Anda di halaman 1dari 28

Nama : Diana lisdayani

Nim : 16010096
Kelas : RK B
 Sifilis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh
kuman Treponema pallidum,
yang menyerang manusia,
bersifat kronis, sistemik dan
dapat mengenai semua
bagian tubuh, dapat bersifat
laten selama bertahun-
tahun, menular serta dapat
diobati.
 Sifilis pertama kali ditemukan di Eropa pada akhir abad
ke-151 dan pada tahun 1905, Penyakit sifilis dapat
ditularkan melalui kontak seksual.
 Sifilis primer ditandai dengan adanya luka yang tidak
nyeri, mengeras, dan sembuh dalam 7-10 hari.
 Sifilis sekunder ditandai dengan kelainan pada kulit dan
membran mukosa yang terjadi selama 4-6 minggu.
 Jika berlangsung lama, lesi pada sifilis tertier dapat
mengenai mata, kulit, tulang , visera, susunan saraf
pusat, dan sistem kardiovaskular.
 Sifilis kongenital terjadi pada bayi yang ditularkan
ibunya yang menderita sifilis. Bila tidak diobati dengan
baik, infeksi dapat mengenai berbagai organ janin dan
dapat mengakibatkan kematian.
a.Gejala penyakit sifilis primer : Biasanya ditandai dengan adanya benjolan serta lesi atau
luka di kelamin, yang mana lukanya seperti gigitan serangga dan tidak terasa sakit. Benjolan
segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan tepi menonjol yang
disebut chancre, tidak ada nyeri, kemudian mengeras.

b.Gejala penyakit sifilis sekunder : Dalam waktu 2–10 minggu, gejala penyakit sifilis atau
penyakit raja singa yang muncul selanjutnya adalah ruam merah, yang terjadi di kulit seluruh
tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki; lesi pustuler ini dapat juga berkembang
pada daerah yang lembab seperti anus dan vagina. Disamping itu timbul demam ringan, flu,
sakit kepala, lemas, tidak selera makan, berat badan menurun, nyeri pada tenggorokan,
mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada.

c.Gejala penyakit sifilis tersier : Jika infeksi penyakit sifilis atau penyakit raja singa tidak
terobati sampai tuntas, penyakit sifilis atau penyakit raja singa akan berkembang ke tahapan
akhir, yaitu sifilis tersier dan memberi efek yang serius pada tubuh. Apa akibat sifilis tersier ?
akan terjadi kebutaan, kelumpuhan, masalah pendengaran, demensia, impotensi, dan
bahkan kematian jika tidak ditangani.
d.Relapsing : Kekambuhan penyakit sifilis atau penyakit raja singa
terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dan benar dari dosis dan
jenisnya. Perlu diketahui kekambuhan gejala sifilis secra klinis bisa
ditemukan tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan
serologinya yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang
negativ menjadi positif

e.Sifilis kongenital : Penyakit sifilis atau penyakit raja singa Sifilis


pada anak dapat terjadi akibat terinfeksi saat ibu hamil menderita
penyakit sifilis atau penyakit raja singa yang menularkan ke
anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan penyakit sifilis atau
penyakit raja singa dengan pengobatan yang tidak tepat atau tidak
diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital (kelainanan bawaan)
pada bayinya. Bila penyakit sifilis atau penyakit raja singa ini muncul
sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan yang
timbul pada umumnya yaitu masalah susunan syaraf pusat .
Sifilis Std II, makulopustula

Sifilis Std II, Papuloskuama


Sifilis std II, Mucous patch - tongue

Sifilis II, Interstitial glossitis


Sifilis II, palm & sole

Sifilis II, Palmar


Kondiloma akuminata

Sifilis II, Lesi Psoriasiformis


Sifilis II, Penis

Kondilomata lata, perivulva / perianal


 Bakteri Troponema pallidum

 Bentuk spiral; panjang 5-20 mikron


dan lebar 0,092-0,5mm

 Gerakan berotasi udulasi sisi ke sisi

 Mati pada
kekeringan,panas,antiseptik
ringan,hidup beberapa lama di luar
tubuh

 Stadium aktif berlangsung selama


30 jam

 Tidak dapat dibiakan di media


buatan namun dapat dinokulasi
pada hewan percobaan
Pemeriksaan pembantu diagnosis sifilis :

o Pemeriksaan Treponema pallidum


o Tes Serologik Sifilis (STS)
o Pemeriksaan pembantu lain
Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap
melihat pergerakkan Treponema

Pewarnaan Burri (tinta hitam)  tidak


adanya pergerakan Treponema, - T. pallidum
telah mati  kuman berwarna jernih
dikelilingi oleh lapangan yang berwarna
hitam.
STS penting u diagnosis dan pengamatan hasil
pengobatan.

Prinsip pemeriksaan STS - mendeteksi bermacam


antibodi yang berlainan akibat infeksi T. pallidum.
Klasifikasi STS
Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan
kolesterol
Tes Treponema : Treponema pallidum hidup /
mati / fraksi Treponema pallidum
Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan :
 Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang memberi
hasil positif
 Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi yang
memberikan hasil negatif
Jenis-jenis STS non Treponema
 Rx Komplemen : Wasserman dan Kolmer
 Flokulasi / aglutinasi
– V.D.R.L. (Venereal Disease Research
Laboratory)
– R.P.R (Rapid Plasma Reagen)
– A.R.T. (Automated Reagen Test)
– Kahn
Tes Treponema berguna pada keadaan :

Pada keadaan false positive pada tes Non


Treponema
Tes Non Treponema berulang kali (+),
dicurigai adanya sifilis laten
Tes Non Treponema (-), dicurigai adanya
sifilis lanjut
Tes Treponema digolong 4 kelompok,

1. Tes Imobilisasi
 Treponema Pallidum Immobilization (TPI)
Tes Treponema yang paling spesifik
 Hasil positif pada Treponematosis
 Kekurangannya
– Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I,
– Tidak dapat - untuk menilai hasil pengobatan,
– Teknik sulit dan
– Biayanya mahal
2. Tes imunofluoresensi
a. Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test
(FTA-Abs)
> Tes ini paling sensitif (90 %), bisa u  deteksi Ig G
False (+) pada

Kegunaan Anemia hemolitik


Lupus eritematosus Sirosis hepatik
Rheumatodi arthritis Kehamilan
Skleroderma Infeksi virus,vaksinasi
Drug induced LE Orang normal
b. FTA Abs Ig M

o Tes ini untuk deteksi Ig M


o Bersifat sangat reaktif pada sifilis dini & paling
penting untuk sifilis kongenita.
o Pada pengobatan yang berhasil, titer Ig M cepat
menurun, sedangkan Ig G lambat
3. Tes Hemanglutinasi :
Treponema Pallidum Haemagglutination Assay
(TPHA).
Bersifat cukup spesifik & sensitif, reaktif cukup dini
Merupakan tes yg dianjurkan teknik dan
pembacaan hasil mudah.
False positif dapat terjadi pada

Kehamilan Connective tissue diseases

Lepra Infeksi momonukleosis


4. Tes Fiksasi komplemen

Reiter Protein Complement Fixation Test (RPCF)


o Protein Reiter merupakan ekstrak protein T.
pallidum - bersifat non patogen.
o Sensitivitas tidak melebihi VDRL
o False positive (+) akibat adanya antibodi terhadap
polisakarida dlm ekstrak protein.
Neurosifilis perlu pemberian cairan serebrospinalis u
menilai :
 Jumlah sel PMN : > 4/mm
 Total protein : > 40 mg/dl
 Tes Non Treponema (VDRL)
 Titer Ig G cairan serebrospinalis dan Ig M serum
meningkat
Hasil STS setelah pengobatan
 Sel PMN  normal dlm waktu 6 bulan
 Kadar protein  normal dlm waktu 2 tahun
 STS  normal dlm waktu > dari 2 tahun.

STS cairan serebrospinalis  false positive pada


keadaan
 Neoplasma serebral / medula
 Meningitis tuberkulosa
 Kontaminasi cairan serebrospinalis dengan darah
o Pemeriksaan sinar Rontgen u melihat kelainan khas
pada tulang, kelainan sistim kardiovaskular.

o Pemeriksaan EKG untuk menilai kelainan sistim


kardiovaskular.

o Pemeriksaan USG untuk menilai kelainan organ tubuh


lain.
o
o Pemeriksaan lab darah lain untuk menilai fungsi hepar,
ginjal
 Pengobatan pilihan pada semua stadium sifilis adalah
penisilin parenteral. Penisilin oral tidak direkomendasikan
karena kemungkinan kepatuhan yang kurang. Kadar
penisilin yang bersifat treponemisidal adalah >0,018 mg/l,
kadar efektif maksimal secara in vitro adalah lebih dari 0,36
mg/l. Kegagalan terapi jarang ditemukan dan biasanya akan
respon terhadap terapi penisilin kedua dengan dosis yang
sama atau lebih tinggi. Penisilin parenteral adalah satu-
satunya terapi yang manjur pada neurosifilis, infeksi HIV,
dan kehamilan. Antibiotik lain seperti tetrasiklin, eritromisin,
dan sefalosporin generasi III mempunyai efek
antitreponemal yang kuat namun hasilnya tidak seefektif
penisilin. Tes HIV direkomendasikan pada setiap penderita
sifilis.1,2
 Sifilis dapat sembuh jika diobati pada tahap awal infeksi
terjadi.
 Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif).
 Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr,
atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr.
 Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin
dapat digunakan untuk S I dan S II.
 Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk
stadium laten
 Eritromisin diberikan bagi ibu hamil
 Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari
tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-
80%.
Primer Tersier
Sekunder 1. Adanya peraturan
1. Tidak berganti- 1. Adanya dari pemerintah
ganti pasangan. siraman tentang larangan
2. Gunakan rohani yang prostitusi
kondom dilakukan di 2. Adanya usaha
lokalisasi. rehabilitasi dengan
3. Hindari pelatihan
penggunaan 2. Adanya
keterampilan pada
jarum suntik penyuluhan wanita pekerja
tentang IMS seksual yang
4. Selalu menjaga
oleh dinas meninggalkan
kebersihan alat
kesehata pekerjaan sebagai
kelamin
pekerja seksual.

Anda mungkin juga menyukai