Pembimbing:
dr. Susanti Budiamal, Sp.KK(K), FINSDV,
FAADV
BAGIAN/DEPARTEMEN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP. DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
Sifilis
Insidensi
PENDAHULUAN • Insidensi di Amerika Serikat pada 2014, angka sifilis
primer dan sekunder 6,3 kasus per 100.000 populasi.
Selama 2013—2014, angka sifilis primer dan sekunder
meningkat 14,4% pada laki-laki dan 22,7% pada
perempuan.
• Peningkatan kasus diakibatkan peningkatan kasus gay,
biseksual, dan laki-laki yang berhubungan seksual
dengan laki-laki (LSL) lainnya.
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
palidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalannya
dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai
banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari
DEFINISI ibu ke janin.
Sifilis sekunder pada dasarnya adalah vaskulitis infeksius yang
ditandai oleh lesi mukokutan yang terlokalisir atau difus, sering
dengan limfadenopati generalisata, dengan adanya bukti
laboratorium dari jaringan atau serum.
Australia
Angka keseluruhan diagnosis sifilis telah meningkat menjadi 6,7
kasus per 100.000 orang pada tahun 2012. Kebanyakan dari kasus sifilis
yang dilaporkan terjadi pada LSL.
Amerika Serikat
. Pada tahun 2016, angka sifilis primer dan sekunder lebih tinggi
pada laki-laki (15,6 kasus pada laki-laki) daripada perempuan (1,9 kasus
per 100.000 perempuan).
EPIDEMIOLOGI Asia
Sebuah penelitian pada tahun 2005 sampai 2014, menemukan kasus
sifilis telah meningkat lebih dari 3 kali, dari 135.210 pada tahun 2005
menjadi 441.818 pada tahun 2014.
Survey Terpadu Biologi dan Perilaku (STBP) tahun 2011 di Indonesia.
Pada populasi waria, prevalensi sifilis sebesar 25%, WPSL (wanita
penjaja seks langsung) 10%, LSL (lelaki yang berhubungan seks dengan
lelaki) 9%, warga binaan lembaga pemasyarakatan 5%, pria berisiko
tinggi 4%, WPSTL (wanita penjaja seks tidak langsung) 3% dan penasun
(pengguna narkoba suntik) 2%.
Penyebab sifilis adalah Traponema pallidum, bentuk dari T.pallidum
spiral teratur, pipih atau tipis, memanjang seperti kumparan,
memiliki panjang sekitar 6-15 mikrometer dan lebar 0,15
mikrometer, terdiri atas 8 sampai 24 lekukan.
ETIOLOGI Treponema pallidum memiliki empat subspesies, yaitu Treponema
pallidum (penyebab sifilis), Treponema pallidum pertenue (penyebab
yaws/chronic treponematous disease), Treponema pallidum carateum
(penyebab treponematous disease), dan Treponema pallidum
endemicum.
Sifilis pada dewasa hampir selalu ditularkan secara seksual, ketika
seseorang berkontak dengan lesi sifilis infeksius pada orang lain. Lesi ini
hanya didapatkan pada sifilis primer dan sekunder. Pasien dengan sifilis
laten dapat relaps menjadi sifilis sekunder dan menjadi infeksius
kembali.
PENULARAN Kontak langsung dengan lesi infeksius selama seks oral, vaginal,
atau anal, atau aktivitas seksual lainnya, bisa menyebabkan inokulasi
SIFILIS dan infeksi. Sifilis yang didapat secara nonseksual jarang terjadi dan
ketika itu terjadi, biasanya melalui transfusi darah (darah yang tidak
diskrining), inokulasi tidak sengaja berkaitan dengan pekerjaan
(misalnya pekerja laboratorium atau pelayan kesehatan) atau tidak
berkaitan dengan pekerjaan (misalnya tato), atau melalui pajanan in
utero.
Lesi sifilis sekunder, umumnya timbul 3 sampai 12 minggu setelah
chancre muncul. Erupsi awal simetris, lebih atau kurang generalisata,
MANIFESTASI superfisial, nondestruktif, eksantematosa, sementara, dan makular;
selanjutnya menjadi erupsi makulopapular atau papular, yang biasanya
KLINIS polimorf, dan jarang bersisik, pustul, atau berpigmen. Manifestasi awal
cenderung terdistribusi di daerah wajah, pundak, pinggang, telapak
tangan dan kaki, dan anal atau genital.
Erupsi makular
Bentuk makular yang paling dini pada
MANIFESTASI sifilis sekunder adalah munculnya
KLINIS eksantem eritema 6-8 minggu setelah
timbulnya chancre.
MANIFESTASI
KLINIS
Papul bersisik, multiple pada telapak
Biett collarette
tangan dan telapak kaki
MANIFESTASI Syphilid anular Syphilid rupial
KLINIS
Kondiloma lata
Anamnesis
Dasar diagnosis sifilis sekunder adalah timbul 6-8 minggu
setelah sifilis primer. Sifilis sekunder dapat menyerupai berbagai
penyakit kulit.
a. Nontreponemal
PEMERIKSAAN b. Treponemal
2. Mikroskop Lapang Gelap
4. Pemeriksaan Molekular
PENUNJANG
Katz KA. Syphilis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffel DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill. 2012. p. 2471-92.
erupsi obat alergik
morbili
pitriasis rosea
DIAGNOSIS psoriasis
BANDING dermatitis seboroika
kondiloma akuminatum
alopesia areata.
Pengobatan rekomendasi untuk semua stadium sifilis adalah
penisilin, dengan sediaan, dosis, dan durasi pengobatan sesuai
dengan manifestasi klinis, stadium penyakit, dan usia pasien.
Penisilin G benzatin, sediaan penisilin yang direkomendasikan untuk
kebanyakan stadium sifilis, memiliki waktu paru panjang, yang
TATALAKSANA secara terapeutik penting karena waktu pembelahan T. pallidum
yang lambat.
Wanita hamil dengan alergi penisilin dan menderita sifilis dapat
diberikan terapi alternatif berupa Ceftriaxone 500 mg/hari IM
selama 10 hari atau Eritromisin 500 mg PO selama 14 hari atau
Azitromisin 500 mg/hari PO selama 10 hari.
Quo ad Vitam: Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam: Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam: Dubia ad Malam