Anda di halaman 1dari 3

GANGGUAN DISTIMIK

Definisi

Gangguan distimik adalah suatu ganguan kronis ditandai oleh adanya mood yang
terdepresi (atau mudah marah pad anak-anak dan remaja) yang berlangsung hampir
sepanjang hari dan ditemuka pada sebagian besar hari. “Distimia” berarti suatu disforia
temperamental – yaitu, suatu kecendrungan bawaan nntuk mengalami mood yang
terdepresi.

Epidemiologi

- prevalensi gangguan distimik di antara remaja yang muda adalah kira-kira 8% pada laki-
laki dan 5% pada perempuan.
- lebih sering pada perempuan berusia < 64 tahun dibandingka laki-laki pada setiap usia.
- sering ditemukan pada orang yang belum menikah dan penghasilan rendah
- seringkali bersama-sama dengan gangguan mental lain, khususnya gangguan depresif
berat, gangguan kecemasan (khususnya gangguan panic), penyalahgunaan zat, dan,
kemungkinan, gangguan kepribadian ambang.

Etiologi

faktor biologis
- satu hipotesis yang diambil dari data adalah dasar biologis untuk gejala distimik dan
gangguan depresif berat adalah serupa; tetapi, dasar biologis untuk patofisiologi dasar
keduanya berbeda.
- penurunan latensi tidur dan meningkatnya densitas REM merupakan dua petanda keadaan
depresi berat ang juga ada pada distimik.
- faktor psikososial
- teori psikodinamika tentang perkembangan gangguan distimik menyatakan bahwa
gangguan disebabkan oleh kesalahan perkembangan kepribadian dan ego, yang
memuncak dalam kesulitan dalam beradaptasi pada masa remaja dan dewasa muda.
Diagnosis

Menurut kriteria diagnostic DSM-V

Gambaran Klinis

- serupa dengan gejala gangguan depresif berat (perasaan muram, murung, kesedihan, atau
berkurangnya atau tidak adanya minat pada aktivitas pasien biasanya.
- keparahan gejala distimik < keparahan gejala depresif berat
- gejala penyerta: perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya
energi, reterdasi psikomotor, penurunan dorongan seksual, keputusasaan
- ada gangguan di dalam fungsi sosial (perceraian, turunnya prestasi dalam sekolah atau
pekejaan)
- Double depression, pasien gangguan depresif berat yang juga memenuhi kriteria
gangguan distimik  prognosis lebih buruk dari gangguan depresif berat saja
- di antara episode, pasien dengan gangguan depresif ringan memiliki mood yang eutimik,
sedangkan pasien dengan gangguan distimik tidak memiliki periode eutimik.
Terapi

1. Terapi kognitif – teknik dian pasien diajarkan cara berpikir dan berkelakuan yang bau
untuk menggantikan sikap negative yang salah terhadap dirinya sendiri, dunia, dan msa
depan.
2. Terapi perilaku – untuk ganguan depresif didasarkan pada teori bahwa depresi
disebabkan oleh hilangnya pendorong positif sebagai akibat perpisahan, kematian atau
perubahan lingkungan yang tiba-tiba. Dengan cara mengganti perilaku pribadi pada
pasien terdepresi.

3. Psikoterapi berorientasi-tilikan (psikoanalitik) – paling bnayak dilakukan pada gangguan


distimi dan merupukan terapi terpilih.

4. Terapi interpersonal

5. Terapi keluarga dan kelompok


6. Farmakoterapi – penggunaan antidepresan, simpatomimetik (amfetamin). Terapi dengan
inhibitor monoamin oksidase (MAOIs) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin
(SSRIs). Bupropion mungkin merupakan pengobatan yang efektif.

7. Perawatan di rumah sakit – perawatan di rumah sakit biasanya tidak diindikasikan untuk
pasien gangguan distimik; tetapi, adanya gejala yang parah, membutuhkan prosedur
diagnostic yang luas, dan gangguan bunuh diri semuanya merupakan indikasi untuk
perawatan di rumah sakit.

Prognosis

- pasien yang memilki oset gejala yang dini berada pada risiko untuk mengalami gangguan
depresif berat atau gangguan bipolar I di dalam perjalanan gangguannya. (20%
merkembangn menjadi gangguan depresif berat,15% menjadi gangguan bipolar II, dan
kurang dari 5% mejadi gangguan bipolar I).
- 10-15% pasien gangguan distimik yang berada dalam remisi satu tahun setelah diagnosis
awal.
- kira-kira 25% tidak pernah mencapai pemulihan yang lengkap

Anda mungkin juga menyukai