PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kematian maternal sangatlah tinggi dimana kematian ini
disebabkan oleh beberapa factor diantaranya penyulit dan komplikasi
komplikasi pada saat kehamilan.Saat bersalin dan dalam 42 hari sesudah
berakhirnya persalinan dimana keadaan ini mempengaruhi dan mengancam
kesehatan ibu dan bayi.Sekarang ini AKI di Indonesia masih cukup tinggi
yakni antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup.
Sebagian komplikasi persalinan, kejadiannya tidak dapat diduga
sebelum ataupun tidak dapat dihindari. Besarnya kemungkinan terjadi
komplikasi persalinan tiap ibu tidak sama, tergantung keadaan elama
kehamilan apakah ibu hamil tersebut tanpa masalah termasuk kelompok
rendah atau resiko tinggi dan kehamilan resiko sangat tinggi. (Sarwono, 2002)
Eklampsia merupakan penyulit dalam proses persalinan yang
kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Tingginya angka kejadian eklampsia dapat
mengancam hidp eklampsi yang tidak terkontrol memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap tingginya angka kematian.
Eklamsi pada umumnya didahului oleh makin memburuknya pre
eklamsi dan terjadinya gejala gejala nyeri kepala didaerah frontal, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak
dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejang. Terutama pada
persalinan bahaya ini besar.
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran.Dengan
adanya tanda dan gejala preeklamsia yang disusul serangan kejang seperti
telah diuraikan, maka diagnosis eklamsi sudah tidak diragukan. Walaupun
demikian, eklamsi harus dibedakan dari : epilepsy (dalam anamnesis diketahui
adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanpa preeklamsia
tidak ada, kejang karena obat anestesi, kejang karena sebab lain seperti
diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dan lain-lain. (Sarwono,
2002)
b.
c.
Eklampsia.
Mampu membedakan
d.
e.
Eklampsia.
Mengetahui patofisiologi pada klien dengan Eklampsia.
Mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada klien dengan
f.
g.
Eklampsia.
Mampu memahami web of caution (WOC) Eklampsia.
Memahami komplikasi yang terjadi pada klien dengan
h.
Eklampsia.
Mengetahui pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
i.
j.
klasifikasi
pada
klien
dengan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu organ
reproduksi wanita yang terdapat di luar dan di dalam tubuh.
a. Organ Reproduksi Wanita Luar
berbeda-beda
ada
yang
seperti
bulan
sabit.
Konsistensinya ada yang kaku, dan ada yang lunak, lubangnya ada
yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari (Syaifudin,1997).
Himen mungkin tetap ada selama pubertas atau saat hubungan
seksual pertama kali.
7) Perineum (kerampang)
Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah garis
yang menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga
kongenital dan bagian belakang segitiga anal, titik tengahnya
disebut badan perineum terdiri dari otot fibrus yang kuat di sebelah
depan anus.
b. Organ reproduksi wanita dalam.
1) Vagina
Vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan
membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang
horizontal. Namun,posisi ini berubah sesuai dengan vesika
urinaria. Dinding sentral vagina yang ditembusserviks panjangnya
7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm.
dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding
lateralnya di bagian kranial melekat pada Ligamen Cardinale, dan
di bagian Caudal melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih
rigid dan terfiksasi. Dinding depan liang senggama 9 cm lebih
pendek daripada dinding belakang. Pada puncak vagina menonjol
leher Rahim yang disebut posterio. Bentuk vagina dalam berlipatlipat disebut ligae.
2) Uterus (Rahim)
Uterus merupakan
organ
berongga
dengan
dinding
ovarium).
Ada
prosessus xypoideus.
9) Kehamilan 36-38 minggu, fundus uteri kira-kira 1 jari di bawah
prosessus xypoideus.
10) Kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali kira-kira 3 jari di
bawah prosessus xypoideus.
b. Vagina
Vagina dan vulva juga mengalami perubahan akibat hormon
estrogen
sehingga
tampak
lebih
merah,
agak
kebiru-biruan
10
deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung, dikenal sebagai kloasma
gravidarum. Namun Pada kulit perut dijumpai perubahan kulit menjadi
kebiru-biruan yang disebut striae livide.
j. Metabolisme dalam Kehamilan
Pada wanita hamil Basal Metabolik Rate (BMR) meningkat hingga
15-20 %.Kelenjar gondok juga tampak lebih jelas, hal ini ditemukan
pada kehamilan trimester akhir.Protein yang diperlukan sebanyak 1
gr/kg BB perhari untuk perkembangan badan, alat kandungan, mammae,
dan untuk janin, serta disimpan pula untuk laktasi nanti.Janin
membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang terutama
pada trimester ketiga.Dengan demikian makanan ibu hamil harus
mengandung kalsium, paling tidak 1,5-2,5 gr perharinya sehingga dapat
diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium yang tertahan untuk keperluan janin
sehingga janin tidak akan mengganggu kalsium ibu. Wanita hamil juga
memerlukan tambahan zat besi sebanyak 800 mg untuk pembentukan
haemoglobin dalam darah sebagai persiapan agar tidak terjadi
perdarahan pada waktu persalinan.
k. Kenaikan Berat Badan
Peningkatan berat badan ibu selama kehamilan menandakan
adaptasi ibu terhadap pertumbuhan janin. Perkiraan peningkatan berat
badan adalah 4 kg dalam kehamilan 20 minggu, dan 8,5 kg dalam 20
minggu kedua (0,4 kg/minggu dalam trimester akhir) jadi totalnya 12,5
kg.
dan
dalam
nifas
dengan
Patologi,R.
Sulaeman
Sastrowinata, 1981 ).
Eklampsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua,
persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
dimana
sebelumnya
sudah
menunjukkan
gejala-gejala
preeclampsia
12
hypertensi
oedema
dan
pada
kehamilan
pertama,
frekuensi
hipertensi
15
tahun
13
Etiologi dan patogenesis Pre eklampsia dan Eklampsia saat ini masih
belum sepenuhnya dipahami, masih banyak ditemukan kontroversi, itulah
sebabnya penyakit ini sering disebut the disease of theories. Pada saat ini
hipotesis utama yang dapat diterima untuk dapat menerangkan terjadinya
Eklampsia adalah : factor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah, dan
keadaan
dimana
jumlah
throphoblast
yang
berlebihan
dan
dapat
14
15
iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang
banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel.
Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan
produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan
juga menurun.
e. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi
pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan
menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan
kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau
proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase
lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak
akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.
Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal
yaitu berupa glumerulus endotheliosis. Gambaran kerusakan endotel
pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
f. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin
dari asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin.
Ishkemi regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang
menghasilkan radikal bebas asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan
ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan pembentukan
derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan
trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 :
1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan
terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
g. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2 gram per hari. Bila terjadi
kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan
dikeluarkannya
kalsium
otot
sehingga
menimbulkan
kelemahan
16
menurut
buku
Obstetri
Emergensi,
2012
untuk
Kehamilan pertama
Riwayat eklamsi sebelumnya
Kehamilan multifetus
Hipertensi kronis / penyakit ginjal
Riwayat penyakit vaskuler kolagen
Kehamilan mola komplit / parsial
Hipertensi gestasional-preeklamsi disertai dengan:
1) Nyeri kepala hebat
2) Perubahan penglihatan yang menetap / pandangan kabur
3) Nyeri hebat epigastrik / kuadran kanan atas
4) Perubahan status mental
2.4 Klasifikasi Eklampsia
Eklamsia adalah preeklamsia berat yang dilanjutkan dengan keadaan
oleh
edema
paru.
Ini
disebabkan
oleh
adanya
19
20
21
22
23
24
25
a. Solusio plasenta.
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang
menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di rumah Sakit
Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
Pada eklampsia, ditemukan 23% hipofibrinogenemia. Maka perlu
dilakukan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis
Penderita dengan eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui
dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sela hati atau destruksi
sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada
autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
d. Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal
ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
f. Edema paru-paru
Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus
eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.
g. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,
tapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati
juga dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan
enzim-enzimnyz.
h. Sindroma HEELP
Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
i. Kegagalan Ginjal
26
Komplikasi ibu
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
2.
Komplikasi janin
a)
Asfiksia mendadak
b)
Solusio placenta
c)
Persalinan prematur
d)
Gawat janin
e)
f)
27
tkenan
darah
tetapi,
demi
akan
alasan
menyediakan
alat
ini
di
area
klinis.
Gunakan
28
reproduktibilitas.
RCOG
(2006)
kini
perbedaan
interpretasi
unit,
sebagai
hasil
berupa
alat
proteinuria
otomatis
dengan
samping
kreatinin
ranjang
belum
yang
dievaluasi
29
sepenuhnya, tapi alat ini dapat membantu praktik klinis di masa yang
akan datang (RCOG, 2006).
c. Pada biopsy ginjal, ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus
d. Pemeriksaan Fungsi hati
1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-45
u/ml)
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N= <31
u/l)
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hitung trombosit. Disfungsi endotel mengakibatkan disfungsi
trombosit. Jika hitung trombosit >50x109 per liter, homoestosis
cendrung akan normal. Akan tetapi , jika hitung trombosit turun
hingga dibawah 100, sering kali dipertimbangkan untuk melahirkan
bayi.
2) Pemeriksa pembekuan , jika trombosit <100 x 109/I (RCOG, 2006)
pemeriksa ini perlu sebab preeklampsia dapat menyebabkan
koagulasi intra vaskuler diseminata.
3) Kadar asam urat dan urat. Pemeriksa ini digunakan untuk mengkaji
tingkat keparahan dan perjalanan penyakit . akan tetapi, penyakit
yang berat bisa saja muncul saat konsentrasi asam urat rendah ,
normal dan tinggi (lie et al, 1998).
4) Konsentrasi urea dan kreatinin plasma. Peningkatan kadar dua zat ini
biasanya berkaitan dengan gangguan lanjut pada ginjal dan penyakit
serius. Keduanya tidak dapat digunakan sebagai indikator awal
tingkat keparahan penyakit , tetapi harus diperiksa untuk mengkaji
perjalanan penyakit ginjal.
Perubahan umum pemeriksaan laboratorium pada preeklampsia
Normal
PIH
Hemoglobin/Hemtokrit
12 sampai 16/37
Bisa meningkat
Trombosit
PT/PTT
Fibrinogen
Fibrin Split Product (FSP)
Nitrogen Urea Darah (BUN)
sampai 47
Tidak berubah
Tidak berubah
150 sampai 400
Tidak ada
9 sampai 20
Tidak berubah
Tidak berubah
300 sampai 600
Tidak ada
<10
30
Kreatinin
Dehidrogenasi laktat (LDH)
Aspartat Aminotransferase
(SGOT)
Alanin Aminotransferase
<1,0
Tidak berubah
Tidak berubah
3 sampai 21
Tidak berubah
(SGPT)
Protein
0 sampai 100
0 sampai 300
Klirens kreatinin
97 sampai 137
130 sampai 180
Sel burr/schistocytes
Tidak ada
Tidak ada
f. Uji fungsi hati. Preeklampsia dapat menyebabkan berbagai masalah
penyakit pada hati, misalnya, hemato subkapsuler, ruptur, dan infark hati.
g. Tinggi simfisis fundus (pengukuran akurat) dan atau pengkajian
ultrsonografipertumbuhan janin.
h. Kardiotokografi (CTG). Dapat memberi informasi tentng kesejahtraan
janin, tapi tidak dapat mempredeksi preeklampsia (RCOG, 2006).
i. Pengkajian volume cairan ketuban (indesk cairan ketuban atau AFI).
j. Analisis doppler arteri umbilikus.
2.10
Penatalaksanaan Eklampsia
2.10.1 Penanganan Eklampsia
Preeklamsi berat dan eklamsia ditangani dengaan cara yang
sama, dengan pengecualian bahwa pelahiran harus dalam 12 jam
awitan konvulsi pada eklamsi. Semua kasus preeklamsi berat harus
ditanani secara akitif. Tanda dan gejala eklamsia yang segera
terjadi( pendangan kabur, hipereffeksia) tidak dapat dipercaya dan
penatalaksanaan ibu hamil tidak direkomendasikan
a. Penatalaksaan Selama Konvulsi
1) Siapkan peralatan (jalan nafas, alat pengisap, masker dan kantung,
oksigen) dan berikan oksigen 4-6 L per menit
2) Lindungi ibu dari cidera tetapi jangan meretensi ibu secara aktif
3) Siapkan anti konvulsi
b. Penatalaksanaan Umum
1) Pasang infuse IV dan infuse cairan IV Ringer Laktat
2) Diet cukup protein, rendah korbohidrat, lemak dan garam.
3) Antasida.
4) Diuretika antepartum: manitol postpartum: spironolakton ( non K
release), furosemide (K release). Indikasi: edema paru-paru, gagal
jantung kongestif (CHF), edema nasarka.
5) Antipiretika, jika suhu > 38,5oC
6) Setelah kovulsi terjadi
31
diastolic sampai
32
pada
reproduksi
binatang
gagal
Kategori C
studi kontrol pada wanita hamil. Atau penelitian baik pada binatang
maupun wanita hamil tidak ada. Obat diberikan hanya bila terdapat
keuntungan potensial yang sebanding dengan risiko buruk pada
fetus.
Adanya bukti berisiko pada fetus manusia, namun karena
keuntungan
Kategori D
dalam
penggunaan
pada
wanita
hamil
maka
Kategori X
a. Antikonvulsi
Factor utama dalam terapi antikonvulsi adalah pemberian
antikonvulsi yang adekuat. Konvulsi paaibu yang dirawat di rumah
sakit paling sering disebabkan oleh terapi yang tidak adekuat.
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi konvulsi pada preeklamsi berat dan eklamsia.
33
adekuat
dengan
menghentikan
kejang.
Antihipertensi
35
37
Pemberian
bersamaan
dengan
antidepresan
trisiklik
dapat
kortikosteroid
dalam
bentuk
dexamethasone
atau
betamethasone.10
National Institute of Health (NIH, 2000) menganjurkan
pemberian kortikosteroid pada semua wanita dengan usia kehamilan
24-34 minggu yang berisiko melahirkan preterm, termasuk penderita
pre-eklampsia berat. Pemberian betamethasone 12 mg intra-muskuler
dua dosis dengan interval 24 jam, atau pemberian dexamethasone 6
mg intra-vena empat dosis dengan interval 12 jam.10
definitf
untuk
eklampsi
adalah
persalinan.
pervaginam
meningkatkan
kesuksesan
induksi.
40
41
g) Miomektomi ekstensif
h) Dalam beberapa kasus dengan jahitan serviks atau repair pada
pasien yang inkompeten
i) Hemorargik antepartum (placenta previa)
j) Gagal induksi
2) Indikasi bayi
a) Fetal distress
b) Riwayat obstetrik
c) Prolaps tali pusat
d) Insufisiensi plasenta, IUGR, lebih bulan dan ketika telah diinduksi
gagal
e) Ibu dengan DM dan ketika diinduksi gagal
f) Inkomptabiliti Rh-ketika induksi gagal dan persalinan pervaginam
susah dilaksanakan dan untuk kasus sisa janin
g) Caesaria postmortem- biasanya jarang berhasil
h) Infeksi herpes tipe II dengan membrane yang intak
i) Malpresentasi dan malposisi
j) Presentasi kaki
3) Lain-lain
a) Primitua
b) Operasi sukses untuk kasus fistula vesikovaginal dan stress
inkontinensia
c) Anomali uterus kongenital
d) Gagal persalinan dengan alat
Perawatan segera pada ibu yang mengalami serangan eklampsia:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
43