Anda di halaman 1dari 28

Uji diagnostik

Tujuan uji diagnostik


1. Menegakkan dx/menyingkirkan penyakitUntuk keperluan ini
uji diagnosis harus sensitif (kemungkinan negatifsemu kecil),
sehingga apabila didapatkan hasil yang normal (hasil ujinegatif)
dapat dipergunakan untuk menyingkirkan adanyapenyakit.
 juga harus spesifik (kemungkinan hasil positif semu kecil), sehin
gga jikahasilnya abnormal dapat dipergunakan untuk
menentukan adanya penyakit.
2. Untuk keperluan skrininguntuk mencari penyakit pada subyek
yangasimtomatik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan
lanjutan agardiagnosis dini dapat ditegakkan. Uji diagnostik
untuk skrining harusmempunyai sensitivitas yang sangat tinggi
meskipun spesifisitasnyasedikit rendah
Penyakit yang perlu dilakukan skrining
memilikisyarat-syarat sebagai berikut:
Prevalens penyakit harus tinggi 
Penyakit tersebut menunjukkan morbiditas dan / atau
mortalitasyang bermakna apabila tidak diobati
Harus ada terapi efektif yang dapat mengubah
perjalanan penyakit
Pengobatan dini memberikan hasil yang lebih baik
ketimbang pengobatan pada kasus lanjut
3.Untuk pengobatan pasien. Dalam pengobatan pasien,
uji diagnostiksering dilakukan berulang-ulang untuk :
Memantau perjalanan penyakit atau hasil terapi
Mengidentifikasi komplikasi
Mengetahui kadar terapi suatu obat
Menetapkan prognosis
Mengkonfirmasi suatu hasil pemeriksaan yang tak
terduga
4. Untuk studi epidemiologi. Uji diagnostik seringkali
dilaksanakandalam studi epidemiologi. Suatu uji
diagnostik yyang memberikanhasil yang positif (ada
penyakit) atau negatif (tidak ada penyakit)sering
dipakai dalam survai untuk menentukan prevalens
suatu penyakit
Uji diagnostik harus memenuhi:
validitas (validity),
kepentingan(importance), dan
kemampuan penerapan (applicability)
disingkat “VIA”.
1.Validity
Setiap artikel laporan hasil riset perlu dinilai kritis tentangapakah
kesimpulan yang ditarik benar (valid), tidak mengandung
 bias. Bias adalah kesalahan sistematis (systematic error) yangmenyebabka
n kesimpulan hasil riset yang salah tentang akurasites diagnosis,
efektivitas intervensi, akurasi prognosis, maupunkerugian/ etiologi
penyakit.
 
Validitas (kebenaran) bukti yang diperoleh dari sebuah riset
tergantungdari cara peneliti memilih subjek/ sampel pasien penelitian,
caramengukur variabel, dan mengendalikan pengaruh faktor ketiga
yangdisebut faktor perancu (confounding factor). Untuk memperoleh
hasiriset yang benar (valid), maka sebuah riset perlu menggunakandesain
studi yang tepat.
2.Importance
Bukti yang disampaikan oleh suatu artikel tentang
intervensi medis perlu dinilai tidak hanya validitas
(kebenaran)nya tetapi juga apakah intervensi tersebut
memberikan informasi diagnostik ataupun terapetik
yang substansial, yang cukup penting (important),
sehingga berguna untuk
menegakkan diagnosis ataupun memilih terapi yang
efektif.
Ukuran efek yang lazim digunakan untuk
menunjukkan manfaat terapi dalam mencegah risiko
terjadinya hasil buruk adalah absoluterisk reduction
(ARR), relative risk reduction (RRR), dan number
needed to treat (NNT).
Ukuran efek yang lazim digunakan
untukmenunjukkan manfaat terapi dalam
meningkatkan kemungkinanterjadinya hasil baik
adalah absolute benefit increase (ABI), relative benefit
increase (RBI), dan number needed to treat (NNT).
Setiap intervensi medis di samping berpotensi
memberikanmanfaat juga kerugian (harm). Ukuran
efek yang digunakan untukmenunjukkan
meningkatnya risiko terjadi kerugian oleh suatu
intervensi medis adalah rasio risiko (RR), odds ratio
(OR),absolute risk increase (ARI), relative risk
increase (RRI), dannumber needed to harm (NNH).
3.Applicability
Bukti yang valid dan penting dari sebuah riset hanya berguna
jika bisa diterapkan pada pasien di tempat praktik klinis.
 ”Bukti terbaik„ dari sebuah setting riset belum tentu bisa
langsung diekstrapolasi(diperluas) kepada setting praktik
klinis dokter. Untuk memahami pernyataan itu perlu
dipahami perbedaan antara konsep efikasi (efficacy)dan
efektivitas (effectiveness). Efikasi (efficacy) adalah bukti
tentangkemaknaan efek yang dihasilkan oleh suatu
intervensi, baik secaraklinis maupun statistik, seperti yang
ditunjukkan pada situasi riset yangsangat terkontrol.
 Situasi yang sangat terkontrol sering kali tidak
samadengan situasi praktik klinis sehari-hari. Suatu
intervensi menunjukkanefikasi jika efek intervensi itu
valid secara internal (internal validity),dengan kata
lain intervensi itu memberikan efektif ketika
diterapkan pada populasi sasaran (target population).
Nilai Uji Diagnostik

Terdapat empat indikator yang serig digunakan untuk


menilai reliabilitas dari suatu tes laboratorium yaitu:
 akurasi,
 presisi,
sensitivitas dan
spesifisitas.
 Akurasi adalah kemampuan suatu tes untuk
mengukur apa yangseharusnya diukur, dan diartikan
sebagai proporsi dari seluruh hasil tes (positifdan
negatif) yang benar.

Presisi adalah kemampuan suatu tes ntuk


memberikanhasil yang sama dengan pengulangan
pada pasien yang sama atau sampel.
Validitas dari suatu tes didefinisikan sebagai
kemampuan untkmembedakan antara yang menderita
penyakit dan yang tidak menderita penyakit.Validitas
memiliki dua komponen yaitu sensitivitas dan
spesifisitas.
Nilai uji diagnostik
Hasil uji diagnostik cukup banyak berupa skala
dikotom seperti normal danabnormal, sakit dan sehat,
positif dan negatif dan berbentuk tabel 2 x 2. Hasil
ujidiagnostik umumnya berupa :
Sensitivitas, adalah besarnya persentase orang menderita
penyakit bilahasil ujinya positif.
Spesifisitas, adalah besarnya persentase orang tidak
menderita penyakit bila hasil ujinya negatif
Nilai prediktif positif (NPP), adalah persentase orang
dengan uji tes positifakan menderita penyakit di
kemudian hari
Nilai prediktif negatif (NPN), adalah persentase orang
 dengan uji tesnegatif tidak akan menderita penyakit
di kemudian hari
LikelihoodRasio positif (LR+) adalah kecenderungan
berapa besar peningkatan post-tes probabiliti dari pre-
tes probabiliti jika hasil ujidiagnostik positif.
Rasio likelihood negatif (LR-) adalah probabilitas
hasil uji negatif padaorang yang sakit dibagi dengan
probabilitas uji tes negatif pada orang yangtidak sakit.
Pre-tes probabiliti atau  prior robability adalah
besarnya probabilitas dariorang yang menderita
penyakit sebelum tes tersebut dilakukan. Pre-testodds
of disease ( prevalence ) merupakan estimasi atau
perkiraan
besarnya probabilitas sebelum tes dilakukan pada oran
g yang menderita penyakitdibandingkan dengan
probabilitas orang yang tidak menderita penyakit.
Post-tes probabiliti adalah besarnya probabiliti dari
orang yang menderita penyakit setelah tes diagnostik
dilakukan.
Post test odds of disease adalah estimasi besarnya
probabilitas setelah tes dilakukan pada orang
yangmenderita penyakit dibandingkan dengan
probabilitas orang yang tidakmenderita
penyakit.Gambar berikut menunjukkan hubungan
antara uji diagnostik dan adanyakemunculan penyakit.
Sensitivisitas = a / (a + c)
Spesifisitas = d/ (b + d) 
NPP = a/ (a + b) 
NPN = d/ (c + d)
LR+ = sensivisitas/ (1- spesifisitas)
LR- = (1- sensitivisitas)/ spesifisitas
Pre-test probability/ prevalens = (a + c )/ (a +b +c +d )
Pre-test odds = prevalensi / (1 – prevalensi)
Post-test odds = pre-tes odds x LR+
Post-tes probability = post-tes odds/ (post-test odds + 1)
Langkah peneliian uji diagnostik
1.Menentukan mengapa diperlukan uji diagnostik
baruDalam hal ini harus diidentifikasi apakah
misalnya uji yang saat initersedia bersifat invasif,
terlalu mahal, terlalu sulit, atau memerlukankeahlian
khisus, dan apakah alat diagnostik yang baru dapat
mengatasikekurangan tersebut.
2.Menetapkan tujuan utama uji diagnostikUji
diagnostik untuk skrining memerlukan
sensitivitas yang tinggi; bilauji diagnostik untuk
skrining memberikan hasil positif, maka
perlukonfirmasi dengan pemeriksaan lainnyg. Uji
diagnostik untukkonfirmasi diagnosis
juga memerlukan nilai sensitivitas yang tinggidengan
spesifisitas yang cukup, sedangkan untuk
menyingkirkan penyakit, diperlukan uji
dengan spesifisitas yang tinggi
3.Memilih subyek penelitianSubyek harus terdiri atas
orang sehat, mereka yang sakit ringan, dansakit berat.
Besal sampel perlu ditentukan berdasarkan
intervalkepercayaan (biasanya IK 95%). Harus tersedia
subyek yang cukup.
4.Menetapkan baku emasBaku emas merupakan
suatu hal yang mutlak dalam setiap penelitianuji
diagnostik. Telah disebutkan bahwa baku emas
merupakan suatu ujidiagnostik terbaik yang tersedia.
Kadang suatu alat diagnosis secarateoritis ideal
dipakai sebagai baku emas, namun kenyataannya
tidak baik dipakai karena memberikan hasil yang
salah.
 
5.Melaksanakan pengukuranPengukuran terhadap
variabel prediktor (alat diagnostik yang diuji)maupun
variabel efek (baku emas) harus dilakukan dengan
carastandar dan harus diusahakan pengukuran
dilakukan secara tersamar(masked, blinded ), yakni
pemeriksa variabel prediktor (uji tidak
bolehmengetahui hasil pemeriksaan variabel efek
(baku emas) dansebaliknya.
6.Melakukan analisisLaporkanlah sensitivitas,
spesifisitas, nilai duga positif atau negatifserta
likelihood ratio-nya, masing-masing dengan interval
kepercayaanyang dipilih.

Anda mungkin juga menyukai