VARICELLA
Oleh:
G1A220007
Pembimbing:
KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
VARICELLA
Disusun Oleh
G1A220007
Dokter Bagian
Dermatovenereologi
PEMBIMBING
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga Case Report session
(CRS) yang berjudul “Varicella” ini dapat terselesaikan. makalah ini dibuat
sebagai salah satu syarat kelengkapan dalam menjalankan Program Studi Profesi
Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
PenuliS
ii
Nama : Tiara Cesaria
NIM : G1A220007
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.. r
Umur : 9 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kota Jambi
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku Bangsa : Melayu
I. Anamnesis
A. Keluhan Utama: Terdapat bintil-bintil berisi cairan disertai gatal hampir
pada seluruh tubuh sejak ± 1 hari yang lalu.
B. Keluhan Tambahan: tidak ada
C. Riwayat Perjalanan Penyakit:
± 3 hari SMRS pasien mengeluhkan timbul bintil-bintil kecil kemerahan dibagian
dada disertai rasa gatal. Ibu dan pasien mengatakan sebelum timbulnya ruam
pasien juga mengeluhkan badannya sedikit panas namum tidak dilakukan
pengecekan suhu, mual (-) dan nyeri kepala (-).
± 1 hari SMRS pasien mengeluhkan bintil-bintil kemerahan tersebut mulai
menggembung dan terlihat berisi cairan disertai rasa gatal dan sudah menyebar di
dibagian perut, punggung dan bagian belakang telinga. Riwayat kontak dengan
teman satu sekolah yang mengalami penyakit sama (+).
D. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat keluhan serupa (-)
- Riwayat alergi makanan (-)
- Riwayat alergi obat
- DM (-)
- HT (-)
E. Riwayat Penyakit Keluarga:
- Riwayat keluhan serupa (-)
- Riwayat alergi obat (-)
- Riwayat alergi makanan (-)
F. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang pelajar yang sehari-hari tinggal bersama orangtuanya.
Kepala
Wajah : Lesi (-)
Mata : CA (-/-), SI (-/-), refleks cahaya (+/+)
THT : otorea (-), rhinnorea (-)
Mulut : mukosa hiperemis (-), sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB (-), lesi (+)
Thorax
Jantung : tidak dilakukan pemeriksaan
Regio Thorakalis
Regio vertebralis
Regio abdominal
B. Status Dermatologis
EFLORESENSI GAMBAR
Regio : Thorakalis
Lesi : vesikel
- Bentuk: reguler
- Ukuran: lentikular
- Jumlah: soliter
- Batas: sirkumskripta
- Warna: eritema
- Distribusi: generalisata
- Konsistensi : kenyal
- Sekitar: -
Regio : Antebracii
(D)
Lesi : vesikel
- Bentuk: reguler
- Ukuran: miliar
- Jumlah: multipel
- Batas: sirkumskripta
- Warna: eritema
- Distribusi: regional
- Konsistensi lunak
- Sekitar: -
-
C. Status Venereologi
Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : tidak dilakukan pemeriksaan
2.1 Definisi
Varisela merupakan infeksi akut primer yang sangat menular disebabkan oleh
virus varicella-zoster (VZV) yang menyerang kulit dan mukosa, klinis terdapat
gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh. Varisela biasa dikenal dengan istilah cacar air atau chickenpox.1,2
2.2 Epidemiologi
Varisela terdapat di seluruh dunia, namun epidemi tahunan lebih banyak
terjadi pada negara beriklim sedang, terutama saat akhir musim dingin dan musim
semi. Varisela tidak memiliki perbedaan predileksi terhadap ras maupun jenis
kelamin.3-5
Virus varicella-zoster menyebar melalui udara (aerogen). Tingkat serangan
varisela diantara kontak serumah yang terinfeksi adalah sekitar 90%. Paparan
yang lebih terbatas, seperti yang terjadi dalam kelas di sekolah, tingkat transmisi
penyebarannya berkisar 10% hingga 35%.3 Periode infeksius varisela berkisar 2
hari sebelum timbul lesi kulit, dan infektivitasnya berlanjut hingga semua vesikel
menjadi krusta, yaitu kurang lebih 5-7 hari setelah timbulnya gejala kulit.4-8
Varisela merupakan penyakit yang umum, terutama terjadi pada populasi
pediatri.6 Di negara beriklim tropis, varisela jarang terjadi. Sedangkan pada negara
dengan iklim sedang, varisela umumnya terjadi pada anak yang berusia 5 hingga
10 tahun. Karena hampir semua anak terinfeksi, kejadian tahunan varisela setara
dengan tingkat kelahiran; sekitar 3.5 juta kasus terjadi setiap tahunnya di Amerika
Serikat.3 Penyakit ini ringan bila terjadi pada anak yang sehat, dan morbiditas
meningkat bila terjadi pada dewasa dan pasien imunokompromise. Sebuah wabah
tercatat pada kelompok pasien limfoma yang diterapi menggunakan rituximab dan
berhubungan dengan adanya paparan terhadap pasien herpes zoster. 6 Tingkat
kerentanan diantara individu yang berusia diatas 18 tahun adalah sekitar 5% untuk
negara beriklim sedang, tapi sebanyak 50% orang dewasa muda di daerah tropis
belum mengalami infeksi primer VZV.3
Sejak pengenalan vaksin yang meluas untuk populasi pediatri di Amerika
Serikat pada tahun 1995, insiden varisela telah menurun mencapai 90%, serta
penurunan angka mortalitas penyakit varisela yang mencapai 66%.6
2.3 Etiologi
Varisela disebabkan karena infeksi primer oleh virus varicella-zoster. Virus
varicella-zoster merupakan famili human (alpha) herpesvirus, dan seperti
herpesvirus lainnya, virus ini memiliki kemampuan untuk bertahan di dalam
tubuh manusia setelah infeksi primer, disebut sebagai periode laten. Virus akan
bertahan di dalam sel akar ganglia dorsalis, dan bila terjadi reaktivasi dari virus
varicella-zoster yang dorman, maka penyakitnya disebut sebagai herpes zoster,
dimana lesi muncul dalam pola dermatomal (Gambar 2.1).2,3,4
2.4 Patofisiologi
Masa inkubasi varisela adalah 10-21 hari pada anak imunokompeten (rata-
rata 14-21 hari) dan pada anak yang imunokompromise biasanya lebih singkat
yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi
airborne droplet dari host yang terinfeksi. Selain melalui droplet, dapat menular
juga melalui kontak langsung dengan vesikel penderita, atau secara tak langsung
melalui pakaian/linen penderita yang terkontaminasi cairan vesikel. Droplet
infeksi dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi kulit.5,8
Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan karena masuknya sel radang
sehingga pada hari kedua akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan
mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle)
dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari,
kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu 1-3 minggu. Pada fase penyembuhan
varisela jarang terbentuk parut (scar)(Gambar 2.5), apabila tidak disertai dengan
infeksi sekunder bakterial.5
Gambar 2.5 Post-Varisela scars
2.6 Komplikasi
Varisela akut secara umum merupakan penyakit yang ringan dan self-limited,
namun pada beberapa kasus dapat terjadi komplikasi. Adapun kelompok yang
rentan terhadap risiko komplikasi adalah: individu berusia lebih dari 15 tahun,
bayi yang berumur kurang dari 1 tahun, individu immunokompromise, dan bayi
baru lahir dari ibu yang memiliki rash onset 5 hari sebelum atau 2 hari setelah
melahirkan.4
Komplikasi yang dapat dijumpai pada varisela, berupa:5
a. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri
Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak (<5 tahun)
yang berkisar antara 5-10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat
masuk organisme yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat
menimbulkan impetigo, furunkel, cellulitis, dan erysipelas. Organisme
infeksius yang sering menjadi penyebabnya adalah Streptococcus grup A
dan Staphylococcus aureus.
b. Pneumonia
Dapat timbul pada anak-anak yang lebih tua dan pada orang dewasa, yang
dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden varisela
pneumonia sekitar 1:400 kasus.
c. Neurologik
Akut postinfeksius cerebelar ataxia
Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2-3 minggu setelah
timbulnya varisela. Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan.
Manifestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi berdiri
hingga tidak mampu untuk berdiri, tidak adanya koordinasi dan
dysarthria. Insiden berkisar 1:4000 kasus varisela.
Encephalitis
Merupakan komplikasi yang serius, dimana angka kematian berkisar
5-20%. Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varisela, yaitu
beberapa hari setelah timbulnya ruam. Gejala yang sering dijumpai
berupa letargi, drowsiness dan confusion. Beberapa anak mengalami
kejang dan perkembangan encephalitis yang cepat dapat menimbulkan
koma yang mendalam. Insiden berkisar 1,7/100.000 penderita.
d. Herpes zoster
Merupakan reaktivasi dari virus varicella-zoster yang dorman di ganglion
sensoris, timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi
primer.
e. Reye’s syndrome
Ditandai dengan fatty liver dan encepalopathy. Keadaan ini berhubungan
dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah digunakan acetaminophen
(antipiretik) secara luas, kasus reye syndrome mulai jarang ditemukan.
2.7 Diagnosis
Diagnosis varisela biasanya dibuat menggunakan tanda dan gejala klinis yang
ditemukan pada pasien. Dalam anamnesis perlu ditentukan apakah pasien pernah
terpapar dengan penderita varisela, identifikasi pasien immunokompromise yang
merupakan risiko tinggi varisela yang berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas,
penggunaan kortikosteroid juga dapat meningkatkan morbiditas. Selain itu, perlu
didapatkan gambaran diagnostik lesi varisela, yang diawali dengan papul kecil,
berkembang menjadi vesikel jernih yang kemudian menjadi pustul lalu kering dan
menjadi krusta. Awalnya lesi akan muncul pada wajah lalu kemudian menyebar
ke leher, badan dan ekstremitas.8,10
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dipakai untuk pemeriksaan virus
varicella-zoster adalah:5
a. Tzanck smear
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,
Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun Papanicolau’s. Dengan
menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated
giant cells (Gambar 2.6).
Pemeriksaan ini sensitiftasnya sekitar 84%.
Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella-zoster
dengan herpes simplex virus.
Gambar 2.6 Multinucleated giant-cell
b. Direct fluorescent assay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel, tetapi apabila sudah
berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif
Hasil pemeriksaan cepat
Membutuhkan mikroskop fluorescence
Test ini dapat menemukan antigen virus varicella-zoster
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes
c. Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif
Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti
scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat
juga digunakan sebagai preparat, dan CSF.
Sensitifitasnya berkisar 97-100%
Test ini dapat menemukan nucleic acid dan virus varicella-zoster
d. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis: tampak vesikel intraepidermal
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis
bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate.
2.8 Penatalaksanaan
a. Non-medikamentosa10
Edukasi Pasien
- Edukasi pasien tentang perjalanan alamiah penyakit dan mode
transmisi penyakit
- Menasihati pasien tentang pentingnya pengobatan awal dan
pengontrolan tanda dan gejala terhadap komplikasi yang
mungkin terjadi
- Hindari pengobatan sendiri menggunakan aspirin karena dapat
menyebabkan reye’s syndrome
- Istirahat pada masa aktif, sampai semua lesi mencapai stadium
krustasi
Perawatan kulit/luka
- Jaga lesi kulit tetap bersih dan kering untuk mencegah infeksi
bakteri, minta pasien agar tetap mandi dua kali sehari
menggunakan sabun dan air.
- Kuku harus selalu dipotong pendek dan dijaga kebersihannya
- Hindari menggaruk dan jaga vesikel agar tidak pecah, biarkan
lesi terkelupas secara sendirinya
- Diet lunak atau cair mungkin diperlukan untuk pasien dengan
lesi disekitar mulut
b. Medikamentosa
Topikal
Lesi vesikular: diberi bedak agar vesikel tidak pecah 1, dapat
ditambahkan menthol 2% atau antipruritus lain seperti calamin
lotion, gel paramoxine.6
Apabila lesi sudah pecah atau menjadi krusta: diberi antibiotik
topikal untuk mencegah infeksi sekunder.5
Sistemik
- Simtomatik1
Antipiretik diberikan bila demam, hindari menggunakan aspirin
karena dapat menimbulkan reye’s syndrome.
Antipruritus: antihistamin yang memilliki efek sedatif
- Antivirus2
Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan
dan waktu penyembuhan akan lebih singkat. Pemberian
antivirus sebaiknya dalam 24 jam sejak timbulnya gejala.
Golongan antivirus yang dapat diberikan adalah acyclovir,
valacyclovir, dan famciclovir.
Dosis antivirus:
o Neonatus : Acyclovir 10mg/kgBB tiap 8 jam selama 10
hari
o Anak-anak (2 hingga 18 tahun) : Valacyclovir
20mg/kgBB tiap 8 jam selama 5 hari atau Acyclovir
20mg/kgBB tiap 6 jam selama 5 hari
o Dewasa : Valacyclovir 1 gram per oral tiap 8 jam
selama 7 hari.
o Dewasa (immunocompromised): Valacyclovir 1 gram
per oral selama 7 hingga 10 hari atau Acyclovir 800 mg
per oral 5 kali sehari atau Famciclovir 500 mg per oral
tiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari.
o Dewasa (severely immunocompromised): acyclovir
10mg/kg IV tiap 8 jam selama 7 hingga 10 hari
o Resisten acyclovir: Foscarnet 40 mg/kg IV tiap 8 jam
sampai resolusi.
2.9 Pencegahan
Pada anak imunokompeten yang telah menderita varisela tidak diperlukan
tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada kelompok yang
berisiko tinggi untuk menderita varisela yang fatal seperti neonatus, pubertas
ataupun orang dewasa, dengan tujuan mencegah ataupun mengurangi gejala
varisela.5
Tindakan pencegahan yang dapat diberikan yaitu:5
a. Imunisasi pasif
Menggunakan VZIG (Varicella-zoster immunoglobulin)
Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah
terpajan VZV, pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah
varisela sedangkan pada anak imunokompromise pemberian VZIG
dapat meringankan gejala varisela
VZIG dapat diberikan pada:
o Anak-anak yang berusia <15 tahun yang belum pernah
menderita varisela atau herpes zoster
o Usia pubertas >15 tahun yang belum pernah menderita
varisela atau herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi
terhadap VZV
o Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varisela
dalam kurun waktu 5 hari sebelum atau 48 jam setelah
melahirkan
o Bayi prematur dan bayi usia ≤14 hari yang ibunya belum
pernah menderita varisela atau herpes zoster
o Anak-anak yang menderita leukemia atau linfoma yang
berlum pernah menderita varisela
Dosis: 125 U per 10 kgBB
Dosis minimal 125 U dan dosis maksimal 625 U
Pemberian secara IM
Perlindungan yang didapat bersifat sementara
b. Imunisasi aktif
Vaksinasi menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan
kekebalan yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun
Digunakan di Amerika sejak tahun 1995
Daya proteksi melawan varisela berkisar 71-100%
Vaksin efektif jika diberikan pada umur ≥1 tahun dan
direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
Anak yang berusia ≤13 tahun yang tidak menderiita varisela
direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua
diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4-8 minggu
Pemberian secara subkutan
Efek samping: kadang-kadang dapat timbul demam ataupun reaksi
okal seperti ruam makulopapular atau vesikel terjadi pada 3-5%
anak-anak dan timbul 10-21 hari setelah pemberian pada lokasi
penyuntikan
Vaksin varisela: Varivax
Tidak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena dapat
menyebabkan terjadinya kongenital varisela
2.10Prognosis
Varisela yang menyerang anak sehat biasanya dapat sembuh sendiri. Dengan
perawatan yang teliti dan memperhatikan higiene memberi prognosis yang baik
dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit. Peningkatan morbiditas terjadi pada
populasi dewasa dan imunokompromise.6,9,10
BAB III
ANALISA KASUS