Anda di halaman 1dari 22

Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf Referat

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman / RSUD Abdul Wahab Sjahranie

TENSION TYPE HEADACHE

Oleh :
Devy Pratiwi Ibrahim
1710029031

Pembimbing :
dr. Susilo Siswonoto, Sp.S M.Si Med

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Pada Laboratorium Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu fungsi utama selaku dokter adalah mengurangi perasaan nyeri dan
penderitaan orang sakit. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam
penyakit syaraf. Nyeri dapat merupakan gejala pertama dari berbagai macam penyakit
saraf dan sering kali merupakan keluhan utama. Di antara keluhan nyeri yang sering
kali dijumpai di klinik adalah nyeri kepala.
Pada hakekatnya, nyeri kepala merupakan nyeri alih pada permukaan kepala
yang berasal dari struktur bagian dalam. Sebagian besar nyeri kepala disebabkan oleh
stimulus nyeri yang berasal dari intrakranial maupun ekstrakranial. Sebagian besar
kasus nyeri kepala bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya ataupun
dengan minum obat analgesik.
Nyeri tegang kepala otot sering dijumpai, walaupun mempunyai pola keluhan
tertentu, nyeri kepala tegang otot tidak jarang muncul dengan nyeri yang sangat
mengganggu penderita, sehingga penderita memiliki dugaan yang berlebihan tentang
kemungkinan penyebabnya. Sikap yang demikian ini justru dapat memperberat
keluhan.
Nyeri kepala tegang otot juga dikenal dengan nama-nama sebagai berikut:
tension headache, muscle contraction headache, psychomyogenic headache, stress
headache, essential headache, idiopathic headache dan psycogenic headache,
merupakan bentuk nyeri kepala yang banyak ditemukan dan paling peka terhadap
analgesik. Walaupun demikian, penderita dengan gejala nyeri kepala ini tidak jarang
ke dokter spesialis saraf. Hal ini biasanya disebabkan oleh nyeri kepala tersebut telah
berubah, dari episodik menjadi kronis di mana nyeri kepalanya tidak lagi jelas
hubungannya dengan stress. Pada tipe episodik hubungan tersebut biasanya sangat
jelas. Sebagai contoh, seseorang yang selalu nyeri kepala pada saat menghadapi ujian
kemudian sembuh setelah ujian selesai.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
definisi, jenis, patomekanisme, gejala, dan diagnosis, dan penatalaksanaan nyeri
kepala tegang otot (tension headache).

1.3 Manfaat
Hasil dari referat ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan
dan proses pembelajaran bagi dokter muda mengenai nyeri kepala terutama nyeri
kepala tegang otot (tension headache).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TENSION TYPE HEADACHE (TTH)


a. Definisi
Dalam literatur kedokteran, tension-type headache (TTH) memiliki
multisinonimi, seperti: tension headaches, muscle contraction headache, sakit kepala
tegang otot, nyeri kepala tegang otot. Dahulu, TTH pernah dinamai stress headache.
Tension headache adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh tegangnya otot
pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-contraction headache.
Tension headache merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.5,6
Tension headache ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari
otot-otot kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan
menimbulkan nyeri otot yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction
headache”). “Muscle contraction” ini timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa
anxietas, tension, atau depresi).7

b. Etiologi
Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:5
 Anxietas atau stress
 Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama
 Injury, seperti kecelakaan mobil
 Depresi
Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:5
 Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
 Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
 Minum alkohol berlebihan
 Bekerja keras indoor atau outdoor
c. Epidemiologi
Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala.
TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang paling sering
dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang mempengaruhi
hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH
setidaknya sekali dalam hidupnya.
TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi, dengan
prevalensi 1-tahun sekitar 38–74%.7 Rata-rata prevalensi TTH 11-93%. Satu studi
menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%.6 Prevalensi TTH di Korea sebesar 16,2%
sampai 30,8%,8,9 di Kanada sekitar 36%,10 di Jerman sebanyak 38,3%,11 di Brazil
hanya 13%. Insiden di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per tahun. Suatu survei
populasi di USA menemukan prevalensi tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan
TTH kronis sebesar 2,2%.
TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun, namun
puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40% penderita TTH
memiliki riwayat keluarga dengan TTH, 25% penderita TTH juga menderita migren.
Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai 88%, sedangkan pada laki-laki
hanya 69%. Rasio perempuan : laki-laki adalah 5:4. Onset usia penderita TTH adalah
dekade ke dua atau ke tiga kehidupan, antara 25 hingga 30 tahun. 7,16 Meskipun
jarang, TTH dapat dialami setelah berusia 50-65 tahun.

d. Faktor Resiko
1. Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health),
2. Gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap malam,
3. Usia muda.
4. Ketegangan mental dan stres
Pencetus TTH :
Kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/beban yang terlalu berat (overexertion), perubahan
pola tidur, caffeine withdrawal, dan fluktuasi hormonal wanita.
e. Patofisiologi
Pada penderita tension headache didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri
tekan yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif
dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala
dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.
Tension headache adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress,
dan miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi
supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing
individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri
kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan alat
palporneter sehingga dapat mendapatkan skor nyeri tekan terhadap otot tersebut.
Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah menemukan
metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara palpasi secara cepat
bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot yang diperiksa, nyeri tekan
yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness Scoring system. Yaitu suatu
sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara reaksibehaviour dengan reaksi
verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension type
headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai nilai Local
tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot
sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan
intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui
secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada
nyeri kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada
migren dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan
intensitas maupun frekwensi serangan migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur
fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut
kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang
bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan /
tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti
misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan
timbul proses sensitisasi serabut Aα dan serabut C yang berperan menambah rasa
nyeri tekan pada tension type headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan
leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension
type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction
headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang
menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata
hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan
iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula
adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi
tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger
point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot)
Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet),
bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang
dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulant
sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat
ini adalah peran miofascial terhadap timbulnya tension type headache.
Untuk jenis tension type headache episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer
terhadap nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses
kontraksi otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain
inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat
berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambang
pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di
sefalik maupun ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),
exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time
depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya
defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan
wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka
kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.

f. Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)


f.1. Tension-type headache episodik yang infrequent
f.1.1.Tension-type headache episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial
f.1.2.Tension-type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan
nyeri tekan perikranial.
f.2. Tension-type headache episodik yang frequent
f.2.1.Tension-type headache episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial
f.2.2.Tension-type headache yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial
f.3. Tension-type headache Kronik
f.3.1.Tension-type headache kronik berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
f.3.2.Tension-type headache kronik tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
f.4. Probable tension-type headache
f.4.1.Probable tension-type headache episodik yang infrequent
f.4.2.Probable tension-type headache episodik yang frequent
f.4.3.Probable tension-type headache kronik
Istilah sebelumnya: Tension headache, muscle contraction headache,
psychomyogenic headache, stress headache, ordinary headache, essential headache,
idiopathic headache, psychogenic headache.
f.1 Tension Type Headache episodik yang Infrequent
Definsi
Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa
hari. Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan sampai
sedeng. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual tapi
bisa ada fotofobia atau fonofobia.
Kriteria diagnostik
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata - rata < 1 hr/bln (< 12
hr/thn), dan memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas :
 Lokasi bilateral.
 Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
 Intensitasnya ringan atau sedang.
 Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
 Mual atau muntah (bisa anoreksia).
 Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.

f.1.1 Tension Type Headache episodik yang infrequent berhubungan dengan


nyeri tekan perikranial
Kriteria diagnostik :
A. Memenuhi kriteria A-E dari 1.1.
B. Nyeri tekan perikranial meningkat pada palpasi manual.
f.1.2. Tension type headache episodik yang infrequent tidak berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial
Kriteria diagnostik :
A. Memenuhi kriteria A-E dari 1.1. (Tension type headache yang infrequent)
B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat
Catatan: Pericranial tenderness = nyeri tekan pada otot perikranial (otot frontal,
temporal, masseter, pterygoid, sternokleidomastoid, spleniusdan trapezius) pada
waktu palpasi manual yaitu dengan menekan secara keras dengan gerakan kecil
memutar oleh jari-jari tangan kedua dan ketiga pemeriksa. Hal ini merupakan tanda
yang paling signifikan pada pasien TTH.

f.2. Tension Type Headache episodik yang frequent


Definisi
Nyeri kepala berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala
bilateral menekan atau mengikat, tidak berdenyut. Intensitas Ringan atau sedang,
tidak bertambah berat dengan aktifitas fisik rutin, tidak ada mual/muntah, tetapi
mungkin terdapat fotofobia/fonofobia.
Kriteria Diagnostik
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan selama paling
tidak 3 bulan (12-180 hari/thn) dan memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung selama 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala yang memiliki paling tidak 2 dari karakteristik, berikut:
 Lokasinya bilateral.
 Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
 Intensitas ringan atau sedang.
 Tidak bertambah berat dengan aktifitas fisik yang rutin seperti berjalan atau
naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
 Mual atau muntah (bisa anoreksia).
 Fotofobia dan fonofobia secara bersamaan.
E. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.
f.2.1. Tension Type Headache episodik yang frequent berhubungan dengan
nyeri tekan perikranial.
Kriteria Diagnostik :
A. Termasuk dalam kriteria A-E dari 1.2. tension-type headache episodik yang
frequent.
B. Meningkatnya nyeri tekan perikranial pada palpasi normal
f.2.2. Tension Type Headache episodik yang frequent tidak berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial.
Kriteria Diagnostik :
A. Termasuk dalam kriteria A-E dari 2.2. tension type headache episodik yang
frequent.
B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat.

f.3. Tension Type Headache Kronik


Definisi
Nyeri kepala yang berasal dari ETTH, dengan serangan tiap hari atau serangan
episodic nyeri kepala yang lebih sering yang berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari. Nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat dalam kualitas
dan intensitas ringan atau sedang, dan nyeri tidak bertambah memberat dengan
aktivitas fisik yang rutin. Kemungkinan terdapat mual, fotofobia atau fonofobia
ringan.
Kriteria Diagnostik
A. Nyeri kepala timbul ≥ 15 hari/bln. berlangsung > 3 bin (≥180 hari/thn) dan juga
memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus.
C. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut:
 Lokasi bilateral.
 Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
 Ringan atau sedang.
 Tidak memberat dengan aktivitas fisik yang rutin.
D. Tidak didapatkan:
 Lebih dari satu: fotofobia, fonofobia atau mual yang ringan.
 Mual yang sedang atau berat, maupun muntah.
E. Tidak ada kaitan dengan penyakit lain.
f.3.1. Tension Type Headache kronik yang berhubungan dengan nyeri tekan
perikranial.
Kriteria Diagnostik :
A. Nyeri kepala yang memenuhi dalam kriteria A-E dari 1.3 CTTH.
B. Nyeri tekan perikranial yang meningkat pada palpasi manual.
f.3.2. Tension type headache kronik yang tidak berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial.
Kriteria Diagnostik :
A. Nyeri kepala yang termasuk dalam kriteria A-E dari 1.3. CTTH.
B. Nyeri tekan perikranial tidak meningkat.

f.4. Probable Tension-type headache.


Penderita yang memenuhi satu dari kelompok kelompok kriteria ini mungkin juga
memenuhi kriteria dari salah satu sub form dari probable migren. Dalam hal demikian
semua informasi lain yang bisa didapat hams dipakai untuk menentukan
kemungkinan mana yang lebih tepat.
f.4.1. Probable tension type headache episodik yang infrequent
Kriteria Diagnostik :
A. Episode yang memenuhi semua kriteria A-D dari ETTH kecuali satu kriteria
saja.
B. Episodenya tidak memenuhi kriteria dari migren tanpa aura.
C. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.
f.4.2. Probable tension type headache episodik yang frequent
Kriteria Diagnostik :
A. Episodenya memenuhi semua kecuali satu dari semua kriteria A-D dari 1.2.
tension type headache episodik yang frequent.
B. Episodenya tidak memenuhi kriteria migren tanpa aura.
C. Tidak berkaitan dengan penyakit lain.
f.4.3. Probable tension-type headache kronik
Kriteria Diagnostik :
A. Nyeri kepala dalam rata-rata > 15 hari/bln selama > 3 bin (> 180 hari/thn) dan
memenuhi kriteria B-D. B. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus
menerus.
C. Nyeri kepala memiliki paling tidak dua dari karakteristik berikut:
 Bilateral.
 Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
 Intensitas ringan atau sedang.
 Tidak diperberat oleh aktivitas fisik yang rutin (berjalan atau naik tangga).
D. Tidak didapatkan:
 Tidak lebih dari satu gejala fotofobia, fonofobia atau mual yang ringan.
 Mual yang sedang atau berat maupun muntah.
E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain tapi ada atau telah ada dalam dua bulan
terakhir penggunaan obat yang berlebihan yang memenuhi kriteria Medication
overuse headache.

g. Manifestasi Klinis
Gejala yang ditemukan pada TTH diantaranya :
1. Nyeri tumpul di kedua sisi kepala yang menetap atau konstan, dengan intensitas
bervariasi, juga melibatkan nyeri leher. Nyeri kepala ini terkadang dideskripsikan
sebagai ikatan kuat di sekitar kepala. Nyeri kepala dengan intensitas ringan–
sedang (nonprohibitive) dan kepala terasa kencang. Kualitas nyerinya khas,
yaitu: menekan (pressing), mengikat (tightening), tidak berdenyut (non-
pulsating). Rasa menekan, tidak enak, atau berat dirasakan di kedua sisi kepala
(bilateral), juga di leher, pelipis, dahi. Leher dapat terasa kaku. TTH tidak
dipengaruhi aktivitas fisik rutin.
2. Nyeri mulai atau makin memburuk dengan stress, fatigue atau emosi.
3. Pemeriksaan neurologik tidak menunjukkan adanya kelainan.
4. Gangguan konsentrasi dan sulit tidur.
5. Anorexia, tanpa mual dan muntah.
6. Photophobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di mata saat terpapar cahaya) atau
phonophobia (sensasi tak nyaman karena rangsang suara). Penderita TTH kronis
sangat sensitif terhadap rangsang.

h. Penegakkan Diagnosis
Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis
komprehensif adalah kunci evaluasi klinis TTH dan dapat menyediakan petunjuk
potensial terhadap penyebab penyakit (organik, dsb) yang mendasari terjadinya TTH.

Anamnesis
- Keluhan Utama : Nyeri kepala
- Onset : <7 hari yang lalu (episodik), >15 hari yang lalu (kronik)
- Letak : Frontal bilateral dan nucho-oksipital
- Kualitas : Seperti diikat, tidak berdenyut, bilateral, tidak diperberat
rutinitas normal
- Kuantitas : 30 menit – 7 hari (episodik) dan 15 hari/bulan selama
6 bulan (kronik)
- Faktor memperingan : Istirahat (refreshing), tidur cukup, pola makan yang
baik
- Faktor memperberat : Stress, depresi, gelisah
- Kronologi : Rasa pusing muncul saat pasien sedang dalam tekanan
atau stress
- Keluhan lain : Insomnia, sulit berkonsentrasi, adanya mual, muntah
dan kelaian visual seperti adanya fonofobia dan fotofobia, tidak ada gejala
atau tanda nyeri kepala sekunder.
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan TTH diperoleh pemeriksaan fisik dan neurologis yang normal.
Beberapa pasien mengeluh tender spots atau taut bands pada otot pericranial atau
cervical (trigger points). Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari
otot leher. Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan tekanan kuat dengan jari
ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal, masseter, pterygoid,
sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius, dijumpai pericranial muscle
tenderness, dapat dibantu dengan palpometer. Pericranial tenderness dicatat dengan
Total Tenderness Score. Menurut referensi lain, prosedurnya sederhana, yaitu:
delapan pasang otot dan insersi tendon (yaitu: otot-otot masseter, temporal, frontal,
sternocleidomastoid, trapezius, suboccipital, processus coronoid dan mastoid)
dipalpasi. Palpasi dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari kedua dan ketiga selama
4-5 detik.
Tenderness dinilai dengan empat poin (0,1,2, dan 3) di tiap lokasi (local
tenderness score); nilai dari kedua sisi kiri dan kanan dijumlah menjadi skor
tenderness total (maksimum skor 48 poin). Penderita TTH diklasifikasikan sebagai
terkait (associated) (skor tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau tidak terkait
(not associated) (skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan pericranial
tenderness.

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala primer
lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension headache. Diagnostik
penunjang untuk TTH dapat digunakan pencitraan (neuroimaging) otak atau cervical
spine, analisis CSF, atau pemeriksaan serum dengan laju endap darah (erythrocyte
sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid.
Studi Imaging
 Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab sekunder
nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.
 MRI imaging menunjukkan struktrur cerebral yang detail dan khususnya
dalam mengevaluasi fossa posterior.
 CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah daripada
MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.
 Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk nyeri kepala dengan pola
atipikal, riwayat kejang, abnormalitas pada pemeriksaan neurologis, penyakit
simtomatis seperti: AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), tumor,
atau neurofibromatosis. Pemeriksaan funduskopi untuk papilloedema atau
abnormalitas lainnya penting untuk evaluasi nyeri kepala sekunder.

i. Penatalaksanaan Tension Type Headache


Tujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri kepala
(terutama TTH) dan menyempurnakan respon terhadap terapi abortive. Terapi dapat
dimulai lagi bila nyeri kepala berulang.
Terapi pada TTH meliputi :
1. Terapi farmakologis
2. Terapi non farmakologikal
3. Terapi preventif

I. Terapi Farmakologis Tension Type Headache


I.1. Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu.
1. Analgetik : aspirin 1000 mg/hari, acetaminophen 1000 mg/hr, NSAIDs (Naproxen
660-750 mg/hciri, Ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200^400 mg/hari, asam
mefenamat, fenoprofen, ibuprofen 800 mg/hari, diclofenac 50-100 mg/hari).
Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal,
penyakit ginjal dan hepar, gangguan fungsi platelet.
2. Caffein (analgetik ajuvan) 65 mg.
3. Kombinasi: 325 aspirin, acetaminophen + 40 mg caffein.
Catatan: Telah diteliti bahwa sekedar pemakaian obat analgesik yang mengandung
kafein saja oleh penderita sudah cukup untuk memberi kecenderungan pemakaian
yang semakin lama semakin meningkat.

I.2. Pada tipe kronik


1. Antidepresan
Jenis trisiklik : amitriptilin, sebagai obat terapeutik maupun sebagai pencegahan
tension type type headache. Obat ini mempunyai efek analgetik dengan cara
mengurangi firing rate of trigeminal nucleus caudatus. Dalam jangka lama semua
trisiklik dapat menyebabkan penambahan berat badan (merangsang nafsu makan),
mengganggu jantung, orthostatic hipotensi dan efek anticholinergik seperti mulut
kering, mata kabur, tremor dan dysuria, retensi urinae, konstipasi.
2. Antiansietas
Baik pada pengobatan kronik dan preventif terutama pada penderita dengan komorbid
ansietas. Golongan benzodiazepin dan butalbutal sering dipakai. Kekurangannya obat
ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.

II. Terapi Non farmakologikal


1. Kontrol diet.
2. Terapi fisik.
3. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin.
4. Behaviour Treatment.

Pengobatan Fisik
1. Latihan postur dan posisi.
2. Massage, ultrasound, manual terapi, kompres panas/dingin.
3. Akupuntur TENS (transcutaneus electrical stimulation). Obat anastesi ataupun
bahan lain pada trigger point.

Terapi Behaviour
Bisa dilakukan biofeedback, stress management terapi, reassurance,
konseling, relaxation terapi, kognitif behaviour terapi). Harus diberikan penerangan
yang jelas mengenai patofisiologi sederhana dan pengobatannya dan tension type
headache bukanlah penyakit yang serius seperti tumor otak, perdarahan otak dan
sebagainya sehingga dapat mengurangi ketegangannya. Penanganan Psikologis
Dalam hal ini harus diberikan penerangan agar penderita bisa menerima hasil yang
didapat yang sekedar cukup realistik.

III. Terapi preventif farmakologis


Indikasi : Perlu diberikan pada penderita yang sering mendapat serangan nyeri kepala
pada Tension type headache Episodik dan serangan yang lebih dari 15 hari dalam satu
bulan ( Chronic tension type headache ). Prinsip-prinsip pengobatan dipilihkan:
1. Obat berdasarkan lini (first line) efektivitas, efek samping dan komorbid penderita.
2. Mulai dengan dosis rendah, dinaikkan sampai efektif atau tercapai dosis maksimal.
3. Obat diberikan dalam jangka waktu seminggu/lebih.
4. Bisa diganti dengan obat yang lain bila obat pertama gagal.
5. Sedapat mungkin mono terapi.
Pilihan pertama untuk terapi preventif adalah antidepresan trisiklik,
amitriptilin, dosis dimulasi dari 10 – 25 mg pada malam hari, jika dosis tersebut
belum memberikan efek dosis dapat ditingkatkan secara gradual menjadi 125 mg.
Preparat lain yang dapat digunakan sebagai profilaksis terutama untuk CTTH
episodic dan migren adalah sodium valproat, venlafaxine, atau topiramat dengan
dosis yang sama pada preventif migren.
DAFTAR PUSTAKA

1. Headache Classification Subcommittee of the International Headache Society:


The International Classification of Headache Disorders, 2nd edn. Cephalalgia
2004;24(Supp 1):1–150.2.
2. Binder MD, Hirokawa N, Windhorst U (Eds.). Encyclopedia of Neuroscience.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2009:4052.3.
3. Ravishankar K, Chak ravarty A, Chowdhury D, Shukla R, Singh S.
Guidelines on the diagnosis and the current management of headache and
related disorders. Ann Indian Acad Neurol. 2011 July;14(Suppl1):S40–S59.4.
4. Crystal SC, Robbins MS. Epidemiology of tension-type headache. Curr Pain
Headache Rep. 2010;14:449–54.5.
5. Russell MB. Genetics of tension-type headache. J Headache Pain 2007;8:71-
6.
6. Kim BK, Chu MK, Lee TG, Kim JM, Chung CS, Lee KS. Prevalence and
Impact of Migraine and Tension-Type Headache in Korea. J Clin Neurol
2012;8:204-11.10.
7. Edmeads J, Findlay H, Tugwell P, Pryse -Phillips W, Nelson RF, Murray TJ.
Impact of migraine and tension-type headache on life-style, consulting
behaviour, and medication use: a Canadian population survey. Can J Neurol
Sci 1993;20:131-7.11.
8. Göbel H, Petersen-Braun M, Soyka D. The epidemiology of headache in
Germany: a nationwide survey of a representative sample on the basis of the

headache classi cation of the International Headache Society. Cephalalgia

1994;14:97-106.12.
9. Arruda MA, Guidetti V, Galli F, Albuquerque RC, Bigal ME. Primary
headaches in childhood: A population-based study. Cephalalgia 2010;
30:1056-64.13.
10. Schwartz BS, Stewart WF, Simon D, Lipton RB. Epidemiology of tension-
type headache. JAMA 1998;279(5):381-3
11. Lyngberg AC, Rasmussen BK, Jørgensen T, Jensen R: Has the prevalence of
migraine and tension-type headache changed over a 12-year period? A Danish
population survey. Eur J Epidemiol 2005;20:243–9.
12. Roh JK, Kim JS, Ahn YO. Epidemiologic and clinical characteristics of
migraine and tension-type headache in Korea. Headache 1998;38: 356-65
13. Fernandez-de-las-Penas C, Lars Arendt-Nielsen L, Robert D. Gerwin RD
(Eds). Tension-Type and Cervicogenic Headache: Pathophysiology,
Diagnosis, and Management. Jones and Bartlell Publishers. USA. 2010.24.
14. Ashina M, Bendtsen L, Jensen R, Olesen J. Nitric oxide-induced headache in
patients with chronic tension-type headache. Brain 2000;123:1830-7.25.
15. Kaniecki RG. Tension-Type Headache. Continuum Lifelong Learning Neurol
2012;18(4):823–34.26.
16. Bendtsen L, Fernández-de-la-Peñas C. The role of muscles in tension-type
headache. Curr Pain Headache Rep Dec 2011;15(6):451-8.
17. Frishberg BM, Rosenberg JH, Matchar DB, et al. Evidence-based guidelines
in the primary care setting: neuroimaging in patients with nonacute headache.
Available at: www.aan.com/professionals/practice/pdfs/gl0088.pdf. Accessed
on August 8,2013.41.
18. Langemark M, Olesen J. Headache: A blind controlled study. Cephalalgia
1987;7:249-55.42.
19. Mercer S, Marcus DA, Nash J. Cervical musculoskeletal disorders in migraine
and tension type headache. Presented at the 68th Annual Meeting of the
American Physical Therapy Association;Cincinnati,OH;1993.43.
20. Loder E, Rizzoli P. Tension-type headache. BMJ 2008;336:88-92.44.
21. Bendtsen L, Evers S, Linde M, et al. EFNS (European Federation of
Neurological Societies) guideline on the treatment of tension-type headache:
report of an EFNS task force. Eur J Neurol 2010;17(11):1318-25.45.
22. Schachtel BP, Furey SA, Thoden WR. Nonprescription ibuprofen and
acetaminophen in the treatment of tension-type headache. J Clin Pharmacol
1996;36:1120-5.

Anda mungkin juga menyukai