Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan etika memang merupakan salah satu masalah utama etika

kedokteran. Untuk fakultas kedokteran, pendidikan etika saat ini masuk dalam

kurikulum berbasis kompetensi. Salah satu metode pembelajarannya adalah

menggunakan kaidah dasar bioetika yang merupakan pendekatan perkembangan

kognitif yang meningkatkan daya pemikiran kritis dan logis mahasiswa. Etika

kedokteran berfokus terutama dengan masalah yang muncul dalam praktik

pengobatan. Dalam etika kedokteran isu-isu yang mengemuka terutama

menyangkut tujuan pengobatan, refleksi kritis terhadap suatu tindakan dan

mengembangkan otonomi dalam pengambilan keputusan dalam lingkup pasien,

dokter dan pihak lain yang terkait dalam sistem praktik kedokteran. Fondasi etika

kedokteran dibangun oleh 3 hal pokok yaitu: moralitas eksternal, etika internal

dan moralitas internal. Moralitas eksternal merupakan teori-teori etika yang

diterapkan dalam dunia kedokteran. Sedangkan etika internal adalah kode etik

profesi yang dibuat dan ditetapkan oleh dokter dan untuk dokter sebagai bentuk

pertanggungjawaban profesi pada masyarakat. Yang membuat dinamis adalah

moralitas internal. Moralitas internal adalah merupakan fenomena umum yang

terjadi dalam hubungan dokter pasien. Dalam konteks ini amat tergantung dengan

fakta empirik yang ada pada pasien secara individual. Menurut Pellegrino,

meskipun ketiga aspek tersebut tumbuh dan berkembang secara bebas satu sama

1
lain, empat principle based of bioethics atau kini populer dengan kaidah dasar

bioetika dari Beuchamps and Childress merupakan salah satu contoh teori yang

dapat menyatukan antara moralitas eksternal dan fakta empirik klinik (moralitas

internal). Etika kedokteran sebagai profesi luhur, bersama dengan etika

lingkungan hidup dan ilmu pengetahuan telah memberi andil terhadap kaidah

dasar ini dengan menyumbangkan 4 kaidah dasar bioetika yakni: sikap berbuat

baik (beneficence), tidak merugikan orang lain (non maleficence), berlaku adil

(justice) dan menghormati otonomi pasien (autonomy).3

Profesi dokter adalah sebuah profesi yang bersumpah dan membutuhkan

komitmen serta tanggung jawab yang penuh terhadap hukum dan prosedur medis

yang berlaku. Selain terhadap hukum dan prosedur, dokter juga bertanggung

jawab terhadap aturan-aturan etis yang berlaku. Oleh karena itu, diciptakanlah

Kaidah Dasar Bioetik yang mengatur mengenai perilaku dokter agar sesuai

dengan moral yang berlaku di masyarakat. Bioetik telah menjadi bagian dari

keseharian seorang dokter dalam menjalankan tugasnya. Sejak kemunculan istilah

ini, bioetik sudah banyak mengalami perkembangan dan kemajuan. Beberapa

tahun terakhir ini, cukup sering kita mendengar mengenai kegagalan dokter dalam

penyembuhan pasien karena kelalaian yang dilakukan oleh dokter itu sendiri,

perawat, atau bahkan rumah sakit yang bersangkutan. Selain itu, kaidah bioetik

juga digunakan untuk mencegah tindakan-tindakan dokter yang hanya

menguntungkan diri sendiri. Mengingat banyaknya kejadian yang muncul seperti

2
ini, sudah jelas bahwa pengetahuan dan pemahaman akan prinsip bioetik

¹
sangatlah penting dalam pendidikan seorang dokter.

Kaidah Dasar Bioetik (KDB) adalah suatu hukum dasar yang harus

diketahui dan dikuasai oleh para dokter, demi membantu mereka dalam

mengambil tindakan yang tepat dalam berbagai situasi medis. Kaidah Dasar

Bioetik memiliki empat prinsip dasar, yakni: beneficence, non-maleficence,

autonomy, dan justice. Dimana masing-masing memiliki prinsip prima facie dan

konteks yang berbeda. Pemahaman dokter mengenai Kaidah Dasar Bioetik

sangatlah penting dalam melaksanakan tugas mereka karena Kaidah Dasar

Bioetik-lah yang menentukan apakah suatu perbuatan dapat dikatakan baik atau

buruk berdasarkan pandangan etik.¹

Pelanggaran dari kaidah-kaidah ini menjadi keprihatinan kita bersama

sebagai para calon dokter. Maka, untuk mencegah penyebaran lebih lanjut,

pendidikan bioetik ini dijadikan sebagai kurikulum pembelajaran untuk para calon

dokter masa depan. Dalam makalah ini, diharapkan penulis maupun pembaca

dapat memahami empat prinsip dasar bioetika yaitu: Beneficence, Non-

²
Maleficence, Autonomy, dan Justice.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bioetik

Bioetik berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari dua kata,

yaitu bios yang berarti kehidupan, dan ethos yang berarti norma-norma

atau nilai-nilai moral. Bioetik merupakan studi yang mempelajari

tentang masalah pada bidang biologi dan ilmu kedokteran dalam

berbagai masa. Bioetik tidak hanya membicarakan bagian medis, tapi

juga membahas pula masalah kesehatan, faktor budaya dalam

lingkungan masyarakat, juga penelitian kesehatan pada manusia dan

hewan percobaan.¹

Pada tahun 1971, seorang onkolog (pakar tumor) Amerika Serikat,

van Resseler Potter, penulis Bioethics: Bridge to the Future (1971),

mengabadikan istilah bioetik. Potter merasa bahwa dia sebagai penemu

harus juga bertanggung jawab dalam perkembangan kata bioetik

kedepannya, maka dia meminta agar bioetik itu dijadikan suatu ilmu

tersendiri atau lebih spesifiknya adalah ilmu etika baru yang didasari

tinjauan biologis. Dalam arti luas, bioetik adalah penerapan etika

dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan, dan bidang-

bidang terkait.³

B. Kaidah Dasar Moral

4
Bioetik dapat dijabarkan menjadi empat kaidah besar yang disebut

dengan Kaidah Dasar Bioetik (KDB), yaitun: Beneficence, Non-

Maleficence, Autonomy, dan Justice.²

1. Beneficence

Beneficence berasal dari bahasa Latin bene yang berarti

baik, dan ficere yang berarti melakukan atau berbuat. Oleh karena

itu, beneficence secara etimologis dapat diartikan dengan berbuat

baik. Kaidah beneficence adalah suatu tindakan dari dokter untuk

kepentingan pasiennya, dimana kebaikan yang dialami pasien akan

lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannya. Kaidah ini

berlaku dalam keadaan yang wajar dan berlaku untuk pasien pada

umumnya.4

a. Beneficence terdiri dari dua prinsip, yaitu :

1) Prinsip positive beneficenc: Inti dari prinsip ini adalah

untuk tidak memperburuk keadaan pasien dan

mengusahakan yang terbaik. Dokter harus mencegah hal

buruk terjadi pada pasien, juga memaksimalisasi akibat

baik dan meminimalisasi akibat buruk.

2) Prinsip balancing of utility/proportionality: Prinsip ini

memperhitungkan untung dan rugi dari suatu tindakan yang

akan dilakukan. Dokter harus mempertimbangkan apakah

tindakan akan yang ia lakukan lebih banyak keuntungannya

5
atau kerugiannya. Perhitungan dilakukan secara ekonomi

(biaya), efektifitas, dan resiko.

b. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam beneficence :

1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela


berkorban)
2. Menjamin harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan
dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan
dengan keburukannya
5. Paternalisme
6. Menjamin kehidupan baik – minimal manusia
7. Melampaui “goal based ”
8. Maksimalisasi kepuasan pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak pasien
12. Menarik honorarium sesuai kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan golden rule principle (memperlakukan
orang lain sebagaimana kita ingin diperlukan)

2. Non-Maleficence

Non-Maleficence berasal dari bahasa Latin non yang berarti

tidak, mal yang berarti buruk, dan ficere yang berarti melakukan

6
atau berbuat. Maka, secara harafiah non-maleficence adalah sebuah

prinsip untuk tidak berbuat jahat. Kaidah non-maleficence

menekankan bahwa yang paling penting adalah tindakan yang akan

dilakukan dokter tidak memperburuk keadaan pasien. Kaidah ini

berlaku pada saat keadaan gawat darurat dimana diperlukan suatu

intervensi medik untuk menyelamatkan nyawa pasien.4

Prinsip yang terkandung di dalam kaidah non-maleficence

adalah prinsip double effect, yaitu suatu prinsip yang menjelaskan

bahwa suatu tindakan yang merugikan, tidak selalu dianggap suatu

tindakan yang buruk. Hal ini dimungkinkan, asalkan ada

pertimbangan bahwa akibat yang menguntungkan harus lebih besar

dari akibat yang merugikan.

a. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam non-maleficence :

1. Menolong pasien gawat darurat


2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
4. Tidak menghina/mencaci-maki/memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime (kejahatan dalam

7
profesi) yang merugikan pasien/keluarganya.

3. Autonomy

Autonomy berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti

sendiri, dan nomos yang berarti hukum atau peraturan. Maka, kata

autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, dalam hal ini berarti

pasien berhak memutuskan apa yang berhubungan dengan dirinya

sendiri. Autonomy menekankan bahwa dokter harus mendapat

persetujuan dari pasien sebelum melakukan prosedur medis

apapun, setelah dokter tersebut menjelaskan prosedur tersebut

kepada pasien. Kaidah ini berlaku pada saat berhadapan dengan

pasien yang dewasa, berkepribadian matang, kompeten, dan sadar

dalam menentukan nasibnya sendiri.4

a. Autonomy berkaitan sangat erat dengan inform consent yang

memiliki tiga prinsip, yaitu :

1) Threshold element

Competence: Kompetensi menyangkut kemampuan pasien

untuk dapat memahami penjelasan dari dokter mengenai

prosedur yang akan dilaksanakan.

2) Information elements

8
Disclosure of information: Penyampaian informasi mencakup

cara dan kelengkapan informasi yang disampaikan dari

seorang dokter yang mengenai prosedur yang akan

dilaksanakan.

Understanding of information: Pemahaman informasi

mencakup bagaimana pasien memahami informasi yang

disampaikan dokter mengenai prosedur yang akan

dilaksanakan.

3) Consent elements :

Voluntariness: Kemauan pribadi yang tanpa paksaan untuk

melaksanakan prosedur adalah salah satu unsur penting di

dalam inform consent.

Authorization: Otorisasi atau ijin dari pasien untuk

melaksanakan prosedur adalah salah satu unsur penting di

dalam inform consent.

b. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam autonomy :

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri dan martabat


pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
3. Berterus terang kepada pasien
4. Menghargai privasi pasien
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien

9
7. Melaksanakan inform consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil
keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam
membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada
kasus non emergensi
12. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan
pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)

4. Justice

Justice membuka suatu dimensi baru dalam bioetik, karena

saat beneficence, non-maleficence, dan autonomy membahas

mengenai hubungan antara dokter dengan pasien, justice

membahas mengenai hubungan dengan masyarakat atau orang

banyak. Prinsip justice mengatakan bahwa para dokter juga harus

mementingkan hak orang lain selain hak pasiennya sendiri. Hak

orang lain yang dimaksud disini adalah khususnya orang-orang

yang sama dalam hal gangguan kesehatan di luar diri pasien.4

Prinsip yang terkandung di dalam justice, berkata “treat

similar cases in a similar way”, yang berarti “berikanlah perlakuan

yang sama kepada seluruh pasien dengan kasus yang sama. Justice

bertujuan untuk menjamin nilai yang tak berhingga dari setiap

makhluk yang berakal budi.

10
a. Kaidah-kaidah yang terdapat di dalam justice :

1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal


2. Mengambil porsi terakhir dari proses pembagian
3. Memberi kesempatan yang sama bagi setiap pribadi dalam
posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok rentan (yang paling merugikan)
8. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,
status sosial, dll.
9. Melaksanakan wewenang dengan baik
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan
kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian
(biaya, beban, dan sanksi) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang
tepat dan kompeten
14. Memberi beban secara merata dengan alasan yang sah dan
tepat
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan
penyakit atau gangguan kesehatan
16. Bijak dalam makroalokas

C. Four Box Method


Tabel II. 1 Four Box Method5

Clinical Indications Patient Preferences


Prinsip Beneficence dan Non Prinsip Penghormatan terhadap

11
maleficence Otonomi
 Apa masalah medis  Apakah pasien mampu
pasien? Sejarah? secara mental dan
Diagnosa? Prognosa? kompeten secara hukum?
 Apakah masalahnya Apakah ada bukti
akut? Kronis? ketidakmampuan?
 Kritis? Muncul? Dapat  Jika kompeten, apa yang
dikembalikan? dinyatakan pasien
 Apa tujuan tentang preferensi untuk
pengobatan? perawatan?
 Apa probabilitas  Apakah pasien sudah
keberhasilan? diberitahu manfaat dan
 Apa rencana dalam risiko, pahami ini
kasus kegagalan terapi? informasi, dan diberikan
 Singkatnya, bagaimana persetujuan?
pasien ini bisa  Jika lumpuh, siapa yang
diuntungkan oleh tepat pengganti? Apakah
perawatan medis dan pengganti menggunakan
keperawatan, dan standar yang tepat untuk
bagaimana bahaya membuat keputusan?
dapat dihindari?  Apakah pasien pernah
menyatakan sebelumnya
preferensi, mis., Arahan
Lanjutan?
 Apakah pasien tidak mau
atau tidak mampu
bekerja sama dengan
perawatan medis? Jika
jadi kenapa?
 Singkatnya, adalah hak
pasien untuk memilih
dihormati sejauh
mungkin dalam etika dan
hukum?
Quality of Life Contextual Features
Prinsip Beneficence dan Prinsip Loyalitas dan Keadilan
Non maleficence dan Otonomi  Apakah ada masalah
 Apa prospeknya, keluarga yang mungkin
dengan atau tanpa mempengaruhi keputusan
perawatan, untuk perawatan?
kembali ke kehidupan  Apakah ada penyedia
normal? (dokter dan perawat)
 Apa fisik, mental, dan masalah yang mungkin
social Defisit adalah mempengaruhi keputusan
kemungkinan yang perawatan?

12
akan dialami anak jika  Apakah ada keuangan
pengobatan berhasil? dan ekonomi faktor?
 Apakah ada bias yang  Apakah ada faktor agama
mungkin berprasangka atau budaya?
evaluasi penyedia atas  Apakah ada batasan
kualitas hidup pasien? kerahasiaan?
 Apakah pasien ada atau  Apakah ada masalah
di masa depan kondisi alokasi sumber daya?
sedemikian rupa  Bagaimana hukum
sehingga melanjutkan memengaruhi perawatan
Hidup mungkin dinilai keputusan?
tidak diinginkan?  Apakah ada konflik
 Apakah ada rencana kepentingan pada bagian
dan alasan untuk dari penyedia atau
melepaskan institusi?
pengobatan?
 Apakah ada rencana
untuk kenyamanan dan
perawatan paliatif?

D. Prinsip-Prinsip Profesionalisme

Profesionalisme memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya.

Terdapat empat prinsip utama, yaitu:6

1. Excellence (Keunggulan)

Dokter senantiasa terus belajar untuk meningkatkan kemampuan

dan pengetahuan.

2. Accountability (akuntabilitas)

Dokter hendaknya dapat mempertanggungjawabkan tindakan yang

telah dibuat, serta menerima konsekuensinya.

3. Altruism (altruisme)

Dokter hendaknya mendahulukan kepentingan pasien di atas

kepentingan pribadi. Komunikasi yang baik dengan pasien dan

13
menghormati kebutuhan pasien dari merupakan bagian dari aspek

ini.

4. Humanism (humanisme)

Humanisme merupakan rasa perikemanusiaan yang meliputi rasa

hormat (respect), rasa kasih (compassion), empati, serta

kehormatan dan integritas (honor and integrity).

14
BAB III

KASUS

A. Kasus I

Seorang wanita berusia 55 tahun yang mengalami kecelakaan lalu

lintas dan datang ke unit gawat darurat. Pasien menderita cedera pada kaki

kanannya dan pasien tidak dapat menahan rasa sakit di kaki kanannya.

Dokter telah melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosis bahwa dia

menderita Fraktur Tibia dan Fibula. Dokter menyarankannya untuk

melakukan operasi, tetapi pasien tidak mau melakukannya dan

mengabaikannya karena dia tidak punya cukup uang untuk melakukan

operasi dan takut untuk melakukan operasi. Pasien memutuskan untuk

pergi ke tempat pijat (Sangkal Putung), sementara dokter telah

menjelaskan kemungkinan terburuk jika dia tidak segera melakukan

operasi, pasien masih menolak dan memilih untuk pulang.

Setelah beberapa bulan, pasien kembali ke klinik ortopedi di

RSUD Ibnu Sina Gresik dengan kondisi pasien sulit untuk berjalan dan

kaki kanannya mengalami perubahan rotasi ke dalam. Akhirnya pasien

meminta dokter ortopedi untuk melakukan operasi sehingga pasien dapat

kembali normal.

15
1. Kaidah Dasar Moral Beneficence

Kriteria Ada Tidak


ada
1. Utamakan alturisme (menolong tanpa 
pamrih, rela berkorban)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan 


martabat manusia

3. Memandang pasien/keluarga dan 


sesuatu tak sejauh menguntung dokter

4. Mengusahakan agar 
kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.

5. Paternalisme bertanggung jawab/ kasih 


saying

6. Menjamin kehidupan baik minimal 


manusia

7. Pembatasan Goal-Based 

8. Maksimalisasipemuasan 
kebahagiaan/preferensi pasien

9. Minimalisasi akibat buruk. 

10. Kewajiban menolong pasien gawat 


darurat
11. Menghargai hak pasien secara 
keseluruhan

12. Tidak menarik honorarium diluar 


kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara 
keseluruhan

16
14.Mengembangkan profesi secara terus- 
menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun 
murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle 

2. Kaidah Dasar Moral Non Maleficence

Kriteria Ada Tidak


Ada

1. Menolong pasien emergensi 

2. Kondisi untuk menggambarkan 


kriteria ini adalah :
• Pasien dalam keadaan berbahaya.
• Dokter sanggup mencegah bahaya
atau kehilangan.
• Tindakan Kedokteran tadi terbukti
efektif
• Manfaat bagi pasien > kerugian dokter
(hanya mengalami risiko minimal).
3. Mengobati pasien yang luka. 

4. Tidak membunuh pasien (tidak 


melakukan euthanasia)

5. Tidak menghina/caci maki. 

6. Tidak memandang pasien sebagai 


objek

7. Mengobati secara tidak proporsional 

17
8. Tidak mencegah pasien secara 
berbahaya

9. Menghindari misrepresentasi dari 


pasien

10. Tidak membahayakan kehidupan 


pasien karena kelalaian

11. Tidak memberikan semangat hidup 

12. Tidak melindungi pasien dari serangan 

13. Tidak melakukan white collar dalam 


bidang kesehatan

3. Kaidah Dasar Moral Autonomi

Kriteria Ada Tidak


Ada

1. Menghargai hak menentukan nasib 


sendiri, menghargai martabat pasien.

2. Tidak mengintervensi pasien dalam 


membuat keputusan (pada kondisi
elektif)
3. Berterus terang 

4. Menghargai privasi. 

5. Menjaga rahasia pribadi 

6. Menghargai rasionalitas pasien. 

18
7. Melaksanakan informed consent 

8. Membiarkan pasien dewasa dan 


kompeten mengambil keputusan
sendiri.
9. Tidak mengintervensi atau 
meghalangi outonomi pasien.

10. Mencegah pihak lain mengintervensi 


pasien dan membuat keputusan,
termasuk, termasuk keluarga pasien
sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan 
diambil pasien pada kasus non
emergensi.

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun 


demi kebaikan pasien.

13. Menjaga hubungan (kontrak) 

4. Kaidah Dasar Moral Justise

Kriteria Ada Tidak


Ada
1. Memberlakukan segala sesuatu secara 
universal

2. Mengambil porsi terakhir dari proses 


membagi yang telah ia lakukan.

3. Memberi kesempatan yang sama 


terhadap pribadi dalam posisi yang
sama.

19
4. Menghargai hak sehat pasien 
(affordability, equality, accessibility,
availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien. 

6. Menghargai hak orang lain. 

7. Menjaga kelompok yang rentan (yang 


paling dirugikan)

8. Tidak melakukan penyalahgunaan. 

9. Bijak dalam makro alokasi. 

10. Memberikan kontribusi yang relatif 


sama dengan kebutuhan pasien

11. Meminta partisipasi pasien seusai 


dengan kemampuan.

12. Kewajiban mendistribusi keuntungan 


dan kerugian (biaya, beban , sanki)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada 
pemiliknya pada saat yang tepat dan
kompeten.
14. Tidak memberi beban berat secara 
tidak merata tanpa alasan sah/tepat.

15. Menghormati hak populasi yang 


sama-sama rentan penyakit/ggn
kesehatan.
16. Tidak membedakan pelayanan pasien 
atas dasar SARA, status sosial dll.

20
5. Dilemma Etik :

Non-Maleficence :

Dokter memberi pria itu saran terbaik tentang perawatan sehingga


pasien tidak menderita

Autonomy :

Pasien memiliki hak untuk menentukan keputusannya sendiri.

Dilema Etik : Non-Maleficence

Prima Facie : Autonomy

6. Four Box Metode :

Medical Indications : Client Preferences :

Seorang wanita berusia 55 Pasien dapat menentukan


tahun mengalami kecelakaan. keputusannya. Dokter telah
Pasien mengalami fraktur menjelaskan secara rinci kepada
Tibia dan Fibula dan dokter pasien tetapi pasien masih
menyarankannya untuk menolak.
melakukan operasi.
Quality of Life : Contextual Features :

Jika operasi dilakukan dapat Pasien tidak punya cukup uang


mencegah komplikasi yang dan takut melakukan operasi.
lebih buruk.

7. Prinsip Profesionalisme :

a. Accountable: Dokter menyarankan pasien untuk menjalani operasi


meskipun pasien menolak dokter untuk mencoba mendidik pasien.

21
b. Altruisme: Dokter berusaha memberikan tindakan terbaik untuk
kesehatan pasien.

c. Duty: Dokter mengikuti prosedur.

d. Respect for others: Dokter menghargai keputusan pasien.

e. Humanity: Dokter berempati dengan kondisi pasien.

B. Kasus II
Ny. S, 65 tahun datang ke klinik mata di RSUD Ibnu Sina Gresik

dengan keluhan, penglihatan kabur dari 3 bulan lalu. Setelah pemeriksaan,

dokter mendiagnosis Cataract Sinistra Mature dan merencanakan operasi

katarak. Dokter kemudian menjelaskan segala sesuatu tentang penyakit

pasien. Kemudian pasien meminta waktu untuk memikirkannya dan

berdiskusi dengan keluarganya karena biaya yang terlibat dalam operasi.

Kemudian dokter menyarankan agar Ny. S mendaftar ke BPJS, dan segera

dioperasi menggunakan BPJS. Beberapa hari kemudian operasi diadakan

untuk Ny. S.

1. Kaidah Dasar Moral Beneficence

Kriteria Ada Tidak


ada
1. Utamakan alturisme (menolong 
tanpa pamrih, rela berkorban)

2. Menjamin nilai pokok harkat dan 


martabat manusia

3. Memandang pasien/keluarga dan 


sesuatu tak sejauh menguntung
dokter

22
4. Mengusahakan agar 
kebaikan/manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.

5. Paternalisme bertanggung jawab/ 


kasih sayang

6. Menjamin kehidupan baik minimal 


manusia

7. Pembatasan Goal-Based 

8. Maksimalisasi pemuasan 
kebahagiaan/preferensi pasien

9. Minimalisasi akibat buruk. 

10. Kewajiban menolong pasien gawat 


darurat
11. Menghargai hak pasien secara 
keseluruhan

12. Tidak menarik honorarium diluar 


kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi 
secara keseluruhan

14. Mengembangkan profesi secara 


terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun 
murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle 

2. Kaidah Dasar Moral Non Maleficence

23
Kriteria Ada Tidak
Ada

1. Menolong pasien emergensi 

2. Kondisi untuk menggambarkan 


kriteria ini adalah :
• Pasien dalam keadaan berbahaya.
• Dokter sanggup mencegah bahaya
atau kehilangan.
• Tindakan Kedokteran tadi terbukti
efektif
• Manfaat bagi pasien > kerugian dokter
(hanya mengalami risiko minimal).
3. Mengobati pasien yang luka. 

4. Tidak membunuh pasien (tidak 


melakukan euthanasia)

5. Tidak menghina/caci maki. 

6. Tidak memandang pasien sebagai 


objek

7. Mengobati secara tidak proporsional 

8. Tidak mencegah pasien secara 


berbahaya

9. Menghindari misrepresentasi dari 


pasien

10. Tidak membahayakan kehidupan 


pasien karena kelalaian

11. Tidak memberikan semangat hidup 

24
12. Tidak melindungi pasien dari serangan 

13. Tidak melakukan white collar dalam 


bidang kesehatan

3. Kaidah Dasar Moral Autonomi

Kriteria Ada Tidak


Ada

1. Menghargai hak menentukan nasib 


sendiri, menghargai martabat pasien.

2. Tidak mengintervensi pasien dalam 


membuat keputusan (pada kondisi
elektif)
3. Berterus terang 

4. Menghargai privasi. 

5. Menjaga rahasia pribadi 

6. Menghargai rasionalitas pasien. 

7. Melaksanakan informed consent 

8. Membiarkan pasien dewasa dan 


kompeten mengambil keputusan sendiri.

9. Tidak mengintervensi atau meghalangi 


outonomi pasien.

10. Mencegah pihak lain mengintervensi 


pasien dan membuat keputusan,
termasuk, termasuk keluarga pasien

25
sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan 
diambil pasien pada kasus non
emergensi.

12. Tidak berbohong ke pasien meskipun 


demi kebaikan pasien.

13. Menjaga hubungan (kontrak) 

4. Kaidah Dasar Moral Justise

Kriteria Ada Tidak


Ada
1. Memberlakukan segala sesuatu 
secara universal

2. Mengambil porsi terakhir dari 


proses membagi yang telah ia
lakukan.
3. Memberi kesempatan yang sama 
terhadap pribadi dalam posisi yang
sama.
4. Menghargai hak sehat pasien 
(affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien. 

6. Menghargai hak orang lain. 

7. Menjaga kelompok yang rentan 


(yang paling dirugikan)

26
8. Tidak melakukan penyalahgunaan. 

9. Bijak dalam makro alokasi. 

10. Memberikan kontribusi yang 


relatif sama dengan kebutuhan
pasien
11. Meminta partisipasi pasien seusai 
dengan kemampuan.

12. Kewajiban mendistribusi 


keuntungan dan kerugian (biaya,
beban , sanki) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada 
pemiliknya pada saat yang tepat
dan kompeten.
14. Tidak memberi beban berat secara 
tidak merata tanpa alasan
sah/tepat.
15. Menghormati hak populasi yang 
sama-sama rentan penyakit/ggn
kesehatan.
16. Tidak membedakan pelayanan 
pasien atas dasar SARA, status
sosial dll.

5. Dilemma Etik :

Beneficence :

Dokter menjelaskan kondisi pasien, merekomendasikan perawatan

yang diperlukan, dan memberikan pasien kesempatan untuk berdiskusi

dengan keluarga karena biaya yang diperlukan untuk operasi.

Kemudian dokter menyarankan agar pasien menjalani operasi

27
menggunakan BPJS, sehingga perawatan dapat diterima langsung oleh

pasien.

Autonomy :

Dokter memberi pasien kesempatan untuk berdiskusi dengan

keluarga tentang tindakan perawatan yang akan digunakan nanti.

Dilema Etik : Beneficence, Autonomy

Prima Facie : Autonomy

6. Four Box Metode :

Medical Indications : Client Preferences :

Seorang wanita 65 tahun Pasien dapat menentukan


dengan katarak matur sinistra, pendapatnya.
pasien sembuh dari
penyakitnya dengan Operasi
Katarak. Jika pasien tidak
dioperasi kemungkinan akan
memperburuk kondisi pasien
dan setelah beberapa saat
pasien akan mengalami
kebutaan.
Quality of Life : Contextual Features :

Pasien menjadi lebih baik Karena masalah ekonomi


setelah dia melakukan membuat pasien untuk
perawatan. menjalani operasi menggunakan
BPJS.

28
7. Prinsip Profesionalisme :

a. Altruisme : Dokter sangat peduli dengan kondisi pasien.

b. Duty: Dokter mengikuti prosedur dan sangat bisa dihubungi.

c. Respect for others : Dokter merekomendasikan cara agar pasien

masih bisa menjalani operasi, tetapi dokter tetap menghormati

keputusan pasien.

d. Accountable: Dokter melakukan operasi pada pasien sesuai

prosedur dan dokter menindaklanjuti pasien sampai pasien keluar

dari rumah sakit.

e. Humanity: dokter berempati dengan kondisi pasien.

29
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus I terjadi dilemma etik non-maleficence dan autonomi,

Kemudian untuk four box metode yaitu box pertama dalam Medical

Indications pasien didiagnosis fraktur tibia dan fibula dan disarankan

untuk melakukan operasi. Box kedua Client Preferences, pasien dapat

menentukan keputusannya dan dokter telah memberikan penjelasan secara

rinci kepada pasien tetapi pasien masih menolak. Untuk box ketiga Quality

of Life, Keluarga pasien menolak tindakan medis yang dapat

memperburuk keadaan. Dan box keempat yaitu Contextual Feature, pasien

tidak punya cukup uang dan takut melakukan operasi. Dan kasus ini

merupakan extraordinary.

Kasus II terjadi dilemma etik beneficence dan autonomi,

Kemudian untuk four box metode yaitu box pertama dalam Medical

Indications pasien didiagnosis menderita katarak matur sinistra dan

disarankan untuk melakukan Operasi Katarak. Box kedua Client

Preferences, Tindakan medis dilakukan atas persetujuan pasien dan

keluarga pasien. Untuk box ketiga Quality of Life, pasien menjadi lebih

baik setelah dia melakukan perawatan. dan box keempat yaitu Contextual

Feature, Karena masalah ekonomi membuat pasien untuk menjalani

operasi menggunakan BPJS, dan kasus ini merupakan ordinary.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, M.J. dan A. Amir. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum


Kesehatan. Edisi keempat. Jakarta: EGC.
2. Dickenson, D., R. Huxtable, dan M. Parker. 2010. The Cambridge Medical
Ethics Workbook. Edisi kedua. Cambridge: Cambridge University Press.
3. Chang, W. 2009. Bioetika Sebuah Pengantar. Jakarta: Kanisius.
4. Bertens, K. 2011. Etika Biomedis. Jakarta: Kanisius.
5. Jonsen, A., Siegler, M., & Winslade, W. 2006. Clinical ethics: A practical
approach to ethical decisions in clinical medicine (6th ed). New York, NY:
McGraw-Hill.
6. Arnold, L., & Stern, D.T. 2006. What is Medical Professionalism? In Stern
DT, ed. Measuring Professionalism. New York NY: Oxford University
Press Inc.

31

Anda mungkin juga menyukai