Anda di halaman 1dari 10

Penyakit Scabies pada Kulit

Kelompok E2
Ayu Anas Silvya 102010072
Jessica Susanto 102011032
Mangga Senapati 102013352
Ayu Asmarita 102013390
Gerry Namyu 102014032
Shintia Novotna Katoda 102014094
Yosepha Vebrianti Hutauruk 102014147
Christovel Liempepas 102014153
Shaliny Arulnathen 102014236
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510
Telephone :(021) 5694-2061.
Abstrak
Penyakit kulit merupakan penyakit dengan inisidens ketiga tertinggi di Indonesia. Skabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei
varietas hominis yang termasuk filum Arthropoda, ordo Acari, superframili Sarcoptoidea, family
Sarcoptidae dan genus Sarcoptes. Gejala yang ditimbulkan yaitu rasa gatal terutama dirasakan pada
malam hari (pruritus nokturna) atau bila udara terasa hangat atau penderita berkeringat. Rasa gatal
biasanya hanya pada lesi, tetapi pada scabies menahun gatal dapat terasa pada seluruh badan.
Sarcoptes scabei memilih daerah-daerah bagian tubuh tertentu, biasanya daerah yang berkulit tipis
seperti daerah inguinal, pergelangan tangan dan kaki, aksila, umbilicus, penis, areola mammae dan di
bawah payudara wanita. Pada orang dewasa, punggung atas, leher, muka, kulit kepala yang berambut,
telapak kaki dan tangan.
Kata kunci: Skabies, Sarcoptes scabiei.
Abstract
Skin disease places the third of the highest incidence in Indonesia. Scabies is a skin disease caused by
infestation and sensitization to mite Sarcoptes scabiei hominis varieties that include the phylum
Arthropoda, the order Acari, superframili Sarcoptoidea, Sarcoptidae family and genus Sarcoptes.
1 | FK UKRIDA

Symptoms are itching especially felt at night (nocturnal pruritus) or when the air is warm or sweaty
people. Itching is usually only on the lesion, but the chronic scabies itch can be felt in the entire body.
Sarcoptes scabei choose areas of particular body parts, usually thin-skinned areas such as the groin
area, wrist and feet, axillae, umbilicus, penis, breast areola and under the breasts of women. In
adults, the upper back, neck, face, hairy scalp, feet and hands.
Keywords: Scabies, Sarcoptes scabiei

Pendahuluan
Penyakit scabies merupakan suatu jenis penyakit yang sering ditemukan di negara
tropis, seperti Indonesia. Nama yang sering kita dengar di masyarakat untuk penyakit ini
adalah kudis. Secara umum penyakit kulit di Indonesia prevalensinya masih tinggi. Penyakit
kulit menempati jenis penyakit ketiga yang paling sering ditemukan kasusnya setelah
penyakit saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Oleh karena itu belajar tentang penyakit
kulit merupakan hal yang penting bagi seorang calon dokter. Pada kesempatan kali ini penulis
akan membahas tentang salah satu jenis penyakit kulit yang jamak ditemukan di masyarakat
yaitu scabies.
Harapan penulis makalah ini dapat digunakan sebagai suatu pedoman bagi para calon
dokter bila di kemudian hari mengalami kasus seperti ini dalam praktek kedokterannya.
Skenario 5
Anak berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke poli klinik karena mengeluh sangat gatal
terutama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu. Gejala terutama terjadi pada malam
hari.
Definisi
Scabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varietas hominis.1
Anamnesis
Dalam ilmu kedokteran, wawancara kepada pasien disebut anamnesis.

Tehnik

anamnesis yang baik disertai dengan empati. Perpaduan keahlian mewawancarai dengan
pengetahuan mendalam tentang gejala (symptom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan
memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis banding sehingga dapat
membantu menentukan langkah pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat langsung
dilakukan terhadap pasien (auto-anamnese) atau terhadap keluarganya atau pengantaranya
(allo-anamnese).2
2 | FK UKRIDA

Biasanya pasien datang dengan keluhan gatal-gatal. Yang perlu kita tanyakan pada
scabies adalah waktu terjadinya gatal-gatal. Umumnya pada pasien scabies rasa gatal
memuncak pada waktu malam sehingga mengganggu tidurnya.
Kemudian setelah itu perhatikan riwayat kontak dengan orang lain. Scabies
merupakan penyakit yang menyerang manusia secara kelompok. Tanyakan pada pasien
apakah orang-orang yang tinggal bersamanya juga mengalami hal yang sama. Kontak
personal yang dekat selama setidaknya 15 menit dengan individu yang menderita scabies
dapat menyebabkan terjadinya penularan. Biasanya gejala klinik akan muncul 2 minggu
setelah terjadi kontak.3
Kemudian perhatikan tempat predileksinya. Hal ini dapat dilakukan dengan
menanyakan pada pasien secara langsung maupun pada pemeriksaan fisik. Umumnya daerah
yang sering terkena infestasi parasit ini adalah sela jari tangan dan kaki, lutut, perut, genitalia,
dan pantat. Pada bayi dapat mengenai seluruh daerah kulit. Gambaran yang timbul umumnya
polimorf akan dibahas lebih lanjut pada pemeriksaan fisik.3
Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, dapat diperhatikan bagaimana keadaan umum
pasien melalui ekspresi wajahnya, gaya-gaya berjalan dan tanda-tanda spesifik lain yang
segera tampak begitu kita melihat pasien, (eksoftalamus, cusingoid, parkinsonisme, dan
sebagainya). Keadaan umum pasien dapat dibagi menjadi tampak sakit ringan, sakit sedang,
atau sakit berat. Keadaan umum pasien seringkali dapat menilai apakah pasien dalam
keadaan darurat medis atau tidak.2
Tingkat kesadaran pasien dapat diperiksa secara inspeksi dengan melihat reaksi pasien
yang wajar terhadap stimulus visual, auditorik maupun taktil. Tingkat kesadaran dibagi
menjadi:2

Kompos mentis, yaitu sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun lingkungan,

dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik.


Apatis, keadaan dimana pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya.
Delirium, yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun

yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi, dan meronta-ronta.
Somnolen (letargia, obtundasi, hipersomnia), yaitu keadaan mengantuk yang masih dapat
pulih penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti pasien akan tidur kembali.

3 | FK UKRIDA

Sopor (stupor), yaitu keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi pasien tidak terbangun

sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal yang baik.


Semi-koma (koma ringan), yaitu penurunan kesadaranyang tidak memberikan respons
terhadap rangsang verbal, dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tetapi refleks

(kornea, pupil) masih baik. Respons terhadap rangsang nyeri tidak adekuat.
Koma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan
tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Setelah itu lakukanlah pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi pemeriksaan suhu

tubuh, tekanan darah, denyut nadi (frekuensi, irama), frekuensi pernapasan. Jika pemeriksaan
tersebut diatas telah dilakukan, maka selanjutnya adalah memeriksa bagian tubuh yang
bersangkutan, yang dimulai dengan:2
Inspeksi, perhatikan kualitas kulit yang meliputi kelembaban kulit, elastisitas kulit,
atrofi kulit, hipertrofi kulit. Perhatikan warna kulit, yang meliputi melanosis, albinisme,
vitiligo, piebaldisme, palor, ikterus, pseudoikterus, klorosis, eritema, sianosis, kulit coklat,
melasma, poikiloderma of civatte, dermatografia, dan cafe au lait patches. Eflorensi (ruam)
primer yang meliputi makula, papula, nodus, urtika, vesikel, bula, dan kista. Eflorensi
sekunder yang meliputi skuama, krusta, erosi, ekskoriasi, ulkus, fisura, sikatriks, dan keloid.
Kemudian ada pula lesi lain pada kulit seperti edema, emfisema subkutis, pruritus, purpura,
xanthoma, komedon, milaria, angioma, teleangiektasis, nervur pigmentosus, spider naevi,
striae, eksantema, dan gumma.2
Pada pemeriksaan fisik yang kita perlu lihat adalah tempat predileksi scabies.
Umumnya pada sela jari dan kaki hingga telapaknya. Gambaran timbul sebagai akibat
sensitasi terhadap sekret tungau yaitu menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul,
vesikel, dan urtika. Keluhan gatal sering menyebabkan pasien menggaruk daerah tersebut
sehingga dapat timbul lesi sekunder seperti erosi dan ekskoriasi. Bila telah mengering
biasanya terlihat sebagai krusta. Selain itu perhatikan apakah timbul infeksi sekunder seperti
folikulitis, furunkulosis dan pustula. Seringkali infeksi sekunder ini dapat mempersulit
diagnosis. Infeksi sekunder ini dapat dipergunakan sebagai diagnosis banding dari penyakit
ini. Pada orang yang imunocompromised dapat timbul bentuk scabies norwegia yang lesinya
lebih parah. Umumnya krusta akan lebih jelas dan luas terlihat.3
Bila diperhatikan secara seksama dengan menggunakan kaca pembesar maka akan
terlihat adanya gambaran seperti terowongan di bawah permukaan kulit penderita scabies.
4 | FK UKRIDA

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan

penunjang

dapat

dilakukan

dengan

melakukan

pemeriksaan

laboratorium.4
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau
vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas kaca objek kemudian ditutup
dan dilihat dibawah mikroskop cahaya.3,4
2. Menyikat dengan sikat dan ditampung pada selembar keras putih kemudian dilihat
pada kaca pembesar.3,4
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya dengan menjepit lesi dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.3,4
4. Dengan biopsi eksisi kemudian diperiksa dengan pewarnaan H.E.3,4
Agar pemeriksaan laboratorium memberikan hasil yang baik maka faktor-faktor yang
harus diperhatikan adalah:1
1. Papul yang baik untuk di kerok adalah papul yang baru dibentuk
2. Pemeriksaan jangan dilakukan pad alesi ekskoriasi dan lesi dengan infeksi
sekunder
3. Kerokan kulit harus superfisial dan tidak boleh berdarah
4. Jangan mengerok dari satu lesi tetapi dari bebrapa lesi. Tungau paling sering
ditemukan pada sela jari tangan sehingga perhatian terutama diberikan pada
daerah itu.
5. Sebelum mengerok, teteskan minyak mineral pad skalpel dan pada lesi yang akan
dikerok.
Bila diperiksa dengan mikroskop cahaya akan didapatkan gambaran tungau penyebab
scabies.
Diagnosis
Diagnosis kerja. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan S.scabiei yang didapatkan
dengan cara mencongkel/mengeluarkan tungau dari kulit, kerokan kulit atau biopsi.1
Diagnosis diferensial. Ada pendapat yang mengatakan penyakit scabies ini merupakan
the great immitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluha gatal. 1
Sebagai diagnosis banding ialah:

5 | FK UKRIDA

Prurigo yang mempunyai predileksi yang sama. Tungau sulit ditemukan pada
pemeriksaan laboratorium karena tungau yang menginfestasi penderita sedikit.
Penyebabnya adalah jumlah telur yang menetas hanya 10%. Selain itu garukan dapat
mengeluarkan tungau secara mekanik dan jika terjadi infeksi sekunder maka pus yang
terbentuk dapat membunuh tungau karena pus bersifat akarisida.1

Pedikulosis korporis adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Pediculus humanus
var. corporis. Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang
dengan higiene yang buruk, disebabkan jarang mandi atau jarang mencuci pakaian.
Maka itu penyakit ini sering disebut penyakit vegabond. Hsl ini disebabkan kutu tidak
melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas disela-sela lipatan pakaian dan hanya
transien ke kulit untuk menghisap darah. Pada penderita umumnya hanya ditemukan
bekas-bekas garukan badan, karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih
intensif. Kadang-kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah
bening regional.3

Dermatitis kontak. Untuk pengertian dermatitis sendiri adalah peradangan kulit


(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung
residif dan menjadi kronis. Sedangkan dermatitis kontak ialah dermatitis yang
disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam
dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermaatitis kontak alergik,
keduanya dapat bersifat akut maupun kronis.3
-

Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit nonimunologik,


kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses sensitisasi.3

Dermatitis kontak alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi
terhadap suatu alergen.3

Kesamaan dermatitis kontak dengan scabies adalah ditemukannya rasa gatal yang
disertai eritema dan vesikel. Namun perbedaan yang jelas adalah pada waktu rasa
gatal. Waktu rasa gatal timbul dan memuncak pada scabies adalah pada malam hari,
sedangkan pada dermatitis kontak bergantung pada waktu kontak bahan tersebut
dengan kulit. Tes patch/tempel dapat digunakan untuk memisahkan kemungkinan
scabies terhadap dermatitis kontak. Kuncinya pada dermatitis kontak selalu ada bahan
6 | FK UKRIDA

yang sifatnya dapat mengganggu fungsi kulit. Sedangkan pada scabies tentu saja
penyebabnya adalah infestasi tungau.
Epidemologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemis scabies. Banyak faktor
yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain sosial ekonomi yang rendah, higine
yang buruk, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini
dapat dimasukkan dalam jenis PHS (penyakit hubungan seksual).3
Cara penularannya:3
1. Kontak langsung: kontak kulit dengan kulit misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung: melalui benda misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. selain itu terdapat
S.scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.3
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.
Tungau ini transulen, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450
mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk
dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan
sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan paangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.3

Gambar 1. Sarcoptes scabiei5


Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi

diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2/4 butir sehari sampai mencapai jumlanh 40/50 butir. Untuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya telur akan menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi
7 | FK UKRIDA

larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat hidup dalam terowongan, tapi juga
dapat keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk jantan dan
betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya sampai bentuk dewasa memerlukan
waktu 8-12 hari.3
Patogenesis
Lesi primer scabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur, dan hasil
metabolisme. Pada saat menggali terowongan, tungau mengeluarkan sekret yang dapat
melisiskan stratum korneum. Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga
menimbulkan pruritus danlesi sekunder. Lesi sekunder berupa papul, vesikel, pustul, dan
kadang bula. Dapat juga terjadi lesi tersier berupa ekskoriasi, eksematisasi dan pioderma.
Tungau hanya terdapat pada lesi primer.1
Tungau hidup didalam terowongan ditempat predileksi yaitu jari tangan, pergelangan
tagan bagian sentral, siku bagian luat, lipat ketiak bagian depan, umbilikus, gluterus,
ekstremitas, genitalian eksterna pada laki-laki dan areola mamae pada perempuan. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki pada etempat predileksi dapat ditemukan
terowongan berwarna putih abu-abu dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1mm,
berbentuk lurus atau berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat infeksi
sekunder. Diujung terowongan dpaat ditemukan vesikel atau papul kecil. Terowongan
umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangan jarang ditemukan pada penderita
di Indonesia karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut sehingga sudah terjadi
infeksi sekunder.1
Gejala Klinis3
Ada 4 tanda kardinal
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malamhari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruha nggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal dengan keadaan hiposensitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tnagu, tapi tidak
memberika gejala. Penderita ini bersifiat sebagai pembawa (carrier).

8 | FK UKRIDA

3. Ada terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jiak timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polomfor (pustul, ekskoriasi, dll). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan bagian polar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola
mamae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna pria, dan perut bagian bawah. Pada
bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diasnogtik. Dpat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan dua dari empat tanda kardinal tersebut.
Penatalaksanaan3
Syarat obat yang ideal dalah:
1. Harus efektif pada semua stadium tungau
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota harus diobati (termasuk penderita yang
hiposensitisasi).
Jenis-jenis obat topikal:
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau

krim.

Preparat

in

karena

tidak

efektif

terhadap

stedium

telur

makanpenggunaannya tidak boleh kurang dari tiga hari. Kekurangnannya yang


lain adalah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan
iriatsi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%), efektir terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan
kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gamma benzena heksaklorida (gamexan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim
atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak
dibawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap SSP. Pemberiannya
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
9 | FK UKRIDA

4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai
dua efek sebagai anti scabies dan anti gatal harus dijauhkan dari mulut, mata, dan
uretra.
5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gamexan,
efektifitasnya sama, aplikasi hnaya sekali dan dihapus setelah sepuluh jam. Bila
belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah
umur 2 bulan.
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat di
berantas dan memberi prognosis baik.3
Kesimpulan
Dari gejala yang timbul pada anak tersebut yaitu gatal yang dirasakan terutama pada
malam hari, serta tempat lokasi terjadinya terutama pada sela jari, merupakan tanda khas
yang mengarah pada scabies. Diagnosis ke arah scabies dapat diperkuat dengan adanya
kerabat terdekat pasien yang menderita penyakit ini, ditemukan gambaran seperti terowongan
pada permukaan kulit dan ditemukannya tungau Sarcoptes scabiei varietas homonis sebagai
hal yang paling diagnostik.
Daftar Pustaka
1. Departemen Parasitologi FKUI. Parasitologi kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2008.h.297-300.
2. Setiawati S, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi VI, jilid I. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.h.129-36.
3. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2010.
4. Golant AK, Levitt JO. Scabies: a review of diagnosis and management based on mite
biology. Pediatrics in review. 33:e48-59.
5. Diunduh dari : www.k-stase.edu

10 | F K U K R I D A

Anda mungkin juga menyukai