PENDAHULUAN
I.II PERMASALAHAN
Bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit cacar air atau
varicella, komplikasi, penanganan serta pencegahan
I.III TUJUAN
I.II.I Meningkatkan pengetahuan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit cacar air
atau varicella, komplikasi, penanganan serta pencegahan
I.II.II Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pengobatan
Varicella Zooster
I.II.III Meningkatkan kesadaran masyarakat agar melakukan imunisasi lengkap dalam
upaya pencegahan penyakit varicella
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I DEFINISI
Varicella adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh varicella zostervirus
(VZV).Infeksi berulang dapat mengakibatkan terjadinya herpes zoster. Infeksi akut
primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat
gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh.5
II.II EPIDEMIOLOGI
Varicellaterdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin.
A. Usia
Pada orang yang belum mendapatvaksinasi, 90% kasus terjadi pada
anak-anakdibawah 10 tahun terbanyak umur 5-9 tahun, 5% terjadi
pada orang yangberusia lebih dari 15 tahun. Sementara pada
pasienyang mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicellasecara nyata
menurun.5
B. Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995,
insiden terjadinya varicellaterbukti menurun. Dimana sebelum tahun
1995,terbukti di Amerika terdapat 3-4 juta kasus varicellasetiap
tahunnya.5
C. Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogenmaupun kontak langsung. Kontak
tidaklangsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat
menularkan varicella yaitu beberapa harisebelum erupsimuncul dan sampai vesikula
yangterakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa krustatidak menularkan virus. 5
II.III ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk
kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut capsid
yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda
yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat
molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. 1 Seperti
herpes virus lainnya, VZV terus bertahan di dalam tubuh setelah infeksi pertama sebagai
infeksi laten. VZV bertahan pada nervus saraf ganglia.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan
infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten
dan kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. 6
II.1V PATOGENESIS
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anakimunokompeten (rata-rata 14-17
hari) dan pada anak yangimunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari
14hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasidari sekresi
pernafasan (droplet infection) ataupun kontaklangsung dengan lesi kulit. Droplet
infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.
VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluranpernafasan
bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva.Siklus replikasi virus pertama terjadi pada
hari ke 2-4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran
virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan
terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4-6 setelah infeksi pertama).
Pada sebagian besar penderitayang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat
mengalahkanmekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut
dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepardan limpa, yang
mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Padafase ini, partikel virus akan menyebar
ke seluruh tubuhdanmencapai epidermis pada hari ke 14-16,yang mengakibatkan
2,5,7,8
timbulnya lesi dikulit yang khas.
Seorang anak yang menderita varicella akan dapatmenularkankepada yang lain
yaitu 2 hari sebelum hingga 5 harisetelahtimbulnyalesidikulit.
VZV
Retikulo endotel
Gejala klinis
Varicela Zooster
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah
penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun.
Data menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua
kulit putih lebih sering berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit
hitam.Zoster juga dapat timbul jarang pada anak-anak.Zoster pada pasien
imunnocompromise dapat menjadi lebih berat.
II.VI DIAGNOSA
A. ANAMNESA
Diagnosis varisela ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala prodromal, rasa gatal,
dan manifestasi klinis sesuai tempat predileksi dan morfologi yang khas varisela.3
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk pemeriksaanvirus varicella zoster (VZV) dapat
dilakukanbeberapa test yaitu :
1. Tzanck smear
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,kemudian
diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,Giemsa’s, Wright’s,
toluidine blue ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop
cahaya akan dijumpai multinucleated giant cells.
Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus.
2. Direct fluorescent assay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudahberbentuk
krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.
Hasil pemeriksaan cepat.
Membutuhkan mikroskop fluorescence.
Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpessimpleks
virus.
3. Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat
seperti scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk
krusta dapat juga digunakan sebagai preparat, dan CSF.
Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.
Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan
degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atasdijumpai
adanya lymphocytic infiltrate.
II.IX PENATALAKSANAAN
Obat antivirus
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72 jam
setelah erupsi dikulit muncul.
Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir
danfamasiklovir.
Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :Neonatus :
Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak ( 2 -12 tahun) :
Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oralselama 5 hari.
Pubertas dan dewasa :
Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.
Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.
Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari.
Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukanpengobatan yang spesifik dan
pengobatan yang diberikan bersifatsimtomatis yaitu :
Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agartidak mudah pecah.
Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salap
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.
Dapat diberikan antipiretik dan analgetik.
II.X PENCEGAHAN
Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak diperlukan
tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok
yangberesiko tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti neonatus,
pubertasataupun orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi
gejalavaricella.
Tindakan pencegahan yang dapat diberikan yaitu :
A. Imunisasi pasif
1. Menggunakan VZIG (Varicella zoster immunoglobulin).
2. Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelahterpajan VZV,
pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah varicelllasedangkan pada
anak imunokompromais pemberian VZIG dapatmeringankan gejala varicella.
3. VZIG dapat diberikan pada yaitu :
Anak-anak yang berusia < 15 tahun yang belum pernahmenderita
varicella atau herpes zoster.
Usia pubertas>15 tahun yang belum pernah menderita
varicella atau herpes zoster dan tidak mempunyaiantibodi terhadap VZV.
Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalamkurun
waktu 5 hari sebelum atau 48 jam setelah melahirkan.
Bayi premature dan bayi usia ≤ 14 hari yang ibunya belumpernah
menderita varicella atau herpes zoster.
Anak-anak yang menderita leukaemia atau lymphoma yangbelum pernah
menderita varicella.
- Dosis : 125 U / 10 kg BB.
- Dosis minimum : 125 U dan dosis maximal : 625 U.
Pemberian secara IM tidak diberikan IV
Perlindungan yang didapat bersifat sementara
B. Imunisasi aktif
1. Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dankekebalan
yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun.Digunakan di Amerika sejak tahun
1995.
2. Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71-100%.
3. Vaksin efektif jika diberikan pada umur ≥ 1 tahun dan direkomendasikan
diberikan pada usia 12-18 bulan.
4. Anak yang berusia ≤ 13 tahun yang tidak menderita varicelladirekomendasikan
diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua diberikan dalam 2 dosis (masing-
masing 0,5 ml) dengan jarak 4-8 minggu.
5. Pemberian secara subcutan.
6. Efek samping : Kadang - kadang dapat timbul demam ataupun reaksi
lokal seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi pada 3-5%
anak - anak dan timbul 10-21 hari setelah pemberian pada lokasi
penyuntikan.
7. Vaksin varicella : Varivax.
8. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena dapat Menyebabkan
terjadinya kongenital varicella. 8,13,15
9. Pengurus pusat ikatan dokter anak indonesia (PP-IDAI) sampai saat ini masi
merekomendasikan vaksinasi pada anak di atas 5 tahun , satu kali pemberian.1
II.XI PROGNOSIS
1. Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
2. Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering
menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat.
3. Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa
mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar
penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.
DAFTAR PUSTAKA