Anda di halaman 1dari 8

ESSAY INFEKSI ORGAN PANGGUL

Oleh:

I Nyoman Bayu Aditya Parta Wibawa

018.06.0077

Kelas A

Tutor: dr. Adib Ahmad Shammakh, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2020
Ada beberapa penyakit yang termasuk infeksi organ panggul diantaranya
kista dan abses bartholin, ulkus genital (herpes dan syphilis), vaginitis, servisitis
dan Pelvic Inflamatory Disease (DIP).

Kista Bartholin adalah penyumbatan saluran lubrikasi pada vulva sehingga


cairan lubrikasi tidak keluar. Penyumbatan ini mengakibatkan pembesaran berisi
cairan dan memiliki struktur seperti kantong yang bengkak. Sedangkan abses
Bartholin adalah penumpukan pus pada kelenjar Bartholin membentuk benjolan.
Kelenjar Bartholin merupakan kelenjar vestibular terbesar yang mirip dengan
kelenjar bulbouretral pada laki-laki. Kelenjar mulai berfungsi pada saat pubertas
dan berfungsi untuk mensekresi cairan lubrikasi ke dalam saluran yang bagian
dalamnya tersusun oleh sel kolumner, sedangkan bagian luarnya tersusun oleh sel
epitel transisional. Kelenjar Bartholin terletak bilateral pada dasar labia minora,
masing-masing berukuran sekitar 0,5 cm dan mensekresikan mukus ke dalam
duktus yang memiliki panjang 2-2,5 cm. Data epidemiologi menjelaskan bahwa
sebesar 2-3% wanita mengalami kista dan abses Bartholin selama hidupnya.
Belum ada data yang menjelaskan kista dan abses Bartholin menyebabkan
kematian.;Global:Sebanyak 2 - 3 % wanita di seluruh dunia mengalami kista dan
abses Bartholin. Angka kejadian abses Bartholin lebih tinggi dibandingkan kista
Bartholin, sebanyak tiga kali lipat. Patofisiologi kista Bartholin adalah akibat
saluran keluar dari kelenjar Bartholin tersumbat. Sumbatan ini diawali karena
proses infeksi pada kelenjar Bartholin yang mengakibatkan peradangan saluran
kelenjar Bartholin, bahkan bisa terjadi perlengketan.Akibat saluran Bartholin yang
tersumbat, maka cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Bartholin menjadi
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista.
Karena kelenjar terus menerus menghasilkan cairan, maka lama kelamaan kista
semakin membesar dan tekanan di dalamnya semakin meningkat. Dinding kista
akan mengalami peregangan dan mengakibatkan penekanan pada jaringan saraf
sekitar, sehingga memicu mediator inflamasi. Akibat peregangan pada dinding
kista ini juga, pembuluh darah pada dinding kista akan terjepit dan mengakibatkan
bagian yang lebih dalam mengalami penurunan perfusi darah sehingga dapat
terjadi nekrosis. Pemeriksaan fisik Pasien bisa mengeluh benjolan di daerah vulva,
kadang disertai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman ketika melakukan hubungan
seksual. Kista Bartholin dapat pula asimtomatik. Saat pemeriksaan fisik teraba
kista di bagian unilateral labia minora posterior, nyeri dan fluktuasi. Pemeriksaan
penunjang:Pemeriksaan Gram, basah, dan kultur dari isi kista atau abses serta
pemeriksaan Gram dan basah dari hapusan uretra atau vagina atau
serviks.Pemeriksaan darah lengkap,Biopsi.

Herpes genital adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang


disebabkan virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2). Tipe 1
biasa ditemukan di daerah mulut (herpes oral) dan tipe 2 disebut herpes genital. Di
Amerika sekitar 1 dari 6 orang berusia 14 – 49 tahun menderita infeksi oleh HSV-
2. Penularan infeksi lebih sering terjadi dari laki-laki ke pasangan wanitanya,
dibanding dari wanita ke pasangan laki-laki. Karenanya, infeksi HSV-2 lebih
sering ditemukan pada wanita (kira-kira satu dari 5 wanita berusia 14 – 49 tahun)
dibandingkan laki-laki (kira-kira satu dari sembilan pria usia 14 – 49 tahun).
Epidemiologi herpes genital mencapai angka 417 juta orang terinfeksi oleh HSV 2
di dunia dengan rentang usia 15-49 tahun. Sedangkan HSV 1 menyerang 3.709
juta orang dengan rentang usia 0 - 49 tahun.;Global:HSV 1 di dunia pada tahun
2012 diperkirakan menyerang 3709 juta orang dari semua kelas usia antara 0-49
tahun dengan prevalensi sebesar 67% dan memiliki kecenderungan meningkat
seiring dengan bertambahnya kelas usia. Prevalensi terbanyak terdapat di Afrika
(87%), diikuti secara berurutan oleh Eastern Mediterania (75%), Western Pacific
(73-74%), Eropa (61-69%), Asia Tenggara (58--59%) dan paling rendah adalah
Amerika (40-50%). Pada umumnya infeksi virus herpes tidak menimbulkan gejala
atau hanya gejala ringan, sehingga orang dengan infeksi HSV-1 atau HSV-2 tidak
menyadari bahwa mereka sedang sakit. Gejala tampak sebagai gelembung
(blister) kecil berwarna bening di daerah sekitar mulut, kelamin, atau rektum. Saat
outbreak pertama dapat digambarkan rasa nyeri yang hebat di sekitar kelamin atau
area luka, sensasi terbakar, maupun kesulitan berkemih. Ada pula orang yang
mengeluarkan cairan dari vagina atau penisnya. Gejala lainnya serupa flu, seperti
demam, sakit seluruh badan, dan pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar
area luka. Outbreak dapat terjadi berulang, hanya saja durasinya akan menjadi
lebih singkat dan tidak seberat episode pertama. Tujuan pengobatan herpes adalah
untuk mencegah atau mempersingkat durasi outbreak, biasanya dengan pemberian
antiviral. Tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan herpes. Sebagai tambahan,
pemberian terapi supresif (misalnya penggunaan harian obat antiviral) untuk
herpes dapat mengurangi kemungkinan terjadi penularan kepada pasangannya.
Pemeriksaan fisik:Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi eritema atau vesikel berair.
Pemeriksaan penunjang:polymerase chain reaction (PCR) untuk deteksi keberadaan virus.

Sifilis merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik yang disebabkan oleh
Treponema palidum. Penularan sifilis melalui hubungan seksual. Penularan juga
dapat terjadi secara vertikal dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat
kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar,
kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan. Sejak adanya penicillin,
epidemiologi sifilis di Amerika Serikat dilaporkan menurun dari 66,4 kasus per
100.000 orang, menjadi 3,9 kasus per 100.000 orang. Namun, secara umum
epidemiologi sifilis dilaporkan fluktuatif;Global:Insiden sifilis menurun pada
sekitar tahun 1940 setelah ditemukan penicillin. Gejala shipilis tergantung dari
klasifikasi shipilis. Shipi;is primer, shipilis sekunder, shipilis laten, shipilis tersier
dan shipilis kongenital. Penatalaksanaan sifilis secara umum meliputi skrining
pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) lain termasuk HIV. Pasien disarankan
untuk menahan diri untuk melakukan kontak seksual sampai lesi dari sifilis primer
(jika ada) benar-benar sembuh dan sampai 2 minggu setelah selesai pengobatan.
Penatalaksanaan secara parenteral lebih di pilih daripada secara oral karena terapi
ini dapat diamati dan bioavailabilitasnya di jamin Semua ibu hamil harus
diberikan skrining serologis terhadap sifilis pada saat pemeriksaan antenatal
pertama. Tes harus diulang pada kehamilan jika terdapat kemungkinan infeksi
setelah pemeriksaan awal dengan hasil negatif. Pada wanita dengan hasil serologi
treponema positif harus di rujuk ke dokter yang lebih ahli. Pemeriksaan titer
TPT/VDRL harus dilakukan pada pemeriksaan antenatal pertama, dan jika
terdapat resiko reinfeksi pada kehamilan berikutnya. Jika pemeriksaan
RPR/VDRL menunjukkan tidak ada reinfeksi maka ibu hamil tidak memerlukan
penanganan lebih lanjut dan tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan sifilis pada
neonatus. Pengobatan terhadap wanita yang memiliki riwayat sifilis yang telah
diterapi sebelum masa konsepsi dapat dipertimbangkan apabila terdapat keraguan
mengenai pengobatan yang adekuat sebelumnya dan tidak ditemukan penurunan
sebanyak empat kali lipat. Perubahan fisiologis pada kehamilan dapat mengubah
farmakokinetik obat dan dapat menyebabkan penurunah dari konsentrasi penisilin
dalam plasma. Untuk alasan ini, ketika pengobatan dimulai pada trismester ketiga,
dosis kedua dari benzatin penisilin direkomendasikan satu minggu setelah
pemberian yang pertama dengan penilaian secara hati-hati terhadap neonatus pada
saat kelahiran. . Pemeriksaan fisik:Pemeriksaan fisik pasien sifilis berbeda-beda pada
setiap stadium sifilis;Sifilis Primer:Chancre berbentuk ulkus tunggal, tepi teratur,
indurasi, dengan dasar bersih, tidak nyeri. Biasanya lesi dimulai dengan papul soliter,
kemerahan dan keras yang muncul pada glans penis, vulva, serviks, anus, jari, orofaring,
lidah, dan puting. Pemeriksaan penunjang:Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan
standar untuk mendeteksi seluruh stadium dari sifilis;Sifilis Didapat:Pada sifilis yang
didapat, mula-mula dilakukan pemeriksaan skrining nontreponema menggunakan
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin (RPR).

Vaginosis merupakan infeksi yang mum terjadi pada organ genitalia wanita
(wanita) vaginosis dibedakan menjadi tiga berdasarkan penyebabnya yakni
vaginosi bakterialis yang disebabkan oleh bakteri Gardnerella vaginalis,
Mobiluncus, Bacteroides, dan Mycoplasma, vaginosis trikomonas yang
disebabkan oleh parasit trichomonas vaginalis yang hidup dengan cara membelah
diri dan dapat hidup pada suasana asam. Vaginosis candidiasis disebabkan oleh
Candida albicans menjadi patogen pada 80 % sampai 95 % kasus kandidiasis
vulvovaginalis, dan sisanya merupakan C. Glabarata dan C. Tropicalis. Gejala
klinis dari ketiga jenis baginosis ini hampir sama yang membedakan adalah warna
discharge yang keluar dari vagina. Gejala klinis vaginosis secara umum adalah
terjadinya keputihan (Fluor Albus) yang berwarna putih ke abu-abuan pada
vaginosis bakterialis, Putih – kekuningan, kuning, hijau pada vaginosis
trichomonas dan putih, putih kekuningan pada vaginosis candiadiasis, terdapat
bau amis, adanya rasa agatal pada alat genital dan kadang terdapat disuria.
Metronidazole dan clindamycin adalah antibiotik yang paling sering yang
digunakan pada vaginitis bakterialis dan pemberian obat anti jamur seperti
miconazole, clotrinazole atau fliconazole.

Servisitis/ Endoservisitis adalah inflamasi mukosa dan kelenjar serviks yang


dapat terjadi ketika organism mencapai akses ke kelenjar servikal setelah
berhubungan seksual, aborsi, manipulasi intrauterine, atau persalinan.
Epidemiologi Servisitis secara epidemiologi memiliki prevalensi yang cukup
tinggi di dunia sehingga berdampak pada kesehatan reproduksi secara
global;Global:WHO mengestimasi terdapat 357 juta kasus infeksi menular seksual
baru ditemukan setiap tahunnya. Penyebabnya adalah infeksi melalui aktivitas
seksual, infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan servisitis. Beberapa
tanda dan gejala servisitis yakni keluarnya bercak darah/ perdarahan, perdarahan
pascakoitus. leukorea (keputihan), serviks kemerahan. (pemeriksaan lebih lanjut)
keluarnya discharge dari kanalis servikalis, sakit pinggang bagian sacral, nyeri
abdomen bawah, gatal pada area kemaluan, sering terjadi pada usia muda dan
seseorang yang aktif dalam berhubungan seksual, gangguan perkemihan (disuria)
dan gangguan menstruasi. Pada servisitis kronik biasanya akan terjadi erosi, suatu
keadaan yang ditandai oleh hilangnya lapisan superficial epitel skuamosa dan
pertumbuhan berlebihan jaringan endoserviks. Terapi farmakologi yakni
pemberian antibiotik terutama bila ditemukan gonococcus dalam secret. Servisitis
non-spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam Albothyl dan irigasi, namun
jika servisitis tidak segera sembuh dilakukan tindakan opertif dengan melakukan
konisasi dan jika sebabnya ektropion dapat dilakukan amputasi. Erosion dapat
disembuhkan dengan obat keras seperti Albothyl yang menyebabkan nekrosis
epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng
berlapis banyak, namun jika radang sudah menjadi servisitis kronik pengobatanya
lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau
dengan krioterpi. Terapi non farmakologi yakni menjaga kebersihan pribadi
(personal hygine) dan Kenali pasangan seksual (riwayat menderita PMS/infeksi
genetalia). Pemeriksaan fisik:Pemeriksaan dengan speculum 1). Pada pemeriksaan
inspekulo kadang-kadang dapat dilihat keputihan yang purulen keluar dari kanalis
servikalis. Kalau portio normal tidak ada ektropion, maka harus diingat
kemungkinan gonorroe.2). Sering menimbulkan erusio (Erythroplaki) pada portio
yang tampak seperti daerah merah menyala. 3). Pada servisitis kronik kadang
dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lender yang merah karena infeksi.
Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi kelenjar-
kelenjar serviks karena saluran keluarga tertutup oleh pengisutan dari luka serviks
atau kerena peradangan.

Pemeriksaan penunjang:Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan;Pap


smear Biakan clamydia;Biopsy.

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah suatu infeksi


pada serviks (leher rahim), uterus (rahim), tuba falopi (saluran indung telur), dan
ovarium (indung telur). Infeksi menular seksual adalah salah satu penyebab
radang panggul. Bakteri pada infeksi menular seksual, seperti chlamydia dan
gonore, adalah contoh bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi pada leher
rahim. Faktor risikonya berkaitan dengan tindakan aborsi, sering berganti
pasangan seksual, berhubungan seksual tanpa alat pengaman ( kondom), memiliki
riwayat radang panggul dan infeksi menular seksual sebelumnya dan penggunaan
alat kontrasepsi IUD (spiral). Organ reproduksi yang terinfeksi radang panggul
tidak selalu menunjukkan gejala atau gejala kurang spesifik. Gejala yang dialami
dapat berupa rasa nyeri pada daerah panggul, nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri ketika buang air kecil, atau nyeri saat berhubungan seksual. Selain itu, dapat
terjadi demam, mual, dan muntah-muntah. Keputihan yang berubah warna
menjadi kuning atau hijau juga bisa menjadi pertanda telah terjadi infeksi pada
organ reproduksi. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik
pada penderita yang masih berada pada tahapan awal penyakit. biasanya penderita
akan diberikan antibiotik  metronidazole, ofloxacin, doxycycline, atau
ceftriaxone untuk mengobati infeksi bakteri, setidaknya selama 14 hari.
Pemberian antibiotik dapat disertai dengan pemberian obat pereda sakit,
seperti ibuprofen dan paracetamol jika penderita merasakan sakit di daerah perut
atau panggul. Pemeriksaan fisik:Untuk dapat menegakan diagnosis PID (pelvic
inflammatory disease) atau penyakit radang panggul, CDC merekomendasikan
satu atau lebih kriteria berikut ini harus ada pada pemeriksaan pelvis:Nyeri gerak
serviks;Nyeri tekan uterus;Nyeri tekan adneksa;Kriteria tambahan seperti berikut
dapat dipakai untuk menambah spesifisitas mendukung diagnosis PID:Suhu oral
>38.3 C;Cairan serviks atau vagina tidak mukopurulen. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan mikroskop sekret vagina dengan cairan salin terdapat leukosit dalam
jumlah banyak,pemeriksaan darah lengkap terdapat kenaikan laju endap darah
(LED),protein reaktif-C meningkat,dokumentasi laboratorium infeksi serviks oleh
gonorrhoeae atau C.trachomatis, Biopsiendometrium ; USG transvaginal atau
MRI,Laparoskopi.

Anda mungkin juga menyukai