskan morfologi dan struktur dari
masing-masing kelompok bakteri batang
Gram-negatif kecil
2. Menjelaskan cara identifikasi bakteri batang
Gram-negatif kecil
3. Menyebutkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan bakteri batang Gram-
negatif kecil
2
Referensi
Riedel, S., Morse, S.A., Mietzner, T., Miller, S. Jawetz, Melnick &
Adelberg’s Medical Microbiology, 28th edition, McGrawHill, Lange,
2019.
Murray R.P , Rosenthal, K. S., Pfaller, M. A., Medical Microbiology ,
9th edition, Elsevier, 2021
Levinson, W., Chin-Hong, P., Joyce, E., Nussbaum, J., Schwartz,
B., Review of Medical Microbiology, International Edition, 15th
edition, McGraw-Hill, USA, 2018.
• Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology, 28th edition
by Stefan Riedel, Stephen A. Morse, Timothy Mietzner, and Steve
Miller. McGraw-Hill, 2019.
• Lennette, E.H. Balows A. Hausler, W.J Jr and Truant J.P. Manual of
Clinical Microbiology, 12th ed. American Society for Microbiol,
Washington D.C. 2019.
3
Referensi
• http://www.brown.edu/Courses/Bio_160/Projects1999/
bmenin/haeinfl.html
• http://www.pgblazer.com/2009/02/haemophilus-
influenzae.html
• http://pathmicro.med.sc.edu/ghaffar/bord-hemo.htm
• http://faculty.matcmadison.edu/mljensen/111CourseDocs/
111Review/Unit2Reviews/haemophilus_answers.htm
• http://phil.cdc.gov/PHIL_Images/03182002/00014/
PHIL_1902_lores.jpg
• http://www.medicalhealthcareinfo.com/content/
Brucella_spp_Colony_Characteri.php
4
Bakteri Batang Gram Negatif Kecil
• Haemophilus
• Bordetella
• Brucella
• Francisella
5
HAEMOPHILUS
• Kelompok bakteri pleomorfik kecil, Gram-negatif
• Isolasi memerlukan media kaya yang mengandung
darah atau turunannya
• Patogen pada manusia yang penting : Haemophilus
influenzae tipe b
• Spesies lain : Haemophilus ducreyi, patogen yang
ditularkan secara seksual, penyebab chancroid
• Spesies lain sebagai flora normal di selaput lendir
6
Characteristics and Growth
Requirements of the Haemophilus Species
Important to Humans. (X = Heme;
V = Nicotinamide-Adenine Dinucleotide.)
7
Haemophilus influenzae
• Habitat : 25-75% ditemukan pada selaput lendir
saluran pernafasan bagian atas manusia
• Merupakan penyebab penting dari meningitis
pada anak-anak
• Kadang dapat menyebabkan infeksi saluran
pernafasan pada anak dan orang dewasa
• Hanya menginfeksi manusia
8
H.influenzae : Morfologi dan identifikasi
A. Ciri-ciri organisme :
- basil kokoid pendek (1,5 µm), susunan rantai pendek
atau berpasangan
- non-motil, anaerob fakultatif, inkubasi pd 10%CO2
- dalam biakan, morfologi tergantung usia dan medium
B. Kultur:
- pada agar BHI (Brain Heart Infusion) + darah :
koloni kecil, bulat dan cembung
9
Haemophilus influenzae (pewarnaan Gram)
10
H.influenzae : Morfologi dan identifikasi
B. Kultur:
- Pada agar coklat: koloni datar, coklat keabu2an, diameter
1-2 mm, setelah 24 jam inkubasi
D. Sifat pertumbuhan:
- Faktor X : hemin
- Faktor V : koenzim NAD (nicotinamide adenine
dinucleotide)
- Pada agar darah H influenzae hanya tumbuh sebagai
‘satellite phenomenon’ di sekitar koloni staphylococcus
sp. Karena koloni staph. ini dapat menghasilkan NAD.
- Kadang-kadang memfermentasi karbohidrat
11
Koloni Haemophilus influenzae pada agar darah 12
H.influenzae : Morfologi dan identifikasi
D. Struktur permukaan:
- H. influenzae yang berkapsul mengandung
polisakarida (ada 6 tipe: a-f)
- Kapsul tipe b adalah poliribosa-ribitol
poli fosfat (PRP)
- Mempunyai envelop dan pili
- Sebagian besar H.influenzae flora normal tidak
berkapsul
13
Patogenesis Infeksi H.influenzae
• Kapsul polisakarida (ribitol fosfat) H. influenzae tipe b
adalah faktor virulensi utama dapat menghindari
fagositosis dan lisis yang diperantarai sistem
komplemen (bila sistem daya tahan tubuh rendah)
• Transmisi lewat saluran pernafasan atas,
berkolonisasi secara asimtomatik atau
bermanifestasi menjadi sinusitis, otitis media atau
pneumonia.
14
Patogenesis Infeksi H.influenzae
• Bakteri menempel ke sel-sel epitel sistem pernafasan
diperantarai pili memproduksi IgA protease yang
menghancurkan IgA sekretori saluran nafas
15
Patogenesis Infeksi H.influenzae
• H. influenzae tipe b menyebabkan meningitis,
pneumonia dan empiema, epiglotitis, selulitis,
artritis septik, dan bentuk infeksi invasif lain
• Dapat menyebabkan laringo-trakheitis
obstruktif fulminan, epiglotitis, konyungtivitis
pada bayi
16
“Swollen Epiglottis”: gambaran khas epiglotitis
disebabkan H. influenzae
17
Epidemiologi Infeksi H. influenzae
• Penyebab tersering meningitis bakterial pada anak
umumnya strain berkapsul (95% tipe b)
• Sering terjadi pada usia 6bln-6th (>>usia 6bln-1th)
• Beberapa orang berusia > 3-5 tahun, darahnya
bakterisidal thd H. influenzae infeksi klinis jarang
• Di AS, 25% antibodi bakterisidal tidak ditemukan
pada orang dewasa infeksi klinis sering
• Dewasa: dpt terjangkit bronkitis atau pneumonia
18
Diagnostik Laboratorium
• Spesimen: swab nasofaring, pus, darah, cairan
spinal, untuk apusan langsung dan kultur.
• Identifikasi langsung : saat jumlah organisme banyak
pada spesimen → pewarnaan Gram (metode
diagnosis cepat pada meningitis), imunofluoresen, uji
pembengkakan kapsul, deteksi imunologis terhadap
antigen H. influenzae dalam cairan spinal
• Kultur : dibiakkan pada agar coklat yang diperkaya
IsoVitaleX (faktor X dan V) selama 24-28 jam
19
Imunitas
• Bayi < 3 bulan bisa memiliki antibodi serum dari
ibunya, namun selanjutnya antibodi itu hilang
• Pada anak usia 3-5 tahun yang belum diimunisasi
banyak dijumpai yg telah memiliki antibodi anti PRP
yang membantu bakterisidal dependen komplemen
dan fagositosis sudah terimunisasi alamiah
• Imunisasi anak dengan vaksin konjugat H influenzae
tipe b menginduksi antibodi yang sama (vaksin Hib)
20
Terapi
• Diagnosis segera dan terapi antimikroba yang tepat
penting untuk mengurangi kerusakan neurologis
• Angka kematian akibat meningitis H. influenzae
yang tidak diobati mencapai 90%
• Sebagian peka terhadap ampisilin, namun 25%
menghasilkan beta-laktamase
• Seluruh galur peka terhadap sefalosporin generasi
baru (generasi ke-3 : cefotaxime, ceftriaxone)
21
Pencegahan dan Pengendalian
22
Haemophilus ducreyi
• Penyebab chancroid (soft chancre = ulkus molle)
sexually transmitted disease (STD), berupa
borok/ulkus kasar pada daerah genital
• Sediaan apusan langsung dari luka : tampak batang
Gram (-) kecil, berpasangan atau berantai, berderet
bersama bakteri piogenik lain
• Patogenesis : infeksi terjadi pada mukosa atau kulit
area genitalia via epitel yang terluka. Kuman ini
terdapat pada ulkus, eksudat dan bubo
• Penyakit ini harus dibedakan dari syphillis, infeksi
herpes simpleks tipe 2 dan limfogranuloma venereum
23
Lesi bubo akibat infeksi H. ducreyi
24
Diagnosis Laboratorium
• Pewarnaan Gram : batang kecil Gram-negatif atau
kokobasil, intraselular atau ekstraselular, tersusun
satu-satu atau berantai
• Spesimen : swab/kerokan dasar luka
• Kultur : agar coklat + 1% IsoVitaleX dan vankomisin
3 µg/ml inkubasi pada CO210%, 330C
• Pengobatan dengan ceftriaxone i.m, cotrimoxazole
atau erythromicin oral, penyembuhan dalam dua
minggu
25
H. ducreyi ekstraselular, pewarnaan Gram, dari lesi chancroid
26
BORDETELLAE
Beberapa spesies yang penting pada manusia :
• Bordetella pertussis : penyebab batuk rejan (pertusis,
batuk 100 hari, whooping cough)
• Bordetella parapertussis : penyebab penyakit mirip
pertusis, namun lebih ringan
• Bordetella bronchiseptica : penyebab penyakit pada
hewan, kadang dapat menyerang manusia → infeksi
sal. nafas kronik (jarang), pneumonia pada pasien
imunosupresif
27
Bordetella pertussis
1. Morfologi & identifikasi
Ciri-ciri organisme :
- Bentuk kokobasil Gram (-) kecil menyerupai H.
influenzae, dengan pewarnaan toluidin blue akan
terlihat granula metakromatik bipolar dan tampak
berkapsul
- non-motile, non-spora
- Isolasi pada media diperkaya : Bordet-Gengou
(potato blood glycerol agar + penicillin G), kultur 3-7
hari
28
Bordetella pertussis
- Bersifat aerobik sempurna, membentuk
asam tanpa gas dari glukosa dan laktosa
- Hemolisis pada agar darah : menunjukkan
virulensi B. pertussis
- Tidak membutuhkan faktor X dan V
29
Bordetella pertussis
30
Koloni "mercury drop“ pada media Bordet-Gengou
B. pertussis
31
Bordetella pertussis
2. Struktur antigen, Patogenesis dan Patologi
32
Bordetella pertussis
3. Uji laboratorium diagnostik
- Spesimen : cucian dari rongga hidung dgn larutan
saline (terbaik), swab nasofaring
- Kultur : media padat mengandung antibiotik dan
identifikasi dengan pengecatan imunofluoresen (FA
test)
- FA test (Uji Antibodi Fluoresen Direk) langsung
dari spesimen swab nasofaring dan dari hasil kultur
- Polymerase Chain Reaction (PCR)
- Uji Serologi lainnya
33
Bordetella pertussis
4. Imunitas, Pencegahan dan Pengobatan
- Imunitas didapat setelah sembuh dari penyakit
atau vaksinasi
- Bayi : 1 thn pertama setelah lahir sebaiknya
mendapat 3 kali suntikan vaksin + booster 2 kali
- Vaksin: kombinasi dgn toksoid difteri & tetanus (DTP)
- Profilaksis : eritromisin 5 hr pada orang yg terpapar
atau belum diimunisasi organisme cepat dieliminasi
34
BRUCELLA
• Merupakan parasit obligat pada hewan dan
manusia, intraselular, hampir semua dapat
menginfeksi hewan, termasuk manusia
• Brucella melitensis : menginfeksi kambing,domba
• Brucella suis : menginfeksi babi
• Brucella abortus : menginfeksi hewan ternak
• Brucella canis : menginfeksi anjing
• Penyakit pada manusia (zoonosis) : brucellosis
35
Brucella:
Brucella Morfologi dan Identifikasi
• Ciri-ciri organisme : bervariasi dari kokus sampai
batang, Gram-negatif, aerob, non-motil, non-spora
• Kultur :
– Sulit tumbuh (fastidious)
– Koloni tidak terlihat dalam 24jam 2-3 hari
– Tumbuh lambat pada berbagai media standar
(mis: agar darah, coklat, dan tripticase soy)
– Sangat kecil, halus, jernih, non-hemolisis
36
Brucella melitensis
37
Koloni Brucella melitensis pada agar darah
38
Brucella:
Brucella Morfologi dan Identifikasi
39
BRUCELLOSIS
• Definisi: infeksi genitourinaria pada hewan
• Manusia (peternak, pekerja potong hewan, dokter
hewan) dapat terinfeksi melalui kontak langsung atau
tidak langsung lewat konsumsi produk hewan
terkontaminasi (mis: susu).
• Pada manusia, brucellosis = penyakit kronis ditandai
dengan demam, keringat malam, pean berat badan,
bisa berminggu2 – bulanan, infeksi terlokalisir di RES
40
Patogenesis
• Brucella menembus kulit atau membran mukosa,
masuk dan bermultiplikasi dalam makrofag di hati,
limpa, sumsum tulang, dan komponen RES lain
• Mekanisme pertahanan intraselular belum jelas,
mungkin melibatkan supresi sistem
mieloperoksidase, inhibisi fusi fagosome–lisosom,
dan gangguan produksi monosit sitokin
41
Patogenesis
• Jika tidak dapat diatasi secara lokal, infeksi
berkembang membentuk granuloma2 kecil
dalam RES dan bakteri dilepaskan ke
sirkulasi sistemik bakteremia timbul
gejala klinis demam dan menggigil yang
rekuren.
• Menyerupai patogenesis demam typhoid
42
Diagnostik Laboratorium
43
Francisella tularensis
• Bentuk kokobasil, kecil (0.2–0.7 m), tersusun satu-satu,
Gram-negatif, morfologinya mirip Brucella.
• Tumbuh di agar darah glukosa-cysteine, inkubasi
aerobik, CO2, 35ºC. 2-10 hari koloni kecil transparan.
• Biosafety level 3 (BSL III) krn sangat berbahaya dan
sering digunakan untuk biologic weapon
• Penyebab tularemia pada mamalia liar (mis: tupai,
rusa, kelinci) manusia terinfeksi bila kontak langsung
dengan hewan terinfeksi atau lewat gigitan vektor (tick
atau deer fly)
44
Francisella tularensis
45
Koloni Francisella tularensis
46
Patogenesis Tularemia
• Masa inkubasi 2-5 hari lesi di daerah infeksi
ulserasi menginfeksi organ retikuloendotel
granuloma
• Patogen intaselular: multiplikasi dalam makrofag,
hepatosit, dan sel-sel endotel menghindari
fagositosis
• Bisa terjadi infeksi sistemik lesi di banyak organ
• Imunitas jangka panjang didapat sesudah infeksi
47
Tularemia
48
Diagnostik Laboratorium
• Identifikasi langsung dr spesimen klinik:
pengecatan imunofluoresen
• Kultur: bisa tumbuh di media agar coklat, sulit
diagnosis uji serologik
49
50