Anda di halaman 1dari 2

PROTOKOL KEMOTERAPI ALL

Diagnosis LLA ditegakkan dengan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, didapatkan


komponen sumsum tulang mengandung 30% sel muda (blast). Pasien dimasukkan kategori
resiko tinggi (HR) bila jumlah leukosit darah tepi >50.000/ml, ditemukan sel blast pada
susunan saraf pusat, jumlah total blast setelah 1 minggu diterapi lebih dari 1000/mm, ada
masa di mediastinum, dan umur <1tahun atau >10 tahun. Remisi bila aspirasi sumsum tulang
menunjukkan jumlah blast <5% dari sel berinti. Umur pasien ditentukan berdasarkan data
yang tercantum pada catatan medis dengan pembagian, <2 tahun, 2-<5 tahun, 5-10 tahun dan
>10 tahun

Kemoterapi pada acute lymphoblastic leukemia (ALL) terdiri dari tahap remisi, induksi,
intensifikasi, dan pemeliharaan.

Tahap induksi remisi pada kemoterapi bertujuan untuk membunuh sebagian besar sel tumor
secara cepat sehingga pasien sampai pada tahap remisi. Obat yang digunakan pada tahap
kemoterapi ini adalah prednisolon atau deksametason, vinkristin, asparaginase (ditoleransi
lebih baik pada pasien pediatrik), dan daunorubisin (digunakan pada pasien dewasa).
Profilaksis sistem saraf pusat dilakukan melalui pemberian terapi iradiasi, kombinasi obat
sitarabin ditambah metotreksat, atau sitarabin liposomal.

Tahap konsolidasi/intensifikasi pada terapi acute lymphoblastic leukemia (ALL)


menggunakan dosis tinggi obat-obatan kemoterapi guna mengurangi sel-sel tumor lebih
lanjut. Oleh karena sel-sel ALL kadangkala menembus sistem saraf pusat, maka sebagian
besar protokol melibatkan pemberian kemoterapi pada cairan sistem saraf pusat, dikenal
dengan rute intratekal. Obat yang diberikan pada tahap ini meliputi vinkristin, siklofosfamid,
sitarabin, daunorubisin, etoposid, tioguanin, atau merkaptopurin.

Tahap pemeliharaan pada terapi acute lymphoblastic leukemia (ALL) bertujuan untuk
membunuh sisa sel tumor yang tidak terbunuh pada tahap kemoterapi sebelumnya. Meskipun
sel tersebut kecil namun dapat menimbulkan kekambuhan bila tidak dihilangkan. Obat yang
diberikan pada tahap pemeliharaan ini meliputi obat oral merkaptopurin harian, metotreksat
sekali seminggu, vinkristin setiap bulan secara intravena, dan kortikosteroid oral . Tahap
pemeliharaan memakan waktu 2-3 tahun.

Selain kemoterapi, acute lymphoblastic leukemia (ALL), juga dapat diterapi menggunakan
radiasi/radioterapi. Pada beberapa kasus ALL kambuhan, terapi menargetkan target biologis
seperti proteasom dikombinasikan dengan kemoterapi telah menunjukkan hasil baik pada uji
klinis. Obat terapi biologis yang sedang dujikan yakni blinatumomab (suatu antibodi
monoklonal).

Imumoterapi menggunakan CARs (chimeric antigen receptors) juga menunjukkan hasil yang
baik pada uji klinis. Pada imunoterapi, digunakan single chain variable fragment (scFv) yang
dirancang untuk mengenali penanda permukaan sel CD19. CD19 adalah molekul yang
ditemukan pada semua sel B dan dapat digunakan sebagai cara untuk membedakan potensi
populasi sel B ganas pada pasien, kemudian sel T akan dipacu untuk melakukan respon
sitotoksik.

Anda mungkin juga menyukai