Anda di halaman 1dari 74

MASALAH KESEHATAN

DI BIDANG KEBIDANAN
dr henry antares MM
TUGAS DAN WEWENANG BIDAN
• KEPMENKES RI No:900/Menkes/SK/VII/2002
• Pelayanan kesehatan reproduksi terpadu merupakan kegiatan
pelayanan kesehatan yang mengintegrasikan semua pelayanan
kesehatan dalam lingkup kesehatan reproduksi yang meliputi
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, kesehatan reproduksi
remaja, pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual
termasuk penanggulangan HIV dan AIDS, dan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya.
PENYAKIT YANG SERING MUNCUL
• Keputihan
• penyakit menular seksual (PMS), HIV/AIDS.
• TORCH (toksoplasmosis, infeksi lain/Other infection, Rubella,
Cytomegalovirus, dan Herpes simplex)
• Candidiasis
Keputihan
• Keputihan merupakan kondisi yang sering dialami oleh wanita
sepanjang siklus kehidupanya dari mulai masa remaja, masa
reproduksi maupun menopause.
• white discharge atau vaginal discharge atau leukorea atau fluor albus
• keputihan normal (fisiologis)
• keputihan abnormal (patologis).
• Keputihan fisiologis adalah sekresi vagina normal terdiri dari sel-sel
epitel yang mengalami pelepasan atau deskuamasi. sel-sel normal ini
berkumpul dalam kelompok, putih dan tidak berbau busuk, dengan
pH 3,8-4,5. Sekret vagina ini biasanya muncul setiap bulannya
• Lactobacillus yang berfungsi untuk melindungi organ dari serangan
infeksi.
• Laktobasil memerlukan zat makanan yang cukup kompleks dan
kebanyakan strain tidak dapat tumbuh pada perbenihan biasa kecuali
ada penambahan glukosa atau whey.
Fisiologi Keputihan
• Lender atau cairan tersebut dilepaskan oleh sel-sel kelenjar dalam
jaringan mukosa vagina yang merupakan lapisan menutipi permukaan
dalam tubuh berfungsi sebagai sawar pelindung yang menghambat
perlekatan bakteri jahat pada lapisan epitel yang menutupi
permukaan jaringan mukosa. Selain itu, flora normal yang berada
dalam vagina bekerja mempertahankan keadaan lingkungan tetap
asam dengan menghasilkan hydrogen peroksida (H202) untuk
mencegah bakteri jahat masuk
faktor yang mempengaruhi
• Faktor dari dalam (endogen)
• kehamilan
• Penggunaan antibiotik jangka panjang
• Diabetes Mellitus
• Penderita HIV/AIDS
• Faktor dari luar (eksogen)
• selalu memakai pakaian yang ketat, penggunaan pakaian dalam nilon dan
pakaian yang terlalu sesak juga merangsang terjadinya infeksi yeast
• mengganti celana dalam kurang dari 2x sehari, atau memakai handuk atau lap
yang sama dengan yang dipakai penderita
• perilaku seksual
Pencegahan
• Menjaga kebersihan
• Tidak menggunakan pantyliner setiap hari lebih dari 2-3 jam
• bila Keputihan masih berlanjut biasanya menggunakan cairan
antiseptiK betadine yang mengandung iodine 1% yang diencerkan
untuk membasuh vagina.
Perbedaan Infeksi Vagina karena Bakteri atau
Jamur
• Infeksi karena Bakteri
• Muncul keputihan tidak sehat dan berseliweran bau ikan yang amis.
• Warna cairan vagina yang biasanya berwarna putih menjadi berubah keabu-abuan.
• Terjadi tanda yang sangat nyata, yakni gatal di sekitar area vagina.
• Infeksi karena Jamur
• Warna keputihan tidak pekat dan sama sekali tidak meninggalkan bau menyengat.
• Sama seperti infeksi vagina karena bakteri, infeksi vagina karena jamur juga
ditandai dengan rasa gatal.
• Terjadinya iritasi pada bagian vagina.
• Terasa panas di area vagina ketika Anda buang air kecil.
• Adanya rasa sakit tidak biasa ketika sedang berhubungan seksual.
Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS adalah infeksi atau penyakit yang di tularkan melalui hubungan
seks (oral, anal, vagina) atau penyakit kelamin atau infeksi yang di
tularkan melalui hubungan seks yang dapat menyerang alat kelamin
dengan atau tanpa gejala dapat muncul dan menyerang mata, mulut,
saluran pencernaan, hati, otak, serta organ tubuh lainnya, misalnya
HIV/AIDS, Hepatitis B.
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh
setiap orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di
Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang yang sering  “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak
sehat.
B. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual Beserta Gejala, Penyebabnya
& Cara Penularannya
2. Sifilis/Raja Singa
Tipe : Bakterial (Treponema pallidum)
1. Gonorea/kencing nanah
Tipe : Bakterial (Neisseria gonnorhoeae)
3. Trikonomiasis
Penyebab : Disebabkan oleh protozoa Trichomonas
vaginalis.

4. Ulkus Mole (Chancroid)


Tipe : Bakterial (Hemophilus ducreyi)
5. Klamidia
Tipe : Bakterial (Chlamydia trachomatis)

6. HIV-AIDS
Tipe : Viral (Human Immunodeficiency Virus)
7. Herpes
Tipe : Viral (virus Varicella zoster dan herpes simplex virus )

8. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata)


Tipe : Viral (Human Papiloma Virus)
9. Hepatitis B (HBV)
Tipe : Viral
C. Peran Bidan Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan PMS
 

a. Bidan sebagai role model memberikan contoh sikap yang baik


pada masyarakat
b. Memberikan konseling pada masyarakat terutama remaja dan
psangan suami istri tentang kesehatan reproduksi.
c. Memberikan konseling pada masyarakat tentang penyebab
dan akibat PMS
d. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama
dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
e. Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya PMS.
TORCH
T: Toxoplasmosis
O: Other infections (syphilis, varicella zoster,
parvovirus B-19, Listerosis&coxsackie virus)
R: Rubella
C: Cytomegalovirus
H: Herpes simplex virus-2
Kelompok yang Rentan
• Janin dalam kandungan
• Manusia dengan defisiensi sistem imun
• HIV-AIDS
• Pengobatan kortikosteroid
• Wanita hamil
• Pengobatan anti-kanker
Toxoplamosis
• Ookista, perkawinan makro dan mikrogamet
• Terjadi dalam sel usus kucing
• Diekskresi dalam tinja kucing
• Berisikan sporozoit
• Bersarang dalam tanah dan tumbuhan (sayuran), tahan
hingga 1 tahun
• Tahan thd desinfektans, kekeringan dan pembekuan.
• Mati bila dipanaskan 700C dalam 10 menit
• Penularan: menelan ookista (manusia, hewan, unggas,
rodent)
Bentuk Pertama
• Ookista, perkawinan makro dan
mikrogamet
• Terjadi dalam sel usus kucing
• Diekskresi dalam tinja kucing
• Berisikan sporozoit
• Bersarang dalam tanah dan
tumbuhan (sayuran), tahan hingga 1
tahun
• Tahan thd desinfektans, kekeringan
dan pembekuan.
• Mati bila dipanaskan 700C dalam 10
menit
• Penularan: menelan ookista
(manusia, hewan, unggas, rodent)
Bentuk kedua

• Tropzoit atau tachyzoit


• Sangat infektif
• Memperbanyak diri secara
aseksual
• Berada dalam host intermediate
(manusia, kambing, lembu,
tikus, babi, burung)
Bentuk ketiga
• Kista (cyst)
• Bersarang dalam organ
• Bertahan hidup sepanjang kehidupan
induk semangnya
• Satu kista mengandung ratusan
bradizoit
Patogensis
• Port d’entrée: mukosa usus
• Makrofag: alat diseminasi parasit
• Kista: otak, otot skelet dan otot jantung
• Kerusakan organ: syaraf dan retina, karena ada barrier untuk
antibodi
Gejala klinis
• Kebanyakan asimptomatik
• Limfadenopati (servikal, suboksipital, supraklavikular, inguinal
dan aksilar)
• Kelelahan
• Kadang disertai panas
• Sakit kepala, nyeri otot, nyeri tenggorok
• Hepatosplenomegali
Gejala klinis infeksi kongenital
• Kasus ringan: asimptomatik
• Trias: Hidrosefalus, korioretinitis, dan kalsifikasi intrakranial
• Ubun-ubun cembung
• Pada kasus hebat: hidrops fetalis
• Manifestasi lambat: korioretinitis, strabismus, kebutaan,
hidrosefalus, mikrosefalus, gangguan psikomotor, retardasi
mental, epilepsi dan ketulian
Transmisi kongenital (ditunjukkan dengan adanya parasit dalam plasenta)

• Tidak tejadi pada infeksi kronis


• Infeksi saat hamil : 26 % (25/97)
• Infeksi di luar kehamilan: 2% (2/105) (Desmont &
Couvreur, 1974)
Diagnosis
• Klinis, sulit karena
• Asymptomatik
• Tidak spesifik
• Serologis, deteksi IgM dan IgG
• IgM (+), IgG (+) / (-), infeksi akut
• IgM (-), IgG (+) infeksi kronis
• Aviditas rendah infeksi akut
• Isolasi parasit: sulit, lama
• Identifikasi dengan PCR
Antibodi anti toksoplasma
Toksoplasmosis kongenital
• Diagnosis prenatal
– Gejala klinis ibu hamil: tidak spesifik, limfadenopati,
demam, kelelahan
– Ultrasound: kalsifikasi intrakranial janin, ukuran kepala
lebih besar dari seharusnya
– Serologis: deteksi IgG dan IgM dan aviditas
– Amniocentesis : deteksi parasit dengan PCR
– Kordosentesis : deteksi IgG dan IgM
• Diagnosis postnatal
– Klinis: hidrosefalus
– Serologis darah tali pusat, IgG dan IgM
– Ultrasound kepala: kalsifikasi intrakranial
– Funduskopi: retinokoroiditis
Strategi pengobatan
• Sample I : awal kehamilan (trimester I, 10-12 minggu)
• IgG (+) dan IgM (- ) : pasien immune (45%)
• IgG (+) dan IgM (+) : infeksi akut (5%) atau infeksi lama
dengan residu IgM?
• Periksa aviditas:
• Rendah: infeksi < 4 bulan : Obati
• Tinggi: infeksi > 4 bulan
• IgG (- ) dan IgM (+) : retest tiap 2-3 minggu
• Hasil tetap: Unspecified IgM
• IgG (+): infeksi akut : Obati
• IgG (- ) dan IgM (- ) : non immune
• Ulang pada trimester II (20-22 minggu)
• Follow up sampai akhir kehamilan
Penanganan
• Tujuan: menurunkan insidensi dan derajat kelainan kongenital
• Jenis obat:
• Sulfonamida: sulfadiazin, sulfapirazin,
sulfametazin dan tripelsulfa
• Pirimetamin
• Spiramisin
Pengobatan
• Spiramisin: 2-3 gram selama 3 minggu, istirahat 2
minggu, sepanjang kehamilan
• Hasil:
Pengobatan Infeksi kongenital
Ya Tidak
Ya 92 (23%) 297 (77%)
Tidak 94 (61%) 60 (39%)

(Desmont & Couvreur, 1979)


Pengobatan
• Pirimetamin:
• Bersifat teratogenik
• Untuk kehamilan trimester II (>14 minggu)
• Dosis: 15 mg/m2/hari, maks 25 mg/hari
• Diberikan tiap 3-4 hari sekali (Half life 4-5 hari)
• Sulfa
• Dosis: 50-100 mg/kg BB/hari
• Kombinasi Pirimetamin + Sulfa
• Effectiveness nya 8 kali lebih besar
(Remington & Desmont, 1976)
Pencegahan
• Cuci tangan sebelum makan
• Hindari makanan setengah matang (daging, telur atau makanan
lain)
• Sayur harus dicuci dan buah yang dimakan mentah harus
dikupas
• Talenan, piring, pisau harus dicuci dengan sabun
• Wanita hamil yang ingin berkebun (tanam bunga dll) harus
pakai sarung tangan
Pencegahan
• Jangan biarkan kucing berkeliaran. Beri makan dengan
makanan yang dimasak
• Wanita hamil jangan kerja di lab yang potensial
• Skrinig darah untuk donor
• Pendidikan kesehatan pada wanita hamil termasuk penularan,
pencegahan dan penanganan toksoplasmosis
Congenital Rubella
• Rubella virus teratogenic
• Congenital rubella syndrome (CRS) terjadi sejak
epidemic rubella US tahun 1964
• Janin berisiko CRS hanya selama infeksi primer
• Possibility infeksi janin terjadi pada 4 minggu setelah
konsepsi 61%, 5-8 minggu: 26%; 9-12 minggu: 8%;
setelah 12 minggu: <5%
Congenital Rubella Syndrome
• Abnormalitas yang paling sering terjadi pada infeksi trimester I:
hearing loss 60%-755%; eye defect: 50-90%%; heart disease:
40-85%; psychomotor retardation: 25-40%
• Abnormalitas lainnya: IUGR, hepatosplenomegaly
• Yang jarang terjadi: thrombocytopeni, meningoencephalities
Epidemiologi
• Disebut juga German measles, disebabkan oleh virus rubella
• Transmissi dari kontak langsung dengan sekret nasopharyng
dari orang yang terinfeksi
• Periode yang paling menular adalah beberapa hari sebelum
munculnya rash maculopapuler
• Masa inkubasi 14 – 21 hari
Infeksi Maternal
• Symptomatic pada 50%-70%
• Ringan, rash maculopapular selama 3 hari
• demam, nyeri kepala, hilang nafsu makan, dan sakit
tenggorokan
• Secara umum terjadi lymphadenopathy (terutama postauricular,
occipital)
• Transient arthritis
Infeksi Fetal
• Lebih kurang 50% infeksi janin terjadi saat infeksi primer
maternal pada trimester I dimana terjadi risiko anomali
kongenital yang paling besar
• Menyerang berbagai organ
• Defek kongenital yang permanent: catarak, microphthalmia,
glaucoma, PDA, pulmonary artery stenosis, atrioventricular
septal defect, deafness, microcephaly, encephalopathy,
retardasi mental dan kelumpuhan otot
Infeksi Fetal
• Sepertiga janin yang asimptomatik saat lahir dapat
mengalami manifestasi yang lambat, seperti diabetes
mellitus, gangguan thyroid, dan puberitas prekoks
• Mortalitas
• Abortus Spontan 4-9%, stillbirth 2-3%
• Secara keseluruhan kematian janin dengan congenital
rubella syndrome 5-35%
Diagnosis
• Serology, sebab isolasi virus secara teknis masih sulit
• Deteksi Antibodi dengan cara hemagglutination inhibition, RIA
latex agglutination
• Peningkatan titer atau seroconversi 4 kali lipat atau lebih
mengindikasikan infeksi akut
Diagnosis
• Jika seropositif pada titer pertama belum ada risiko untuk janin
• Rubella primer memberikan imunitas yang panjang tetapi tidak
komplit
• Antirubella IgM dapat ditemukan baik pada infeksi primer
maupun reinfeksi
• Reinfeksi rubella biasanya subklinis, jarang berhubungan dengan
viremia
Penatalaksanaan
• Evaluasi serum rubella
• Riwayat klinis rubella unreliable
• Jika pasien nonimmune, Harus diberikan vaksin rubella
setelah melahirkan
• Kontrasepsi harus diberikan minimal 3 bulan setelah
vaksinasi
• Secara teori jika vaksin digunakan selama hamil akan
ada risiko teratogenik
Penatalaksanaan
• Jika wanita hamil terekspose rubella segera evaluasi
serologik
• Jika terdiagnosa rubella primer, ibu harus dijelaskan
implikasi infeksi pada janin
• Jika infeksi akut terjadi pada trimester I, maka opsi
aborsi medisinalis perlu dipertimbangkan
Kandidiasis Vaginalis
• Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh
jamur Candida. Jamur ini dapat tinggal di berbagai tempat dalam
tubuh, seperti mulut, tenggorokan, usus, lipatan kulit, serta vagina,
dan biasanya tidak berbahaya walau terasa cukup mengganggu.
Jamur Candida albicans
• Jamur merupakan
mikroorganisme yang berbentuk
sel atau benang bercabang.
• Ada lebih dari 150 spesies
Candida tetapi hanya sebagian
kecil yang patogen.
Taksonomi Candida albicans
• Divisio : Thallophyta
• Subdivisio : Fungi
• Classis : Deuteromycetes
• Ordo : Moniliales
• Familia : Cryptococcaceae
• Genus : Candida
• Species : Candida albicans
Morfologi Candida albicans
• Sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong atau bulat
lonjong. Koloninya pada medium yaitu padat dengan sedikit
menimbul dari permukaan medium, permukaan halus, licin atau
berlipat-lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau ragi
Sifat dan Pertumbuhan Candida albicans
• Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37°C dalam kondisi aerob
atau anaerob.
• tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan lebih
tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37°C.
• Candida albicans umumnya dikembangbiakkan secara in vitro pada
media Sabaroud dextrose agar (SDA) atau glucose-yeast extract-
peptone water C.
. Patogenesis Candida albicans
• Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel mukosa. Enzim yang
berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase, yang terjadi
setelah proses penetrasi tergantung dari keadaan imun dari host.
meningkatnya kasus kandidiasis disebabkan
oleh:
• Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan imunitas yang buruk
• Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus
• Kehamilan.
• Pengidap HIV/AIDS
• Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik
Prosedur Diagnosis Laboratorium pada
Wanita Keputihan
• Anamnesis
• Pemeriksaan dengan cara pengambilan swab serviks.
• Pemeriksaan Mikroskopis
• Preparat langsung
• Inokulasi pada serum atau rice-broth
• Fermentasi terhadap larutan gula
Vaginal Swab
1) Getah vagina diambil dengan kapas lidi dari forniks posterior,
dimasukkan ke dalam botol kecil berisi larutan garam fisiologik (NaCl
0.9%).
2) Larutan yang mengandung getah vagina dipusing (centrifuge).
3) Satu tetes ditempatkan di kaca objek, ditutup dengan kaca penutup
lalu diperiksa di bawah mikroskop.
4) Pemeriksaan dilakukan untuk mencari trichomonas vaginalis dan
benang-benang (miselia) Candida albicans.
cara vaginal swab
• Persiapan Pasien
• Persiapan dimulai dengan melakukan anamnesis mengenai riwayat kesehatan
dan seksual dan menjelaskan langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan.
Pasien diberi kesempatan untuk mencerna informasi serta bertanya atau
mengutarakan kekuatirannya jika masih ada yang belum jelas sebelum
memberikan informed consent.
• Setelah pasien memberikan informed consent, instruksikan pasien untuk
mengosongkan kandung kemih, melepaskan pakaian bagian bawah, dan
berbaring. Pastikan bed pasien berada di tempat yang cukup tertutup agar
privasi pasien terjaga. Sebelum kontak dengan pasien, cuci tangan dan
kenakan sarung tangan.
Peralatan
• Lampu pemeriksaan
• Swab steril dan slide mikroskop untuk masing-masing pemeriksaan
(high vaginal swab/HVS dan low vaginal swab/LVS)
• Swab transtube (media transpor charcoal) untuk masing-masing
pemeriksaan
• Spekulum vagina
• Sarung tangan
• Label identitas pasien
Posisi Pasien
• Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berada dalam posisi litotomi.
Posisikan lampu agar area pemeriksaan terlihat jelas.
Prosedural
• Prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan swab vagina adalah sebagai berikut:

• Buka kedua labia minora dengan tangan non-dominan


• Lakukan inspeksi meatus eksterna dan vulva. Perhatikan apakah ada lesi kulit, sekret atau
perdarahan per vaginam, dan bekas luka
• Memasukkan spekulum
• Swab dinding vagina (jarak >2 cm dari introitus untuk HVS, dan jarak 1-2 cm dari untuk LVS)
menggunakan swab steril.
• Apusan swab sebanyak 2-3 kali gulungan pada slide mikroskop tanpa terputus. Tunggu hingga
apusan mengering di udara terbuka, lalu tutup slide carrier. Buang swab
• Jika diperlukan pemeriksaan untuk kultur, gunakan swab transtube untuk mengambil sampel sekret
vagina.
• Masukkan slide dan transtube dalam kantung spesimen, serta beri label identitas pasien
Pemeriksaan Gram :
1) Getah uretra diambil dari forniks posterior dengan kapas lidi atau
ose.
2) Dibuat sediaan usap pada kaca objek. Dengan pewarnaan methylene
blue atau Giemsa, dapat tampak gonokokus, Trichomonas vaginalis,
Candida albicans atau spermatozoa.
Pemeriksaan menggunakan KOH
1) Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi.
2) Kemudian diusapkan pada kaca objek.
3) Kemudian diusapkan pada kaca objek.
4) Diteteskan larutan KOH 5-10% pada discharge tadi dan ditutup dengan kaca
objek. Tunggu selama 5-10 menit.
5) Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan mikroskop.
6) Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x tanpa minyak
mersi.
7) Pada candidiasis atau kasus infeksi jamur lainnya akan teramati
adanya hifa dan doll cell vagina
Kultur Fungi :
1) Goreskan specimen pada media sabouraud dextrose agar
2) Inkubasi pada suhu kamar 25-30 C selama 1-2 minggu
3) Apabila ada pertumbuhan teteskan larutan LPCB pada obyek
glass ambil koloni dengan menggunakan tease needle, tutup dengan
deck glass.
4) Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.
Identifikasi fungi
• 1) Yeast : identifikasi manual dengan pengecatan gram kemudian
dilakukan germ tube test untuk membedakan Candida albicans dan
candida non albicans. Identifikasi juga dapat dilakukan dengan mesin
VITEX.
• 2) Mould : identifikasi dilakukan dengan melihat koloni secara
langsung (makrroskopis) dan pemeriksaan mikroskopisnya dilakukan
pengecatan dengan menggunakan LPCB (lacto phenol cotton blue)
untuk dapat melihat struktur hifa, conidia atau spora.
• Pelaporan hasil : dalam pelaporan hasil yang harus diamati adalah
kecepatan pertumbuhan untuk membedakan jamur yang patogen dan
jamur kontaminan selain itu juga berdasarkan asal pengambilan
specimen. Candida albicans didiagnosis dengan ditemukannya
pseudohifa pada preparat kalium hidroksida (KOH) secret vagina atau
dengan biakan.
Teknik pengiriman sediaan swab serviks
• Pengiriman dilakukan bila specimen didapatkan di klinik, Puskesmas,
Rumah Sakit dikirim ke laboratorium balai kesehatan. Waktu
pengiriman dari klinik ke laboratorium dibutuhkan waktu 12 jam pada
suhu ruang sampai 30 derajat C. media transport stuarts amies cocok
untuk pengiriman sampel serviks dan vagina
karakteristik kelainan hasil pemeriksaan swab
vagina pada kasus vaginitis
• Vaginosis Bakterial
• Pada vaginosis bakterial, hasil pemeriksaan swab vagina dapat menunjukkan clue
cell pada saline wet mount test. Clue cell adalah sel epitel vagina yang tertutup
banyak sel batang dan bakteri kokus, sehingga memberikan gambaran granular.
Selain itu ditemukan berkurangnya jumlah lactobacilli, dan tidak tampak leukosit.
• Dengan pewarnaan Gram, clue cell tampak berupa sel epitel yang tertutup sel-sel
batang kecil gram negatif. Hasil whiff test umumnya positif. Umumnya kultur tidak
diperlukan
• Kandidiasis Vaginalis
• Pada kandidiasis vaginalis, saline wet mount test menunjukkan gambaran hifa
dan budding yeast. Whiff test umumnya negatif. Kultur tidak diperlukan kecuali
pada kasus rekuren
• Trikomoniasis
• Pada trikomoniasis, saline wet mount menunjukkan banyak leukosit (>10 per
LPB) dan terdapat sel epitel. Whiff test dapat menunjukkan hasil positif.
Trikomoniasis biasanya disertai dengan infeksi menular seksual lainnya,
sehingga sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti kultur dan NAAT
untuk mendeteksi adanya infeksi Gonorrhoeae dan Chlamydia

Anda mungkin juga menyukai