FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERAT
AGUSTUS 2016
ATONIA UTERI
OLEH:
Minarni, S.Ked
K1A1 09 040
PEMBIMBING
dr. Steven Ridwan, M.Kes, Sp.OG
PENDAHULUAN
Ibu hamil termasuk dalam kelompok rentan kesehatan selain bayi, balita,
ibu bersalin dan ibu menyusui. Ibu hamil dengan janin yang dikandungnya sangat
peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun
tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak pada janin
dengan akibat antara lain abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam
kandungan, serta cacat bawaan. Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes Simplex and Others) sudah lama dikenal dan sering
dikaitkan dengan hal-hal di atas. Besarnya pengaruh infeksi tersebut tergantung
dari virulensi agennya, umur kehamilan serta imunitas ibu bersangkutan saat
infeksi berlangsung.1
Sekalipun sudah jarang dijumpai, tetapi infeksi kelompok TORCH pada
kehamilan masih tetap memerlukan perhatian yang serius. Infeksi kelompok
TORCH bersama-sama mengakibatkan kelainan kongenital diantaranya gangguan
pertumbuhan intrauteri dan gangguan pertumbuhan fisik janin. Kelainan
kongenital merupakan masalah besar dalam pediatrik sosial sehingga akan
menjadi beban keluarga yang berkepanjangan.2
Epidemiologi infeksi ini bervariasi di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah. Infeksi TORCH merupakan kontributor utama kecacatan dan
kematian prenatal, perinatal, dan postnatal. Bukti infeksi dapat dilihat pada saat
lahir, bayi, atau beberapa tahun kemudian. Pengenalan awal, termasuk skrining
prenatal merupakan kunci. Infeksi TORCH sering subklinis dan diagnosisnya
hanya dapat dilakukan secara serologis mengukur kadar antibody IgM dan IgG.1,3
II.
TOKSOPLASMOSIS
a.
Definisi
Toksoplasmosis merupakan infeksi yang diakibatkan oleh sejenis
parasit toksoplasma gondii yang biasa terdapat pada bulu kucing dan hewan
peliharaan rumah lainnya. Makanan yang terkontaminasi kotoran kucing
dan masakan yang kurang matang menyebabkan oosit toksoplasmosis, akan
berkembang menjadi parasit serta dapat menimbulkan infeksi akut.2,4
b. Epidemiologi
Toksoplasma gondii menginfeksi 3-6 per 1000 wanita hamil. Dari tahun
1988 sampai 1994, seroprevalens toksoplasmosis pada wanita usia subur
adalah 15 persen. Karena itu, 85% wanita hamil kemungkinan rentan
terhadap infeksi. Insiden toksoplasmosis kongenital bervariasi dari 0,8 per
10.000 kelahiran hidup di Amerika Serikat hingga 10 per 10.000 di
Perancis. Insiden dan keparahan infeksi kongenital bergantung pada usia
janin saat infeksi terjadi pada ibu. Risiko untuk meningkat dengan durasi
kehamilan dari 6 persen pada 13 minggu menjadi 72 persen pada 36
minggu. Pada wanita hamil yang terinfeksi sebelum 20 minggu, 11 persen
neonates mengalami toksoplasmosis kongenital. Jika infeksi terdokumentasi
setelah 20 minggu, angka ini menjadi 45 persen. Sebaliknya, keparahan
infeksi janin jauh lebih besar pada awal kehamilan.5,6
Transmisi toksoplasma kongenital hanya terjadi
bila
infeksi
toksoplasma akut terjadi selama kehamilan. Bila infeksi akut dialami ibu
selama kehamilan yang telah memiliki antibodi antitoksoplasma karena
sebelumnya telah terpapar, risiko bayi lahir memperoleh infeksi kongenital
adalah sebesar 4-7/1.000 ibu hamil. Risiko meningkat menjadi 50/1.000 ibu
hamil bila ibu tidak mempunyai antibodi spesifik.7
c.
Etiologi
parasitemia
yang
ditimbulkan
oleh
infeksi
maternal
Gambaran klinis
Sebagian besar infeksi akut pada ibu dan neonatus bersifat subklinis
f.
Diagnosis
Diagnosis infeksi toksoplasmosis. Infeksi toksoplasmosis ditegakkan
atas dasar:2
ultrasonografi.
Pembiakan darah janin ataupun cairan ketuban dalam kultur sel
fibroblas, ataupun diinokulasi ke dalam ruang peritoneum tikus diikuti
isolasi
parasit,
ditunjukkan
untuk
mendeteksi
adanya
parasit.
darah
jariin
atau
cairan
ketuban.
Pemeriksaan
dengan teknik ELISA pada darah janin guna: mendeteksi antibodi IgM
g.
Penatalaksanaan
Di beberapa negara Eropa, seroscreening skala besar dan terapi spesifik
risiko
infeksi
kongenital.
Spiramisin
diperkirakan
Definisi
Sifilis merupakan infeksi sistemik kronis dan melemahkan yang
pesat
jumlah
dari
individu
yang
positif
human
Etiologi
d. Patogenesis
Sifilis ditularkan selama hubungan seksual, dengan 60 % dari pasangan
mendapat
infeksi
setelah
hubungan
seksual
tunggal.
Spirochetes
sifilis
dapat
mengakibatkan
pembatasan
pertumbuhan
intrauterine, non - imun hidrops fetalis, bayi lahir mati, kelahiran prematur,
dan aborsi spontan hingga 50 % dari kehamilan.8,9
e.
Gejala klinik
1.
Sifilis primer
Perkembangan pertama adalah chancre pada tempat inokulasi,
Sifilis sekunder
Pasien yang tidak diobati akan berlanjut ke sifilis sekunder setelah
banyak,
variabel,
dan
mempengaruhi
banyak
sistem.
10
Diagnosis
11
g.
Penatalaksanaan
Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya
IV.
RUBELLA
a.
Definisi
Rubella, juga disebut campak Jerman, adalah penyakit masa kanak-
12
KLB rubella besar terjadi di Kanada pada 1990-an. Pada tahun 2005,
220 kasus rubella yang dikonfirmasi di tiga kabupaten di Ontario. Sebagian
besar dari kasus ini berada di anggota komunitas keagamaan yang banyak
anggota belum divaksinasi atau belum diterima berbagai vaksin rutin yang
direkomendasikan. Insiden rubella telah menurun 99% dari 57.686 kasus
pada 1969 menjadi 271 kasus pada tahun 1999. Di luar kehamilan, rubella
tidak berbahaya. Namun, dalam kehamilan, penyakit ini menyebabkan
kelainan bawaan janin. Wanita hamil dengan rubella mempunyai distribusi
angka cacat bawaan pada janin bergantung pada tuanya kehamilan. Triwulan
I ke bawah 30-50%, triwulan II 6,8% dan triwulan III 5,3%.8,11,12
c.
Etiologi
13
Gejala klinik
Pada orang dewasa, rubella biasanya bermanifestasi sebagai demam
14
f.
Diagnosis
Diagnosis yang akurat dari infeksi rubella primer akut pada
Kenaikan empat kali lipat titer rubela antibodi IgG antara spesimen
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi spesifik untuk rubella. Pasien dianjurkan untuk berhati-
hati menjaga percikan ludah selama 7 hari setelah awitan ruam. Jika dalam
kandungan wanita terpapar virus rubella, wanita harus diberi konseling
mengenai risiko dan konsekuensi dari virus ini. Diagnosis prenatal, bahkan
pada trimester pertama dapat dideteksi.5
15
h. Pencegahan
Kumpulan kekebalan dirawat oleh vaksinasi anak luas, meskipun
kekhawatiran baru-baru ini atas keselamatan gondok, campak, dan
rubella(MMR) mengalami penurunan penyerapan di Inggris. Idealnya,
perempuan harus di uji sebelum kehamilan untuk memastikan kekebalan,
namun skrining rutin pada pemesanan mengidentifikasi mereka yang
berisiko dan membutuhkan vaksinasi setelah melahirkan.13
V.
CYTOMEGALOVIRUS (CMV)
a.
Definisi
Cytomegalovirus (CMV) atau dikenal sebagai virus herpes 5 (HHV-5),
adalah virus yang terbungkus DNA untai ganda dan anggota keluarga
herpesviridae. Cytomegalovirus merupakan penyebab paling umum dari
infeksi intrauteri, terjadi pada 0,2 % sampai 2,2 % dari semua kelahiran
hidup, dan penyebab umum gangguan pendengaran sensorineural dan
retardasi mental.8,14
b. Epidemiologi
Lebih dari separuh wanita hamil menunjukkan tanda serologik pernah
terinfeksi CMV. Satu persen wanita mungkin terinfeksi CMV selama
kehamilan, yang semuanya asimptomatik. Infeksi primer CMV terjadi pada
1-2% wanita hamil, diperkirakan bahwa sekitar 50 % dari wanita usia
reproduksi rentan terhadap infeksi CMV. Serokonversi terjadi pada 1 %
sampai 4 % dari seluruh kehamilan dan lebih tinggi pada wanita yang status
sosial ekonomi rendah atau yang memiliki kebersihan pribadi yang buruk.
Infeksi ini dikaitkan dengan peningkatan mortalitas perinatal dan 3-7 persen
bayi mendapatkan kelainan kongenital.7,8,14
c.
Etiologi
16
Gambar 6. Cytomegalovirus
Cytomegalovirus (CMV) termasuk golongan virus herpes DNA. Hal ini
berdasarkan struktur dan cara virus CMV pada saat melakukan replikasi.
Virus ini menyebabkan pembengkakan sel yang karakteristik sehingga
terlihat sel membesar (sitomegali) dan tampak sebagai gambaran mata
burung hantu.7
d. Patogenesis
Infeksi CMV yang terjadi karena pemaparan pertama kali atas individu
disebut infeksi primer. Infeksi primer berlangsung simptomatis ataupun
asimptomatis serta virus akan menetap dalam jaringan hospes dalam waktu
yang tidak terbatas. Selanjutnya virus masuk ke dalam sel-sel dari berbagai
macam jaringan. Proses ini disebut infeksi laten. Pada keadaan tertentu
eksaserbasi terjadi dari infeksi laten disertai multiplikasi virus. Keadaan
tersebut misalnya terjadi pada individu yang mengalami supresi imun
karena infeksi HIV, atau obat-obatan yang dikonsumsi penderita transplantresipien ataupun penderita dengan keganasan.7
Infeksi rekuren (reaktivasi/reinfeksi) yang dimungkinkan karena
penyakit tertentu serta keadaan supresi imun yang bersifat iatrogenik. Dapat
diterangkan bahwa kedua keadaan tersebut menekan respons sel limfosit T
sehingga timbul stimulasi antigenik yang kronis. Dengan demikian,terjadi
reaktivasi virus dari periode laten disertai berbagai sindroma.7
17
e.
Gejala klinik
Kehamilan tidak meningkatkan risiko atau keparahan infeksi CMV
pada ibu. Sebagian besar infeksi tidak menimbulkan gejala, tetapi sekitar 15
persen orang dewasa yang terinfeksi memperlihatkan sindrom miripmononukleosis
infeksiosa
yang
ditandai
oleh
demam,
faringitis,
Wanita
dengan
infeksi
primer
memperlihatkan
asites,
mikrosepali,
hepatosplenomegali,
hidrosepali,
kardiomegali,
dan
kalsifikasi
oligo
atau
misalnya
gangguan
pendengaran,
defisit
18
neurologis,
f.
Diagnosis
Infeksi primer pada kehamilan dapat ditegakkan baik dengan metode
aviditas
rendah (Low
Avidity
IgG) terhadap
CMV.
Dengan
19
g.
Penatalaksanaan
Penanganan wanita hamil imunokompeten dengan infeksi CMV primer
atau rekuren terbatas pada terapi simtomatik. Tidak ada terapi yang
memuaskan dapat diterapkan, khususnya pada pengobatan infeksi
kongenital.
Obat
yang
digunakan
untuk
anti
CMV
saat
ini
HERPES SIMPLEX
a.
Definisi
Herpes simplex merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh
adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa
pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik
primer maupun rekurens.15
20
b. Epidemiologi
Usia dan Jenis kelamin merupakan faktor risiko penting yang terkait
dengan penambahan infeksi genital HSV-2. Bahkan, prevalensi infeksi HSV
meningkat dengan usia, mencapai puncak sekitar 40 tahun. Infeksi ini
muncul terkait dengan jumlah pasangan seksual, dan lebih sering pada
wanita
dibandingkan
pada
pria.
Selain
itu,
etnis,
kemiskinan,
Etiologi
enveloped,
termasuk
dalam
keluarga
Herpesviridae
21
Gejala klinik
Gejala utama herpes genital yang berlangsung hingga 21 hari setelah
masa inkubasi. Masa inkubasi herpes berlangsung 2-20 hari. Pada wanita,
herpes menyebabkan ulserasi dan rasa panas dari alat kelamin eksternal dan
serviks yang mengarah ke nyeri vulva, disuria, keputihan, dan
limfadenopati lokal. Lesi ulseratif dan vesikular paha dalam, bokong,
perineum atau kulit perianal juga diamati. Kedua infeksi primer pada lakilaki dan wanita mungkin rumit dengan gejala sistemik seperti demam, sakit
kepala, mialgia (38% pada pria, 68 % pada wanita), kadang-kadang
meningitis dan dengan neuropati otonom mengakibatkan retensi urin,
terutama pada wanita.16
Pada bayi infeksi ini didapat secara perinatal akibat persalinan lama
sehingga virus ini mempunyai kesempatan naik melalui membran yang
robek untuk menginfeksi janin. Gejala pada bayi biasanya mulai timbul
pada minggu pertama kehidupan tetapi kadang-kadang baru pada minggu
ke dua-tiga. Manifestasi kliniknya: hepatosplenomegali, ikterus, petekie,
meningoensefalitis, khorioretinitis, mikrosefali dan miokarditis.1
f.
Diagnosis
Semua yang diduga infeksi virus herpes harus dikonfirmasi melalui
Penatalaksanaan
Wanita hamil dengan episode klinis pertama atau kambuh dapat diobati
harus
diberitahu
untuk
memberikan
persetujuan
sebelum
Others (Sifilis)
Rubella
Etiologi
Toksoplasma
gondii
Treponema
pallidum
spirochete
virus RNA
beruntai tunggal
(Togaviridae)
Gejala
klinis
-Subklinis
-Lesu
-Demam
-Nyeri otot,
-Ruam
makulopapular
-Limfadenopati,
-Demam ringan
-Ruam
makulopapular
generalisata
-Atralgia
-Arthritis
-Konjungtivitis
Diagnosis
-Pem.serologis
-Primer: Chancre
di
tempat
inokulasi, nyeri
soliter,
ulkus
bulat indurasi.
-Sekunder:
lesi
banyak,
bervariasi, ruam
non-iritasi,
makulopapular
pada
telapak
tangan dan kaki
-Laten:
asimptomatik
-Late:
kardiovaskular,
gummatous,
neurosifilis.
-VDRL
Citomegalovir
us
virus DNA
beruntai ganda
(Herpesviridae
)
Herpes
simplex
virus DNA
beruntai ganda
(Herpesviridae
)
-Asymptomatis
-Demam
-Faringitis
Limfadenopati
-Poliarthritis
-Rasa
panas
dan
ulserasi
alat
kelamin
eksternal dan
servix
-Nyeri vulva
-Disuria
-Keputihan
-Limfadenopati
lokal
-Gejala
sistemik:
demam, nyeri
kepala, mialgia
- Pem.serologis -Metode
24
-Kultur virus
-Fluorescent
treponema
antibodi
absorption test
serologik
(IgM,IgG)
-Metode
virologik (uji
imuno
fluoresen)
Terapi
-Pyrimetamin
-Suntikan
Tidak ada terapi -Terapi
dan
penisilin G IM
spesifik
simtomatik
sulfonamide
-Obat
oral
-Gansiklovir,
-Spiramisin
penisilin,
Fuscarnet,
eritromisin
Ridofivir,
Valasiklovir
Komplikasi Trias
-Pembatasan
-Katarak,
-Mikrosefali
klasik(korioreti pertumbuhan
glaukoma
-Hidrosefali
nitis, kalsifikasi intrauterin
-PDA, Stenosis -Kalsifikasi
intrakranium,
-Hidrops fetalis a.pulmonalis
periventrikuler
hidrosefalus)
non-imun
-Tuli
-Serebral
-Kelahiran
sensorineural
ventrikulomeg
prematur
-Mikrosefalus,
ali
-Abortus spontan hambatan
-Oligo
atau
(50%)
perkembangan
polihidramnion
Hepatosplenome
gali, ikterus
25
-Pemeriksaan
PCR
-Antivirus
(Asiklovir dan
Valasiklovir)
Hepatospleno
megali
-Ikterus
-Petekie
Meningoencep
halitis
-Korioretinitis
-Mikrosefali
-Miokarditis
DAFTAR PUSTAKA
1. Karkata K, Suwardewa TGA. Infeksi TORCH pada Ibu Hamil di RSUP
Sanglah Denpasar. Cermin Dunia Kedokteran Edisi 151. Jakarta: Penerbit
grup PT. Kalbe farma tbk; 2006. Hal. 1-10
2. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta: EGC; 2007. Hal. 639
3. Neu N, Duchon J, Zachariah P. TORCH Infections. Clinical Perinatology
[online]
2015.
[cited
Feb20,
2015].
Available
from:
http://www.perinatology.theclinics.com/article/S00955108%2814%2900125-0/fulltext
4. Andriyani R, Megasari K. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Infeksi Toksoplasma Pada Ibu Hamil Di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Tahun 2010-2013. Jurnal Kesehatan Andalas[online] 2015. [cited
Feb22, 2015]. Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id
5. Cuningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Houth JC, Rouse DJ, Spong
CY.Williams Obstetrics23rd Edition. Dallas: Medical; 2010.
6. Jones DL. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi edisi 6. Jakarta: Hipokrates;
2001.
7. Prawirohardjo S, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
PT Bina Pustaka; 2014.
8. Reece EA, Hobbins JC. Clinical obstetric the fetus and mother 3 rd edition.
Massauchussets: Blackwell; 2007.
9. Oswal S, Lyons G. Syphilis in Pregnancy [online] 2008. [cited Feb28,
2015]. Available from:http://www.medscape.com/viewarticle/583494_2
10. Agustina F, Legiawati L, Rihatmadja R, Daili SF. Sifilis Pada Infeksi
Human
Immunodeficiency
Virus[online]2011.
[cited
Feb28,
2015].Availablefrom:
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/deridn/article/download/30/33
11. Mochtar R. Synopsis obstetri Edisi 3. Jakarta: EGC; 2011
26
Feb23,
2015].
Available
from:
http://sogc.org/guidelines/cytomegalovirus-infection-in-pregnancy/
15. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
16. Straface G, Selmin A, Zanardo V, De santis M, Ercoli A. Review Article
Herpes Simplex Virus Infection in Pregnancy [online] 2012. [cited Feb28,
2015].
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3332182/
17. Salvaggio MR. Herpes Simplex [online] 2015. [cited Feb28, 2015].
Available from:http://emedicine.medscape.com/article/218580-overview
27