Anda di halaman 1dari 54

SMF Kebidanan dan Penyakit

Kandungan
RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK
PROPINSI LAMPUNG
• Memahami penanganan
Tujuan infeksi menular seksual
dalam kehamilan.
Umum

• Memahami penanganan gonore


• Memahami penanganan klamidiasis
• Memahami penanganan trikomoniasis
• Memahami penanganan vaginosis
Tujuan •
bakterial
Memahami penanganan sifilis
Khusus: •

Memahami
Memahami
penanganan kutil kelamin
penangananherpes
genitalis
• Memahami penanganan HIV/AIDS
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi bakteri, virus, parasit atau jamur
Penularannya terutama melalui hubungan
seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada
mitra seksualnya.

IMS merupakan salah satu penyebab infeksi


saluran reproduksi (ISR)

Tidak semua IMS → ISR. Dan sebaliknya.


• Gonore, sifilis, trikomoniasis, ulkus
Infeksi mole, herpes genitalis, kondiloma
menular akuminata, dan infeksi HIV
seksual

Infeksi • Kandidosis vaginalis dan vaginosis


endogen bakterial
oleh flora
normal

• Akibat bakteri atau m.o yang masuk ke


Infeksi sal.reproduksi akibat prosedur medik atau intervensi
iatro- selama kehamilan, saat partus atau pasca partus
genik
Perubahan Perubahan Perubahan
imunologi anatomi Flora
mikrobial
serviko-
vaginal
 Kehamilan di negara dunia ketiga
Angka kejadian gonore 10-15x lebih tinggi,
infeksi klamidia 2-3x lebih tinggi, dan sifilis 10-
100x lebih tinggi dibandingkan dengan angka
kejadian di negara industri
 Di Indonesia Angka kejadian IMS/ISR pada
perempuan hamil sangat terbatas.
Di Jawa Barat 2004 58% menderita ISR.
 29,5% adalah infeksi genital nonspesifik, 10,2%
vaginosis bakterial, 9,1% kandidosis vaginalis,
3,4% gonore, 1,1% gonore, dan
gonore+trikomoniasis sebanyak 1,1%
Bergantung pada:
 Organisme penyebab
 Lama infeksi
 Usia kehamilan
 infeksi Neisseria gonorrhoeae.

 gram negatif, tampak diluar


dan didalam leukosit
polimorfonuklear, tidak tahan
lama di udara bebas (>39oC) dan
tidak tahan zat desinfektan
Gambaran klinik:
Asimptomatik, sehingga sulit menentukan masa
inkubasi

Keluhan traktus genitourinarius bawah paling sering:


 Bertambahnya duh tubuh genital
 Disuria kadang-kadang disertai poliuria
 Perdarahan antara masa haid
 Menoragia

Pemeriksaan Serviks:
Tampak hiperemis dengan erosi dan sekret
mukopurulen
Komplikasi: salpingitis atau penyakit radang panggul
(PRP).

Penegakkan diagnosis:
Kultur (biakan) ditemukan N.gonorrhoeae

Tatalaksana:
 Sefiksim 400mg peroral
 Seftriakson 250mg IM
 Siprofloksasin 500mg peroral
 Ofloksasin 400mg peroral
 Levofloksasin 250mg peroral
 Spektinomisin 2gr dosis tunggal IM
Perempuan hamil dengan resiko tinggi
dianjurkan skrining terhadap infeksi gonore
pada pertama kali antenatal dan pada
trimester ketiga kehamilan.

Obat dan dosis yang diberikan tidak berbeda


dengan keadaan tidak hamil, tetapi
pemberian gol. Kuinolon tidak dianjurkan.

Bila terjadi konjungtivitis gonore pd neonatus,


diberikan terapi seftriakson 50-100mg/kgBB IM
dosis tunggal
Klamidiasis genital adalah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Chlamydia trachomatis.

Spesies patogen:

C.pneumoniae C.psittaci C.trachomatis


Gambaran klinik:
Asimptomatik, endoserviks yang paling sering
terinfeksi CT.

Servisitis dapat ditegakkan bila ditemukan:


 Duh serviks mukopurulen
 Ektopi serviks
 Edema
 Perdarahan serviks
Sebanyak 10% CT pada serviks akan
menyebar secara asendens dan
menyebabkan penyakit radang panggul (PRP).
Infeksi CT yang kronis dan/atau rekuren
menyebabkan jaringan parut pada tuba.

Komplikasi:
 Kehamilan ektopik
 Infertilitas
 Komplikasi lain (artritis reaktif dan
perihepatitis (sindroma Fitz-Hugh-Curtiz)
Abortus Pneumonia
spontan infantil

Kelahiran
prematur
Konjungtivi
Kematian
tis pada
perinatal
neonatus
Penegakan diagnosis Tatalaksana
 Kultur Gol. Tetrasiklin dan
 Deteksi antigen secara: eritromisin
Direct Fluorescent  Doksisiklin 100mg/PO 2x1
Antibody (DFA), ELISA/EIA, selama 7 hari, atau
dan rapid atau point of  Azitromisin 1g/PO dosis
care test tunggal, atau
 Deteksi asam nukleat  Tetrasiklin 500mg/PO 4x1
seperti: Hibridisasi probe selama 7 hari, atau
deoxyribonucleic acid
(DNA), uji amplikasi asam  Eritromisin 500mg/PO 4x1
nukleat (PCR, LCR) selama 7 hari, atau
 Ofloksasin 200mg 2x1
 Pemeriksaan serologi
selama 9 hari

Gol. Kuinolon dan


tetrasiklin tidak dianjurkan
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi
protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas
Vaginalis (TV), biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual dan sering menyerang
traktus urogenitalis bagian bawah.
Gejala: Keputihan, Gatal, iritasi
Tanda dari infeksi: duh tubuh
vagina (yang klasik berwarna
kuning kehijauan dan berbusa)
(42%), bau (50%), dan edema
atau eritema (22-27%)

Kolpitis makularis (strawberry


cervix) merupakan tanda klinik yg
spesifik untuk infeksi ini, tapi
jarang ditemukan pada pem.
rutin

Infeksi pada trimester kedua


dapat mengakibatkan ruptur
membran, BBLR, dan abortus.
Diagnosis Tatalaksana

 Kultur  Metronidazol
 Pemeriksaan duh 2g/PO dosis
tubuh dalam tunggal
larutan NaCl atau dosis harian
fisiologi 2x500mg/hari
selama 7 hari
 Sindrom klinik akibat pergantian
Lactobasillus Spp penghasil H2O2 yang
merupakan flora normal vagina dengan
bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi
(seperti: bacteroides Spp, mobiluncus Spp,
Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma
hominis)
Perempuan dengan vaginosis bakterial ini dapat
tanpa gejala atau mempunyai keluhan dengan
bau vagina yg khas yaitu bau amis terutama
pada waktu/setelah senggama.

Bau disebabkan adanya amin yg menguap bila


cairan vagina menjadi basa

Pada pemeriksaan ditemukan sekret yang


homogen, tipis, dan berwarna keabu-abuan.

Tidak ditemukan tanda inflamasi pada vagina


dan vulva.
Diagnosis Tatalaksana

 Cairan vagina homogen,  Metronidazol 500mg


putih keabu-abuan, dan 2x1 selama 7 hari, atau
melekat pada dinding
vagina  Metronidazol 2g/PO
 PH vagina >4,5 dosis tunggal, atau
 Whiff test: Sekret
vagina berbau amis  Klindamisin 300mg/PO
sebelum atau sesudah 2x1 selama 7 hari
penambahan KOH 10%
 Clue cells pada
pemeriksaan
mikroskopik
 Penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Treponema pallidum yang
dapat mengenai seluruh organ tubuh, mulai
dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan
saraf pusat dan juga dapat tanpa
manifestasi lesi di tubuh
Sifilis primer

Sifilis sekunder

Sifilis laten dini dan


lanjut

Neurosifilis (Sifilis
tersier)
a. Sifilis Primer
Berupa tukak di daerah genital eksterna dalam
waktu 3 minggu setelah kontak. Sering ditemukan di
labia mayor, labia minor, fourchette, atau servix.

Gambaran klinik:
 Lesi papul berindurasi yg tidak nyeri, kemudian
permukaannya mengalami nekrosis dan ulserasi
dengan tepi yang meninggi, teraba keras, dan
berbatas tegas.
 Jumlah ulserasi biasanya hanya 1, namun dapat
multiple.
b. Sifilis Sekunder
Malese, demam, nyeri kepala, limfadenopati
generalisata, ruam generalisata dengan lesi di
palmar, plantar, mukosa oral atau genital,
kondiloma lata didaerah intertrigenosa dan
alopesia.

Gambaran klinik:
 Lesi kulit simetris, dapat berupa makula, papula,
papuloskuamosa dan pustul yang jarang disertai
keluhan gatal
c. Sifilis Laten
Merupakan fase sifilis tanpa gejala klinik dan
hanya pemeriksaan serologik yang reaktif

d. Sifilis Tersier
Terjadi sejak beberapa bulan-tahun setelah fase
laten dimulai. Invasinya menimbulkan kerusakan
pada SSP, sist. Kardiovaskular, mata, kulit, serta
organ lain.

Gumma timbul akibat raksi hipersensitivitas tipe


lambat terhadap antigen T.Pallidum, lesi tersebut
bersifat destruktif dan muncul di kulit, tulang atau
organ dalam.
Diagnosis
a. Ditemukan T.Pallidum dalam spesimen
dengan Pem. Mikroskop lapang pandang
gelap, pewarnaan Burry, atau mikroskop
imunofluoresensi
b. Pemeriksaan lain yaitu tes non treponemal
(tes reagen)
c. Tes konfirmatif (Treponema pallidum
hemaglutination assay /TPHA)
WHO dan CDC telah Bagi yang alergi
merekomendasikan terhadap penisilin,
pemberian terapi dapat diberi
injeksi Penisilin  Doksisiklin
Benzatin 2,4juta MU 2x100/hari/PO
(untuk sifilis primer, selama 30 hari, atau
sekunder, dan laten  Tetrasiklin
dini) 4x500mg/hari/PO
selama 30 hari, atau
Sedangkan sifilis laten  Eritromisin
lanjut atau tidak 4x500mg/hari/PO
diketahui lamanya, selama 30 hari
mendapat 3 dosis
injeksi
Untuk semua bayi baru lahir dan ibu yang
seropositif agar diberi pengobatan benzatin
penisilin 50.000IU/kgBB dosis tunggal IM

Untuk monitoring hasil pengobatan dilakukan


pem.serologi non treponemal 1 bulan, 3 bln, 6
bln, 1 tahun, dan 2 tahun setelah pengobatan
selesai
Genital warts dikenal juga sebagai kondiloma
akuminata, disebabkan human papilloma virus
(hPV).

Diperkirakan hPV didapat saat melewati jalan


lahir.
Terapi:
Krioterapi dan trikloroasetik asid.
Karena area genital sangat vaskular selama
kehamilan dan perdarahan berlebihan dapat
terjadi pada elektrokauterisasi, direkomendasikan
terapi kauterisasi.

Imikuimod, 5-fluorourasil, podofilin, dan


podofillotoksin di kontraindikasikan pada
kehamilan.
Virus herpes simplex
Penyebab: tipe-1 (18%)

Virus herpes simplex


tipe-2 (82%)

Predileksi:
Labia mayor/minor, klitoris, introitus vagina
dan serviks, sedangkan lebih jarang di daerah
perianal, bokong, dan mons pubis
• Adalah episode penyakit yang
tanpa didahului pajanan/infeksi
VHS-1 atau VHS-2 sebelumnya.
Primer

• Episode penyakit dengan riwayat

Non
pajanan/infeksi VHS-1 atau VHS-2
sebelumnya
• Reaktivasi infeksi genital

primer asimptomatik
• Infeksi genital dgn riwayat infeksi
orolabialis sebelumnya
Gejala: Pemeriksaan:
a. Rasa terbakar di a. Tzank test
daerah lesi (vesikel b. ELISA, didapatkan
berkelompok dengan antibodi terhadap VHS
dasar eritema yg
mudah pecah dan
menimbulkan erosi
multipel)
b. Malaise
c. Demam
d. Nyeri otot
e. KGB regional
membesar dan nyeri
Dosis untuk infeksi primer:
a. Asiklovir 5x200mg/hari/PO selama 7 hari
pada lesi berat asiklovir 3-5mg/KgBB/hari/ IV
selama 7-10 hari, atau
b. Valasiklovir 2x500mg/hari selama 7 hari

Dosis untuk infeksi rekurens:


a. Asiklovir 5x200mg/hari selama 5 hari, atau
b. Valasiklovir 2x500mg/hari selama 5 hari

Pengobatan untuk neonatus dgn infeksi VHS:


asiklovir 10mg/kgBB/IV tiap 8 jam 10-21 hari
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
adalah sindroma dengan gejala penyakit infeksi
oportunistik atau kanker tertentu akibat
menurunnya sist. kekebalan tubuh oleh infeksi
Human immunodeficiency virus (HIV)
Manifestasi klinik:
Tidak spesifik dengan spektrum yang lebar, mulai
dari infeksi tanpa gejala pada stadium awal
sampai gejala-gejala berat pada stadium lanjut.

Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat secara


intrauterin (5-10%), saat persalinan (10-20%) dan
pascapersalinan (5-20%).

Pemeriksaan:
a. Western blot (WB)
b. ELISA
Sitomegalovirus (CMV) termasuk golongan virus
herpes DNA.

Transmisi CMV berlangsung secara horizontal


(droplet infection), vertikal (infeksi maternal-
janin), dan hubungan seksual.
Transmisi CMV dari ibu ke janin dapat terjadi
selama kehamilan dan infeksi pada umur
kehamilan <16 minggu menyebabkan kerusakan
serius.

Infeksi CMV kongenital berasal dari:


a. Infeksi maternal eksogenus
b. Infeksi maternal endogenus
Diagnosis:
a. Metode serologi: perubahan seronegatif
menjadi seropositif
bisa juga dengan Low IgG avidity
b. Metode virologi: uji imuno fluoresen
Diagnosis pranatal:
Dilakukan dengan metode PCR dan isolasi virus pada
cairan ketuban yang diperoleh setelah amniosentesis.
Pem. Ultra sound membantu identifikasi janin yg
beresiko tinggi/diduga terinfeksi CMV

Amniosentesis paling baik dikerjakan pd umur


kehamilan 21-23minggu, karena:
 Mencegah hasil negatif palsu
 Butuh waktu 6-9 minggu setelah terjadinya infeksi
maternal agar virus bisa ditemukan dlm cairan
ketuban
 Infeksi janin yg berat karena transmisi CMV pada
umumnya bila infeksi maternal trjd pada umur
kehamilan 12 minggu
Tatalaksana:
Umur kehamilan <20minggu dipertimbangkan
terminasi kehamilan.

Terapi yg digunakan untuk anti CMV saat ini


adalah ganciclovir, foscarnet, cidofivir, dan
valaciclovir.
Infeksi akut dialami ibu selama kehamilan yang
telah memiliki antibodi antitoksoplasma karena
sebelumnya telah terpapar, risiko bayi lahir
memperoleh infeksi kongenital adalah 4-7/1.000
ibu hamil.
Diagnosis pranatal dilakukan pada usia
kehamilan 14-27 minggu (trimester II)
a. Kordosentesis
b. Pembiakan darah janin atau cairan ketuban
c. Pem. PCR
d. Pem. ELISA
e. Pem. tambahan (enzim liver, platelet,
leukosit, dan limfosit)
Faktor yg menentukan agar upaya diagnostik
pranatal menjadi aman, terpercaya dan efisien
adalah:
 Skrining serologi maternal. Jika 1 dari 4 syarat
dibawah ini terpenuhi, akan dilakukan
kordosintesis atau amniosintesis
o Antibodi IgM+
o Serokonveksi dgn interval waktu 2-3 minggu,
perubahan seronegatif → seropositif IgM dan IgG
o Titer IgG yang tinggi ≥ 1/1024 (ELISA)
o Aviditas IgG ≤ 200
 Keterampilan klinisi melakukan kordosintesis atau
amniosintesis
 Kecermatan dan keterampilan yg terlatih
khususnya di lab.
a. Kehamilan dengan Infeksi Akut
 Spiramisin (antibiotik macrolide dgn spektrum
antibakterial)
2-4gr/hari/PO dibagi 4 dosis dalam 3 minggu,
diulang setelah 2 minggu sampai kehamilan aterm
 Piremitamin (fenilpirimidin obat antimalaria)
dianjurkan mulai trimester II stlh umur kehamilan
14 minggu untuk mghindari efek teratogenik.
Kombinasi piremitamin (1mg/Kg/hari/PO untuk 3-4
hari), sulfadiazin (50-100mg/kg/hari/PO dibagi 2
dosis, dan asam folinik (2x5mg IM)
b. Toksoplasma kongenital
 sulfadiazin 50-100mg/kg/hari
 piremitamin 0,5-1mg/kg setiap 2-4 hari
selama 20 hari
 asam folinik 5mg tiap 2-4 hari
c. Penderita imunodefisiensi
1. Memakan sayuran dan daging yang dimasak
2. Skrining serologi pramarital yang dilanjutkan
skrining bulanan selama kehamilan bagi ibu
hamil dengan seronegatif
Dikenal sebagai German Measles menyerupai
campak, hanya saja bercaknya sedikit lebih
kasar.

Rubela pada Tm I akan memberikan dampak


sindroma rubela kongenital (jantung, katarak,
retinitis, dan ketulian).
 Infeksi
yang terjadi pada bayi relatif jarang,
berupa infeksi paru, mata, dan kulit.

 Jikaibu sudah terinfeksi, kemungkinan


infeksi pada bayi hampir tidak terbukti, jadi
boleh persalinan pervaginam.

 Infeksi
yg baru terjadi, akan beresiko
sehingga dianjurkan seksio sesarea.
Yang termasuk infeksi lain (other) yaitu
sifilis, hepatitis, virus Ebstein-barr, hPV

Anda mungkin juga menyukai