Klasifikasi
Klasifikasi terjadinya sifilis digolongkan dalam beberapa stadium yaitu: (a) Masa
inkubasi tanpa gejala, (b) sifilis sekunder terjadi disebabkan penyebaran bakteri ke seluruh
tubuh ditambah dengan manifestasi klinis, (c) Stadium laten bisa berlangsung secara
bertahun – tahun hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan serologis; (d) Sifilis tersier
merupakan stadium akhir dari sifilis yang bersifat progresif sehingga akan melibatkan
susunan saraf pusat dan pembuluh darah. Pada fase primer sifilis bersifat infeksius 60%, sedangkan pada
fase sekunder dan laten ketika penderita kontak secara langsung dengan lesi penderita sifilis primer atau
sifilis sekunder maka akan berisiko terjadinya penularan. Namun ketika akan memasuki fase
laten awal risiko terjadinya infeksi akan menurun menjadi 25%. Pada bayi juga dapat
mengalami infeksi sifilis baik itu ketika dalam rahim atau ketika kontak langsung dengan lesi genital pada
ibu saat persalinan
Faktor Resiko
Risiko terjadinya penularan sifilis primer dan sekunder
jika tidak terobati dengan baik akan mencapai 70 – 100% namun risiko ini akan menurun
sampai 40% jika ibu hamil berada dalam fase laten awal dan 10% berada pada fase laten
lanjutan pada sifilis tersier, penularan sifilis juga dapat ditularkan melalui ASI dari ibu
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan dari ibu ke anak selama
a. Jenis persalinan: risiko penularan pada persalinan per vaginam lebih besar daripada
persalinan seksio sesaria; namun, seksio sesaria memberikan banyak risiko lainnya
untuk ibu.
b. Lama persalinan: semakin lama proses persalinan, risiko penularan dari ibu ke anak
juga semakin tinggi, karena kontak antara bayi dengan darah/lendir ibu semakin lama.
c. Ketuban pecah lebih dari empat jam sebelum persalinan meningkatkan risiko
penularan hingga dua kali dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari empat jam.
d. Tindakan
Manifestasi Klinis
Setelah terjadinya masa inkubasi rata -rata tiga minggu akan muncul chancre atau
munculnya ulcus durum pada daerah yang masuknya treponema pallidum, pada lesi primer
dia berbatas tegas dengan ulserasi atau tanpa rasa sakit, batas indurasi yang keras, diikuti
oleh kelenjar getah bening tidak terasa nyeri. Munculnya ulkus durum bisa di dalam atau
diluar vagina atau di dalam vulva, bisa disekitaran anus, rekutm atau di perianal, pada
daerah oral bisa di dalam bibir maupun diluar. Ketika penderita mengalami chancre
rasanya sangat sakit, namun stadium infeksi primer biasanya diabaikan sehingga bakteri
akan menyebar ke berbagai bagian tubuh lainnya secara hematogen, menyebabkan stadium
sekunder penyakit sifilis ini akan muncul setelah 2 sampai 10 minggu. Dapat diikuti oleh
gejala umum berupa suhu badan tinggi, limfadenopati serta perubahan pada kulit dan
mukosa dapat terlihat. Perubahan pada kulit biasanya berupa ruam macula, popular yang
akan sering muncul di telapak tangan dan telapak kaki. Terkadang akan muncul alopecia,
GALENICAL: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh Vol.1 No.3 Oktober 2022
papulanya sangat menular dan dapat muncul dalam bentuk kondiloma lata. Pada daerah
oral akan muncul dalam bentuk mucus yang asimtomatik sehingga plak akan tertutupi
Diagnosis
Dilakukan pemeriksaan Direct detection dari bakteri T.pallidum pada chancre primer
atau dari lesi stadium sekunder dengan bantuan mikroskop dark field. Selain itu bisa
menggunakan tes serologis yang paling sering digunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya
sifilis pada kehamilan: Penyakit kelamin non treponemal dilakukan Venereal Disease
Research Laboratory test (VDRL) untuk mendeteksi antibodi terhadap cardiolipin, dan bisa
menjadi positif setelah terjadi infeksi selama 4 minggu, sedangkan tes VDRL membutuhkan
Perempuan dalam kondisi hamil harus dilakukan pemeriksaan serologis sifilis pada
awal kehamilan disaat kunjungan antenatal care pada trismester pertama, dan juga pada
perempuan yang berisiko tinggi dapat dilakukan tes serologi sebanyak dua kali selama
Perempuan dengan riwayat kematian janin (Intra Uterine Fetal Death) sesudah kehamilan
20 minggu harus dilakukan pemeriksaan tes serologi. Perempuan dengan tes serologi positif
harus dianggap terinfeksi dan mendapatkan terapi kecuali pasien mempunyai catatan
pengobatan dengan jelas dan titer antibody yang menunjukkan penurunan yang adekuat,
rendah atau dinyatakan stabil. Tes titer pada nontreponemal pada perempuan hamil dengan
hasil >1:8 akan menjadi penanda terjadinya early infection. Perempuan hamil dengan
kenaikan titer antibody bisa terindentifikasi gagalnya terapi atau terjadi re – infeksi.
Semua bayi dengan seroreaktif atau dengan ibu seroreaktif pada saat melahirkan harus dilakukan
pemeriksaan fisik dan tes serologi setiap 3 bulan sampai menjadi non –
reaktif ketika bayi berumur 6 bulan sehingga bayi bebas dari diagnose sifilis kongenital.
(31,32,30,33)
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Mahasiswa Malikussaleh
GONORHEA
Diagnostik non kultur seperti nucleid acid amplification test(NAATs), ligase chain
reaction (LCR), dan polymerase chain reaction(PCR) sedang dikembangkan dan dievaluasi di
negara industri beberapa tahun terakhir. Kelemahan NAATs adalah batas deteksi yang rendah,
namun NAAT direkomendasikan untuk mendeteksi infeksi urogenital pada pasien asimptomatik.
Namun penggunaan pada anak-anak untuk mendeteksi N.gonorrhoeaeterbatas.
Penatalaksanaan
Tatalaksana yang disarankan adalah terapi anti klamidia seperti azitromisin dosis tunggal
atau doxycycline 100 mg peroral2 kali sehari selama 7 hari. Terapi ganda juga dianjurkan untuk
menurunkan perkembangan resistensi bakteri.7Farmakokinetik dan farmakodinamik ceftriaxone
menunjukkan bahwa dosis 500 mg pada
Etiologi
Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Neisseria
Keluhan
1) Nyeri dan sensasi terbakar saat buang air kecil12
2) Discharge12
3) Perdarahan vagina di antara keduanya12
Diagnosis
1) Anamnesis
Ini dapat diingat oleh staf medis atau staf medis, dengan tujuan untuk
berikut.
satu atau lebih pertanyaan berikut ini adalah "ya", maka pasien akan
2) Pemeriksaan Fisik
menemani staf perawat wanita, dan ketika memeriksa pasien pria, mereka
dapat membantu staf perawat pria atau wanita19
sebelum dan sesudah tes. Pasien harus melepas celana dalamnya untuk
nyaman saat memeriksa dan meraba vulva, labia, dan perineum. Periksa
Perhatikan area penis dan area skrotum dari bawah hingga ke ujung. Cari
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Sediaan langsung
dari rongga navikularis, pada wanita dari uretra, kelenjar bartholin, leher
Penatalaksanaan
Dalam hal tatalaksana duh tubuh uretra dan vagina perlu
dipertimbangkan ketersediaan sarana pemeriksaan pada lokasi layanan
1) Non Medikamentosa
terakhir pasien lebih dari 60 hari sebelum timbulnya gejala ataupun saat
gejala menghilang
HIV. Saat ini tidak ada vaksin yang efektif untuk infeksi gonokokus, tetapi
Menerapkan konseling dan tes infeksi HIV yang diprakarsai oleh penyedia
2) Medikamentosa
mekanisme agar terhindar dari resistensi. Gonore tanpa komplikasi yang terjadi di serviks, uretra dan
rektum, regimen yang dianjurkan adalah
dan ketersediaan obat dan efek toksik yang paling sedikit. Secara historis,
tunggal. Obat pilihan adalah cefixime dosis tunggal, dan pemberian oral
adalah sefalosporin generasi ketiga, dengan dosis tunggal 400 mg. Sejauh
ini, efektivitas dan spesifisitas berada pada level terbaik 95%. Dalam
tingkat keracunan dan efek samping yang rendah, metode yang mudah
TRIKOMONIASIS
Etiologi
Trichomonas vaginalis adalah parasit protozoa flagellata yang menyebabkan trikomoniasis, yang
terutama ditandai dengan vaginitis parah pada wanita yang bergeja
untuk menjadi hyphae. Hal inilah yang menyebabkan koloni-koloni jamur menjadi patogen
dan bersifat simptomatik (terdapat gejala-gejala klinis yang menyertai). Pada kondisi ini,
wanita dengan adanya faktor-faktor predisposisi, yaitu genetik, aspek biologis, dan habitmenjadi
faktor pemicu infeksi yang kronis dan berulang
Keluhan
Tanda-tanda dari kandidiasis vulvovaginal adalah adanya cairan putih kekuningan berbentuk
gumpalan (cottage cheese-like) dengan adanya sensasi rasa terbakar, nyeri saat berkemih, nyeri
saat berhubungan seksual (dyspareunia), dan gatal disertai kemerahan pada vulva dan vagina.
Diagnosis
Penegakan diagnosis dari kandidiasis vulvovaginal terdiri dari anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang laboratorium yang terdiri dari pemeriksaan langsung dengan
larutan KOH 10%, pemeriksaan pH sekret vagina, pemeriksaan kultur dengan agar Saboraud,
dan pemeriksaan PCR. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis serta
ditemukannya Candida sp. pada pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan dari kandidiasis
vulvovaginal tergantung dari spesies penyebabnya, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari,
status imunitas pasien, dan sensitifitas terhadap obat antifungal.
Penegakan diagnosis dari kandidiasis vulvovaginal terdiri dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Saat dilakukannya anamnesis didapatkan
keluhan utama dari pasien,yaitu gatalpada daerah vulvadanpada kasus yang sangat
parahterdapat sensasi panas di daerah vulva, adanya rasa nyeri saat berkemih, nyeri saat
berhubungan seksual(dyspareunia), dan mengalami keputihanyang abnormal.Umumnya sering
terdapat pada pasien yang memiliki penyakit penyerta seperti diabetes melitus karena
tingginya kadar glukosa dan jugadapatterjadi pada pasien yang sedang mengalami
perubahan hormonal (kehamilan dansiklus haid). Rekurensi dapat terjadi karena
penggunaandaricairan pembersih genital, antibiotik,danimunosupresi.5Pada
pemeriksaanfisikperludiamati dengan cermat dan teliti,padainfeksiyang ringan terdapat
gambaranhiperemia pada labia minor, introitus vagina, dan pada kelainan yang
beratditemukan adanya tanda-tanda inflamasi di daerah vulvadisertaidengan
edema(pembengkakan)dan kemerahan (eritema). Terdapat erosi,ulkus-ulkus yang dangkal
pada labia minor dan sekitardariintroitus vagina. Ditemukan adanya bercak putih
kekuningan di labia minor, fluor albus putih susu dengan gumpalan putih kekuningan seperti
kejuyangmenempelpada dinding vagina, tanpaadanyabau yang khas. Tetapi tidak menutup
kemungkinanpada pemeriksaan fisik tidak terlihat adanya perubahan-perubahan
fisik.4Pemeriksaan penunjangdapat diambil menggunakan usapan sekret vagina
denganmengusapkankapas lidi pada lesi, selanjutnya disuspensikan dalam larutan fisiologis,
kemudian suspensitersebutdiletakkan pada gelas objek untuk diperiksa dibawah mikroskopdan
untuk memudahkan pemeriksaan dapat ditambahkan larutan KOH 10%.11Pewarnaan gram
dapat dilakukan padasekretvagina dengansensitifitas 65% dan spesifisitas 85%,dan hasil
pemeriksaanditemukanadanya sel yeastatau ragiyang bertunas (budding yeast cells),
blastospora, dan hifa semu (pseudohifa)yang banyak. Pemeriksaan berikutnya menggunakan
pemeriksaan pHsekretvagina, dengan sensitivitas 71% dan spesifisitas 90%
memilikipHnormal4-4,5.12Tetapi infeksi lain bisa juga terjadi seperti trikomoniasis yang
disebabkan oleh parasit dan vaginosis bakteri yang ditandai dengan peningkatan
pHataudapatdilakukanpemeriksaan biakan dengan agar Saboraud.
Sehingga penegakan dari diagnosis kandidiasis vulvovaginal adalahberdasarkan
gejala dankombinasi dari berbagai pemeriksaan. Ketika tidak ditemukannya elemen jamur
pada pemeriksaan mikroskop dan tidak disertai adanya gejala-gejala klinis yang khas,
maka seorang wanita tidak bisa didiagnosis memiliki kandidiasis vulvovaginal.3Diagnosis
banding dari kandidiasis vulvovaginal adalah trikomoniasis, gonore akut, dan vaginitis
non-spesifik. Dermatitis akibat penyebab non-infeksi misalnya reaksi iritasi atau
hipersensitivitas
Penatalaksanaan
Pengobatan pertama dari kandidiasis vulvovaginal adalah mengupayakan untuk menghindari
dan menghilangkan predisposisi dan faktor pencetus. Pengobatan yang dapat diberikan adalah
pengobatan secara topikal, oral, intravaginal, dan sistemik.
Penatalaksanaan dari kandidiasis vulvovaginaltergantungdarispesies penyebabnya,
lokasi infeksi, penyakit yang mendasari, status imunitas pasien, dan sensitifitas
terhadap obat antifungal. Pengobatan pertama dari kandidiasis vulvovaginal adalah
mengupayakan untuk menghindari dan menghilangkan predisposisi dan faktor pencetus.
Penatalaksanaandapat diberikan antifungal topikal dengan dosis tunggal denganlama
pengobatan sekitar 1-7 hari.Pengobatan topikal untuk selaput lendir bisa
diberikandenganlarutan ungu gentian 0,5-1%,sebanyak1-2% untuk kulit dan dioleskan 2
kali sehari selama 3 hari, atau dapat diberikannystatin creamyang digunakan untuk
kelainan kulit dan mukokutan.Atau dapat diberikan ketokonazol atau mikonazol cream2%
selama 7 hari dioleskan 2 kali sehari digunakan untuk kasus balanitis.1Sediaan antifungal
topikal lainnya adalah krim ntravaginal klotrimazol 1%5 gselama 7-14hari, krim intravaginal
klotrimazol 2%5 gselama3hari, krim intravaginal terkonazol 0,8% selama 3 hari, krim
mikonazol intravaginal 2%5 gselama 7 hari, krimmikonazol intravaginal 4%5 gselama 3
hari krim intravaginal klotrimazol 2% selama 3 hari, salep tioconazol 6,5% dosis tunggal, krim
intravaginal terkonazol 0,4% selama 7 hari.13Krimbutokonazol intravaginal 2% dosis tunggal
diikuti oleh pemeliharaan mikonazol 1200 mg supositoria intravaginal setiap minggu
selama enam bulan. Pengobatan secara intravaginal dapat diberikan menggunakan
klotrimazol supositoria200 mg satu kali sehari selama 3 hari atau diberikan dengan dosis
tunggal 500 mg, uvula dapat digunakansaat malam hari sebelum tidur. Atau dapat
diberikan nystatin supositoria 100.000 IU satu kali sehari selama 7 hari dengan kasus
yang beratsehinggadurasi pengobatanakanlebih panjang yaitu 7-14 hari.12Pengobatan
sistemikdiberikan untuk kasus refrakter, kandida diseminata, dan kandidiosis
mukokutan yang jangka panjang (kronik). Pengobatan sistemik yang dapat diberikan
antara lain, ketokonazol 200 mg sebanyak satu kali atau itrakonazol 200 mg sebanyak
dua kali dosis tunggal atau juga bisa diberikan flukonazol 150 mg dosis tunggal.1Pengobatan
oral yang direkomendasikanadalah flukonazol tablet 150 mg dengan dosis tunggal,pada
kasus yang berat diberikan dosis 150 mg diulang di hari pertama dan hari keempat.
Pada kasus berat, dosis flukonazol diulangi dengan interval 72 jam setelah dosis terakhir,
ketokonazol 200 mg diberikan selama lima hari sebanyak 2 kali sehari, dan
itrakonazol tablet 100 mg diberikan 2 kali sehari selama 3 hari, tetapi obat itrakonazol
tidak boleh diberikan pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak dibawah usia 12
tahun.12Pada kelainan kulit dapat diberikan pengobatan golongan azol yang terdiri dari
mikonazol 2% berupa bedak atau cream, kotrimazol 1% terdiri dari sediaan bedak,
cream, dan larutan, tiokonazol, bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1% larutan atau
cream, dan atimikotik dengan spektrum yang luas.Lini pertama pada pasien non-neutropenik
dapat diberikan flukonazol dengan dosis 100-400 mg per hari dengan kandidemia atau
kondidosis invasif. Pilihan lain dapat diberikan itrakomazol dengan dosis 200 mg per
hari.1Pada kasus kandidiasis vulvovaginal berulang yang disebabkan oleh Candida
albicans, Candida parapsilosis,danCandida tropicalisharus diberikan pengobatan dengan
flukonazol. Dosis awal flukonazol adalah 150 mg setiap 3 hari untuk 3 dosis (hari
pertama, keempat,dan ketujuh)untukdosis pemeliharaan flukonazol adalah 150 mg setiap
minggu selama enam bulan.Pengobatan pilihan lainnya adalah itrakonazol200 mg dua
kali sehari selama 3 hari berturut-turut, diikuti oleh 100-200 mg itrakonazolsekali sehari
selama enam bulan.Untuk kandidiasis vulvovaginal berulang yang disebabkan Candida
glabrataharus diobati dengan boric acid600 mg supositoriaintravaginal satu kali sehari selama
14 hari atau diberikan nystatin intravaginal supositoria 100.000 IU selama 14 hari.
Keduanya bisa digunakan untuk terapi pemeliharaan dengan dosis yang sama pada
pengobatan awal, tetapi boric acid tidak boleh digunakan selama
kehamilan.Penambahan antihistamin dapat mengurangi gejala pruritus.9Pengobatan
dengan durasi yang lebih panjang dibutuhkan jika pasien memiliki kriteria dengan gejala
klinis yang berat, infeksi candida selain Candida albicans, imunosupresi, dan kandidiasis
vulvovaginal yang berulang. Kasuskandidiasis vulvovaginal yang sederhana tidak perlu
dirujuk, tetapi jika kasuskandidiasis vulvovaginal yang rekuren atau ber
HIV/AIDS
Etiologi
Melihat tempat hidup HIV, bisa diketahui penularan HIV terjadi kalua
ada cairan tubuh yang mengandung HIV seperti hubungan seks dengan
pasangan yang mengidap HIV, jarum suntik, dan alat-alat penusuk (tato,
penindik dan cukur) yang tercemar HIV dan ibu hamil yang mengidap HIV
kepada janin atau disusui oleh wanita pengidap HIV (Rukiyah, 2010).
Keluhan
Tanda-tanda, gejala-gejala (symptom) pada secara klinis pada penderita AIDS adalah sulit karena
symptomasi yang di tunjukka pada umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim
di dapati pada berbagai penderita penyakit lain, namum secara umum dapat kiranya dikemukakan
sebagai berikut yaitu rasa letih dan lesu, berat badan menurun secara drastis, demam yang sering
1) Gejala mayor :
a) Menurunnya berat badan >10% dalam waktu satu bulan
2) Gejala minor :
b) Mengalami dermatitis
Kesimpulan
Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang merupakan golongan diplokok dan tahan asam.
Gold standar pemeriksaan penunjang gonore adalah kultur. Tatalaksana medikamentosa yang
disarankan adalah anti klamidia. Komplikasi yang dapat terjadi adalah infertile, kehamilan
ektopik, dan kebutaan pada neonates yang dikandung oleh ibu yang terinfeksi.
Referensi
1. Jurnal Medika Utama Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2. Maria T. Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Jurnal
Kesehatan Volume 9, Nomor 3, November2018, hal 419-426
3. Kandidiasis Vulvovaginal Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
4. STUDI LITERATUR FAKTOR YANGBERHUBUNGAN DENGANKEJADIANHIV/AIDS
PADAWANITAUSIASUBUR