Anda di halaman 1dari 24

INFEKSI MENULAR SEKSUAL

(IMS) DALAM KEHAMILAN


Dr. Erick Caesarrani A., SpOG, MKes
DEFINISI
 Infeksi menular seksual (IMS) merupakan sekelompok
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat
menimbulkan gangguan pada saluran kemih dan reproduksi.
 Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS.
 Melakukan pemeriksaan konfirmatif dengan tujuan untuk
mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya
penyakit menular seksual yang diderita ibu hamil, sangat
penting dilakukan karena PMS dapat menimbulkan
morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi
yang dikandung/dilahirkan
ETIOLOGI
 Bakteri : Neiserria Gonorheae, Treponema Pallidum,
Chlamydia Trachomatis, Ureaplasma Urealyticum,
Mycoplasma Hominis, Gordneralla vaginalis, Salmonella sp,
Shigella sp, Campylobacter sp, Streptococus group B,
Mobililuncus sp
 Protozoa : Trichomonas vaginalis, Entamoeba histolyticia,
Giardia lamblia
 Virus : Human Immunodeficieny Virus (tipe 1 dan 2), Herpes
simpleks virus (tipe 1 dan 2), Human papiloma Virus (HPV),
Cytomegalovirus, Epstein-barr virus, Molluscum contagiosum
virus
 Ektoparasit : Phthirus pubis dan Sarcoptes Scabei
 Jamur : Candida Albicans
PERUBAHAN MASA KEHAMILAN
 Imunologik : Selama kehamilan terjadi supresi imunokompetensi ibu yang
dapat mempengaruhi terjadinya berbagai penyakit infeksi. Supresi system
imun akan semakin meningkat seiring dengan berlanjutnya usia kehamilan,
serta mempengaruhi perjalanan penyakit infeksi genital. Pada sejumlah
besar perempuan yang dievaluasi selama dan setelah kehamilan, tampak
gangguan dalam respons transmisi limfosit secara in vitro terhadap
sejumlah antigen mikroba selama kehamilan.
 Anatomik : Dinding vagina menjadi hipertrofik dan penuh darah.Serviks
mengalami hipertrofi, dan semakin luas daerah epitel kolumnar pada
ektoserviks yang terpajan mikroorgansme.
 Flora Mikrobial : Selama kehamilan, sejumlah spesies bakteri yang
terdapat di dalam vagina terutama spesies anaerob berkurang, prevalensi
dan kuantitas laktobasilus bertambah, sedangkan bakteri fakultatif lainnya
tidak berubah.
TANDA & GEJALA
 Keluar cairan / keputihan yang tidak normal dari vagina.
Warnanya bisa menjadi lebih putih , kekuningan , kehijauan,
kemerahan dan memiliki bau yang tidak sedap.
 Rasa sakit atau nyeri pada saat buang air kecil atau berhubungan
seksual
 Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal
dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
 Keputihan yang berbusa , kehijauan, berbau busuk dan gatal
 Timbul bercak – bercak darah setelah berhubungan seks
 Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian selangkanagan
 Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri disekujur tubuh
 Tonjolan kecil (papule), lecet pada alat kelamin
ANTIBIOTIK UNTUK IMS
 Gonorhea : penisilin, ampisilin, amoksisilin,
seftriakson, spektinomisisn, kuinolon, tiamfenikol,
dan kanamisin
 Sifilis : penisilin, sefalsoforin, sefaloridin, tetrasiklin,
eritromisin, dan klramfenikol
 Herpes genital : asiklovir, famsiklovir, valasiklofir
 Klamidia : azithromisin , doksisiklin, eritromisin
 Trikomoniasis : metronidazol
GONORHEA
 Gonore dalam kehamilan biasanya dijumpai dalam bentuk menahun.
 60-80% kasus adalah asimptomatik
 Gejala ↑ selama kehamilan (kolpitis dan vulvitis)
 Oftalmia neonatorum
 Poliartritis pada trimester II atau III  Artritis gonoroika.
 Gejala klinis  disuria, uretritis, servisitis, fluor albus seperti nanah
encer agak kuning atau kuning-hijau, dan kadang- kadang
bartholinitis akut atau vulvokolpitis.
 Apus getah urethra atau serviks  pewarnaan methylene blue atau
Gram diplokokus intra dan ekstraselular.
 Wanita yang sedang hamil dan menderita gonore dapat
menularkan infeksi tersebut pada bayinya selama persalinan.
 komplikasi  keguguran, persalinan prematur, ketuban pecah dini,
endometritis, dan kehamilan ektopik
GONORHEA
 Neonatus  konjungtivitis, sepsis, arthritis, infeksi kulit kepala, meningitis, kebutaan.
Gejala gonore pada bayi yang terinfeksi biasanya muncul 2-5 hari setelah
dilahirkan.
 Konjungtivitis gonoroika neonatorum (gonoblenorrhea neonatorum)  Pengobatan
dengan penisilin biasanya memberikan hasil yang memuaskan, kecuali dalam kasus-
kasus yang resisten.
 Pemberian prokain penisilin G dalam aquadest sebanyak 4,8 juta IU intramuskular,
diberikan dalam dosis tunggal. Dapat pula di berikan ampisilin per oral 3,5 gram
dosis tunggal. Apabila penderita tidak tahan penisilin, dapat diberikan eritromisin 4
kali sehari 0,5 gram selama 5-10 hari; atau kana misin 2 gram im dalam dosis
tunggal. Setiap pengobatan harus memperhatikan adanya infeksi genital lain
seperti sifilis dan klamidia.
 Pemeriksaan klinis dan laboratorium perlu diulang 3 hari atau lebih setelah
pengobatan selesai.
 Untuk mencegah gonoblenorea pada neonatus, maka semua neonatus kedua
matanya diberi salep eritromisin atau kloromisetin.
 Seorang ibu dengan gonorea tetap dapat menyusui bayinya.
SIFILIS
 Sifilis congenital  didapatkan janin dalam uterus dari ibu yang
menderita sifilis.
 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis
dan setiap masa kehamilan. Dengan mikroskop elektron dapat
ditemukan Treponema pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.
 Lesi sifilis kongenital biasanya timbul setelah 4 bulan in utero (janin
imunokompeten). Penularan in utero terjadi transplasental, sehingga
dapat dijumpai Treponema pallidum pada plasenta, tali pusat,
serta cairan amnion.
 Akibat langsung penyakit ini terhadap janin antara lain: kematian
janin dalam kandungan, partus prematurus, dan partus immaturus.
SIFILIS
 Penisilin (obat pilihan)  aman bagi ibu hamil serta
bayi dan efektif untuk semua stadium sifilis.
 Alergi penisilin doksisiklin, eritromisin dan azitromisin.
 Setelah terapi dengan antibiotik reaksi Jarish-
Herxheimer  1-12 jam setelah penyuntikan penisilin
pertama  berakhir dalam 6-12 jam.
 Pada ibu hamil, reaksi dapat meningkatkan kontraksi
rahim dan risiko merangsang persalinan.
SIFILIS
 Stadium I : Luka yang kemerahan dan basah (chancre) di daerah sekitar
vagina, dan usus, di tempat Treponema pallidum masuk ke tubuh untuk
pertama kalinya  pembengkakan kelenjer getah bening  beberapa
minggu chancre menghilang.
 Stadium II : Penderita mengalami ruam, khususnya ditelapak tangan dan
kaki. Selain itu juga dapat ditemukan adanya luka-luka di bibir, mulut,
tenggorokan, vagina, dan dubur. Gejala yang mirip flu juga mungkin
ditemukan ada stadium ini yang berlangsung selama 1-2 minggu.
 Stadium III : Jika penyakit sifilis pada ibu hamil stadium II tidak dilakukan
pengobatan  sifilis laten (gejala menghilang, penyakit sifilis terus
bersarang dalam tubuh selama bertahun-tahun.
 Stadium IV : Pada ibu hamil  stadium tersier, dimana bakteri Treponema
pallidum telah menyebar keseluruh tubuh dan dapat merusak jaringan otak,
jantung, batang otak dan tulang. Ibu penderita sifilis pada stadium ini akan
menyebabkan cacat primer pada janin hingga menyebabkan kematian
janin.
CHLAMYDIA
 Infeksi Chlamydia trachomatis  keluhan ringan, kesukaran fasilitas
diagnostik, mudah menjadi kronis dan residif, serta mungkin menyebabkan
komplikasi yang serius, seperti infertilitas dan kehamilan ektopik.
 Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi mempunyai resiko untuk menderita
konjungtivitis dan atau pneumonia.
 Frekuensi infeksi klamidia pada wanita hamil berkisar antara 3-14%.
 Bayi yang lahir per vaginam dari ibu dengan infeksi Chlamydia 20-50%
dapat mengalami konjungtivitis inklusi dalam 2 minggu pertama
kehidupannya.
 Pneumonia dapat terjadi pada usia 3-4 bulan dengan prevalensi 10-20%.
Selain itu, dapat pula terjadi otitis media, obstruksi nasal, dan bronkiolitis.
 Risiko infeksi perinatal tidak terjadi bila persalinan berlangsung per-
abdominam, kecuali bila telah terjadi ketuban pecah sebelumnya
CHLAMYDIA
 Diagnosis infeksi klamidia dapat ditegakkan bila sekret mukopurulen dari ostium
uteri eksternum atau apusan serviks pada biakan menemukan mikroorganisme ini.
Selain itu, dapat pula dilakukan pemeriksaan sitologi yang memperlihatkan adanya
badan inklusi intrasel, pemeriksaan secara serologik yang menunjukkan adanya
kenaikan titer antibodi, misalnya dengan ELISA, fiksasi komplemen, dan
mikroimunofluoresensi.
 Doxycycline dan ofloxacin, yang merupakan first-line treatment pada infeksi
chlamydia adalah kontraindikasi pada kehamilan. Obat yang direkomendasikan
adalah azitrhromycin 1 gram per oral dosis tunggal atau amoksisilin 500 mg 3 kali
sehari secara oral selama 7 hari.
 Pengobatan infeksi Chlamydia dalam kehamilan perlu juga memperhatikan infeksi
campuran dengan gonore. Bila sarana diagnostik tidak ada, kasus dengan risiko
tinggi perlu mendapat pengobatan dengan eritromisin 500 mg secara oral 4 kali
sehari selama 7 hari atau eritromisin 250 mg secara oral 4 kali sehari selama 14
hari. Pencegahan terhadap ophthalmia neonatorum perlu dilakukan dengan
memberikan salep mata eritromisin (0,5%), atau tetrasiklin (1%) segera setelah
bayi lahir
BACTERIAL VAGINOSIS
 Dalam kehamilan, penelitian membuktikan bahwa bakterial
vaginosis merupakan salah satu faktor penyebab pecahnya
ketuban pada kehamilan dan persalinan prematur.
 Pengobatan yang dianjurkan Metronidazol 250 mg per oral
diberikan 3 hari selama 7 hari. Berapa penelitian besar
yang melibatkan 150- 200.000 sampel tidak menunjukkan
efek teratogenik sama sekali.
 Pada saat ini Metronidazol boleh dipakai pada seluruh
masa kehamilan. Dapat juga diberikan klindamisin 300 mg
secara oral 2 kali sehari selama 7 hari.
TRIKOMONIASIS
 Perempuan yang terinfeksi parasit Trichomonas akan mengeluarkan
cairan dari vagina berwarna kuning kehijauan atau abu- abu serta
berbusa dalam jumlah banyak, kadangkala disertai pendarahan
dan bau tidak sedap, gatal pada vulva sehingga menimbulkan rasa
tidak nyaman.
 Sering buang air kecil dan terasa sakit, pembengkakan vulva, rasa
tidak nyaman selama berhubungan seksual dan sakit di wilayah
perut, pendarahan di serviks mungkin terjadi, namun ini bukan
gejala umum dan bayi lahir dengan berat badan rendah.
 Pengobatan trikomoniasis dalam kehamilan adalah dengan
meronidazol yang saat ini diyatakan boleh dipakai pada seluruh
masa kehamilan.Sebaiknya diberikan dosis tunggal (2 gram)
dibandingkan dengan dosis terbagi.
HUMAN PAPILOMA VIRUS
 HPV dapat menimbulkan kutil, kondiloma akuminata, yang biasanya
disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11. Neoplasia intraepitel pada serviks
lebih disebabkan oleh HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
 HPV tipe 6 dan 11 dapat menyebabkan laring papilomatosis pada bayi
yang dilahirkan yang menghisap bahan infeksius saat kehamilan.
 Masa inkubasi antara 1-8 bulan. Virus masuk ke dalam tubuh melalui
mikrolesi pada kulit sehingga sering timbul pada daerah yang mudah
mengalami trauma pada saat berhubungan seksual.
 Pertumbuhan kutil dapat dibagi dalam 3 bentuk yaitu: bentuk akuminata
(jengger), bentuk papul dan bentuk datar.
 Selain bentuk itu bila berkembang dapat menjadi sangat besar yaitu Giant
Condyloma, sering dihubungkan dengan kemungkinan adanya keganasan.
HUMAN PAPILOMA VIRUS
 Setelah diagnosis positif, terdapat dua metode medis yang dapat dipilih,
yaitu penanganan dengan obat atau prosedur operasi (cryotherapy, bedah
elektro, operasi pengangkatan, dan bedah laser)

 Penanganan melalui obat umumnya menggunakan obat oles dan


membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghilangkan kutil.
 Asam Salisilat yang berfungsi mengikis lapisan kutil secara bertahap
 Asam trikloroasetat yang akan membakar protein dalam sel-sel kutil
 Imiquimod yang dapatmeningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap HPV
 Podophyllotoxin yang bekerja dengan menghancurkan jaringan pada kutil kela
 Pengobatan saat hamil sangat mengganggu penderita  menghilang setelah
persalinan.
AIDS (ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY
SYNDROME)

AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:


sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang
mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). HIV
(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum
benar-benar bisa disembuhkan.
HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan
kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah,
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV,
seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Gejala dan Komplikasi

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi


pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang baik. Biasanya penderita AIDS memiliki gejala
infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama
pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan,
merasa lemah, serta penurunan berat badan. Penderita
AIDS berisiko lebih besar menderita kanker seperti
sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem
kekebalan yang disebut limfoma.
Cara pencegahan terhadap penyakit AIDS yaitu
menghindari terinfeksi oleh HIV, antara lain :
1. Setia pada pasangan
2. Hindari penggunaan jarum suntik bersama-sama
3. Bila ingin melakukan tranfusi darah, pastikan bahwa
darah tidak tercemar HIV
4. Bila ingin menggunakan alat tusuk seperti akupuntur,
tatto, melubangi telinga, dan sebagainya pastikan
bahwa alat-alat yang dipakai steril
5. Hindari transfusi darah yang tidak jelas sumbernya.
Penanganan/Pengobatan
Sampai saat ini tidak ada vaksin atau obat untuk HIV
atau AIDS. Metode satu-satunya yang diketahui untuk
pencegahan didasarkan pada penghindaran kontak dengan
virus atau, jika gagal, perawatan antiretrovirus secara
langsung setelah kontak dengan virus secara signifikan, disebut
post-exposure prophylaxis (PEP). PEP memiliki jadwal empat
minggu takaran yang menuntut banyak waktu. PEP juga memiliki
efek samping yang tidak menyenangkan seperti diare, tidak
enak badan, mual, dan lelah.
Penanganan lain yang bisa dilakukan antara lain
terapi antivirus, penanganan eksperimental dan saran, dan
pengobatan alternatif.
KANDIDIASIS
 Penyebab  Candida albicans.
 Penderita mengeluhkan kemaluan sangat gatal, kadang-kadang sukar tidur dan
terdapat banyak bekas garukan. Sekresi seperti susu kental dan warna putih
kekuningan sekret tidak berbau. Seringkali ditemukan adanya faktor predisposisi
seperti diabetes melitus, pemakaian antibiotika yang lama, defisiensi vitamin,
pemakaian hormon kortikosterid dan kontrasepsi oral.
 Diagnosis  Usapan mukosa dan kulit yang terkena, kemudian diperiksa dengan
larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram. Pada mikroskop akan ditemukan
sel-sel ragi, blastospora, atau pseudohifa dari Candida albicans.
 Infeksi kandida di daerah orofaring neonatus yang lahir dari ibu dengan
kandidiasis vulvovagina memiliki angka penularan hingga 50%. Pengobatan
terhadap kandida di jalan lahir dilakukan sebelum persalinan berlangsung yaitu
dengan pemberian antifungan secara topikal. Walaupun sekarang diketahui
beberapa macam obat yang cukup efektif, namun Hanya derivat azol topikal yang
dianjurkan untuk digunakan pada wanita hamil.

Anda mungkin juga menyukai